V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mekanik dan manual. Pengolahan tanah secara mekanik menggunakan alat mesin berupa traktor. Sedangkan untuk pengolahan tanah secara manual menggunakan tenaga manusia yang dibantu dengan peralatan sederhana seperti cangkul. Proses pengolahan tanah secara mekanik dan manual dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Mekanik Pengolahan tanah secara mekanik dianggap lebih modern karena sudah menggunakan peralatan mesin berupa traktor. Usahatani tebu di Kecamatan Dawe baik yang diproses menjadi gula pasir maupun gula tumbu sudah banyak melakukan pengolahan tanah secara mekanik yang menggunakan traktor. Pengolahan tanah secara mekanik dilakukan dengan membajak tanah menggunakan traktor terlebih dahulu. Pembajakan tanah dilakukan secara dua tahap. Tahap pertama tanah dibajak secara melintang dan tahap kedua tanah dibajak membujur. Pembajakan dilakukan dengan arah berlawanan atau menyilang sehingga tanah menjadi rata. Langkah berikutnya adalah tanah dibajak kembali untuk melihat kemiringan tanah sehingga pengairan dengan sistem tadah hujan dapat mengalir dengan lancar. Pengolahan selanjutnya adalah pembuatan larikan atau bedengan dengan panjang 8-10 m dan lebar 50 cm. Larikan atau bedengan kemudian dipotong untuk pembuatan got air dan lubang tanam. Got dibuat secara melintang (got kecil) dan membujur (got besar) dengan ukuran lebar 60 cm dan kedalaman tanah 70 cm untuk got yang membujur. Sedangkan untuk ukuran got melintang to dibuat user dengan ukuran lebar 50 cm dan 58

2 59 kedalaman tanah 60 cm. Tujuan pembuatan got adalah untuk mengatur pemasukan dan pembuangan air agar berjalan dengan baik. Lubang tanam dibuat dengan ukuran lebar 40 cm dan kedalaman tanah cm. Sedangkan untuk guludan diberi jarak 60 cm sehingga secara keseluruhan jarak tanam tanaman tebu mencapai 1 m. Proses pengolahan tanah dengan menggunakan traktor untuk luas lahan 1 hektar dapat selesai dalam waktu kurang lebih 3 hari dengan menggunakan tenaga kerja pria sebanyak 2 orang sebagai pengemudi traktor. 2) Manual Pengolahan tanah secara manual dilakukan dengan tenaga manusia dan peralatan yang masih sangat sederhana yaitu cangkul. Pengolahan tanah secara manual cenderung memerlukan tenaga manusia lebih banyak dan proses pengolahan lebih lama. Sehingga petani tebu di Kecamatan Dawe lebih banyak yang memilih pengolahan tanah secara mekanik. Langkah - langkah dari pengolahan tanah secara manual hampir sama dengan pengolahan tanah secara mekanik, hanya saja pembuatan got melintang (got kecil) dan got membujur (got besar) dibuat terlebih dahulu. Kemudian dibuat larikan dan bedengan dengan ukuran yang sama yaitu 8-10 meter dan selanjutnya sama seperti pengolahan tanah secara mekanik. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengolahan tanah secara manual dengan luas lahan 1 hektar adalah 40 orang yang terdiri dari tenaga kerja pria dengan waktu penyelesaian sekitar 8 hari. b. Persiapan Bibit Bibit yang digunakan untuk tanaman tebu adalah batang tebu muda yang sudah memiliki 2 ruas atau mata tunas. Batang tebu dipotong-potong hingga memiliki 2 ruas atau mata tunas di setiap potongannya. Jenis bibit yang digunakan para petani tebu di Kecamatan Dawe adalah jenis bibit tebu to BR. user Petani tebu di Kecamatan Dawe

