4. PEMBAHASAN Karaktersitik Fisik Sorbet Liqueur Jahe Merah

dokumen-dokumen yang mirip
4. PEMBAHASAN Analisa Sensori

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki taksonomi menurut Rukmana (2003), sebagai berikut: : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

BABI PE:NDAHULUAN. Nenas merupakan buah klimakterik dan salah satu buah tropis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BABI PENDAHULUAN. Pepaya (Carica papaya L) merupakan salah satu komoditas buah yang

KARYA ILMIAH TERTULIS

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017 di

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini banyak dikembangkan di Indonesia. Gelato termasuk jenis frozen dairy food

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

Gambar 32. Diagram Alir Pembuatan Tepung Kulit Buah Manggis

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

PENGOLAHAN ES KRIM KAYA ANTIOKSIDAN DARI SARI BUAH MERAH ( Pandanus Conoideus Lamk )

PEMBUATAN VELVA SAYURAN ( KAJIAN PROPORSI WORTEL, TOMAT, KECAMBAH DAN PENAMBAHAN NA-CMC TERHADAP KUALITAS VELVA SAYURAN )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lemak teremulsi dan udara, dimana sel-sel udara berperan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN WHEY BUBUK SEBAGAI PENGGANTI SUSU SKIM BUBUK DALAM PENGOLAHAN SOFT FROZEN ES KRIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DALAM PEMBUATAN ES KRIM SINBIOTIK SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Waktu

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

PENAMBAHAN KONSENTRASI BAHAN PENSTABIL DAN KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP KARAKTERISTIK SORBET MURBEI HITAM (Morus nigra sp.)

PENGARUH PERBEDAAN PERENDAMAN DAN KONSENTRASI LIQUEUR CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP KANDUNGAN ANTIOKSIDAN PADA SORBET

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

III. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii. INTISARI...

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM :

PENGARUH KONSENTRASI PEKTIN, KONSENTRASI BUAH, DAN FREEZING TIME TERHADAP KUALITAS SORBET TOMAT

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN HERBATIC (HERBAL NABATIC ICE CREAM) EKSTRAK JAHE MENGGUNAKAN SISTEM MIXING DAN KONTROL RPM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Kata kunci: Sorbet, terong belanda, buah bit, carboxy methyl cellulose, antioksidan.

PENGARUH KOMBINASI CMC DAN GUM ARAB TERHADAP MUTU SENSORI VELVA UBI JALAR UNGU

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Transkripsi:

4. PEMBAHASAN Sorbet merupakan salah satu jenis frozen dessert yang memiliki kandungan berupa pemanis, penstabil, dan esktrak buah atau herbal. Pada proses pembuatan sorbet liqueur jahe merah diawali dengan pembuatan liqueur dengan cara perendaman jahe merah dengan larutan campuran basic spirit alkohol dan air mineral selama 14 hari. Tujuan dari dilakukannya inkubasi tersebut yaitu untuk menghasilkan rasa, aroma, dan warna liqueur. Setelah proses pembuatan liqueur dilanjutkan dengan pembuatan sorbet dengan penambahan penstabil yang tidak memiliki kandungan lemak yaitu maizena dan pektin. Pada penelitian ini sorbet liqueur jahe merah dilakukan perlakuan freezing time pada jam ke-3, jam ke-4, dan jam ke-5 untuk mengetahui karakteristik fisik yang disukai oleh konsumen. 4.1. Karaktersitik Fisik Sorbet Liqueur Jahe Merah Sorbet memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan jenis frozen dessert lainnya seperti memiliki overrun yang lebih rendah dikarenakan tidak adanya penambahan pengemulsi yang mengandung lemak, memiliki kadar gula yang lebih tinggi sehingga memiliki melting point yang lebih rendah, dan memiliki tekstur yang lebih kasar (Charley, 1982). Menurut Singh et al., (2005), viskositas merupakan ukuran gesekan fluida yang selalu berlawanan dengan setiap perubahan dinamik dari gerakan fluida tersebut. Pada pengujian viskositas sorbet liqueur ini dilakukan pada saat sebelum freezing, setelah freezing, dan penyimpanan minggu ke-1 sampai dengan penyimpanan minggu ke-8. Tujuan dari dilakukannya pengujian viskositas sebelum freezing dan setelah freezing adalah untuk mengetahui faktor yang dapat berpengaruh selain suhu, antara adonan sorbet yang telah dibekukan. Viskositas pada sorbet setelah freezing mengalami perubahan dikarenakan adanya kristal es dan perubahan sel-sel udara yang ada (Eisner, 2006). Penambahan pektin dan maizena dalam adonan sorbet bertujuan untuk meningkatkan viskositas. Viskositas sorbet dengan penambahan pektin memiliki viskositas yang lebih kental dibandingkan dengan viskositas sorbet dengan penambahan maizena. Hasil data yang diperoleh pada Tabel 4. (perlakuan freezing time) dapat diketahui bahwa viskositas 29

