HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru

II. TINJAUAN PUSTAKA

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

TEBU. (Saccharum officinarum L).

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DARI BIBIT YANG BERASAL DARI KEBUN BIBIT DATAR DENGAN KEBUN TEBU GILING

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TEBU DI KABUPATEN OGAN ILIR MELALUI SISTEM TANAM JURING GANDA

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa. di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu

Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI (Kebun Bibit Induk), hingga KBD (Kebun Bibit Datar). Pengelolaan kebun bibit berjenjang tersebut di bawah bagian TS (Tebu Sendiri) yang dikelola oleh Sinder kebun bibit (Sinder TS). Pengelolaan KBP, KBN, dan KBI hanya dilakukan oleh bagian TS. Perusahaan memberikan kebijakkan kepada bagian TS untuk dapat bekerjasama dengan petani tebu rakyat dalam pengusahaan KBD. Pengusahaan KBD di PG. Krebet Baru terbagi menjadi dua pengelolaan, yaitu pengelolaan KBD TS (Tebu Sendiri) dan pengelolaan KBD jasa. Pola pengelolaan KBD oleh TS (Tebu Sendiri) adalah KBD yang pengelolaannya secara keseluruhan dilakukan oleh bagian TS di perusahaan. Kegiatan mulai pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga panen bibit dikerjakan oleh perusahaan. Seluruh biaya pengelolaan KBD dan hasil pembelian bibit adalah tanggung jawab perusahaan (Bagian Tebu Sendiri). Dalam proses budidaya tebu di KBD TS dikerjakan oleh mandor lepas yang memiliki buruh tani harian. Lahan yang digunakan adalah lahan milik perusahaan (HGU) dan dari sewa lahan. KBD jasa adalah KBD yang pengelolaannya dilakukan oleh petani yang bertindak sebagai mitra perusahaan. Kegiatan mulai pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga panen bibit dikerjakan oleh petani dan dikontrol oleh perusahaan. Perusahaan memberikan pinjaman kepada petani KBD jasa dengan bunga pengembalian 7% untuk pelaksanaan budidaya KBD mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga tebang bibit. Hasil penjualan bibit KBD jasa akan diberikan petani mitra setelah dikurangi pembayaran pinjaman dan bunga 7%. Lahan yang digunakan untuk KBD jasa adalah lahan milik petani. Pada masa tanam 2008/2009 PG. Krebet Baru memiliki KBD Jasa seluas 29.5 ha (Tabel 10).

54 Tabel 10. Data Petani KBD Jasa PG. Krebet Baru Masa Tanam 2008/2009 No Petani Kebun Kecamatan Luas (ha) Tanam Varietas 1 H. Tiin Waspawi Randugading Tajinan 15 10A PS 864 Randugading Tajinan 4 12A PS 862 Randugading Tajinan 0,5 9A SS 57 Randugading Tajinan 0,5 12B PSBM Jumlah 20 2 H. Doto Abd. Dadapan Wajak 5 10 B PS 864 Dadapan Wajak 2,5 12A PS 862 Jumlah 7,5 3 H. Zaenudin Tajinan Tajinan 2 4B PS 862 Total 29,5 Sumber : Kantor TS PG, Krebet Baru, 2009 Perusahaan memberikan syarat bahwa jarak lahan KBD jasa dengan pabrik tidak lebih dari 15 km. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelayanan penimbangan bibit setelah ditebang. Truk yang akan melakukan pengambilan bibit harus melakukan penimbangan netto sebelum pengambilan bibit dan melakukan penimbangan kembali setelah truk terisi bibit. Secara umum KBD TS dan KBD Jasa memiliki fungsi yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan bibit petani yang bermutu Fungsi KBD jasa adalah 1. Mendukung penyediaan bibit dari KBD ketika pencapaian target pemenuhan KBD TS tidak tercapai 2. Memberikan pengajaran kepada petani maju untuk penyediaan bibit 3. Sekaligus untuk pengembangan dan penyebaran bibit baru. Perusahaan memprioritaskan KBD TS terlebih dahulu ditebang untuk pemenuhan pembeliaan bibit dibandingkan KBD jasa. Apabila tanaman tebu pada KBD jasa telah melewati umur tebang bibit dan belum dipanen maka tanaman akan tetap dipelihara hingga nantinya akan dijadikan tebu giling (overbooking).