3 60 membutuhkan bibit sebanyak 70 ton untuk lahan seluas 1 hektar. Petani tebu di Kecamatan Dawe tidak melakukan pembibitan sendiri, tetapi membeli bibit dari petani lain yang ada di luar daerah Kecamatan Dawe. Rata-rata para petani tebu di Kecamatan Dawe membeli bibit tebu di Kabupaten Pati. Namun ada juga yang membeli bibit tebu dari Pabrik Gula Rendeng Kudus, karena petani tersebut memasok hasil panen tebu untuk pengolahan gula pasir. Bibit pada tanaman tebu dapat digunakan 3-5 kali, namun petani di Kecamatan Dawe rata-rata menggunakan bibit untuk 4 kali musim tanam. Jadi pada saat pemanenan, tanaman tebu dipotong lalu sisa potongan tersebut dapat tumbuh lagi. Penggunaan bibit pada tanaman tebu dapat dilakukan berulang kali. Di daerah lain, penggunaan bibit tebu bahkan ada yang digunakan sampai 20 kali musim tanam. Akan tetapi, setiap musim tanam para petani tetap melakukan penyulaman. Jadi dapat dikatakan bahwa lahan tebu yang dibongkar setelah 20 kali musim tanam, bibit yang digunakan sudah disulam setiap musim tanamnya. Kualitas produksi tebu akan lebih baik jika bibit yang digunakan hanya untuk 3-5 kali musim tanam. c. Penanaman Penanaman tanaman tebu di Kecamatan Dawe dilakukan secara manual dan masih tergantung pada musim hujan karena menggunakan sistem pengairan tadah hujan. Penanaman dilakukan apabila keadaan tanah di lahan sudah lembab sehingga akan memudahkan penanaman dan pertumbuhan tanaman tebu. Penanaman tebu dilakukan dengan cara meletakan bibit tebu di lubang tanam yang telah dibuat secara mendatar. Bibit tebu diletakan dengan mata tunas menghadap ke samping agar mendapat cahaya matahari dan mempermudah tumbuhnya tanaman. Tanaman tebu akan tumbuh dari mata tunas tersebut. Sehingga dalam satu lubang tanam akan tumbuh tanaman tebu lebih dari satu tanaman karena tebu tumbuh dari mata tunas yang ada pada bibit. Bagian batang bibit to tebu user sedikit ditutup tanah maksimal 5

4 61 cm agar bagian tunas dapat cepat tumbuh karena mendapat unsur hara. Tenaga kerja pria yang dibutuhkan pada saat penanaman adalah 20 orang untuk lahan seluas 1 hektar dengan lama pengerjaan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja. Rata-rata untuk 1 hektar, proses penanaman dapat selesai dalam waktu 2-3 hari. d. Pembumbunan Tanah (Tambah Tanah) Pembumbunan merupakan proses penambahan tanah pada lubang penanaman ketika tanaman tebu sudah mulai tumbuh. Pembumbunan dilakukan pada tiga tahap yaitu tahap pertama dilakukan pada saat tanaman tebu berumur sekitar 2-4 minggu. Pembumbunan tahap pertama dilakukan dengan menambah sedikit tanah yang ada di guludan. Pembumbunan yang kedua dilakukan pada saat tanaman tebu berumur sekitar 2 bulan. Tanah yang ada di guludan diratakan dengan tanaman tebu. Sehingga lubang tanaman tebu sudah tidak terlihat cekung lagi tetapi sudah rata dengan tanah yang ada di sekitarnya. Pembumbunan tahap terakhir yaitu dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 3-4 bulan. Penambahan tanah dilakukan pada bagian sekeliling tanaman tebu sehingga permukaan sekeliling tanaman tebu akan lebih tinggi. Permukaan tanah yang sebelum dilakukan pembumbunan lebih tinggi maka setelah dilakukan pembumbunan yang ketiga akan menjadi cekung. Hal ini dilakukan untuk menunjang pertumbuhan anakan, daun dan batang serta memperbaiki drainase di lahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan pembumbunan bervariasi. Pembumbunan tahap pertama biasanya menggunakan tenaga kerja yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan pembumbunan kedua dan ketiga. Karena tanah yang ditambahkan ke lubang penanaman lebih sedikit sehingga pengerjaannya akan lebih ringan. Tenaga kerja pria yang dibutuhkan sebanyak 30 orang untuk lahan seluas 1 hektar dengan perincian pembumbunan I sebanyak 8 orang, pembumbunan II sebanyak to user 10 orang dan pembumbunan III