30 sebelum freezer tertinggi yaitu 298,83±0,98 dpas (penambahan pektin) dan viskositas tertinggi setelah freezing yaitu 288,33±0,82 dpas dengan perlakuan freezing time jam ke- 3 dengan penambahan pektin. Sedangkan pada perlakuan umur simpan (Tabel 4.) diketahui viskositas tertinggi yaitu 128±0,89 dpas (maizena) dan 182,17±0,76 dpas (pektin) pada umur simpan minggu ke-8. Perlakuan umur simpan dan freezing time menunjukkan semakin lama sorbet disimpan maka nilai viskositas semakin turun. Viskositas yang dihasilkan juga akan semakin tinggi dengan banyaknya penambahan gula (Tabel 11 dan Tabel 12), dikarenakan gula memiliki kemampuan dalam mengikat air dan sebagai salah satu bahan tambahan dalam pengental. Penambahan pektin dan maizena dalam adonan sorbet dapat meningkatkan viskositas adonan. Menurut Moeenfard & Tehrani (2008), penambaham stabilizer berupa pektin maupun maizena berfungsi untuk mengikat air dan mempengaruhi rheologi dari sorbet. Nilai viskositas adonan sorbet dengan penambahan pektin lebih kental dibandingkan dengan sorbet penambahan maizena dikarenakan pektin memiliki karakteristik yang lebih baik dalam mengikat air, memiliki kandungan metoksil yang tinggi pada sistem asam, serta memiliki kemampuan yang lebih stabil dalam membentuk gel dibandingkan dengan maizena (Imeson, 2010). Penurunan viskositas yang terjadi setelah proses freezing dan pada umur simpan dikarenakan adanya pembentukan dan pertumbuhan kristal es pada saat pembekuan selama penyimpanan. Hardness adalah kemampuan untuk berubah bentuk pada saat adanya tekanan dari luar. Pengujian hardness diukur sebagai resistensi terhadap perubahan bentuk produk akibatnya diberikan tenaga dari luar. Menurut Muse & Hartel (2004), hardness dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar air, volume es, umur simpan dan kristal es. Penambahan pektin dan maizena bertujuan untuk menjaga air yang terdapat didalam sorbet untuk tidak membeku dan mengurangi terbentuknya kristal es (Clarke, 2004). Sorbet dengan penambahan pektin memiliki kristal es yang lebih kecil sehingga tekstur yang dihasilkan lebih lembut dibandingkan dengan sorbet penambahan maizena. Sedangkan pada perlakuan freezing time dan umur simpan dapat diketahui bahwa semakin lama penyimpanan sorbet maka hardness sorbet akan semakin meningkat. Selama proses penyimpanan berlangsung, molukel air yang terdapat didalam sorbet mengalami proses supercooling dan nukleasi. Proses yang berlangsung tersebut 30

31 mengakibatkan molukel-molukel air akan berubah menjadi inti kristal es. Clarke (2004) mengatakan bahwa kristal-kristal es yang terbentuk selama proses penyimpanan akan berakibat pada struktur sorbet menjadi padat sehingga nilai hardness menjadi semakin meningkat seiring dengan lamanya proses penyimpanan. Menurut Oakenfull (1991), proses terjadinya pembentukan gel pada HM pektin disebabkan adanya ikatan hidrogen antara gugus karboksil bebas pada molekul pektin dengan gugus hidroksil pada molekul sekitarnya. Nilai hardness yang tinggi juga memiliki pengaruh terhadap kadar gula, hal ini diketahui bahwa semakin tinggi gula yang ditambahkan hardness sorbet menjadi semakin rendah. Hal ini dikarenakan penambahan gula berfungsi untuk mengikat air selama proses pembekuan (Darma, 2013). Karakteristik sorbet yang lain adalah memiliki nilai overrun yang rendah dikarenakan tidak terdapatnya lemak sebagai pengemulsi (Charley, 1982). Hasil pengujian nilai overrun pada Tabel 7. diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh dari perlakuan freezing time, dan penambahan pektin maupun maizena. Penambahan maizena dan pektin tidak berpengaruh terhadap pengembangan adonan sorbet dikarenakan stabilizer yang digunakan tidak memiliki kandungan lemak. Marshall & Arbuckle (2000), mengatakan bahwa adonan dengan penambahan stabilizer yang memiliki kandungan lemak akan memiliki nilai overrun yang tinggi. Melting rate merupakan parameter mutu yang penting untuk suatu produk frozen dessert, hal ini berkaitan dengan cepat atau tidaknya sorbet meleleh. Pelelehan sorbet dimulai dari bagian terluar, kemudian lelehan kristal es akan berdifusi ke dalam fase kontinyu dan akhirnya meleleh. Melting rate sorbet dengan penambahan pektin lebih rendah dibandingkan dengan sorbet penambahan maizena. Hal ini dikarenakan pektin mengakibatkan kristal es yang terbentuk semakin kecil dan menghambat kelelehan sorbet. Melting rate semakin menurun pada sorbet dengan ukuran kristal es yang kecil (Muse & Hartel, 2004). Pada perlakuan freezing time dan umur simpan dapat diketahui pula semakin lama proses penyimpanan akan mengakibatkan melting rate semakin menurun dikarenakan tekstur sorbet menjadi lebih padat dan menghambat proses pelelehan (Goff & Sahagian, 1996). Melting rate memiliki hubungan dengan viskositas, yaitu semakin tinggi viskositas adonan sorbet maka akan semakin cepat pula sorbet 31

