HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Daun katuk dapat memberikan pengaruh yang buruk baik dari segi warna, rasa, aroma maupun keseluruhan produk yang dihasilkan. Menurut Brown (2000) sayuran hijau mengandung enzim lipoksidase yang dapat menimbulkan aroma langu yang tidak enak jika tidak dimasak secara sempurna. Berdasarkan hasil uji trial dan error maka produk yang dapat diterima dari segi warna, rasa, aroma, dan produk secara keseluruhan adalah U2 dengan perbandingan daun katuk sebesar 0.5. Perbandingan sayuran (wortel:tomat:daun katuk) pada setiap formula yang diuji antara lain F0 (0:0:0), F1 (1:1:0.5), F2 (1:2:0.5), F3 (1:3:0.5), F4 (2:1:0.5), F5 (2:2:0.5), F6 (2:3:0.5), F7 (3:1:0.5), F8 (3:2:0.5) dan F9 (3:3:0.5). Tingkat Kesukaan dan Mutu Hedonik Es Krim Rujak Multi Sayur Tingkat Kesukaan Es Krim Uji kesukaan dilakukan terhadap seluruh formula es krim rujak multi sayur beserta dengan kontrol. Parameter yang diuji adalah tekstur, rasa, aroma, warna dan keseluruhan. Skor rataan tingkat kesukaan panelis ke sepuluh formula yang diuji dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Skor rataan tingkat kesukaan panelis terhadap es krim: (1) amat sangat tidak suka, (2) sangat tidak suka, (3) tidak suka, agak tidak (4) suka, (5) biasa, (6) agak suka, (7) suka, (8) sangat suka, (9) amat sangat suka (9). Berdasarkan skor rataan kesukaan panelis, maka formula yang memiliki skor penerimaan terbaik antara lain F0, F2, F5, F6, F8 dan F9. Keenam produk tersebut memiliki rataan skor lebih dari sama dengan lima ( 5), dengan kategori penerimaan lebih dari sama dengan biasa (Lihat keterangan pada Gambar 5).

2 30 Tekstur Kesukaan panelis terhadap tekstur produk berada pada rentang 3,7-6,8 (tidak suka sampai dengan suka). Persentase penerimaan tekstur tertinggi terdapat pada F6 sebesar 75,6%, sedangkan penerimaan terendah terdapat pada F1 sebesar 41,1%. Presentase dari nilai tertinggi hingga terendah secara berurutan antara lain F6, F0, F5, F8, F9, F2, F4, F7, F3 dan F1. Formula sayuran berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap penerimaan tekstur es krim (Lampiran 3). Berdasarkan uji lanjut Duncan maka diketahui bahwa F1 berbeda nyata dengan seluruh formula kecuali dengan F7. Skor penerimaan tertinggi terhadap tekstur terdapat pada F6. F6 berbeda nyata dengan semua formula kecuali dengan F0. Hasil uji lanjut Duncan pada semua formula dapat dilihat pada Lampiran 4. Rasa Nilai rataan kesukaan panelis terhadap rasa produk berkisar 4,0-5,9 (agak tidak suka sampai dengan agak suka). Presentase rata-rata setiap formula dari terbesar hingga terkecil antara lain F0, F6, F8, F5, F9, F2, F7, F4, F3, dan F1 (Gambar 3). Sidik ragam Anova menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap penerimaan rasa panelis (Lampiran 3). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa F1 berbeda nyata dengan seluruh formula kecuali dengan F3. Formula dengan nilai kesukaan rasa tertinggi yaitu F0 berbeda nyata dengan F1, F3 dan F4, tetapi tidak berbeda nyata dengan F7, F2, F9, F5, F6 dan F8. Sebaran uji lanjut Duncan seluruh produk dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa perlakuan berkorelasi positif terhadap penerimaan rasa panelis (p<0,05) (Lampiran 9). Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi perlakuan yang dilakukan, maka penilaian panelis terhadap rasa produk semakin tinggi. Aroma Kesukaan panelis terhadap aroma produk berkisar antara 4,1-5,5 (agak tidak suka sampai dengan agak suka). Persentase penerimaan tertinggi terdapat pada F8 sebesar 62,2%, sedangkan persentase terendah terdapat pada F1 yaitu 45,6% (Gambar 3). Penambahan komposisi sayur pada es krim memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap penerimaan aroma produk (Lampiran 3). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa penerimaan aroma F1 berbeda nyata dengan seluruh

3 31 formula kecuali dengan F3, F4 dan F7. F7 tidak berbeda nyata dengan seluruh formula kecuali dengan F5 dan F8 (Lampiran 6). Perlakuan berdasarkan uji korelasi Pearson berkorelasi positif terhadap penerimaan aroma produk (p<0,05). Oleh karena itu, semakin tinggi jumlah formulasi sayur pada produk maka nilai penerimaan panelis terhadap aroma produk semakin tinggi (Lampiran 9) Warna Warna merupakan salah satu faktor penentu mutu yang memberikan deskripsi kesan awal berupa visual dari bahan makanan yang diuji ketika melakukan penilaian organoleptik (Winarno 2008). Skor rataan hasil uji hedonik terhadap warna produk adalah 3,2-6,4 (tidak suka sampai dengan suka). Persentase penerimaan tertinggi terdapat pada F0 (kontrol) sebesar 74,4%, sedangkan penerimaan terendah yaitu F1 sebesar 35,6% (Gambar 3) Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa perlakuan formulasi sayur (wortel:tomat:daun katuk) berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap penerimaan warna produk (Lampiran 3). Berdasarkan uji lanjut Duncan, diketahui bahwa F1 berbeda nyata dengan semua formula. F0 (kontrol) berbeda nyata dengan seluruh formula kecuali dengan F9 dan F8. Keseluruhan hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 7. Penerimaan warna memiliki korelasi positif dan kuat (p<0,05) terhadap perlakuan yang diberikan kepada setiap formula (Lampiran 9). Oleh karena itu, semakin tinggi perlakuan yang diberikan maka semakin tinggi kesukaan panelis terhadap warna produk. Keseluruhan Rataan skor kesukaan panelis terhadap keseluruhan produk berada pada rentang 4,1-6,4 (agak tidak suka sampai dengan agak suka). Formula dengan persentase penerimaan keseluruhan tertinggi terdapat pada F0 sebagai kontrol sebesar 71,1%, sedangkan penilaian terendah terdapat pada F1 sebesar 45,6% (Gambar 3). Berdasarkan sidik ragam Anova maka diketahui bahwa formulasi sayur berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap tingkat kesukaan keseluruhan produk (Lampiran 3). Selanjutnya, uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai kesukaan tertinggi yaitu terdapat pada F0 (kontrol) berbeda nyata dengan seluruh formula kecuali dengan F9 dan F8. Penjelasan lebih lengkap mengenai uji lanjut Duncan keseluruhan produk dapat dilihat pada Lampiran 8.

4 32 Mutu Hedonik Es Krim Berdasarkan uji kesukaan es krim, maka terpilih 5 (lima) buah formula es krim rujak multi sayur dan 1 (satu) buah kontrol (Gambar 4). F0 F2 F5 F6 F8 F9 Gambar 4 Produk formula terpilih es krim rujak multi sayur dan kontrol Berdasarkan hasil analisis mutu hedonik es krim, maka produk es krim rujak multi sayur dan kontrol memiliki mutu hedonik yang berbeda-beda. Mutu hedonik yang diuji pada penelitian ini meliputi tekstur (kepadatan, kelembutan, kelumeran, rasa kasar (berserat), dan kekentalan), rasa (manis dan pedas), warna serta aroma (langu, susu dan cabai). Lembar uji organoleptik mutu hedonik dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil skor rataan uji organoleptik mutu