5 62 sebanyak 12 orang. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pembumbunan juga bervariasi, tergantung dari ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian. Rata-rata setiap tahap pembumbunan dengan jumlah tenaga kerja tersebut dapat diselesaikan selama 2-3 hari. e. Penyiangan Penyiangan termasuk dalam pemeliharaan tanaman tebu, penyiangan merupakan pembersihan rumput-rumputan dan tumbuhan pengganggu lainnya yang berada di sekitar tanaman tebu. Penyiangan dilakukan sebelum pembumbunan yaitu sebanyak 3 kali dengan periode waktu yang sama dengan pada saat pembumbunan. Tenaga kerja yang digunakan untuk penyiangan dapat dilakukan oleh tenaga kerja pria dan wanita karena pekerjaan penyiangan cukup ringan. Rata-rata untuk 1 hektar lahan tebu dapat memperkerjakan tenaga kerja pria sebanyak 8-11 orang. Sedangkan jika penyiangan dilakukan oleh tenaga kerja wanita membutuhkan orang untuk lahan seluas 1 hektar. f. Pemupukan Pemupukan juga termasuk dalam pemeliharaan tanaman tebu, pemupukan merupakan pemberian unsur hara berupa N, P dan K pada tanaman tebu agar mendapat nutrisi yang cukup sehingga mampu tumbuh dengan maksimal. Pemupukan dilakukan setelah penyiangan dan sebelum dilakukan pembumbunan. Setiap tahapan pembumbunan didahului dengan pemupukan. Pemberian pupuk memiliki 3 tahap. Tahap pertama, pupuk diberikan pada saat penanaman tetapi ada juga yang diberikan pada saat sebelum pembumbunan I. Pupuk yang diberikan pada tahap pertama adalah Pupuk Ponska karena Pupuk Ponska mengandung N, P dan K yang merupakan unsur hara dasar yang dibutuhkan oleh tanaman termasuk tanaman tebu. Pemupukan tahap kedua juga dilakukan pada saat sebelum pembumbunan II. Pupuk yang diberikan pada saat pemupukan tahap kedua ini adalah pupuk Za dengan jumlah dua per tiga dari pupuk Za atau sekitar 8 kuintal untuk lahan to user seluas 1 hektar. Hal ini dikarenakan

6 63 pupuk Za mengandung unsur N yang mampu meningkatkan kadar gula pada batang dan dapat membantu pembentukan batang. Pemupukan pada tahap ketiga dilakukan sebelum pembumbunan ketiga. Pupuk yang diberikan pada saat pemupukan ketiga adalah Pupuk Za. Pemberian pupuk pada tahap ketiga dilakukan petani tebu apabila kondisi tanaman tebu tumbuh dengan kurang baik. Sehingga pemupukan tahap ketiga tidak dilakukan pada seluruh tanaman tebu yang ada di lahan. Untuk pemupukan tahap ketiga, jumlah pupuk yang disediakan sebanyak sepertiga jumlah Pupuk Za atau sekitar 4 kuintal untuk lahan seluas 1 hektar. Penggunaan Pupuk Urea pada budidaya tanaman tebu jarang dilakukan oleh petani tebu. Hal ini dikarenakan ketersediaan Pupuk Za di daerah penelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan Pupuk Urea. Selain itu, harga Pupuk Urea lebih mahal jika dibandingkan dengan Pupuk Za. Menurut Lingga (1986), Pupuk Za dan Pupuk Urea memiliki sifat yang sama yaitu mengandung unsur N. Keduanya termasuk dalam pupuk higroskopis yang mudah menarik uap air dari udara sehingga mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Peranan utama unsur N bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Tenaga kerja pria yang dibutuhkan untuk pemupukan secara keseluruhan adalah 22 orang untuk lahan seluas 1 hektar yang dibagi menjadi tiga tahap pemupukan. Setiap tahap pemupukan dapat dilakukan dalam waktu 1 hari saja jika menggunakan tenaga kerja pria sebanyak 7-8 orang. Jumlah pupuk yang diberikan pada tanaman tebu rata-rata sebanyak 8 kuintal untuk Pupuk Ponska dan Pupuk Za ratarata sebanyak 12 kuintal untuk lahan seluas 1 hektar. Sedangkan untuk Pupuk Urea, rata-rata menggunakan 11 kuintal untuk lahan seluas 1 hektar. to user