55 6.1.2. Penyebaran Kebun Bibit Datar Kebun Bibit Datar (KBD) adalah kebun bibit tahap akhir dalam proses kebun bibit berjenjang. Hasil tanaman dari budidaya di KBD dipengusahaan KBD di PG Krebet Baru di bawah tanggung jawab SKW kebun Bibit. SKW Kebun Bibit membawahi beberapa PLPG (Petugas Lapang Pabrik Gula) yang setiap tahunnya mengelola kebun bibit berjenjang dan sekaligus mencari tambahan sewa lahan untuk perluasan kebun bibit berjenjang, terutama untuk perluasan KBD. Perusahaan berusaha melakukan penyebaran lahan KBD di tiap Rayonnya. Namun perluasan KBD yang dilakukan tetap memperhatikan syarat lahan untuk kebun bibit dan lahan memiliki jarak kurang dari 15 km ke pabrik. Menurut Setyamidjaja dan Azharni (1992) bahwa letak KBD hendaknya berada disekitar areal yang akan ditanami atau disebar di daerah-daerah kerja perusahaan perkebunan gula. Syarat lahan yang dapat digunakan untuk kebun bibit berjenjang adalah lahan yang terbebas dari infeksi penyakit luka api, keberadaan penyakit blendok, pohkabung dan mosaic < 5%, penyakit lain < 5%, lokasi kebun mudah terjangkau kendaraan pengangkut bibit, ketersediaan air terjamin dengan drainase tanah baik, dan lahan yang akan dijadikan kebun bibit terbebas dari tunas-tunas tebu dari tanaman yang lama (Disbunjatim, 2008). Syarat mengenai jarak KBD kurang dari 15 km dimaksudkan agar kendaraan pengangkut bibit tidak terlalu jauh melakukan penimbangan bibit. Namun pihak PG Krebet Baru akan menyetujui perluasan lahan KBD yang berjarak lebih dari 15 km apabila di sekitar wilayah tersebut terdapat timbangan besar dan penyerapan bibit oleh petani cukup tinggi. Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru pada masa tanam 2008/ 2009 telah tersebar di Rayon Utara, Tengah, dan Timur (Gambar 12). Total luas lahan KBD yang diusahakan adalah 154.759 ha (Tabel 11). Penyebaran KBD belum mencapai Rayon Selatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu wilayahnya cukup jauh dari pabrik (tempat timbangan besar), hanya terdapat lahan tegal untuk pertanaman tebu, ketersediaan air kurang terjamin (hanya mengandalkan turunnya hujan).

56 Tabel 11. Penyebaran KBD PG. Krebet Baru Masa Tanam 2008/2009 No Rayon Kecamatan Luas (Ha) 1. Utara Tajinan 45,03 Poncokusumo 7,43 Bululawang 4,24 Wagir 1,485 Kedungkandang 3,96 Pakis 4,41 Jumlah 66,555 2. Timur Wajak 51,06 Turen 2,2 Jumlah 53,26 Tengah Pagelaran 8,375 3. Gondanglegi 26,569 Jumlah 34,944 Total 154,759 Sumber : Data Kantor TS (Tebu Sendiri), 2009 Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru dirasa belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari penyebarannya yang belum dapat merata diseluruh wilayah kerjanya. Hal ini terjadi karena penyerapan bibit oleh petani PG. Krebet Baru yang masih rendah. Sebagian bibit KBD telah melewati umur tebang bibit karena tidak habis terjual ke petani. Masih banyak bibit di KBD yang terus dipelihara hingga nantinya dijadikan tebu giling atau overbooking (Tabel 12). Tabel 12. Rencana bibit KBD Overbooking Masa Tanam 2008/2009 No Varietas Luas (Ha) 1 Kidang kencana 11,925 2 MK 98 2,630 3 PS 862 21,680 4 PS 864 24,070 5 BL 4,905 Jumlah 65,210 Sumber : Data Kantor TS, 2009 Pihak pabrik sedang mengembangkan bibit varietas masak awal tengah untuk melaksanakan program penataan varietas dan untuk memenuhi kebutuhan periode tebang awal giling. Petani wilayah Malang sebagian besar menanam

57 varietas BR 194 (varietas masak tengah-lambat). Sekitar 83% luas lahan tebu milik petani yang menyalurkan tebunya ke PG. Krebet Baru ditanami ditanami varietas BR 194. Hal tersebut mengakibatkan penyerapan bibit oleh petani dari KBD pabrik masih sangat kecil. Gambar 12. Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru Keterangan : = daerah yang tidak terdapat KBD = daerah yang terdapat KBD = lokasi KBD yang dijadikan sampel Tingginya jumlah KBD overbooking harus disiasati dengan perencanaan kebun bibit berjenjang tiap tahunnya. Perencanaan kebun bibit berjenjang dapat diperkirakan melalui data luasan tanaman PC (Plant Crop) yang diusahakan di KTG tiap tahun.