5 33 hedonik pada es krim rujak multi sayur pada formula terpilih beserta dengan kontrol dapat dilihat pada Gambar 5 Gambar 5 Skor rataan tingkat mutu hedonik es krim. Kepadatan (1=amat sangat padat hingga 9=amat sangat tidak padat); Kelembutan (1= amat sangat tidak lembut hingga 9= amat sangat lembut); Kelumeran (1= amat sangat tidak lumer hingga 9=amat sangat lumer); Rasa kasar atau berserat (1=amat sangat kasar (berserat) hingga 9=amat sangat tidak kasar (tidak berserat)); Kekentalan (1= amat sangat tidak kental hingga 9=amat sangat kental); Rasa manis (1= amat sangat tidak manis hingga 9= amat sangat manis); Rasa pedas (1= amat sangat tidak pedas hingga 9= amat sangat pedas); Warna (1= hijau tua hingga 9= kuning tua); Aroma langu (1= amat sangat langu hingga 9= amat sangat tidak langu); Aroma susu (1= amat sangat tidak beraroma susu hingga 9= amat sangat beraroma susu); Aroma cabai (amat sangat tidak beraroma cabai (pedas) hingga 9= amat sangat beraroma cabai (pedas)). Tekstur Tahap uji organoleptik yang pertama adalah penilaian terhadap tekstur. Produk es krim merupakan frozen product yang mudah meleleh pada suhu ruang. Konsekuensinya sampel harus disimpan pada suhu rendah sebelum diberikan kepada panelis untuk mempertahankan struktur fisik es krim. Clark et al (2009) menyebutkan bahwa suhu yang terlalu rendah juga tidak baik, karena dapat memberikan tekstur sangat keras sehingga mempengaruhi penilaian panelis. Umumnya suhu yang baik pada es krim untuk dinilai adalah antara -18 o sampai -15 o C (-0.4 o sampai 5 o F) Tekstur pada produk es krim merupakan struktur yang membentuk es krim secara keseluruhan, sehingga mempengaruhi kualitas es krim. Tektur es

6 34 dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, serta distribusi partikel komponennya. Es krim bermutu baik memiliki tekstur dengan substansi yang tegas atau kuat, merespon secara cepat ketika ditekan, mempunyai tekstur yang halus dan tidak terlalu dingin ketika berada didalam mulut (Clark et al 2009). Marshall dan Arbuckle (2000) juga menyatakan bahwa tekstur yang diinginkan dalam es krim adalah lembut, creamy dan homogenous. Konsistensi bentuk es krim berhubungan dengan campuran bahan penyusunnya. Resistensi terhadap suhu tinggi es krim (meleleh) dipengaruhi oleh sifat dan konsentrasi stabilizer atau emulsifier yang digunakan. Tekstur es krim bergantung pada bentuk, jumlah, susunan sel udara, globula lemak, kristal es serta rasio air yang cair dan beku pada es krim (Chandan et al 2008). Karakteristik atribut tekstur yang dinilai pada penelitian ini antara lain mutu kepadatan, kelembutan, kelumeran, rasa kasar (berserat), dan kekentalan. Mutu kepadatan. Mutu kepadatan penilaiannya diperngaruhi oleh manifestasi bahan baku, struktur kristal es yang terasa, kurangnya simultan lembut dari es krim dan rasa dingin yang tidak biasa ketika es krim berada didalam mulut. Kepadatan yang baik memiliki formasi ukuran kristal es yang kecil (Clark et al. 2009). Skor rataan mutu kepadatan formula terpilih dan kontrol adalah 4,7-5,7 (agak sedikit lebih padat sampai dengan agak sedikit lebih tidak padat). Skor rataan masing-masing formula dari yang tertinggi hingga terendah antara lain F9 (5,7), F5 (5,6), F6 (5,6), F0 (5,6), F8 (5,5) dan F2 (4,71) (Gambar 5). Berdasarkan sidik ragam Anova, hasil penilaian mutu kepadatan seluruh formula es krim dan kontrol tidak berpengaruh nyata (p>0,05) (Lampiran 10). Skor rataan kesukaan tertinggi dari tekstur es krim terdapat pada F6 (suka). Mutu kepadatan pada F6 adalah agak sedikit tidak padat. Setelah F6, formula lain yaitu F0 (agak suka), F5 (agak suka) dan F9 (agak suka) memiliki mutu kepadatan agak sedikit tidak padat. Skor kesukaan tekstur terendah terdapat pada F2 (biasa) dan F8 (biasa). Mutu kepadatan dari F2 dan F8 adalah cukup padat. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa kategori formula yang agak disukai sampai dengan disukai panelis adalah produk es krim yang sedikit kurang padat. Mutu kelembutan. Mutu kelembutan dipengaruhi oleh rongga-rongga udara yang terdispersi kedalam kristal-kristal es penyusun es krim. Ronggarongga udara tersebut dipengaruhi oleh viskositas bahan baku penyusun es krim

7 35 (Marshall dan Arbuckle 2000). Selain itu, tekstur kasar umumnya disebabkan oleh kesalahan formulasi, proses ageing, homogenisasi serta penggunaan emulsifier dan stibilizer yang kurang efektif, suhu penyimpanan yang berfluktuasi, proses distribusi dan menyimpanan yang lama (Clark et al 2009). Skor rataan mutu kelembutan es krim formula terpilih adalah 5,3-6,4 (cukup lembut sampai dengan lebih lembut). Kelembutan pada F0 (kontrol) lebih besar dari formula terpilih lain yang mendapat perlakuan (Gambar 5). Kosentrasi air pada F0 tidak disubtitusi dengan campuran sayuran, sehingga adonan es krim memiliki jumlah udara yang terperangkap pada adonan es krim dan total padatan yang lebih tinggi, namun tingkat viskositasnya lebih rendah sehingga nilai overrun es krim lebih tinggi. Mutu kelembutan menurut Clark et al (2009) berkorelasi dengan overrun es krim. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai overrun pada es krim, maka es krim tersebut akan terasa semakin lembut. Berdasarkan sidik ragam Anova ternyata subtitusi wortel, tomat dan daun katuk tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap seluruh formula terpilih dan kontrol (Lampiran 10). Formula dengan rataan kesukaan tertinggi hingga terendah antara lain F6 (suka), F0 (agak suka), F9 (agak suka), F8 (agak suka), F5 (agak suka), dan F2 (biasa). Mutu kelembutan pada F2 adalah cukup lembut, sedangkan formula lain yaitu F6, F0, F9, F8 dan F5 adalah agak sedikit lebih lembut. Berdasarkan hubungan tersebut, maka dapat diketahui bahwa panelis menyukai es krim yang sedikit lebih lembut. Mutu kelumeran. Mutu kelumeran dapat diketahui setelah beberapa saat es krim berada didalam mulut. Ketika es krim pertama kali ditempatkan ke dalam mulut, temperaturnya mematikan indra perasa untuk sementara waktu. Mencairnya kristal es krim adalah pada suhu -10 o sampai dengan 0 o C, yaitu sampai dengan sensasi dingin didalam mulut benar-benar menghilang (Clark et al. 2009). Skor rataan mutu kelumeran formula terpilih adalah 5,2-6,4 (cukup lumer sampai dengan lebih lumer). F0 (kontrol) memiliki skor penilaian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan formula lain yang mendapatkan perlakuan (Gambar 5). Jumlah air yang semakin sedikit dan padatan yang banyak meningkatkan kekentalan dan mengurangi kemampuan es krim untuk mengembang. Hal itu mengakibatkan gelembung udara yang terikat pada es krim semakin sedikit (Marshall et al 2003). Suhu didalam mulut akan mempengaruhi tekanan udara

8 36 pada es krim. Ketika es krim berada didalam mulut tekanan udara dimulut lebih rendah karena suhunya lebih tinggi. Hal itu menyebabkan udara pada es krim bergerak keluar menuju rongga mulut. Oleh karena itu, formula dengan kadar air yang tinggi memiliki resistensi lebih rendah terhadap suhu, sehingga mudah meleleh ketika berada didalam mulut. Mutu kelumeran formula terpilih dan kontrol berdasarkan hasil sidik ragam Anova berpengaruh nyata (p<0,05) (Lampiran 10). Uji Duncan menunjukkan bahwa F2 berbeda nyata dengan F6 dan F0 namun tidak berbeda nyata dengan F8, F5 dan F9. Penjelasan uji lanjut Duncan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13. Berdasarkan penilaian panelis, F2 merupakan formula dengan tingkat kesukaan tekstur terendah (biasa) dengan mutu kelumeran cukup lumer. F6 memiliki tekstur yang disukai panelis. Formula itu memiliki mutu agak sedikit lebih lumer. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa formula yang disukai oleh panelis adalah es krim yang sedikit lebih lumer. Mutu rasa kasar (berserat). Mutu rasa kasar (berserat) dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada setiap formula. Berdasarkan penilaian panelis skor rataan mutu rasa kasar (berserat) pada formula terpilih dan kontrol adalah 4,9-6,5 (agak sedikit lebih kasar (berserat) sampai dengan agak sedikit lebih tidak kasar (tidak berserat)). Mutu rasa kasar atau berserat pada formula dengan skor rataan kesukaan tesktur tertinggi yaitu F6 (suka) dan terendah F2 (biasa) adalah cukup kasar (cukup berserat). Selain itu, pada F5, F8 dan F9 mutunya juga cukup kasar (cukup berserat). Berbeda dengan semua formula tersebut, F0 (kontrol) memiliki mutu agak sedikit lebih tidak kasar (lebih tidak berserat). Penambahan sayur pada formulasi bahan es krim berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap penilaian mutu rasa kasar (berserat) es krim (Lampiran 10). Berdasarkan uji lanjut Duncan F0 (kontrol) berbeda nyata dengan semua formula terpilih yang mendapatkan perlakuan. Hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 14. Seluruh bahan baku sayur telah dihancurkan sebelumnya oleh hand held tokeby dengan kekuatan rpm. Akan tetapi, perlakuan tetap mempengaruhi mutu rasa kasar (berserat) pada formula yang mendapat perlakuan. Pada F0 (kontrol) nilai rasa kasar (berserat) yang dimiliki lebih baik jika dibandingkan dengan formula lain yang mendapat perlakuan.