7 64 g. Pembasmian Hama dan Penyakit Serangan hama dan penyakit pada tanaman tebu sangat jarang terjadi, bahkan hampir tidak ada. Hal ini juga terjadi pada petani tebu di Kecamatan Dawe. Kerusakan yang terjadi pada tanaman tebu hanya disebabkan karena adanya angin kencang yang dapat membuat tanaman tebu menjadi roboh. Serangan hama dan penyakit sendiri tidak terjadi, hanya saja dahulu pernah ada serangan tikus. Serangan tikus dibasmi oleh para petani secara mekanis yaitu dengan cara dipukul secara langsung. Namun, untuk saat ini serangan tikus sudah tidak terjadi lagi. Berdasarkan hal tersebut, petani di Kecamatan Dawe memilih mengusahakan usahatani tebu karena cara budidaya yang mudah dan tanpa ada serangan hama penyakit. h. Penyulaman Penyulaman tanaman tebu termasuk dalam pemeliharaan budidaya tanaman tebu. Penyulaman merupakan penggantian tanaman tebu yang rusak atau mati dengan digantikan oleh tanaman baru. Penyulaman biasa dilakukan pada saat tanaman tebu berumur kurang lebih 3 minggu. Penyulaman tanaman tebu tidak menggunakan bibit tanaman tebu baru tetapi diambil dari tanaman tebu lain yang ada di sekitar. Dalam satu lubang tanaman tebu dapat tumbuh beberapa tanaman tebu tidak hanya satu tanaman saja. Sehingga tanaman tebu yang digunakan untuk penyulaman diambil dari tanaman tebu yang tumbuh lebih dari satu pada setiap lubang. Tenaga kerja pria atau wanita dapat digunakan untuk melakukan penyulaman tanaman tebu. Untuk penyulaman lahan tebu seluas 1 hektar diperlukan tenaga kerja pria sebanyak 7-10 orang atau apabila menggunakan tenaga kerja wanita diperlukan tenaga sebanyak 11 orang. i. Klentek Pemeliharaan tanaman tebu yang terakhir adalah klentek. Klentek merupakan pelepasan daun kering pada tanaman tebu. Klentek dilakukan pada saat tanaman tebu to user berumur 5-6 bulan atau jika pada

8 65 tanaman tebu sudah muncul daun kering. Tujuan dari klentek adalah agar sirkulasi udara pada batang tebu terjaga optimal. Selain itu, bertujuan agar sinar matahari dapat menyinari secara langsung batang tanaman tebu sehingga akan mempercepat proses pengolahan glukosa dan sakarosa yang ada di dalam batang tebu. Klentek juga bertujuan untuk menjaga kebersihan tebu pada saat akan dipanen. Pada saat menjelang tebang, klentek juga dilakukan kembali yaitu sekitar 2 4 minggu sebelum tebang atau panen. Daun yang diklentek atau dilepas adalah daun kering saja yang berada di sekitar 7-9 ruas dari bagian bawah batang tebu sampai batas daun-daun yang masih hijau. Daun yang berwarna hijau tidak diklentek karena akan mengganggu pertumbuhan tebu. Klentek dilakukan dengan tangan tanpa menggunakan alat bantuan, tidak dilakukan dengan menggunakan pisau atau arit karena jika terkena batang tebu akan merusak pertumbuhan batang tebu dan pengklentekan kurang bersih sebab daun kering masih tersisa di bagian bagian ruas batang tebu. Petani tebu hanya menggunakan sarung tangan saja untuk menjaga agar tangan tidak terluka. Tenaga kerja yang digunakan untuk proses pemeliharaan klentek biasanya tenaga kerja pria tetapi ada juga yang menggunakan tenaga kerja wanita. Proses pengklentekan membutuhkan ketelitian sehingga sebaiknya pekerjaan ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita yang cenderung lebih teliti dibandingkan tenaga kerja pria dan pekerjaan ini juga tidak terlalu berat. Akan tetapi, di Kecamatan Dawe banyak yang menggunakan tenaga kerja pria karena ketersediaan tenaga kerja pria lebih banyak. Untuk klentek lahan tebu seluas 1 hektar diperlukan tenaga kerja pria sebanyak 8-12 orang, sedangkan apabila menggunakan tenaga kerja wanita diperlukan sebanyak orang. j. Penebangan Penebangan dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 8-12 bulan, karena kandungan gula to yang user di dalam batang tebu dianggap

