BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010-

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

Bab1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Perkembangan ini dapat dilihat dari sisi volume usaha,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi atas pemotongan, penyetoran, dan

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Membayar pajak adalah salah satu tahapan dalam siklus hak dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN NOMOR PER - 01 /PJ/2013 TENTANG

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

EVALUASI MEKANISME PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.HUTAMA KARYA (Persero)

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI area Semarang

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. mekanisme pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh 22 pada Puslitbang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

Analisis Penerapan Pajak Dengan Withholding Tax System Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Pada PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang

Return Investasi DPLK BNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Data Posisi Per Oktober 2016

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong

BAB III DATA PERUSAHAAN. Sejarah Pegadaian penuh warna. Berasal dari Bank Van Leening yang didirikan

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

BAB IV PEMBAHASAN. Konsultan Pajak D. Sarwono yang mengikuti program tax amnesty yaitu Bapak

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kebijaksanaan yang telah dibuat oleh pemerintah, alasan utamanya

PEDOMAN OBSERVASI. Jadwal kegiatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

TENTANG TAX AMNESTY Apa Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak itu? Apa manfaat mengikuti Tax Amnesty? Apa yang dimaksud dengan Deklarasi?

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK FORMULIR PERMOHONAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

1 dari 4 11/07/ :43

Transkripsi:

BAB 4 PEMBAHASAN Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak dipersoalkan apakah badan tersebut mengalami kerugian atau tidak memperoleh penghasilan sekalipun, tetap akan disebut sebagai Wajib Pajak. Begitu juga dengan PT. Bank BNI yang merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang perbankan. Dalam hal jasa perbankan terdapat bermacam-macam produk perbankan. Produk perbankan yang diterbitkan oleh perusahaan ini didasarkan kepada kebutuhan nasabah lalu diaplikasikan secara langsung kepada para nasabah. Selain itu perusahaan sebagai pelaku di bidang jasa perbankan memiliki kedudukan sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang didasarkan pada ketentuan undang-undang PPh pasal 4 ayat (2). Dalam perpajakan Indonesia, berlaku sistem pengenaan pemotongan dan atau pemungutan pajaknya oleh pihak ketiga sebagai Wajib Pajak atau yang sering dikenal dengan sebutan withholding system. Begitupun halnya dalam UU Pajak Penghasilan, khususnya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dimana badan usaha tertentu memiliki kewajiban pemotongan dan pemungutan atas setiap pengeluaran atau pembayaran yang berkaitan dengan kegiatan penyerahan barang tertentu kepada konsumen. Berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku, maka kewajiban-kewajiban perusahaan sebagai salah satu pihak pemungut PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipenuhi terdiri dari: 1. Memotong pajak PPh Pasal 4 ayat (2) 2. Menyetorkan pajak yang terutang ke kas negara 42

3. Melaporkan PPh Pasal 4 ayat (2) 4.Mengadministrasikan surat setoran pajak 5. Memberikan bukti potong kepada pihak ketiga. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) terdapat beberapa prosedur atau langkah yang harus dilakukan. Adapun pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dilakukan oleh pemotong pajak dengan cara yang pertama ialah dipotong pada saat dilakukan pembayaran dan kemudian memberikan bukti pemotongan yang telah diisi lengkap. Lembar ke-1 bukti pemotongan diserahkan kepada WP yang bersangkutan sebagai bukti pemotongan. Kewajiban PT. Bank BNI setelah memotong pajak PPh 4 ayat (2) ialah menyetorkan pajak yang terutang ke kas negara. Penyetoran pajak oleh pemotongan dilakukan dengan cara mengikuti ketentuan sebagai berikut. Besarnya potongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang tercantum dalam bukti pemotongan selama satu bulan dijumlahkan, kemudian jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dipotong selama satu bulan disetor ke bank persepsi atau kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur nasional maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya, dan yang terakhir ialah penyetoran tersebut dilakukan melalui bank atau kantor pos. Dari bank atau kantor pos pihak penyetor menerima SSP lembar 1 dan 3. PT. Bank BNI pun memiliki kewajiban dalam melaporkan Pajak Penghasilannya. Adapun tata cara pelaporan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibuat selama satu bulan dicatat dalam Daftar Bukti Pemotongan Pajak (rangkap dua). 2. BNI atau Pemotong Pajak mengisi dengan lengkap dan benar form SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) rangkap dua dilampiri lembar ketiga SSP, 43