9 37 Hasil korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif dan kuat antara perlakuan dengan penilaian rasa kasar (berserat) es krim (p<0,05) (Lampiran 22). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkatnya perlakuan subtitusi wortel, tomat dan daun katuk pada es krim maka tekstur kasar (berserat) semakin terasa. Mutu kekentalan. Mutu kekentalan seluruh formula terpilih beserta dengan kontrol berada pada kisaran 5,2-5,8 (cukup kental sampai dengan agak sedikit lebih kental). F6 sebagai dengan skor rataan kesukaan tekstur tertinggi memiliki mutu agak sedikit lebih kental. Selain itu mutu pada formula lain seperti F0, F2, F5 dan F9 juga agak sedikit lebih kental. Berbeda dengan semua formula tersebut F8 dengan skor kesukaan 5,52 (biasa) memiliki mutu cukup kental. Berdasarkan sidik ragam Anova formulasi sayur pada masing-masing es krim tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap penilaian mutu kekentalan dari panelis (Lampiran 10). Rasa Mutu rasa manis. Mutu rasa manis pada produk dipengaruhi oleh jumlah gula dan formulasi sayur yang terdapat didalam komposisi es krim. Skor rataan mutu rasa manis hasil penilaian panelis adalah 5,2-5,6 (cukup manis sampai dengan agak sedikit lebih manis) (Gambar 5). Uji kesukaan menunjukkan bahwa panelis agak suka terhadap rasa F5, F6, F8. Ketiga formula tersebut memiliki mutu cukup manis. F2 yang memiliki skor rataan kesukaan rasa sebesar 5,21 (biasa) dan memiliki mutu agak sedikit lebih manis. Berdasarkan uji Anova, diketahui bahwa formulasi sayur tidak berpengaruh secara nyata (p>0,05) terhadap penilaian mutu rasa manis yang diberikan panelis (Lampiran 5). Mutu rasa pedas. Mutu rasa pedas yang ditimbulkan diharapkan menjadikan ciri khas dan keunikan tersendiri bagi produk. Skor rataan nilai mutu rasa pedas formula terpilih beserta dengan kontrol adalah 5,1-6,4 (cukup pedas sampai dengan lebih pedas). Beberapa formula yang rasanya agak disukai panelis berdasarkan uji kesukaan es krim seperti F0, F5 dan F6 memiliki mutu agak sedikit lebih pedas. F2 dengan skor hedonik rasa sebesar 5,21 (biasa) memiliki mutu cukup pedas. Rasa Pedas merupakan salah satu alternatif modifikasi es krim pada penelitian ini untuk meningkatkan citarasa dan kesukaan konsumen. Cabai

10 38 umumnya mengandung 0,1-1% rasa pedas yang ditimbulkan oleh zat capsaicin dan dihidrocapsaicin. Zat tersebut berwarna dibagian tengah cabai yang berwarna putih ketika dibelah (Cahyono 2003). Capsaicin pada minyak hanya larut didalam minyak dan tidak larut didalam air. Zat capcaisin dan dihidrocapsaicin pada cabai rawit lebih besar jika dibandingkan dengan paprika atau cabai besar. Selain capsaicin, cabai juga mengandung zat mucokinetik. Zat ini mampu mengatur, mengurangi, atau mengeluarkan lendir pada paru-paru. Oleh karena itu, cabai sangat membantu penderita bronchitis, influenza, sinusitis dan asma dalam pengeluaran lendir (Prajnata 2007). Kosentrasi cabai yang digunakan pada setiap formula adalah sama yaitu sebesar 1%, Penilaian mutu rasa pedas dari panelis terhadap semua formula yang terpilih dan kontrol berdasarkan sidik ragam Anova tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap mutu rasa pedas es krim (Lampiran 10). Warna Mutu warna. Mutu warna es krim yang baik harus menarik dan menyenangkan konsumen, seragam serta dapat mewakili citarasa yang ditambahkan (Arbuckle 1986). Skor rataan mutu warna hasil penilaian panelis terhadap warna formula terpilih beserta dengan kontrol adalah 5,2-6,7 (hijau kekuningan sampai dengan kuning muda). F0 (kontrol) yang memiliki mutu warna kuning pucat, berdasarkan uji kesukaan disukai panelis. F2 yang memiliki skor kesukaan warna 5,29 (biasa) memiliki mutu warna hijau kekuningan. Selain itu, formula yang berwarna antara kuning pucat hingga kuning muda seperti F5, F6, F8 dan F9, berdasarkan uji kesukaan agak disukai oleh panelis. Formulasi sayur pada es krim berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap penilaian mutu warna panelis (Lampiran 10). Berdasarkan uji lanjut Duncan, diketahui bahwa F2 tidak berbeda nyata dengan F0 namun berbeda nyata dengan F9, F5, F6 dan F8. Uji lanjut Duncan mutu warna dapat dilihat pada Lampiran 18. Hasil data analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa perlakuan berkorelasi positif dan kuat terhadap penilaian mutu warna organoleptik panelis (p<0,05) (Lampiran 22). Jika perlakuan yang diberikan semakin tinggi, maka warna kuning yang ditimbulkan akan semakin tajam dan warna hijau semakin tertutupi.

11 39 Intensitas warna es krim pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh kandungan susu, mentega dan komposisi sayurannya. Brown (2000) menyebutkan bahwa warna yang ditimbulkan pada sayur terdiri atas tiga macam yaitu karotenoid (kuning-oranye-merah), klorofil (biru-hijau) dan flavonoid (merahbiru). Pada formula yang mendapatkan perlakuan, wortel dan tomat menyumbangkan warna kuning, oranye hingga merah. Warna tersebut berasal dari pigmen karotenoid (alfa, beta dan gamma karoten), likopen dan xanthophil, serta flavonoid. Warna hijau pada es krim berasal dari pigmen klorofil yang terdapat didalam daun katuk. Penurunan penilaian warna terlihat pada F7. Rendahnya penilaian tersebut diduga dapat disebabkan oleh proses pemanasan yang berlebihan. Pigmen β-karoten rentan terhadap proses pemanasan. Proses pemanasan yang berlebihan dapat memodifikasi struktur kimia pada pigmen sayur sehingga teroksidasi. Proses tersebut mengakibatkan penurunan kandungan vitamin A serta intensitas warnanya (kuning-oranye-merah) (Brown 2000). Aroma Aroma Langu. Skor rataan nilai mutu aroma langu formula terpilih dan kontrol adalah 4,3-5,7 (agak sedikit lebih beraroma langu sampai dengan agak sedikit lebih tidak beraroma langu) (Gambar 5). Pada F5 dan F8 yang memiliki penerimaan aroma agak suka dari panelis memiliki mutu cukup beraroma langu. F0 (kontrol) yang memiliki mutu agak sedikit lebih tidak beraroma langu memiliki rataan skor kesukaan 5,45 (biasa). Perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap hasil penilaian aroma langu dari panelis (Lampiran 10). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa F2 berbeda nyata dengan seluruh formula. Penjelasan mengenai uji lanjut Duncan aroma langu dapat dilihat pada Lampiran 19. Langu yang tercium disebabkan oleh enzim lipoksidase yang terdapat pada sayuran hijau (Brown 2000). Lipoksidase pada daun katuk menimbulkan aroma langu jika proses pemasakan tidak berlangsung sempurna. Enzim lipoksidase dapat mengkatalisis penambahan oksigen pada ikatan rangkap dari asam lemak tak jenuh tumbuhan asal (lipoksidase) (Pudyaatmaka 2002). Aroma cabai. Skor rataan penilaian mutu aroma cabai panelis terhadap es krim dengan formula terpilih dan kontrol adalah 4,9-5,5 (agak sedikit lebih tidak beraroma cabai sampai dengan agak sedikit lebih beraroma cabai)