58 Tabel 13. Kategori Tanaman PG. Krebet Baru Musim Tanam PC T PC S Jumlah PC Kategori Tanaman RC T RC S Jumlah RC Total -----ha----- 2003/2004 304,6 522,1 826,7 8187,2 3313,3 11500,5 12327,2 2004/2005 757,9 654,5 1412,4 11151,5 3356,2 14507,7 15920,1 2005/2006 654,0 513,0 1167,0 9810,0 4027,0 13837,0 15004,0 2006/2007 549,0 291,0 840,0 13750,0 2480,0 16230,0 17070,0 2007/2008 393,0 846,0 1239,0 13158,0 5353,0 18511,0 19750,0 Perkiraan 2008/2009 850,0 500,0 1350,0 13492,0 5500,0 18992,0 20342,0 Rata-rata 1139,2 15596,4 Sumber : Bagian Tanaman, PG. Krebet Baru, 2009 Keterangan : PC T = Plant Crop Tegal PC S = Plant Crop Sawah RC T = Ratoon Cane Tegal RC S = Ratoon Cane Sawah Perencanaan kebun bibit berjenjang dapat dilihat dari besarnya nilai FHB nyata suatu kebun bibit. Nilai FHB nyata rata-rata KBD di PG. Krebet Baru besarnya 9, yang artinya 1 ha KBD mampu mencukupi kebutuhan bibit di KTG seluas 9 ha. Dari luasan rata-rata kategori tanaman PC yang diusahakan di KTG tiap tahun sebesar 1 139.2 ha (Tabel 13) maka luas KBD yang diusahakan diperkirakan seluas 126.6 ha (Gambar 13). Nilai tersebut dihitung dengan cara membagi besarnya rata-rata PC yang diusahakan di KTG tiap tahun dengan besarnya nilai FHB nyata suatu KBD. KBP (1.01 ha) KBN (5.06 ha) KBI (25.32 ha) KBD (126.6 ha) KTG (1 139.2 ha) Gambar 13. Alur Perencanaan Kebun Bibit Berjenjang

59 6.1.3. Nilai kebun bibit Tujuan akhir dalam penyelenggaraan kebun pembibitan adalah menyediakan bibit sebagai bahan tanam bagi penanaman tebu giling yang baik dalam hal kuantitas (mampu memenuhi kebutuhan bibit) dan kualitas (murni varietasnya, sehat, dan memiliki daya berkecambah yang besar) (Sutjahja, 1993). Tingkat kebaikan kebun bibit dapat dinilai dari kuantitas dan kualitas bibit yang dihasilkan (Sudiatso, 1980). Jumlah bibit yang dapat dihasilkan oleh suatu kebun bibit ditentukan oleh jumlah batang pada tiap juring dan jumlah mata pada tiap batang. Nilai kebun bibit dapat diketahui dengan acara menghitung faktor hasil bibit teori (FHB teori) dan faktor hasil bibit nyata (FHB nyata). Sudiatso (1980) menyatakan bahwa beberapa FHB nyata dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu iklim, kesuburan tanah, pengairan, hama-penyakit, kemurnian bibit, jenis tebu, jarak tanam (populasi tanaman di KBD), cara pemeliharaan, cara pengambilan bibit dari KBD, dan pengangkutan. Pengamatan Lapang Pengamatan FHB teori dan FHB nyata dilakukan pada KBD yang ditanami varietas Kidang Kencana dan PS 862. Masing-masing varietas diamati pada KBD yang berbeda. Varietas KK yang diamati berasal dari KBD Karangsuko sedangkan varietas PS 862 yang diamati berasal dari KBD Emplasmen Gondanglegi. Pengamatan tiap panen bibit di KBD dan penyaluran bibit ke KTG dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil Pengamatan Tabel 14. Faktor Hasil Bibit Varietas KK KK Pengamatan Jumlah mata/ha (KBD) Kebutuhan mata/ha (KTG) FHB Teori Luas KBD Luas KTG FHB Nyata Sistem Tanam 1 814.000,00 96.567,69 8,43 1.108,30 8.213 7,41 Double planting (4-5 mata) 2 831.666,67 84.000,00 9,90 424,35 3.634 8,56 Double planting (2-3 mata) 3 836.333,33 86.400,00 9,68 471,50 4.012 8,51 Double planting (2-3 mata) Rata-rata 827.333,33 88.989,23 9,34 8,16