Daftar bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2), dan lembar ke-2 bukti pemotongan. 3. Atas SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah diisi lengkap beserta lampirannya, harus dilaporkan ke KPP selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya. Apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur nasional maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. 4. BNI menerima Tanda Terima pelaporan SPT dari Kantor Pelayanan Pajak (lembar LPAD) sebagai bukti telah melapor. 4.1 Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan 4.1.1 Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2010 Berdasarkan peraturan yang terkait atas pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang diatur dalam PP Nomor 131 Tahun 2000 dan KMK-51/KMK.04/2001, PT. Bank BNI memberikan bunga atas bunga atas produk yang dibayarkan terutang PPh pasal 4 ayat (2) dan dari bunga tersebut dipotong pajaknya sebesar 20% kecuali untuk para nasabah sebagai berikut: 1. Bendahara Pemerintah Bendahara Pemerintah adalah bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBN atau APBD yang terdiri dari bendaharawan pemerintah pusat dan daerah baik provinsi kabupaten atau kota. 2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) DPLK merupakan suatu badan hukum yang didirikan untuk mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan dana pensiun. Dana pensiun tersebut wajib memperoleh pengesahan dari Menteri Keuangan. Dana 44

Pensiun Lembaga Keuangan hanya boleh didirikan oleh program asuransi jiwa dan bank dengan menjalankan Program Pensiun Iuran Pasti. Yang dimaksud dengan Program Pensiun Iuran Pasti adalah program pensiun yang mengupayakan suatu manfaat pensiun bagi masyarakat sebagai peserta dengan cara yang pertama ialah membayar iuran pensiun setiap bulan, selanjutnya dana tersebut akan dikembangkan dalam bentuk investasi, dan yang terakhir membentuk saldo atau rekening. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) BNI merupakan salah satu bisnis unit BNI dengan produknya bernama BNI Simponi (Simpanan Pensiun BNI) yang menyediakan solusi program pensiun bagi seluruh lapisan masyarakat apapun profesinya. Hingga saat ini terus mengalami perkembangan baik dalam jumlah peserta maupun jumlah dana yang dikelola. Selama 10 tahun terakhir semenjak 2001, Dana Pensiun Lembaga Keuangan BNI sebagai market leader dalam industri pengelolaan dana pensiun di Indonesia. Pada tahun 2012, jumlah peserta meningkat 15.3% dari 520.476 peserta pada tahun sebelumnya menjadi 602.722 dengan peningkatan jumlah pengelolaan dana menjadi 18.3% dari Rp7.1 triliun. Mulai tahun 2013, DPLK BNI akan melakukan inisiasi dengan penambahan paket investasi di reksadana yang memberikan hasil yang lebih optimal, sehingga diharapkan dapat menarik minat masyarakat dan lebih bersaing di pasaran. 3. Lembaga-lembaga pemerintah Salah satu lembaga pemerintah yang tidak dikenakan PPh pasal 4 (2) atas bunga yang dipotong pajak sebesar 20% ialah kedutaan besar. 45

Berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh penulis, divisi tax PT. Bank BNI telah merekap rincian terhadap PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada tahun 2010. Adapun objek pajak yang dicantumkan berasal dari beban bunga di bagian laporan keuangan yang diperoleh PT. Bank BNI setiap bulannya pada tahun 2010. Tabel 4.1 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) Berdasarkan Rekening Bank pada Beban Bunga 2010 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari 690.203.000 138.040.000 Februari 1.289.318.000 257.863.000 Maret 1.904.333.000 380.866.000 April 2.472.816.000 494.563.000 Mei 3.066.177.000 613.235.000 Juni 3.627.066.000 748.813.000 Juli 4.218.471.000 843.694.000 Agustus 4.803.333.000 960.666.000 September 5.314.566.000 1.062.913.000 Oktober 6.365.577.000 1.273.115.000 November 6.710.767.000 1.342.153.000 Desember 7.041.826.000 1.408.365.000 46