12 40 Es krim yang aromanya agak disukai oleh panelis seperti pada F5 dan F8 memiliki mutu cukup beraroma cabai. F0 (kontrol) yang memiliki mutu agak sedikit lebih beraroma cabai memiliki skor hedonik aroma sebesar 5,45 (biasa). Kosentrasi cabai yang terdapat pada seluruh es krim sebesar 1% dari total persentase bahan penyusunnya. Oleh karena itu, uji keragaman Anova menunjukkan bahwa formulasi sayur pada es krim tidak berpengaruh secara nyata (p>0,05) terhadap penilaian mutu aroma cabai dari panelis (Lampiran 10). Aroma susu. Skor rataan nilai mutu aroma susu formula terpilih dan kontrol adalah 4,9-6 (agak sedikit lebih tidak beraroma susu sampai dengan agak sedikit lebih beraroma susu). Aroma susu dari es krim dipengaruhi oleh lemak susu yang digunakan (Clark et al. 2009). Formula es krim yang agak disukai panelis yaitu F5 dan F8 memiliki mutu agak sedikit lebih beraroma susu. Beberapa formula lain seperti F2 dan F6 yang memiliki mutu cukup beraroma susu memiliki penerimaan biasa dari panelis. Berdasarkan sidik ragam Anova diketahui bahwa formulasi sayur berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap aroma susu yang dinilai oleh panelis pada setiap formula (Lampiran 10). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa F0 tidak berbeda nyata dengan F8 dan F9 namun berbeda nyata dengan F5, F6, dan F2. Hasil uji lanjut Duncan setiap formula dapat dilihat lebih lanjut pada Lampiran 21. Karakteristik Fisik Es Krim Rujak Multi Sayur. Karakteristik es krim dari seluruh formula terpilih beserta dengan kontrol dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik fisik es krim rujak multi sayur seluruh formula terpilih dan kontrol Formula Overrun (%) Waktu leleh (detik) Viskositas (cp) Total padatan (%) Derajat keasaman (ph) F0 22,78 b 1029 a 530 a 32,08 a 6,38 b F2 15,29 a 1300 b 2420 b 36,68 b 5,90 a F5 15,03 a 1566 c 2970 ab 37,34 b 6,03 ab F6 16,06 a 1354 d 3240 b 36,50 b 6,01 ab F8 13,37 a 1453 e 3180 b 35,92 b 6,07 ab F9 14,10 a 1524 f 2800 ab 36,17 b 6,08 ab Keterangan: Huruf pada setiap angka menunjukkan perbedaan berdasarkan Anova. Nilai Overrun. Nilai overrun mempengaruhi volume adonan es krim (Marshall et al 2003). Penambahan volume es krim bergantung pada proses pemutaran dan pembekuan pada alat ice cream maker yang mengakibatkan udara dapat terperangkap didalam es krim (Marshall dan Arbuckle 2000).

13 41 Standar overrun yang baik pada produk es krim berkisar antara 28%-30% (Marshall et al 2003). Hasil rataan overrun dari keenam formula berkisar 13,37-22,78% (Lampiran 23). Rendahnya hasil overrun tersebut dapat disebabkan oleh proses pengembangan adonan es krim yang masih menggunakan alat votator semi manual (tanpa suntikan udara). Marshall el al (2003) juga menjelaskan bahwa produk es krim yang dibuat tanpa suntikan udara dan memiliki total padatan 32-33% akan menghasilkan produk dengan overrun yang kurang dari 50%. Perlakuan berdasarkan sidik ragam Anova perlakuan berpengaruh secara nyata (p<0,05) dengan nilai overrun es krim (Lampiran 39). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa F0 (kontrol) berbeda nyata dengan semua formula. Overrun pada formula lain saling tidak berbeda nyata kecuali dengan F0. Penjelasan lebih lanjut mengenai uji lanjut Duncan pada Lampiran 40. Berdasarkan uji korelasi Pearson dapat diketahui perlakuan memiliki korelasi negatif terhadap nilai overrun es krim (p<0,05), artinya semakin tinggi perlakuan yang diberikan maka semakin rendah nilai overrun es krim (Lampiran 44). Arbuckle (1986) menyatakan bahwa nilai overrun dipengaruhi oleh viskositas stabilizer, emulsifier, kadar air serta total padatan es krim. Perlakuan yang tinggi diduga dapat menurunkan kadar air dan meningkatkan viskositas total padatan es krim. Kosentrasi air yang berkurang dapat meningkatkan emulsi dan kekentalan serta menyebabkan retrogradasi es krim. Viskositas total padatan es krim yang bertambah juga menyebabkan es krim tidak dapat mengembang secara optimum. Oleh karena itu, perlakuan yang bertambah dapat menurunkan nilai overrun es krim. Waktu Leleh. Waktu leleh berpengaruh terhadap kualitas es krim. Es krim yang berkualitas baik adalah es krim yang tidak cepat meleleh pada suhu ruang, akan tetapi cepat meleleh pada suhu tubuh (es krim berada didalam mulut). Waktu leleh yang baik menurut (Marshall et al. 2003) adalah menit sejak es krim dikeluarkan dari freezer hingga meleleh secara merata, seragam dan homogen pada suhu ruang (sekitar 20 o C). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rataan waktu leleh seluruh formula berada pada detik (14-23 menit) (Lampiran 24). Perlakuan mempengaruhi waktu leleh pada setiap formula. Hasil analisis ragam Anova menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap waktu

14 42 leleh es krim (p<0,05) (Lampiran 39). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa waktu leleh seluruh formula saling berbeda nyata (Lampiran 41) Berdasarkan uji korelasi Pearson, waktu leleh berkorelasi positif dan kuat terhadap perlakuan (p<0,05), artinya semakin tinggi perlakuan formulasi sayur pada es krim maka semakin lama waktu lelehnya (Lampiran 44). Perlakuan sayur pada penelitian ini menggantikan jumlah air pada adonan es krim. Semakin besar pelakuan maka semakin kecil jumlah air yang ditambahkan sehingga dapat mengurangi kristal es yang terbentuk (Arbuckle 1986). Selain itu, perlakuan yang bertambah juga meningkatkan total padatan es krim. Berdasarkan Marshall et al. (2003), total padatan yang bertambah menyebabkan tekstur es krim lebih kompak, total padatan dan kekentalan meningkat, serta mempunyai resistensi pelelehan yang tinggi sehingga tidak mudah meleleh. Viskositas (Kekentalan). Viskositas (kekentalan) merupakan daya tahan internal suatu cairan untuk mengalir (Fellows 2000). Viskositas es krim dipengaruhi oleh komposisi lemak dan stabilizer, jenis dan kualitas bahan baku, proses pasteurizasi, homogenisasi, dan penuaan, konsentrasi total padatan es krim dan temperatur (Arbuckle dan Frandsen 1961). Pengukuran viskositas es krim dilakukan dengan menggunakan alat Brookfield RVT Viscometer. Berdasarkan hasil analisis, maka viskositas es krim formula terpilih dan kontrol adalah cp (Lampiran 25). Hasil analisis ragam Anova menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap viskositas es krim (Lampiran 39). Selanjutnya pada uji lanjut Duncan terlihat bahwa viskositas F0 (kontrol) berbeda nyata dengan semua formula. Nilai viskositas F2 tidak berbeda nyata dengan F9 dan F5, namun berbeda nyata dengan F0, F8 dan F6. Data viskositas berdasarkan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 42. Perlakuan berkorelasi positif dan kuat (p<0,05) terhadap nilai viskositas es krim (Lampiran 46) Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa semakin tinggi perlakuan (formulasi sayur) yang diberikan pada setiap formula maka semakin tinggi nilai viskositasnya. Hal ini terjadi karena semakin tinggi perlakuan, maka semakin berkurang kosentrasi air pada es krim dan semakin banyak jumlah total padatannya. Total padatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa total padatan es krim formula terpilih dan kontrol sebesar 32,08-37,33% (Lampiran 26). Total padatan pada es krim berbeda-beda sesuai dengan jenis kategori produk es krim.