60 Varietas KK memiliki rata-rata FHB teori sebesar 9.34 dan rata-rata FHB nyata sebesar 8.16 (Tabel 14). Nilai FHB nyata tersebut menunjukan perbandingan bahwa dalam 1 ha KBD Karangsuko yang ditanami varietas KK mampu mencukupi kebutuhan bibit KK untuk penanaman di KTG seluas 8.16 ha. Varietas PS 862 memiliki rata-rata FHB teori sebesar 9.57 dan rata-rata FHB nyata sebesar 8.86 (Tabel 15). Nilai FHB nyata tersebut menunjukan perbandingan bahwa dalam 1 ha KBD Emplasmen Gondanglegi yang ditanami varietas PS 862 mampu mencukupi kebutuhan bibit PS 862 untuk penanaman di KTG seluas 8.86 ha. Tabel 15. Faktor Hasil Bibit Varietas PS 862 Pengamatan Jumlah mata/ha (KBD) Kebutuhan mata/ha (KTG) PS 862 FHB Teori Luas KBD Luas KTG FHB Nyata Sistem Tanam 1 784.816,62 77.000,00 10,19 546,00 5.180 9,48 Single overlapping (2-3 mata) 2 803.500,00 77.280,00 10,40 924,00 9.050 9,79 Single overlapping (2-3 mata) 3 781.666,67 96.272,00 8,12 252,00 1.840 7,30 Double planting (4-5 mata) Rata-rata 789994,43 83517,33 9,57 8,86 Varietas Kidang Kencana dan PS 862 dari dua KBD yang berbeda memiliki nilai FHB nyata yang tidak berbeda nyata dengan nilai FHB teori (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa bibit dari KBD tersalur dengan baik ke KTG tujuan dan hanya sedikit bibit yang tidak tersalur. Kegiatan pemanenan bibit di kedua KBD tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai FHB. Tabel 16. Uji-t Faktor Hasil Bibit Varietas KK dan PS 862 Varietas FHB Teori FHB Nyata Uji t KK 9,34 8,16 tn PS 862 9,57 8,86 tn Uji t tn tn Keterangan : * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5% Nilai FHB teori dari KBD Karangsuko (varietas KK) tidak berbeda nyata dengan nilai FHB teori dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862) (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa varietas KK dan PS 862 memiliki kemampuan menghasilkan jumlah bibit dan jumlah mata tunas yang tidak berbeda

61 nyata. Perbedaan antara varietas KK dan PS 862 dari KBD yang berbeda, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap faktor hasil bibit teori (FHB teori). Nilai FHB nyata dari KBD Karangsuko (varietas KK) tidak berbeda nyata dengan nilai FHB teori dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862) (Tabel 16). Hal ini menujukkan perbedaan wilayah KBD dan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai masing-masing FHB nyata. Kedua KBD memiliki kemampuan pemenuhan luasan KTG yang tidak berbeda nyata. Tabel 17. Persentase FHB Nyata terhadap FHB Teori Varietas FHB Teori FHB Nyata Penurunan % Uji t KK 9,34 8,16 12.60 PS 862 9,57 8,86 7.45 Keterangan : * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5% * Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya penurunan nilai FHB nyata terhadap nilai FHB teori pada kedua KBD yang diamati. Faktor pertama adalah petani tidak menanamkan semua bibit saat awal penanaman. Petani menyisakan bibit untuk dijadikan bahan sulam. Bahan sulam ditanam menjadi bibit dederan, bibit sumpingan atau bibit tidak ditanam dan dibiarkan berada disamping lahan sambil menunggu waktu sulam. Bibit dederan adalah bibit yang digunakan untuk kebutuhan penyulaman dengan menanamnya di atas guludan. Bibit sumpingan adalah bibit yang digunakan untuk kepentingan penyulaman dengan menanamnya di tiap-tiap ujung-ujung juringan. Faktor kedua adalah terdapat mata tunas rusak sehingga tidak digunakan untuk dijadikan bibit. Mata tunas dapat rusak pada saat proses penebangan dan pengangkutan karena saling tergesek dan tertindih satu sama lain. Faktor ketiga adalah buruh tani menanam bibit tidak sesuai dengan jumlah mata yang ditetapkan oleh mandor. Penanaman yang seharusnya menggunakan bibit dengan 2-3 mata tunas/bibit karena kurang teliti saat pemotongan sehingga beberapa bibit memiliki 4-5 mata tunas/bibit. Faktor tersebut menyebabkan penggunaan mata bibit lebih boros sehingga nilai FHB nyata lebih kecil dibandingkan nilai FHB teori.