Tabel 4.2 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah Dibayarkan PT. Bank BNI 2010 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari 690.203.000 138.040.000 Februari 1.289.318.000 257.863.000 Maret 1.904.333.000 380.866.000 April 2.472.816.000 494.563.000 Mei 3.066.177.000 613.235.000 Juni 3.627.066.000 748.813.000 Juli 4.218.471.000 843.694.000 Agustus 4.803.333.000 960.666.000 September 5.314.566.000 1.062.913.000 Oktober 6.364.304.000 1.272.860.000 November 6.708.082.000 1.341.616.000 Desember 7.041.826.000 1.408.365.000 PT. Bank BNI berpedoman pada UU pajak penghasilan terbaru yaitu UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009 dan untuk jenis jasa lain berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.03/2008 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009. Dari hasil analisa, penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) selama tahun 2009 yang dilakukan PT Bank BNI dapat diketahui bahwa: 47

1. Pada bulan Januari hingga September 2010, perhitungan jumlah pengenaan objek pajak PPh Pasal 4 ayat (2) sudah sesuai. Pengelompokan jenis penghasilan dan tarif yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan terbaru yaitu UU No.36 Tahun 2008. 2. Pada bulan Oktober 2010 terdapat perbedaan atas penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilakukan PT. Bank BNI. Hal ini disebabkan karena terdapat 0.02% dana yang berasal dari DPLK. Pada bulan Oktober, beban bunga yang diperoleh oleh PT. Bank BNI ialah sebesar Rp 6.365.577.000 dimana PT. Bank BNI mengenakan objek pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 6.364.304.000 DPP=Beban Bunga Rp 6.364.304.000 Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp 1.272.860.000 3. Pada bulan November 2010, terdapat 0.04% dana yang berasal dari deposito bendahara pemerintah. Seperti yang telah diketahui pada bulan November 2010, beban bunga yang diperoleh PT. Bank BNI ialah Rp 6.710.767.000 dimana PT. Bank BNI menjadikan objek pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) ialah sebesar Rp 6.708.082.000 Penulis melakukan analisis untuk PPh yang terutang sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp 6.708.082.000 Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp 1.341.616.000 48

4. Pada bulan Desember 2010 jumlah penghitungan pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) sudah sesuai. Pengelompokan jenis penghasilan dan tarif yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan terbaru yaitu UU No.36 Tahun 2008. 4.1.2 Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2011 Berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh penulis, divisi tax PT. Bank BNI telah merekap rincian terhadap PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada tahun 2011 yang objek pengenaan pajaknya diketahui berasal dari beban bunga pada laporan keuangan yang dimiliki PT.Bank BNI setiap bulannya di tahun 2011. Adapun perbedaan antara PPh yang seharusnya dibayarkan dengan PPh yang sudah dibayarkan oleh PT. Bank BNI ialah sebagai berikut. Tabel 4.3 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) Berdasarkan Rekening Bank pada Beban Bunga 2011 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari 648.251.000 129.650.000 Februari 1.464.580.000 292.916.000 Maret 1.766.112.000 353.222.000 April 2.597.488.000 519.497.000 Mei 3.295.219.000 659.043.000 Juni 3.694.292.000 738.858.000 49