15 43 Persentase komposisi total padatan es krim menurut jenisnya antara lain es krim ekonomi 37-40%, regular 38-40%, premium 40-50%, super premium 40-42%, low fat 34,80%, dan sherbet 35.4% (Chandan et al. 2008). Berdasarkan Chandan et al. (2008) maka total padatan es krim rujak multi sayur berada pada kategori low fat sampai dengan es krim ekonomi. Berdasarkan hasil Anova diketahui bahwa perlakuan berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap total padatan es krim (Lampiran 39). Uji lanjut Duncan total padatan es krim menunjukkan bahwa F0 berbeda nyata dengan semua formula. Es krim yang mendapat perlakuan saling tidak berbeda nyata, kecuali dengan kontrol (Lampiran 43) Nilai ph (derajat keasaman). Derajat keasaman (ph) dianalisis dengan menggunakan alat ph meter yang telah dikalibrasi oleh buffer ph 4 dan 7. Derajat keasaman (ph) yang rendah pada es krim dapat mengurangi nilai overrun dan kestabilan emulsi, serta menimbulkan bau yang kurang enak. Sebaliknya, jika ph es krim tinggi (basa), maka protein akan bersifat melarut sehingga ketabilan emulsi berkurang (Marshall et al. 2003). Kandungan ph es krim dipengaruhi oleh komposisi bahan baku dan peningkatan komponen padatan bukan lemak susu (solid-non-fat) es krim (Arbuckle dan Frandsen 1961). Hasil uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap nilai ph es krim (Lampiran 45). Arbuckle dan Frandsen (1961) menyebutkan bahwa ph normal es krim adalah 6,3, sedangkan ph untuk es krim probiotik yang masih dapat diterima menurut (Hekmat dan Mc Mahon 1992) adalah 5,5. Oleh karena itu rataan ph seluruh formula hasil penelitian ini masih berada pada rentang yang dapat diiterima, yakni sebesar 5,9-6,38 (Lampiran 27). Kandungan ph dari masing-masing formula dipengaruhi oleh perlakuan jumlah perbandingan komposisi sayur penyusunnya. Formula dengan perbandingan formulasi tomat yang lebih besar dari wortel memiliki ph yang lebih rendah daripada formula dengan perbandingan wortel dan tomat sama atau wortel lebih besar daripada tomat. Nilai ph F2 (1:2:0,5) dan F6 (2:3:0,5) lebih rendah dari F5 (2:2:0,5), F8 (3:2:0,5) dan F9 (3:3:0,5). Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh ph tomat yang lebih rendah daripada wortel. Buah tomat sebagian besar terdiri atas air dan selebihnya berupa padatan sebesar 5-7%. Derajat keasaman (ph) tomat lebih rendah dari wortel. Tomat memiliki ph (Jones 2008), sedangkan nilai ph wortel sebesar 6,0-6,8 (Rukmana 1995).

16 44 Kandungan Gizi Es Krim Rujak Multi Sayur.. Analisis ini dilakukan pada formula terpilih berdasarkan uji hedonik es krim. Perbandingan wortel,tomat dan daun katuk pada kontrol dan formula terpilih antara lain F0 (0:0:0), F2 (1:2:0.5), F5 (2:2:0.5), F6 (2:3:0.5), F8 (3:2:0.5) dan F9 (3:3:0.5). Kandungan gizi (dry basis) pada es krim tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kandungan gizi pada es krim rujak multi sayur pada formula terpilih dan kontrol (dry basis) Formul a Kadar air (%) Kadar abu (%) Kadar protein (%) Kadar lemak (%) Kadar karbohidr at (%) Energi (kkal) Kadar total serat (%) Kadar total karoten (µg/g) F0 67,92 b 3,30 a 9,60 a 26,55 c 60,54 ab 519 b 12,88 a 2,00 a F2 63,33 a 3,41 ab 8,33 a 24,13 ab 64,13 c 507 a 24,01 c 92,12 b F5 62,67 a 3,33 a 9,61 a 23,76 a 63,29 c 505 a 24,08 c 83,01 b F6 63,51 a 3,70 ab 9,03 a 25,32 abc 61,94 bc 512 bc 19,25 b 91,85 b F8 63,09 a 3,83 b 8,03 a 25,89 bc 62,24 bc 514 bc 22,07 c 85,25 b F9 63,83 a 3,76 ab 8,67 a 29,09 d 58,49 a 530 c 22,66 c 94,86 b Keterangan: Huruf pada setiap angka menunjukkan perbedaan berdasarkan Anova. Kadar Air. Kadar air pada es krim yang bermutu baik menurut Clarke (2004) sebesar 60-72% dari komposisi es krim. Penetapan kadar air pada penelitian ini menggunakan metode oven. Persentase rata-rata hasil penelitian es krim rujak multi sayur menunjukkan bahwa produk memiliki persentase kadar air (%bb) yang normal, yaitu sebesar 62,73-67,99% (Lampiran 28). Analisis sidik ragam Anova menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar air es krim (Lampiran 45). Berdasarkan uji lanjut Duncan, terlihat bahwa kadar air tertinggi pada F0 (kontrol) berbeda nyata dengan seluruh formula. Seluruh formula yang mendapat perlakuan saling tidak berbeda nyata, kecuali dengan F0 (Lampiran 47). Air mempengaruhi pembentukan kristal es pada es krim. Struktur matriks air dapat diatur dengan menggunakan stabilizer dan emulsifier agar kristal es pada produk tetap kecil selama penyimpanan pada suhu rendah berlangsung (Evans 2008). Kadar Abu. Kadar abu menggambarkan kandungan mineral suatu bahan pangan. Kadar abu suatu bahan pangan menggambarkan kandungan zat anorganik dalam bahan yang diteliti karena zat-zat organik ikut hancur pada proses pembakaran. Perlakuan berdasarkan uji keragaman Anova tidak berpengaruh secara nyata (p>0,05) terhadap kadar abu es krim (Lampiran 45). Kadar abu es krim formula terpilih dan kontrol 1,06-1,36% (Lampiran 29).

17 45 Kadar Protein. Kadar protein berfungsi memperbaiki pengembangan struktur termasuk proses pembentukan emulsi, sifat whipping, kemampuan untuk menahan air sehingga meningkatkan kekentalan dan menurunkan pembentukan kristal es pada es krim (Frandsen dan Arbukcle 1961). Sebagian besar protein pada es krim rujak multi sayur berasal dari jumlah susu yang terkadung didalamnya. Menurut Clarke (2004) susu mengandung beberapa komponen bioaktif seperti protein susu, laktosa, asam-asam lemak dan mineral. Hal ini menyebabkan produk turunan susu seperti es krim masih memiliki efek fungsional. Susu terdiri atas dua tipe protein (whey) yaitu kasein (80%) dan whey protein (20%). Keduanya dibedakan menurut kemampuan kelarutannya. Pada ph 4,6 dan suhu 20 0 C, whey protein dapat larut sedangkan kasein tidak. Akan tetapi, kasein lebih stabil keaktifan permukaannya terhadap denaturasi panas daripada whey protein. Protein pada es krim terpilih dan kontrol (%b/b) adalah 2,97-3,59% (Lampiran 30). Analisis ragam Anova menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kandungan protein es krim (Lampiran 45). Hal itu dapat terjadi diduga karena padatan susu tanpa lemak (PSTL) dan lemak susu yang digunakan pada semua formula berjumlah sama. Komponen whey protein beserta fungsinya antara lain alfalaktalbumin yang berperan serta dalam metabolisme karbohidrat; betalaktoglobulin berfungsi mengikat retinol (vitamin A) dalam saluran pencernaan sehingga meningkatkan penyerapannya; imunogobulin dapat meningkatkan imunitas tubuh; laktoferin sebagai glikoprotein pengikat zat besi sebagai zat pertahanan tubuh nonspesifik terhadap pathogen; serta glikomakropeptida sebagai prebiotik (menstimulasi pertumbuhan bakteri baik), mempercepat penyembuhan luka, serta meningkatkan regulasi pencernaan (Clarke 2004). Kadar Lemak. Kadar lemak pada es krim rujak multi sayur dipengaruhi oleh kosentrasi lemak susu (mentega) yang digunakan, yaitu sebesar 2,5%. Kosentrasi lemak pada komposisi es krim lebih kecil daripada jumlah gula (sukrosa) yang digunakan yaitu sebesar 14%. Oleh karena itu, menurut Marshall dan Arbuckle (2000) es krim rujak multi sayur ini dapat dikategorikan kedalam es krim rendah lemak (low fat ice cream) atau disebut juga dengan ice milk karena kosentrasi gula pada es krim besar dari jumlah lemak yang digunakan. Kandungan lemak pada masing-masing formula dipengaruhi secara nyata (p<0,05) oleh perlakuan (Lampiran 45). Kosentrasi lemak susu yang digunakan