62 Faktor keempat adalah mata tunas yang berada pada batang bagian bawah yang telah tua. Pada varietas Kidang Kencana jumlah mata tunas yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan varietas PS 862. Hal tersebut dikarenakan varietas Kidang Kencana dipanen bibit pada umur 8 hingga 9.5 BST, sedangkan varietas PS 862 dipanen pada umur 6 hingga 7 BST. Salah satu standar bibit tebu yang baik adalah dipanen pada saat berumur 6-8 BST (Disbunjatim, 2008). Umur bibit yang terlalu tua menyebabkan banyaknya mata tunas yang dihasilkan namun tidak sebanding kebutuhan mata tunas di KTG yang dapat dipenuhi. Pada saat penanaman bibit bagal yang berasal dari batang bagian bawah yang telah tua dirangkap dengan bibit lain, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan penyulaman apabila pertumbuhan bibit tua terganggu. Bibit bagal dari batang bagian bawah yang telah tua banyak terlihat pada varietas Kidang Kencana dari KBD Karangsuko. Faktor kelima adalah terdapat pertumbuhan panjang ruas antar mata tunas yang tidak normal. Ruas tumbuh pendek sehingga mata tunas tumbuh saling berdekatan. Bibit normal dengan jumlah mata 2-3 mata tunas/bibit memiliki panjang ± 20-30 cm. Pada bibit sepanjang ± 20-30 cm yang berasal dari batang yang pertumbuhan ruasnya tidak normal memiliki jumlah mata tunas ± 6-10 mata tunas/bibit. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan mata tunas/bibit di KTG meningkat dan menurunkan nilai FHB nyata. Pertumbuhan ruas yang tidak normal terjadi akibat suplai air yang kurang pada saat fase pemanjangan batang. Fase pertumbuhan ruas tebu terjadi pada periode umur tanaman 3-9 bulan ini dikatakan sebagai stadia perpanjangan batang (Disbunjatim, 2008). Terdapat dua unsur dalam pertumbuhan pemanjangan batang, yaitu diferensiasi ruas dan perpanjangan ruas-ruas tebu. Diferensiasi dan perpanjangan ruas tebu dipengaruhi beberapa faktor lingkungan yaitu sinar matahari, air, kelembaban tanah, aerasi, hara N. Pertumbuhan ruas yang tidak normal banyak terjadi pada varietas Kidang Kencana. KBD Karangsuko (varietas Kidang Kencana) merupakan lahan yang mampu diairi, namun anggaran dari perusahaan untuk pengairan hanya dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada saat awal tanam dan umur 21 HST (Hari Setelah Tanam) setelah itu lahan mendapat pengairan dari air hujan. Penanaman