Juli 4.537.462.000 907.492.000 Agustus 5.319.775.000 1.063.955.000 September 6.035.618.000 1.207.123.000 Oktober 6.711.785.000 1.342.357.000 November 7.370.485.000 1.474.097.000 Desember 8.026.170.000 1.605.234.000 Tabel 4.4 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah Dibayarkan PT. Bank BNI 2011 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari 648.251.000 129.650.000 Februari 1.464.580.000 292.916.000 Maret 1.766.112.000 353.222.000 April 1.818.241.600 363.648.320 Mei 3.295.219.000 659.043.000 Juni 3.694.292.000 738.858.000 Juli 4.537.462.000 907.492.000 Agustus 5.319.775.000 1.063.955.000 September 6.035.618.000 1.206.882.000 Oktober 6.711.785.000 1.342.357.000 November 7.370.485.000 1.474.097.000 Desember 8.026.170.000 1.605.234.000 50

Tabel 4.3 diatas merupakan PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dibayarkan oleh PT. Bank BNI pada tahun 2011, penulis menemukan perbedaan antara pengenaan objek pajak yang seharusnya dibayarkan dengan yang sudah dibayarkan oleh PT. Bank BNI. Dari analisa yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa: 1. Pada bulan Januari hingga bulan Maret 2011, perhitungan PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang telah dilakukan dengan sesuai. Pengelompokan jenis penghasilan dan tarif yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan terbaru yaitu UU No.36 Tahun 2008. 2. Pada bulan April 2011, penulis menemukan perbedaan antara pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dengan PPh yang dibayarkan oleh PT.Bank BNI. Pada bulan tersebut terdapat 0.3% dana dari objek pajak yang berasal dari tabungan giro bendahara pemeritah. Seperti yang telah diketahui beban bunga PT. Bank BNI pada bulan tersebut ialah sebesar Rp 2.597.488.000 dimana seharusnya ialah Rp 1.818.241.600. Oleh karena itu, jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayarkan oleh PT. Bank BNI ialah sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp 1.818.241.600 Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp 363.648.320 3. Pada bulan Mei hingga Agustus tahun 2011, jumlah pengenaan objek pajak dan jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) telah sesuai dengan peraturan UU No.36 tahun 2008. 4. Pada bulan September 2011, penulis menemukan perbedaan antara jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang dengan jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayarkan oleh PT. Bank BNI karena terdapat 0.02 % dari objek pajak yang 51

berasal dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Seperti yang diketahui pada bulan September 2011 objek pajak yang dikenakan ialah sebesar Rp 6.035.618.000 dimana seharusnya Rp 6.034.410.000 Penulis melakukan penghitungan atas PPh terutang sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp 6.034.410.000 Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp 1.206.882.000 5. Pada bulan Oktober 2011,penulis kembali menemukan perbedaan antara jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dikenakan dengan jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayarkan oleh PT. Bank BNI karena berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, terdapat 0.03% dari pengenaan pajak yang dilakukan BNI berasal dari bunga tabungan deposito milik lembaga pemerintah dimana seharusnya objek pajak yang dikenakan ialah sebesar Rp.6.709.711.000 sehingga penulis melakukan penghitungan untuk PPh terutang sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp 6.709.711.000 Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp 1.341.942.000 6. Pada bulan November dan Desember tahun 2011, PT. Bank BNI melakukan penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) secara benar dan sesuai dengan peraturan UU No.36 tahun 2008. 52

4.1.3 Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2012 Berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh penulis, divisi tax PT. Bank BNI telah merekap rincian terhadap PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada tahun 2012. Objek pajak yang digunakan sebagai pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) berasal dari perolehan beban bunga PT. Bank BNI di tahun 2012. Tabel 4.5 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) Berdasarkan Beban Bunga 2012 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari 670.286.000 134.057.000 Februari 1.270.788.000 254.157.000 Maret 1.830.838.000 366.167.000 April 2.418.234.000 483.646.000 Mei 3.074.106.000 614.821.000 Juni 3.655.524.000 731.104.000 Juli 4.208.242.000 841.648.000 Agustus 4.746.993.000 949.398.000 September 5.255.408.000 1.051.081.000 Oktober 5.781.946.000 1.156.389.000 November 6.280.542.000 1.256.108.000 Desember 6.825.254..000 1.365.050.000 53