18 46 pada seluruh es krim berjumlah sama, namun berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa terdapat perbedaan lemak pada beberapa formula es krim. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar lemak tertinggi yang terdapat pada F9 berbeda nyata dengan seluruh formula es krim. Persentase lemak pada F5 tidak berbeda nyata dengan F2 dan F6 namun berbeda nyata dengan F8, F0 dan F9. Pada F8 tidak berbeda nyata dengan F2, F6 dan F0 namun berbeda nyata dengan F5 dan F9. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 50. Kadar lemak (%b/b) pada es krim formula terpilih dan kontrol sebesar 8,52-10,52% (Lampiran 31). Metode soxhlet pada penelitian ini dapat menghitung jumlah lemak secara kasar. Artinya, berat seluruh komponen yang terlarut didalam pelarut hexane dihitung sebagai kadar lemak suatu bahan pangan. Oleh karena itu persentase kandungan lemak es krim (%bb) bertambah ketika perlakuan bertambah (Lampiran 31). Menurut Brown (2000), pigmen karotenoid dan klorofil dapat larut didalam lemak. Perbedaan kadar lemak yang terjadi pada formula es krim ini diduga karena karotenoid dari perlakuan ikut terlarut dalam pelarut hexane saat analisis berlangsung. Oleh karena itu, semakin tingginya perlakuan yang diberikan, maka semakin banyak karotenoid ikut terhitung sebagai lemak. Kadar Karbohidrat. Kadar karbohidrat dilakukan dengan metode by difference. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap kandungan karbohidrat es krim (Lampiran 45). Uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa karbohidrat pada F9 berbeda nyata dengan seluruh formula, kecuali dengan F0. Pada F0 tidak berbeda nyata dengan F9, F6 dan F8 namun berbeda nyata dengan F5 dan F2. Selain itu F2 sebagai formula dengan skor uji aanova tertinggi tidak berbeda nyata dengan F6, F8 dan F5, akan tetapi berbeda nyata dengan F9 dan F0. Tabel analisis uji lanjut Duncan terdapat pada Lampiran 51. Kadar karbohidart (%b/b) es krim formula terpilih dan kontrol adalah 19,42-23,63% (Lampiran 32). Walaupun jumlahnya relatif kecil, namun karbohidrat wortel dan tomat diduga secara tidak langsung dapat berkontribusi terhadap peningkatan persentase karbohidrat es krim. Setiap 100 gram wortel mengandung 9,3 gram karbohidrat (Rukmana 1995), sedangkan dalam 100 gram tomat segar juga mengandung karbohidrat sebesar 4 gram (Pracaya 2000). Kandungan Energi. Kandungan energi pada es krim bergantung pada pesentase karbohidrat termasuk laktosa, gula (sukrosa atau fruktosa), protein

19 47 (whey) pada susu, dan lemak susu yang menyusunnya. Jumlah energi yang umumnya diberikan oleh susu terdiri atas 8,79 kkal lemak, 4,27 kkal protein, dan 3,87 kkal karbohidrat. Nilai tersebut merupakan jumlah kalori yang berasal dari kalori (heat unit) zat gizi pada makanan (Marshall et al 2003). Berdasarkan Marshall et al (2003), berat dalam satu cup takaran saji produk es krim sebesar 85 gram. Satu takaran saji es krim dapat berkontribusi terhadap asupan energi sebesar 5%-10% dari 2000 kalori kebutuhan orang dewasa. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa es krim rujak multi sayur (per 85 gram) berkontribusi sebesar 8% kalori berdasarkan 2000 kalori kebutuhan orang dewasa. Energi pada masing-masing formula (%b/b) antara lain F0 167 kkal, F2 186 kkal, F5 189 kkal, F6 188 kkal, F8 190 kkal, dan F9 192 kkal (Lampiran 33). Analisis keragaman Anova menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap kandungan energi es krim (Lampiran 45). Uji lanjut Duncan selanjutnya menyatakan bahwa F9 berbeda nyata dengan seluruh formula lain. Pada F5 tidak berbeda nyata dengan F2, F6 dan F8 namun berbeda nyata dengan F0 dan F9. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 52. Hasil penelitian menunjukkan bahwa es krim pada F9 dengan perlakuan tertinggi memiliki tingkat energi yang berbeda dengan formula lain. Perlakuan wortel dan tomat diduga secara tidak langsung dapat mempengaruhi jumlah energi es krim. Dalam 100 gram wortel juga terdapat 6 gram karbohidrat (Cross 2008). Selain itu, sebesar 50% bagian dari berat kering tomat yang dikeringkan terdiri dari gula pereduksi (terutama glukosa dan fruktosa) dan sisanya merupakan asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin dan lipid (Spark 2007). Berdasarkan Agatston (2003) karbohidrat tomat sulit dipecah pada saat proses pencernaan berlangsung, sehingga memiliki indeks glikemik yang rendah. Berbeda dengan tomat, indeks glikemik pada wortel tergolong tinggi. Kadar serat. Total serat pangan dihitung dengan menjumlahkan serat larut dan tak larut dalam pangan. Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui total serat es krim (%b/b) pada formula terpilih dan kontrol adalah 4,13-8,99% (Lampiran 36). Analisis keragaman Anova membuktikan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap total serat es krim (Lampiran 45). Uji lanjut Duncan kemudian menunjukkan F0 dan F6 tidak berbeda nyata dengan seluruh formula (Lampiran 55).

20 48 Serat yang dapat larut merupakan serat makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Uji sidik ragam Anova menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar serat larut pada es krim (Lampiran 45). Selanjutnya, berdasarkan uji lanjut Duncan, maka diketahui F0 tidak berbeda nyata dengan F2 dan F5 namun berbeda nyata dengan F8, F6 dan F9. Formula dengan skor tertinggi yaitu F9 tidak berbeda nyata dengan seluruh formula, kecuali dengan F0. Penjelasan data lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 53. Hasil analisis kadar serat larut es krim formula terpilih dan kontrol adalah 2,45-5,87% (Lampiran 34). Kosentrasi serat larut dipengaruhi oleh persentase perbandingan tomat dan wortel penyusun krim. Sebagian besar serat tomat adalah serat larut, yaitu pada biji (musilase) dan permukaan kulit tomat (pektin). Dalam 100 gram wortel juga terdapat serat larut sebesar 1,742 mg (Rozaline 2008). Oleh karena itu, berdasarkan uji korelasi Pearson terlihat bahwa serat larut pada es krim berkorelasi positif dan kuat (p<0,05) dengan perlakuan, artinya semakin tinggi jumlah sayur tomat dan wortel yang diberikan, maka semakin besar nilai serat yang larut pada es krim (Lampiran 57). Kadar serat tidak larut (%b/b) es krim formula terpilih dan kontrol adalah 1,68-4,78% (Lampiran 35). Hasil analaisis keragamanan Anova menilai bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap serat tidak larut es krim (Lampiran 45). Setelah itu uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa F6 tidak berbeda nyata dengan F0, F9 dan F8 namun berbeda secara nyata dengan F5 dan F2. Formula dengan serat tak larut tertinggi terdapat pada F2. Pada F2 tidak berbeda nyata dengan F8 dan F5, akan tetapi berbeda nyata dengan F6, F0 dan F9. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat melalui data pada Lampiran 54. Kadar serat makanan (dietary fiber) merupakan unsur dari sel-sel tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim di saluran pencernaan. Kebutuhan serat yang dianjurkan pada anak-anak sebesar gram/hari, sedangkan pada dewasa gram/hari (Brown 2000). Kadar total karoten. Total karoten es krim dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri. Kadar total karoten (%b/b) es krim formula terpilih dan kontrol adalah 0,64-33,78 ppm (Lampiran 37). Uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar total karoten es krim (Lampiran 45). Berdasarkan uji lanjut Duncan, diketahui bahwa F0 (kontrol) berbeda nyata terhadap semua formula. Selain itu, uji tersebut juga