63 varietas Kidang Kencana dilaksanakan pada bulan Juli. Pada saat tebu berumur 3-4 BST (Oktober-November) mengalami kekurangan air yang disuplai dari air hujan. Curah hujan pada bulan Oktober - November yang rendah menyebabkan pemanjangan ruas terganggu. KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862) merupakan lahan kering yang pengairannya berasal dari air hujan. Penanaman dilaksanakan pada saat musim hujan. Pada saat dimulai fase pemanjangan batang, yaitu saat tebu berumur 3-4 BST (Desember-Januari) ketersediaan air tercukupi. Varietas PS 862 di KBD Emplasmen Gondanglegi mengalami fase pemanjangan batang yang normal. Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa varietas Kidang Kencana dan PS 862 memiliki kemampuan menghasilkan jumlah batang dan jumlah mata tunas yang tidak berbeda nyata sedangkan pada Tabel 17 menunjukkan bahwa varietas Kidang Kencana dan PS 862 memiliki persentase penurunan FHB nyata terhadap FHB teori yang berbeda nyata. Faktor keempat dan kelima adalah faktor yang menyebabkan persentase penurunan FHB nyata terhadap FHB teori varietas Kidang Kencana dan PS 862 berbeda nyata. Persentase penurunan FHB nyata terhadap FHB teori varietas Kidang Kencana yang lebih besar dibandingkan PS 862 menunjukkan bahwa lebih banyak mata tunas yang tidak tersalurkan dari KBD Karangsuko (varietas KK) dibandingkan dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862). 6.1.4. Teknis budidaya tebu di KBD dan KTG Pengelolaan budidaya kebun bibit berbeda dengan budidaya tebu giling. Beberapa hal yang membedakan budidaya tebu untuk bibit dan tebu untuk giling di PG. Krebet Baru adalah 1. Kebutuhan jenis pupuk dan dosis yang diberikan Pada budidaya pembibitan tebu di PG. Krebet Baru jenis pupuk yang diberikan adalah hanya pupuk ZA. Pemberian pupuk ZA tersebut dilakukan sebanyak 2 kali. Pupuk I diberikan pada saat tanaman berumur 1 BST dengan dosis 4 ku/ ha. Pupuk II diberikan pada saat tanaman berumur 2.5-3 BST dengan dosis 4 ku/ha.

64 Pada budidaya tebu untuk giling pupuk yang diberikan adalah Ponska dan ZA. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemupukan dilakukan sebanyak dua kali. Pupuk I diberikan pada saat tanaman berumur 1 BST yang berupa pupuk Ponska 4 ku/ha dan ZA sebanyak 4 ku/ha. Pupuk I dilakukan dengan cara mencampur kedua pupuk tersebut kemudian menaburnya ke dalam juringan yang kemudian ditutup tanah (tambah tanah I). Pupuk II dilaksanakan pada saat tanaman berumur 2 BST yang berupa pupuk ZA sebanyak 4 ku/ha. 2. Perlakuan klentek Klentek adalah kegiatan membersihkan dan menghilangkan daun kering tebu yang masih menempel di batang dengan cara mengelupasnya. Kegiatan klentek tidak dilakukan pada budidaya tebu di kebun bibit. Hal ini bertujuan untuk melindungi mata tunas agar tidak rusak. Tanaman tebu calon bibit harus memiliki mata tunas yang sehat, tanpa luka dan tetap segar agar dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik saat dijadikan bibit. Berbeda dengan budidaya tebu di KTG, kegiatan klentek sangat perlu dilakukan karena memiliki berbagai manfaat. Manfaat kegiatan klentek pada budidaya tebu di KTG adalah memperbaiki sirkulasi udara dalam kebun, mengurangi kelembaban, menghindari robohnya tebu, mencegah meningkatnya hama dan penyakit, menghindarkan terjadinya bahaya kebakaran kebun, dan untuk mempermudah kegiatan penebangan. 3. Lama periode budidaya Budidaya tebu di kebun bibit memiliki lama periode yang lebih singkat dibandingkan dengan lama periode tanam untuk tebu di KTG. Untuk budidaya tebu di kebun bibit hanya dilakukan selama 6-8 bulan. Disbun Jatim (2008) menyatakan bahwa salah satu standar bibit yang baik adalah bibit memiliki umur 6-8 bulan. Untuk tanaman tebu yang ditanam di KTG lama periode pemeliharaannya hingga berumur 10-14 BST untuk dapat ditebang. Karena pada umur tersebut tebu telah masak dan layak tebang untuk digiling. 4. Kemurnian Varietas Menjaga kemurnian varietas hingga 95% adalah salah satu syarat KBD yang baik (Pengawas Benih Tanaman, 2008). Apabila didapatkan KBD yang kemurnian varietasnya kurang dari 95% maka harus dilakukan seleksi varietas

65 sebelum KBD tersebut ditebang untuk dijadikan bibit. Seleksi dilakukan dengan cara menyisir lahan dan mencabut tebu yang tidak sesuai varietasnya hingga akar (membongkar rumpun). Pekerjaan tersebut harus dilakukan oleh orang yang telah mengenal ciri-ciri tiap varietas tebu dengan baik. Budidaya di KTG tidak terlalu memperhatikan kemurnian varietas tebu yang ditanam. Apabila terdapat tebu yang tidak sesuai varietasnya lebih dari 95% maka tidak akan dilakukan tindakan apapun.