Tabel 4.6 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah Dibayarkan PT. Bank BNI 2012 Masa Pajak Objek Pajak PPh Terutang Januari 669.615.000 113.923.000 Februari 1.270.788.000 254.157.000 Maret 1.830.838.000 366.167.000 April 2.418.234.000 483.646.000 Mei 3.074.106.000 614.821.000 Juni 3.655.524.000 731.104.000 Juli 4.208.242.000 841.648.000 Agustus 4.746.993.000 949.398.000 September 5.255.408.000 1.051.081.000 Oktober 5.781.946.000 1.156.389.000 November 6.280.542.000 1.256.108.000 Desember 6.825.254..000 1.365.050.000 Berdasarkan data dan informasi yang telah disediakan oleh PT. Bank BNI, penulis melakukan analisis dari jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dibayarkan dengan PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dibayarkan oleh PT. Bank BNI: 1. Pada bulan Januari 2012 terdapat perbedaan jumlah pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) antara jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah 54

dibayarkan oleh BNI dengan tabel 4.3, hal ini disebabkan karena terdapat 0.1 % dana dari objek pajak yang berasal dari bunga yang dimiliki oleh DPLK dimana seharusnya Rp 669.615.000. Dengan demikian jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayarkan oleh PT. Bank BNI pada bulan Januari 2012 ialah sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp 669.615.000 Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp 113.923.000 2. Pada bulan Februari hingga Desember tahun 2012, jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang seharusnya dibayarkan dengan yang telah dibayarkan BNI telah sesuai dengan peraturan UU No.36 Tahun 2008. 4.2 Kendala dan Upaya Pengelolaan Pajak PT. Bank BNI 4.2.1 Evaluasi Kendala yang Dihadapi PT. Bank BNI Kegiatan perpajakan yang dilaksanakan oleh PT Bank BNI (Persero) dapat dikatakan telah dilaksanakan dengan baik akan tetapi masih terdapat beberapa kendala dalam pengelolaan pajak penghasilan Pasal 4 ayat (2) tersebut. Adapun kendala yang dihadapi oleh PT Bank BNI yaitu: 1. Peraturan Perpajakan Bersifat Dinamis. Yang dimaksud dari permasalahan ini ialah seperti yang kita ketahui, perubahan dalam peraturan perpajakan selalu berubah dan hal ini terkadang terjadi dengan sangat cepat. Dalam hal ini pun PT Bank BNI harus melakukan penyampaian sosialisasi terhadap pembayaran pajak sesuai dengan dinamika perubahan peraturan yang terjadi. 55

2. Sering Terjadi Pergantian Pegawai dan Pemahaman Perpajakan yang Kurang. Dengan berjalannya waktu, PT Bank BNI sering mengalami pergantian pegawai. Dalam hal ini perusahaan mengalami kendala dimana para pegawai baru tersebut belum beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan mereka yang mengharuskan mereka untuk memiliki pengetahuan yang cukup dalam tentang perpajakan. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan kembali pendidikan atau pelatihan khusus untuk para pegawai baru. 3. Kurangnya Sense of Belonging Terhadap Perpajakan Bagi Semua Unit BNI. Dengan banyaknya kegiatan keuangan yang dilakukan oleh PT Bank BNI, terkadangan para pegawai lalai dengan perlu adanya dilakukan perlakuan atas perpajakan dari masing masing kegiatan keuangan tersebut. 4. Penataan Arsip Perpajakan Kurang Baik, Termasuk Serah Terima Arsip Pajak Pada Saat Pergantian Pegawai. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, PT Bank BNI sering melakukan mutasi pegawai. Dengan terjadinya penataan arsip perpajakan yang kurang baik, tentu saja pada saat terjadi mutasi pegawai dan terjadi serah terima arsip perpajakan tersebut, para pegawai baru memiliki kesulitan dalam mengatur dan mengelola perpajakan tersebut. 56