21 49 menunjukkan bahwa nilai seluruh formula yang mendapatkan perlakuan saling tidak berbeda nyata, kecuali dengan F0 (kontrol) (Lampiran 56) Berdasarkan uji korelasi Pearson, perlakuan berkorelasi positif dan kuat terhadap kadar total karoten es krim (Lampiran 57). Oleh karena itu, semakin tinggi perlakuan yang dilakukan, maka semakin besar jumlah total karoten yang terdapat pada es krim. Aktivitas Vitamin A dan Kontribusi Total Karoten Es Krim Rujak Multi Sayur terhadap Pemenuhan Kebutuhan Vitamin A Hasil analisis total karoten produk terpilih dikonversi menjadi β-karoten dengan cara mengalikan hasil dengan 56,02% (Basiron 2005). Aktivitas vitamin A dalam RE diperoleh dengan membagi hasil menggunakan angka 6 (Eitenmiller et al 2008). Hasil perhitungan konversi betakaroten terhadap aktivitas vitamin A (RE/g) pada masing-masing formula antara lain F0 0,06 RE/g; F2 3,15 RE/g; F5 2,89 RE/g; F6 3,13 RE/g; F8 2,94 RE/g dan F9 3,20 RE/g. Berdasarkan Marshall et al (2003), berat dalam satu cup takaran saji es krim sebesar 85 gram. Sumbangan vitamin A (RE) per takaran saji (85 gram) es krim pada setiap formula antara lain F0 5,08 RE; F2 268,08 RE; F5 245,94 RE; F6 265,70 RE; F8 249,91 RE dan F9 272,37. Persentase kontribusi vitamin A terhadap Angka Kecukupan Gizi (2004) anak-anak, remaja dan dewasa dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Persentase kontribusi vitamin A es krim per takaran saji (85 gram) terhadap AKG vitamin A anak-anak, remaja dan dewasa. Persentase kontribusi terhadap AKG vitamin A (%) Sampel Anak Pria Wanita 7-9 th th 65 th th th 65 th + F0 1,02 0,85 0,85 0,85 1,02 1,02 F2 53,62 44,68 44,68 44,68 53,62 53,62 F5 49,18 40,98 40,98 40,98 49,18 49,18 F6 53,14 44,28 44,28 44,28 53,14 53,14 F8 49,98 41,65 41,65 41,65 49,98 49,98 F9 54,48 45,40 45,40 45,40 54,48 54,48 Berdasarkan perhitungan Tabel 10, dapat dilihat bahwa es krim dengan perlakuan penambahan sayur dapat memenuhi 40-50% kebutuhan vitamin A anak-anak, remaja dan dewasa (>20% AKG), sedangkan F0 sebagai kontrol hanya dapat memenuhi kebutuhan AKG vitamin A kurang dari 10%. Oleh karena itu, dengan dua kali mengkonsumsi es krim rujak multi sayur, maka sudah hampir mencukupi kebutuhan vitamin A per hari. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI mengemukakan bahwa nilai Acuan Label Gizi (ALG) vitamin A produk pangan untuk kelompok konsumen adalah sebesar 600 RE atau setara dengan 3600 mcg β-karoten dan 7200 mcg

22 50 total karoten (per 100 gram) (HK ). Menurut Karmini dan Briawan (2004) suatu produk pangan dapat memiliki klaim sebagai produk pangan tinggi suatu zat gizi dengan persyaratan dapat berkontribusi sebesar 20% terhadap Acuan Label Gizi (ALG) per 100 gram dalam bentuk padat atau 10% ALG per 100 kkal atau 20% ALG per sajian. Es krim rujak multi sayur memiliki kontribusi vitamin A (per takaran saji) melebihi 20% ALG (600 RE). Oleh karena itu, klaim yang dapat disimpulkan adalah formula es krim rujak multi sayur yang terpilih merupakan produk pangan fungsional tinggi atau kaya provitamin A. Analisis Biaya dan Harga Produk Es Krim Rujak Multi Sayur Analisis biaya pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan produk yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap pemenuhan kebutuhan vitamin A namun memiliki efisiensi nilai ekonomi yang tinggi. Kapasitas produksi es krim adalah 8,5 kg per hari atau memenuhi 100 cup es krim (85 gram per takaran saji). Estimasi harga dasar per cup beserta dengan harga vitamin A per takaran saji dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Estimasi harga dasar produk es krim Sampel Harga dasar produk Harga vitamin A per takaran saji (Rp) per takaran saji (Rp) F0 3039,8 598,4 F2 3504,3 13,1 F5 3521,5 14,3 F6 3527,2 13,3 F8 3516,9 14,1 F9 3522,4 12,9 Perhitungan nilai ekonomi produk dilakukan dengan menggunakan analisis biaya dalam skala rumah tangga. Tenaga kerja yang digunaka sebanyak tiga orang. Dalam satu hari, es krim yang diproduksi adalah 100 buah dengan berat 85 gram per takaran saji. Estimasi biaya dihitung dengan menjumlahkan total biaya tetap, total biaya bahan, total biaya operasional dan lain lain. Perhitungan analisis biaya dan penentuan harga dasar produk per takaran saji (85 gram) dapat dilihat pada Lampiran 66. Perhitungan dilakukan dengan cara membagi harga dasar produk takaran saji dengan jumlah vitamin A per takaran saji es krim. Harga dasar produk pada Tabel 11 menunjukkan bahwa formula dengan efisiensi harga tertinggi terdapat pada F9. Artinya jumlah vitamin A pada formula tersebut tinggi namun memiliki harga per satuan vitamin A yang lebih rendah dari formula lainnya, yaitu sebesar Rp 12,9 (per 85 gram).

23 51 Kelebihan dan Kekurangan Es Krim Rujak Multi Sayur Kelebihan dan kekurangan produk juga diketahui berdasarkan hasil rekapitulasi dari komentar dari panelis yang ditulis lembar uji organoleptik.pada lembar akhir uji organoleptik, panelis diminta untuk mengisi kolom kelebihan dan kekurangan produk. Kelebihan dan kekurangan produk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik Produk Kelebihan dan kekurangan es krim rujak multi sayur berdasarkan penilaian panelis Kelebihan Penilaian Kelebihan Kekurangan Penilaian Kekurangan N % Produk N % Produk Tekstur 5 16,7 Sudah cukup lumer Lembut Mudah meleleh dimulut Rasa 25 83,3 Unik dan menarik Inovatif Rasa pedas khas Rasa produk seperti berbahan dasar buah bukan sayur 5 16,7 Serat sayur masih terasa Mudah mencair pada suhu ruang Rasa Creamy susu kurang terasa 0 0,0 Aroma 0 0,0-6 20,0 Aroma langu masih tercium Aroma susu kurang tercium Warna 0 0, ,3 Kurang menarik Total panelis , ,0 Keterangan: N = jumlah panelis Kelebihan es krim berdasarkan sebaian besar panelis terletak pada rasa produk. Es krim rujak multi sayur dinilai menawarkan cita rasa yang unik dan inovatif, yaitu rasa manis dan pedas yang khas. Selain itu, 16,7% panelis menilai bahwa tekstur es krim dinilai sudah cukup lembut dan lumer. Kekurangan pada es krim rujak multi sayur menurut sebagian besar panelis terdapat pada warna produk. Warna produk yang diberi perlakuan sulit dibedakan dan dinilai kurang menarik. Alternatif yang dapat diberikan menurut panelis adalah dengan menggunakan pewarna makanan yang diperbolehkan, menambahkan taburan coklat, kacang atau choco chips diatasnya. Karakteristik lain yang masih kurang adalah aroma langu yang masih tercium. Sebesar 16,7% panelis juga menilai bahwa tekstur es krim juga masih membutuhkan perbaikan. Panelis menilai bahwa tekstur es krim masih berbeda -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Jeruk termasuk buah dalam keluarga Citrus dan berasal dari kata Rutaceae. Buah jeruk memiliki banyak khasiat, salah satunya dalam daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Es Krim Es krim merupakan produk susu beku yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki gizi tinggi dan banyak dikembangkan dari berbagai bahan alternatif (Aboulfalzli