9 66 sudah tinggi. Cara penebangan tanaman tebu dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dengan menggali rumpun tebu dengan linggis, kemudian batang tebu dicabut. Cara kedua yaitu dengan memotong bagian batang tebu sampai dasar tanah. Petani tebu yang di Kecamatan Dawe pada umumnya memakai cara penebangan yang kedua karena dengan cara seperti itu bibit tanaman tebu masih dapat digunakan 3-4 kali musim tanam. Hal ini disebabkan karena masih ada bagian tebu yang tertinggal di dalam tanah sehingga tunas yang tumbuh dapat menjadi tanaman tebu baru. Tebu yang tumbuh dari tunas sisa penebangan disebut keprasan. Tenaga kerja yang digunakan untuk penebangan sekaligus pengangkutan ke truk sebanyak orang untuk lahan seluas 1 hektar dan dalam waktu kurang lebih 7 hari. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria karena pekerjaan ini sangat berat dan membutuhkan tenaga yang banyak. Upah untuk tenaga kerja tebang angkut yang ada di Kecamatan Dawe dihitung berdasarkan hasil panen tebu yang ada di lahan. 1 hektar lahan tebu dapat menghasilkan rata-rata batang tebu sebanyak kuintal tebu. k. Pembersihan Lahan Pembersihan lahan dilakukan apabila batang keprasan digunakan lagi untuk musim tanam selanjutnya. Pembersihan lahan dilakukan setelah kegiatan tebang angkut yang ada di lahan selesai secara keseluruhan. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara mengumpulkan seresah sisa penebangan dan ada juga yang membakar lahan tebu tersebut. Namun, petani di Kecamatan Dawe melakukan pembersihan dengan cara mengumpulkan sisa penebangan yang dilakukan. Setelah lahan bersih dari sisa penebangan selanjutnya bagian tanah didongkel atau diambil hingga batang sisa penebangan dapat terlihat. Sehingga ruas pada batang tebu dapat terlihat dan dapat tumbuh lagi apabila terkena sinar matahari. Tenaga kerja yang digunakan untuk pembersihan lahan biasanya berasal to user dari tenaga kerja pria. Untuk 1