5. Terdapat Beberapa Cabang yang Kewajiban Perpajakannya Dikerjakan Oleh Pelayan, Supir dan Satpam. Seperti yang kita ketahui, PT Bank BNI memiliki banyak sekali cabang di dalam maupun luar negri.terdapat beberapa cabang di Indonesia yang melakukan pembayaran pajak ke kantor pajak dengan cara menyuruh pegawai rendah seperti contohnya pelayan, supir dan satpam. Dalam hal ini bisa saja terjadi kesalahan dari kecerobohan yang mungkin dilakukan oleh para pegawai tersebut. 4.2.2 Upaya Penanganan atas Kendala Pengelolaan Pajak PT Bank BNI Adapun upaya yang dilakukan PT. Bank BNI atas kendala pengelolaan perpajakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu: 1. Melakukan Pendalaman Kepada Para Pegawai di Bagian Pajak. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, PT. Bank BNI memiliki salah satu kendala yaitu kurangnya pengetahuan tentang perpajakan dari para pegawai baru di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan mengadakan pendalaman kepada para pegawai di bidang perpajakan untuk lebih memperdalam pengetahuan di bidang pajak guna dapat melakukan tugas di bidangnya dengan lebih matang lagi serta menghindari kesalahan dalam perpajakan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi PT. Bank BNI. 2. Melakukan Penataan Arsip Arsip Perpajakan dengan Lebih Terorganisir. Salah satu kendala yang dimiliki oleh PT. Bank BNI ialah ketika dilakukan renovasi pada ruangan di divisi perpajakan yang ada pada perusahaan tersebut, arsip arsip yang berkaitan dengan perpajakan yang kurang ditata dengan rapi. Hal ini dapat menghambat kelancaran dalam 57

pelaksanaan perpajakan bagi para pegawai. Oleh karena itu, perusahaan menghimbau kepada para pegawai untuk lebih mengorganisir arsip-arsip yang berkaitan dengan perpajakan. 3. Kegiatan Pelaporan Pajak Dilakukan Oleh Pihak-Pihak yang Terkait. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terkadang kegiatan pelaporan pajak pada perusahaan ini dilakukan oleh para pesuruh, hal ini dapat mengakibatkan kesalahan yang fatal dan dapat merugikan perusahaan sehingga saat ini perusahaan lebih bertanggung jawab lagi dengan cara mewajibkan para pegawai yang bekerja di bidang perpajakan untuk melakukan pelaporan perpajakannya. 58

4.3 Penyetoran dan Pelaporan 4.3.1 Proses Penyetoran Pajak PT. Bank BNI Pada subbab ini penulis akan menjelaskan proses yang dilakukan PT. Bank BNI sebelum melakukan penyetoran pajak. Adapun langkah-langkahnya ialah sebagai berikut: 1.Persetujuan Pembayaran Pertama, unit PT Bank BNI mengajukan persetujuan pembayaran atas tagihan-tagihan yang diberikan dari transaksi-transaksi yang ada dan kemudian dilakukan analisa apakah sudah sesuai dengan tagihan, perjanjian kerjasama, dan bukti pendukung lainnya. Kegiatan persetujuan pembayaran di PT. Bank BNI ini dilaksanakan awalnya oleh para asisten dan analis, setelah itu para analis memberikan persetujuan pembayaran tersebut kepada manager untuk diperiksa lebih lanjut dan ditanda tangani sebagai persetujuan untuk diberikan kepada pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok bertugas memeriksa serta mengawasi pekerjaan dan memberikan persetujuan atas laporan-laporan yang diberikan oleh manager yang kemudian akan diberikan ke wakil divisi yang bersangkutan untuk lebih di arsip kembali dan diberikan kepada pemimpin divisi untuk diperiksa dan diberikan persetujuan untuk dilakukan pelaporan. Di dalam pembayaran pajak di PT Bank BNI (Persero) TBK, terdapat mekanisme pembayaran baik transaksi maupun perpajakannya. Adapun mekanisme pembayaran tersebut ialah yang pertama, membuat pembayaran sesuai dengan sistem dan mekanisme yang sesuai dengan peraturan PT Bank BNI, kemudian pembayaran dilakukan oleh bagian umum masing-masing unit PT Bank 59