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan awal penelitian ini yaitu dilakukan pembuatan es krim sayur dengan perbedaan perbandingan pasta sayuran sehingga didapatkan sembilan formula es krim sayur. Perbandingan pasta

Lebih terperinci

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang mudah ditemukan dalam bahan pangan dan hampir selalu terdapat pada hidangan sehari-hari masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki taksonomi menurut Rukmana (2003), sebagai berikut: : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki taksonomi menurut Rukmana (2003), sebagai berikut: : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Jeruk Manis (Citrus Aurantinum) Jeruk manis adalah salah satu jenis jeruk yang ada di Indonesia yang memiliki taksonomi menurut Rukmana (2003), sebagai berikut: Kingdom

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan hingga saat ini pemasarannya sudah semakin meluas dan dikonsumsi oleh seluruh

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. La tar Belakang Velva adalah campuran dari puree buah (hancuran buah dalam bentuk bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini banyak dikembangkan di Indonesia. Gelato termasuk jenis frozen dairy food

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini banyak dikembangkan di Indonesia. Gelato termasuk jenis frozen dairy food BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gelato Gelato merupakan salah satu jenis es krim yang berasal dari Italia yang kini banyak dikembangkan di Indonesia. Gelato termasuk jenis frozen dairy food dessert yang merupakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014). 4. PEMBAHASAN Snack atau yang sering disebut dengan makanan selingan adalah suatu produk yang biasannya dikonsumsi diantara waktu makan utama. Snack biasa dikonsumsi dengan jangka waktu 2-3 jam sebelum

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat METODE Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilakukan seluruhnya di laboraturium terpadu, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Karaktersitik Fisik Sorbet Liqueur Jahe Merah

4. PEMBAHASAN Karaktersitik Fisik Sorbet Liqueur Jahe Merah 4. PEMBAHASAN Sorbet merupakan salah satu jenis frozen dessert yang memiliki kandungan berupa pemanis, penstabil, dan esktrak buah atau herbal. Pada proses pembuatan sorbet liqueur jahe merah diawali dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk konsumtif yang memerlukan makanan, pakaian, dan fasilitas lainnya untuk bertahan hidup. Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat 16 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian awal mengenai pembuatan produk dilakukan pada dua tempat yang berbeda di Institut Pertanian Bogor yaitu di Laboratorium Percobaan Makanan, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik yang dibudidayakan maupun yang hidup liar di hutan. Umbi merupakan tanaman yang banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman umbi-umbian dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau uwi-uwian. Genus Dioscorea

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN SUSU Mentega dan Es Krim Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu yang banyak mengandung vitamin, mineral, protein, karbohidrat dan lemak. Es krim banyak disukai setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun, hal ini akan berpengaruh pada tingginya tingkat konsumsi terhadap suatu produk, termasuk

Lebih terperinci

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah dikenal oleh masyarakat. Kandungan protein kacang tolo berkisar antara 18,3 25,53% yang berpotensi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian,

Lebih terperinci

BABI PE:NDAHULUAN. Nenas merupakan buah klimakterik dan salah satu buah tropis yang

BABI PE:NDAHULUAN. Nenas merupakan buah klimakterik dan salah satu buah tropis yang BABI PENDAHULUAN BABI PE:NDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nenas merupakan buah klimakterik dan salah satu buah tropis yang tinggi kandungan vitamin C dan seramya. N enas memiliki rasa serta aroma khas selain

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar mengingat banyaknya kasus gizi buruk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai 7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 06 sampai dengan bulan Januari 07 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lemak teremulsi dan udara, dimana sel-sel udara berperan untuk memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lemak teremulsi dan udara, dimana sel-sel udara berperan untuk memberikan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Es krim Es krim merupakan produk hasil dari olahan susu yang mengandung lemak teremulsi dan udara, dimana sel-sel udara berperan untuk memberikan tekstur lembut pada es krim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu produk olahan susu bersifat semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan, teksturnya yang lembut banyak disukai oleh segala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat adalah es krim. Produk ini banyak digemari masyarakat, mulai dari anak anak hingga dewasa karena rasanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan Bab I Pendahuluan Sejak zaman dahulu, madu telah menjadi produk penting yang digunakan oleh berbagai suku bangsa sebagai bagian dari bahan makanan dan minuman [1]. Madu merupakan suatu cairan manis dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Fisik Gelatin Pengujian fisik gelatin meliputi rendemen, kekuatan gel dan viskositas. Pengujian fisik bertujuan untuk mengetahui nilai dari rendemen, kekuatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brokoli Brokoli (Brassica oleracea var italica) adalah sayuran yang digemari masyarakat karena dikenal mempunyai kandungan gizi tinggi. Brokoli merupakan sayuran suku kubis-kubisan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran daging giling yang diberi bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA

PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA Making Soursop (Annona muricata L.) Ice Cream and Product Economy Analysis Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cake merupakan adonan panggang yang dibuat dari empat bahan dasar yaitu tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake banyak digemari masyarakat terutama bagi anak-anak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan produk pangan khas Indonesia berbahan kedelai yang diolah melalui fermentasi kapang Rhizopus oligosporus. Tempe sangat familiar dikalangan masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman labu kuning adalah tanaman semusim yang banyak ditanam di Indonesia dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu kuning tergolong

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki ciriciri daun yang memanjang menyerupai lidah dan memiliki duri dibagian pinggirnya. Lidah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Kandungan β-karoten dan Aktivitas Vitamin A Selama Penyimpanan Metode pertanian mempengaruhi komposisi kandungan gizi pada produk buah dan sayuran segar (Worthington 2001),

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia 4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penyimpanan dalam lemari es serta pembekuan dan pengadukan. Puspitarini

TINJAUAN PUSTAKA. penyimpanan dalam lemari es serta pembekuan dan pengadukan. Puspitarini II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Es Krim Menurut Saleh (2004) es krim merupakan makanan beku yang dibuat dari susu yang melewati tahap pasteurisasi, homogenisasi, pematangan es krim dengan penyimpanan dalam lemari

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yoghurt merupakan produk olahan susu yang dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Kimia pada Yoghurt dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji Bangkok (Psidium guajava L.) Rerata hasil analisis statistik untuk uji kualitas kimia yang meliputi

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air 4. PEMBAHASAN Produk snack bar dikategorikan sebagai produk food bar, dan tidak dapat dikategorikan sama seperti produk lain. Standart mutu snack bar di Indonesia masih belum beredar sehingga pada pembahasan

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan udara. Sel- sel udara yang ada berperan untuk memberikan tekstur lembut pada es krim. Tanpa adanya

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang masih digemari dari setiap kalangan baik orang dewasa maupun anak-anak, karena es lilin mempunyai rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini makanan atau minuman fungsional sangat mudah ditemukan, salah satunya adalah yogurt. Menurut Standar Nasional Indonesia (2009), yogurt merupakan produk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu olahan semi padat dengan bahan utama susu. Es krim merupakan produk olahan susu sapi yang dibuat dengan bahanbahan utama yang terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jambu Biji Merah (Psidium guajava L) Tanaman jambu biji dikenal dengan nama latin Psidium guajava Linn., termasuk suku myrtaceae. Tanaman jambu biji berbentuk perdu, memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari terutama oleh anak-anak, karena es lilin memiliki warna yang menarik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman dan makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk, pembuatan sherbet

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS UMBI UBI JALAR SEBAGAI SUBSTITUSI SUSU SKIM DALAM PEMBUATAN ES KRIM

KAJIAN KUALITAS UMBI UBI JALAR SEBAGAI SUBSTITUSI SUSU SKIM DALAM PEMBUATAN ES KRIM KAJIAN KUALITAS UMBI UBI JALAR SEBAGAI SUBSTITUSI SUSU SKIM DALAM PEMBUATAN ES KRIM Rekna Wahyuni Universitas Yudharta Pasuruan ABSTRAK: Teknologi pengolahan pangan modern telah menghasilkan kreasi baru

Lebih terperinci

KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA

KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu jamur yang banyak

Lebih terperinci

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%) BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik

Lebih terperinci