32 tersebut meleleh (Tabel 11 dan Tabel 12). Hal ini didukung oleh teori dari Muse & Hartel (2004), sorbet dengan viskositas yang tinggi akan menghasilkan sorbet dengan kristal es yang kecil. Clarke (2004), mengatakan bahwa semakin kecil kristal es yang terbentuk maka sorbet akan semakin lama untuk meleleh dan kebalikannya. 4.2. Karakteristik Kimia Sorbet Liqueur Jahe Merah Pada pengujian ph (Tabel 9 dan 10) dapat diketahui bahwa sorbet dengan penambahan stabilizer pektin memiliki ph yang asam yaitu 3,80±0,04 sampai dengan 3,86±0,07 dibandingkan dengan sorbet dengan penambahan maizena yang memiliki ph berkisar antara 6,74±0,06 sampai dengan 6,84±0,04. Hal ini dikarenakan sifat pektin yang memiliki metoksil tinggi sehingga memiliki ph yang asam. Pada proses perlakuan freezing time dan umur simpan tidak terlalu berpengaruh terhadap ph pada sorbet. Kandungan ph juga dipengaruhi oleh penambahan gula dikarenakan penambahan gula yang terlalu banyak akan menghilangkan sifat asam pada sorbet sehingga mengubah nilai ph yang ada (McGee, 1984). Penambahan gula dapat meningkatkan nilai viskositas. Hasil penelitian yang diperoleh (Tabel 8 dan 9) menunjukan bahwa kadar gula sorbet dengan penambahan maizena berkisar antara 19,92±0,39% sampai 20,78±0,03%, sedangkan kadar gula sorbet penambahan pektin berkisar 21,07±0,85% sampai 24,35±0,39%. Marshall & Arbuckle (2000), penambahan gula yang terlalu banyak akan meningkatkan viskositas adonan serta akan menghasilkan sorbet dengan tekstur yang lengket atau tidak keras. Kadar gula pada sorbet dengan penambahan pektin lebih tinggi dibandingkan dengan sorbet penambahan maizena hal ini dikarenakan kandungan pada pektin memiliki kandungan gula yang lebih tinggi dibandingkan maizena. Pada perlakuan umur simpan dapat diketahui bahwa terjadi tidak terdapat perubahan kadar gula yang signifikan pada minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-8, hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Muse & Hartel (2004) bahwa semakin banyak jumlah kristal es yang terbentuk akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar gula pada sorbet. 32

33 Hasil aktivitas antioksidan yang diperoleh (Tabel 9 dan Tabel 10) diketahui bahwa tidak ada perbedaan aktivitas antioksidan pada sorbet dengan penambahan maizena dan pektin. Pada perlakuan freezing time jam ke-3 sampai dengan jam ke-5 tidak berpengaruh terlalu besar terhadap kandungan antioksidan pada sorbet. Sampel sorbet dengan perlakuan umur simpan mengalami penurunan aktivitas antioksidan yang signifikan. Penurunan aktivitas antioksidan selama umur simpan dikarenakan pengaruh ph dan oksigen. Senyawa gingerol yang merupakan senyawa antioksidan yang terkandung pada jahe merah mengalami penurunan pada perlakuan umur simpan. Penurunan senyawa gingerol dikarenakan keadaan sampel yang disimpan terlalu lama mengakibatkan senyawa gingerol pada sorbet mulai menghilang (Rehmen et al., 2011). 4.3. Analisa Sensori Pada Sorbet Liqueur Jahe Merah Analisa sensori untuk menentukan sorbet liqueur dengan penambahan stabilizer pektin dan maizena pada perlakuan freezing time jam ke-3; jam ke-4; dan jam ke-5 menggunakan 30 panelis tidak terlatih. Atribut yang diuji dalam sensori yang dilakukan yaitu warna, aroma, kemanisan, rasa, tekstur, dan overall. Diketahui bahwa sorbet liqueur jahe merah dengan penambahan pektin dengan atribut overall lebih diterima oleh panelis dibandingkan dengan penambahan stabilizer berupa maizena (Tabel 3). Pada atribut warna dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan nilai yang dipilih oleh panelis hal ini dikarenakan hampir keseluruhan warna sorbet liqueur memiliki warna yang sama yaitu putih. Warna merupakan salah satu hal pertama yang dinilai oleh panelis sebelum mengetahui rasa dan aroma pada sampel sehingga jika warna suatu produk kurang menarik dapat menurunkan nilai kesukaan oleh panelis (Buglass, 2013). Aroma sorbet liqueur merupakan bau campuran antara jahe merah dan alkohol ketika senyawa volatil yang terdapat pada jahe berupa minyak atsiri tercium oleh indra. Berdasarkan hasil pengujian sensori yang dilakukan dapat diketahui bahwa panelis menyukai sorbet dengan penambahan stabilizer pektin dikarenakan aroma jahe merah lebih kuat dibandingkan dengan sorbet penambahan maizena. Aroma yang didapatkan pada sorbet dihasilkan dari proses pembuatan liqueur dengan cara perendaman jahe merah dengan air dan alkohol selama 14 hari. Menurut Masuda et al. (2004), aroma jahe 33