BNI, dan yang terakhir kewajiban perpajakannya dibayarkan oleh unit PT Bank BNI yang telah ditentukan untuk melakukan pembayaran pajak. 2. Pembukuan Proses pembukuan yang dilakukan oleh PT Bank BNI yaitu yang pertama ialah semua pembayaran dicatat di sistem BNI yang disebut dengan sistem icon. Sistem tersebut terintegrasi ke semua unit PT Bank BNI. Kemudian total beban dan biaya selalu dipantau oleh kantor pusat Bank BNI untik mengidentifikasi kewajiban perpajakannya apakah telah dilakukan dengan benar dan telah disetorkan ke kas negara. 3. Pengumpulan Dokumen Dalam Mekanisme Pelaporan Perpajakan ini, langkah pertama yang dilakukan oleh PT Bank BNI ialah pengumpulan dokumen. Dokumen yang dibutuhkan antara lain seperti SSP, Faktur Pajak, dan Bukti Pembayaran). Di dalam pengumpulan dokumen ini pun terdapat proses yang perlu dilakukan. Adapun mekanisme pengumpulan dokumen tersebut ialah yang pertama petugas dari masing-masing cabang setelah melakukan kewajiban pajak akan menyampaikan dokumen yang dibutuhkan ke kantor pusat. Setelah itu,akan dilakukan perekapan data untuk dibandingkan dengan jumlah beban per masing-masing cabang. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai monitoring kewajiban pembayaran pajak. 4. Validasi Laporan Persetujuan penyampaian laporan dilakukan oleh PT. Bank BNI secara berjenjang dari pelaksana seperti analis dan asistennya kemudian ke manager yang bertugas untuk mengembangkan metode-metode dalam pekerjaan di bidang perpajakan setelah itu diberikan ke pemimpin 60

kelompok yang tugasnya iaslah memimpin unit pajak yang mengelola pelaporan perpajakan, mengurus hal-hal yang bersangkutan dengan kebijakan perpajakan serta operasional perpajakan. Setelah dari pemimpin kelompok, persetujuan penyampaian laporan akan diberikan kepada wakil pemimpin dan pemimpin divisi. Pelaksanaan persetujuan penyampaian laporan dilakukan secara berjenjang bertujuan untuk melakukan pengecekan pelaporan yang dilakukan oleh analis sehingga pelaporan dan penyampaiannya dilaksanakan secara tepat waktu sehingga setelah itu dapat dilakukan review laporan dan yang terakhir untuk mendapatkan persetujuan pengiriman. 4.3.2 Evaluasi dan Analisis Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Dalam hal penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 4 ayat (2) PT Bank BNI telah melakukannya dengan baik. Selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 PT Bank BNI selalu menyetor dan melaporkan PPh yang telah dipotongnya sebelum batas waktu penyetoran maupun pelaporan berakhir, yaitu tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir untuk penyetoran, dan tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir untuk pelaporan. Dengan demikian maka PT Bank BNI, Tbk. dapat terhindar dari sanksi berupa denda sebesar Rp 100.000,00 atas keterlambatan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2), maupun bunga sebesar 2% per bulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran atas keterlambatan penyetoran PPh. Penulis melakukan analisis dari tanggal penyetoran dan pelaporan PPh yang dilakukan oleh PT. Bank BNI pada tahun 2010 guna mendapatkan keterangan 61