10 67 hektar lahan tebu biasanya membutuhkan tenaga kerja pria sebanyak 6-8 orang yang dapat selesai dalam waktu 1 hari saja. 2. Pengolahan Hasil Produksi Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir Hasil produksi usahatani tebu yang berupa batang tebu dapat diolah menjadi gula pasir dan gula tumbu. Pengolahan hasil produksi tebu menjadi gula pasir dilakukan di pabrik gula dengan skala besar yaitu Pabrik Gula Rendeng yang merupakan satu-satunya pabrik gula pasir yang ada di Kabupaten Kudus. Petani yang memasok tebu ke Pabrik Gula Rendeng rata-rata berasal dari para petani yang sudah berskala besar. Maksudnya adalah petani yang memiliki luas lahan yang sudah cukup luas. Hal ini dikarenakan hasil produksi tebu mampu ditampung seluruhnya di pabrik gula pasir. Proses pengolahan tebu menjadi gula pasir cukup rumit karena dilakukan di pabrik yang sudah memiliki skala besar. Proses pengolahan gula pasir secara garis besar terdiri dari 7 tahap yaitu: a. Stasiun Penimbangan b. Stasiun Penggilingan (Mill Station) c. Stasiun Pemurnian (Clarification) meliputi proses pemanasan I, proses defikasi (penetralan ph), proses sulfitasi (penjernihan atau pemutihan nira), proses pemanasan II, proses pengendapan dan proses pemanasan III. d. Stasiun Penguapan (Evaporation) e. Stasiun Masakan (Boiling Station) f. Stasiun Putaran (Curing Station) g. Stasiun Penyelesaian (Finishing). Peralatan yang digunakan juga sudah canggih dengan mesin-mesin berukuran besar. Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan gula pasir secara garis besar meliputi cane crane (alat pemindah tebu), krepyak datar (alat pencacah tebu), cane cutter (pisau tebu), unigrator (alat penghancur tebu), boulogne (timbangan to user nira), ruwsap (tangki pemanas),

11 68 jet nozzle (alat sulfitasi), rapidorr clarifier (bak pengendapan), tangki dunsap (tangki penyaringan), coil pan dan colandria pan (panci masakan) dan packer (alat pembagi gula ke dalam karung). Hal ini berbeda jauh dengan proses pengolahan tebu yang diolah menjadi gula tumbu. Tebu yang dipasok ke pabrik gula pasir sedikit berbeda dengan tebu yang dipasok ke industri rumah tangga gula tumbu. Kondisi tebu yang dipasok ke pabrik gula pasir benar-benar dalam keadaan bersih tanpa ada kotoran atau seresah daun. Proses pengolahan gula pasir dengan gula tumbu pada dasarnya sama yaitu mengambil air gula yang ada di dalam batang tebu atau biasa disebut nira. Namun untuk pengolahan gula pasir, nira tersebut diolah, kemudian dikristalkan. Tebu yang sudah digiling akan menghasilkan nira yang ditampung di suatu tempat kemudian disaring untuk menghilangkan ampas-ampas sisa penggilingan. Selanjutnya nira tersebut diendapkan dengan tujuan agar warna nira tidak terlalu keruh. Setelah diendapkan, nira tersebut dipanaskan atau dimasak agar lebih kental dan pekat. Langkah selanjutnya adalah sulfitasi. Sulfitasi merupakan proses pencampuran nira dengan SO 2 agar gula yang dihasilkan dapat berwarna putih. Nira kemudian diendapkan kembali dan diuapkan. Setelah itu dikristalkan serta dilakukan pendinginan dan pengaturan suhu. Proses pengemasan gula pasir juga sudah menggunakan peralatan canggih yaitu mesin pengemas atau biasa disebut packer. Packer digunakan untuk membagi gula dengan berat kurang lebih 50 kg ke dalam karung. Peralatan tersebut hanya menggunakan tenaga kerja manusia untuk mengawasi kinerja mesin. 3. Pengolahan Hasil Produksi Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Tumbu Pengolahan hasil produksi usahatani tebu menjadi gula tumbu dilakukan di industri rumah tangga gula tumbu yang masih menggunakan peralatan sederhana. Kondisi tebu yang dipasok ke industri rumah tangga gula tumbu lebih cenderung memiliki kualitas yang rendah. Keadaan tebu cenderung masih kotor dengan masih to user melekat seresah daun sisa kegiatan