34 disukai oleh panelis dikarenakan kandungan volatil berupa minyak atsiri pada jahe merah memberikan aroma pedas dan menyegarkan bagi indra penciuman. Aroma jahe merah dari proses pembuatan liqueur terikat kuat oleh alkohol yang terkonsentrasi (McGee, 1984). Tingkat kemanisan adalah salah satu atribut sensori yang bertujuan untuk menentukan perbedaan tingkat kemanisan antara sampel satu dengan sampel yang lain, sedangkan atribut rasa merupakan penilaian dari panelis terhadap sampel sorbet yang memiliki rasa jahe yang paling terasa sampai dengan tidak terasa (Soekarto, 1981). Hasil sensori yang diperoleh (Tabel 3.) menunjukan bahwa rasa dan tingka kemanisan sorbet liqueur jahe merah yang paling disukai oleh panelis adalah sorbet dengan penambahan pektin. Penambahan gula pada pembuatan sorbet bertujuan untuk memberikan rasa manis dan meningkatkan tingkat kesukaan dari panelis (McGee, 1984). Pada hasil yang diperoleh penerimaan panelis terhadap sorbet liqueur jahe merah dengan penambahan pektin atribut tingkat kemanisan dan rasa lebih tinggi dikarenakan kandungan pektin yang bermetoksil tinggi tidak berpengaruh terhadap rasa pedas pada jahe sehingga senyawa gingerol pada jahe tetap terjaga dibandingkan dengan pemberian stabilizer maizena (Rehmen et al., 2011). Perlakuan freezing time dapat dilihat tidak terlalu berpengaruh pada atribut kemanisan dan rasa. Hasil pengujian sensori (Tabel 3.) sorbet dengan tekstur yang kasar, keras dan terlalu lembut tidak disukai oleh panelis. Sorbet dengan kualitas yang baik memiliki tekstur yang lembut dan padat sehingga akan disukai oleh para panelis. Tujuan dari dilakukannya penambahan stabilizer pektin dan maizena adalah untuk menghasilkan sorbet dengan tekstur yang lembut. Penambahan stabilizer berguna dalam menciptakan kristal yang berukuran kecil, mengikat air, dan memperbaiki tekstur pada sorbet. Sedangkan perlakuan freezing time jam ke-3, jam ke-4, dan jam ke-5 bertujuan untuk mengetahui dimana waktu yang dibutuhkan pembekuan sorbet untuk menghasilkan tekstur yang disukai oleh panelis. Clarke (2004), penambahan stabilizer bertujuan untuk mencegah air pada adonan menjadi kristal es yang akan berakibat pada tekstur yang menjadi lebih keras. Hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa sorbet liqueur jahe merah dengan penambahan pektin dan perlakuan freezing time jam ke-4 lebih diterima oleh panelis 34

35 dengan skor 4,43±1,63 karena memiliki tekstur yang lembut dan tidak cepat meleleh, sedangkan sorbet liqueur yang tidak terlalu diterima oleh panelis yaitu sorbet liqueur jahe merah dengan penambahanan maizena pada perlakuan freezing time jam ke-4 dengan skor 2,40±1,33 karena memiliki tekstur yang kasar dan berpasir. Overall merupakan penilaian panelis terhadap sampel yang dinilai dengan secara keseluruhan. Pada hasil yang diperoleh (Tabel 3.) diketahui bahwa sorbet dengan penambahan pektin dan freezing time jam ke-5 yang paling disukai oleh panelis yaitu 4,53±1,50, hal ini dikarenakan sorbet yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, aroma jahe yang terasa dan rasa dan tingkat kemanisan yang disukai oleh panelis. 35