apakah perusahaan telah melaksanakan penyetoran dan pelaporan SPT masa secara tepat waktu atau tidak. Tabel 4.7 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) PT. Bank BNI Tahun 2010 Bulan Jumlah PPh Tanggal Tanggal Keterangan Pasal 4 ayat Penyetoran Pelaporan (2) Januari 138.040.000 10 /02/2010 19/02/2010 Tepat Waktu Februari 257.863.000 10/03/2010 19/03/2010 Tepat Waktu Maret 380.866.000 9/04/2010 20/04/2010 Tepat Waktu April 494.563.000 10/05/2010 20/05/2010 Tepat Waktu Mei 613.235.000 9/06/2010 18/06/2010 Tepat Waktu Juni 748.813.000 9/07/2010 20/07/2010 Tepat Waktu Juli 843.694.000 10/08/2010 20/08/2010 Tepat Waktu Agustus 960.666.000 7/09/2010 20/09/2010 Tepat Waktu September 1.062.913.000 8/10/2010 20/10/2010 Tepat Waktu Oktober 1.273.115.000 10/11/2010 19/11/2010 Tepat Waktu November 1.342.153.000 9/12/2010 20/12/2010 Tepat Waktu Desember 1.408.365.000 7/01/2011 20/01/2011 Tepat Waktu Dapat diketahui dari tabel 4.4 bahwa BNI telah melakukan penyetoran dan pelaporan secara tepat waktu sepanjang tahun 2010 tanpa ada keterlambatan sehingga BNI tidak dikenakan sanksi atas keterlambaan penyetoran dan pelaporan. 62

Tabel 4.8 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) PT. Bank BNI Tahun 2011 Bulan Jumlah PPh Tanggal Tanggal Keterangan Pasal 4 ayat Penyetoran Pelaporan (2) Januari 129.650.000 9/02/2011 17/02/2011 Tepat Waktu Februari 292.916.000 8/03/2011 18/03/2011 Tepat Waktu Maret 353.222.000 8/04/2011 19/04/2011 Tepat Waktu April 363.648.000 9/05/2011 19/05/2011 Tepat Waktu Mei 659.043.000 8/06/2011 20/06/2011 Tepat Waktu Juni 738.858.000 6/07/2011 19/07/2011 Tepat Waktu Juli 907.492.000 9/08/2011 19/08/2011 Tepat Waktu Agustus 1.063.955.000 9/09/2011 20/09/2011 Tepat Waktu September 1.206.882.000 7/10/2011 20/10/2011 Tepat Waktu Oktober 1.272.860.000 10/11/2011 18/11/2011 Tepat Waktu November 1.341.016.000 9/12/2011 20/12/2011 Tepat Waktu Desember 1.605.234.000 10/01/2012 20/01/2012 Tepat Waktu Dapat diketahui dari tabel 4.5 bahwa BNI telah melakukan penyetoran dan pelaporan SPT masa secara tepat waktu sepanjang tahun 2011 tanpa ada keterlambatan sehingga BNI tidak dikenakan sanksi atas keterlambatan penyetoran dan pelaporan. 63

Tabel 4.9 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) PT. Bank BNI Tahun 2012 Bulan Jumlah PPh Tanggal Tanggal Keterangan Pasal 4 ayat Penyetoran Pelaporan (2) Januari 113.923.000 9/02/2012 17/02/2012 Tepat Waktu Februari 254.157.000 8/03/2012 18/03/2012 Tepat Waktu Maret 366.167.000 8/04/2012 19/04/2012 Tepat Waktu April 483.646.000 9/05/2012 19/05/2012 Tepat Waktu Mei 614.821.000 8/06/2012 20/06/2012 Tepat Waktu Juni 731.104.000 6/07/2012 19/07/2012 Tepat Waktu Juli 841.648.000 9/08/2012 19/08/2012 Tepat Waktu Agustus 949.398.000 9/09/2012 20/09/2012 Tepat Waktu September 1.051.081.000 7/10/2012 20/10/2012 Tepat Waktu Oktober 1.156.389.000 10/11/2012 18/11/2012 Tepat Waktu November 1.256.108.000 9/12/2012 20/12/2012 Tepat Waktu Desember 1.365.050.000 10/01/2013 20/01/2013 Tepat Waktu Dapat diketahui dari tabel 4.6 bahwa BNI telah melakukan penyetoran dan pelaporan SPT masa secara tepat waktu sepanjang tahun 2012 tanpa ada keterlambatan sehingga BNI tidak dikenakan sanksi telat bayar. 64