12 69 tebang. Produksi gula tumbu juga masih sangat terbatas karena masih skala kecil. Industri rumah tangga pengolahan gula tumbu banyak dijumpai di Kecamatan Dawe. Hal ini dikarenakan di daerah ini banyak petani yang mengusahakan tanaman tebu. Sehingga banyak petani tebu yang menginginkan untuk mengolah hasil produksi tebu sendiri, sehingga tidak bergantung pada pabrik gula pasir saja. Pengolahan hasil produksi usahatani tebu menjadi gula tumbu banyak dilakukan para petani tebu yang memiliki luas lahan sempit atau petani dengan skala kecil. Hal ini dikarenakan petani beranggapan bahwa jika produksi tebu yang sedikit akan lebih menguntungkan apabila diolah sendiri. Selain itu, karena lokasi pengolahan gula tumbu yang lebih dekat dibandingkan dengan pabrik gula pasir maka akan memperkecil biaya transportasi. Berikut ini beberapa tahapan proses pengolahan gula tumbu secara singkat, yaitu sebagai berikut : a. Penggilingan Tebu Tebu yang telah dipanen kemudian diangkut ke industri pengolahan gula tumbu dan digiling dengan mesin silinder penggiling. Silinder penggiling tersebut terbuat dari kayu atau besi yang bergerigi. Untuk menjalankan alat tersebut, petani menggunakan tenaga mesin diesel. Penggilingan satu batang tebu dilakukan beberapa kali sampai tuntas atau sampai nira yang ada di batang tebu habis. Proses penggilingan ini memerlukan tenaga manusia untuk mengarahkan batang tebu yang digiling. b. Perebusan Nira Nira yang didapatkan dari proses penggilingan tebu kemudian disalurkan ke tempat pemasakan atau biasa disebut kawah atau wajan. Tempat pemasakan atau kawah dibedakan menjadi dua macam yaitu kawah pertama untuk nira yang masih keruh sebelum disaring dan kawah yang kedua untuk nira yang sudah disaring atau sudah bersih. Perebusan pada kawah pertama dimasak selama kurang lebih 2 jam. Setelah pemasakan to user selama kurang lebih 2 jam, nira

13 70 tersebut disaring dengan menggunakan anyaman bambu atau sekop yang terbuat dari kayu atau seng. Pada waktu pemasakan, kotoran yang ada pada nira akan terapung dan dapat diambil dengan alat-alat tersebut. c. Pencampuran Kapur Nira yang telah dimasak selama kurang lebih 2 jam dan telah disaring kemudian dipindah ke wajan berikutnya atau wajan kedua. Selanjutnya nira dicampur dengan air kapur. Air kapur berguna untuk mengentalkan nira. Nira kembali dimasak hingga kurang lebih 2 jam sampai mendidih dan mengental. Nira yang dimasak akan berbuih dan harus dicegah jangan sampai meluap dari wajan. Oleh karena itu, digunakan tutup yang terbuat dari anyaman bambu atau biasa disebut kurungan. Kurungan tersebut juga berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran yang masih tercampur dalam nira. d. Pencetakan Gula Tumbu Apabila nira sudah dimasak selama kurang lebih 2 jam dan mulai mengental maka nira tersebut sudah menjadi gula dan siap dicetak. Pengadukan dilakukan sebelum gula dicetak, hal ini dilakukan untuk membantu pengeluaran uap panas. Cetakan yang digunakan terbuat dari anyaman bambu yang biasa disebut tumbu. Gula tersebut diberi nama gula tumbu karena berdasarkan nama alat cetakan yang digunakan Dalam satu cetakan atau tumbu dapat menampung gula sebanyak kurang lebih 20 kg. Pencetakan dilakukan dengan menuang gula sedikit demi sedikit ke dalam tumbu secara berlapis. Penuangan dilakukan secara bertahap yang kemudian diratakan dengan sendok besar lalu menunggu gula sampai mengeras, baru kemudian dituang kembali sampai cetakan penuh. B. Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula to user tumbu. Karakteristik petani sampel

14 71 usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 16. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu No. Uraian Gula Pasir Gula Tumbu 1. Jumlah petani responden (orang) Rata-rata umur petani (tahun) Rata-rata pendidikan petani (tahun) Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam UT tebu (orang) Rata-rata luas lahan tebu yang digarap (Ha) 3,02 1,30 7. Rata-rata pengalaman usahatani tebu (tahun) Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui rata-rata umur sampel petani tebu masih tergolong dalam umur produktif yaitu tahun. Hal ini dikarenakan pada umur yang produktif, petani cenderung memiliki tenaga yang lebih tinggi. Umur produktif juga cenderung masih memiliki beban tanggungan keluarga sehingga memiliki semangat kerja yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Semangat kerja yang dimiliki petani berumur produktif berarti lebih memiliki semangat tinggi dalam hal mencari informasi baru dalam kegiatan usahatani tebu. Selain itu, petani berumur produktif akan lebih terampil dalam melakukan kegiatan usahatani tebu sehingga mampu meningkatkan pendapatan usahataninya. Rata-rata tingkat pendidikan sampel petani tebu adalah 9 tahun atau tamat SMP. Tingkat pendidikan petani akan berpengaruh terhadap sikap petani dalam mengambil keputusan terkait kegiatan usahatani yang dilakukannya terutama usahatani tebu seperti pemilihan bibit, pupuk, teknik pemeliharaan, penggunaan tenaga kerja dan penjualan dari hasil panen tebu. Selain itu, keterampilan petani dalam mencari informasi tentang usahatani tebu juga akan lebih tinggi seiring dengan to user tingkat pendidikan yang tinggi. Hal

15 72 ini terbukti dengan pemilihan bibit yang digunakan petani tebu saat ini. Bibit yang digunakan oleh petani tebu adalah bibit BR yang lebih memiliki kandungan nira tinggi dibandingkan bibit yang dahulu digunakan oleh petani tebu yaitu PS 862, PS 851 dan lain sebagainya. Rata-rata jumlah anggota keluarga sampel petani tebu untuk pembuatan gula pasir adalah 5 orang. Sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga sampel petani tebu untuk pembuatan gula tumbu adalah 6 orang. Jumlah anggota keluarga petani menjadi indikator seberapa banyaknya tanggungan keluarga petani. Semakin banyak jumlah anggota keluarga petani maka akan semakin cenderung tinggi tanggungan keluarga petani tersebut dan kebutuhan hidup keluarga akan lebih tinggi. Keadaan demikian menjadi motivasi petani dalam mengusahakan usahatani untuk lebih giat dan terampil. Kegiatan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir maupun gula tumbu yang ada di lahan tidak menggunakan tenaga kerja dalam atau tenaga kerja dari keluarga. Sehingga jumlah anggota keluarga petani yang aktif dalam usahatani tebu adalah 0 atau tidak ada. Hal ini dikarenakan kegiatan usahatani tebu cukup berat memerlukan fisik yang kuat dan tenaga yang cukup banyak. Selain itu, anggota keluarga petani lebih cenderung memilih untuk bekerja di sektor lain. Petani tebu hanya mengelola manajemen keuangan usahatani dan mengawasi para pekerja dalam kegiatan usahatani tebu. Petani tebu tidak bekerja secara langsung di lahan dikarenakan rata-rata umur petani yang sudah cukup tua walaupun tergolong umur prduktif dirasa secara fisik sudah tidak kuat untuk bekerja di lahan. Rata-rata kepemilikan luas lahan usahatani tebu pada sampel petani tebu untuk pembuatan gula pasir adala 3,02 ha. Sedangkan rata-rata kepemilikan luas lahan usahatani tebu pada sampel petani tebu untuk pembuatan gula tumbu adalah 1,30 ha. Perbedaan kepemilikan luas lahan pada petani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan gula tumbu ini dikarenakan petani tebu yang memasok hasil panen tebu ke pabrik gula pasir cenderung berasal dari petani tebu dengan skala besar yang memiliki luas lahan lebih tinggi. Sedangkan para petani to user tebu untuk pembuatan gula tumbu

16 73 yang rata-rata memiliki luas lahan yang lebih sedikit cenderung memilih memasok hasil panen tebu ke industri rumah tangga pengolahan gula tumbu dengan asumsi lebih mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Kondisi ini dipengaruhi juga dengan jarak antara lahan perkebunan tebu yang dimiliki para petani dengan tempat pabrik gula pasir dan industri rumah tangga pengolahan gula tumbu. Lokasi industri rumah tangga pengolahan gula tumbu berada di sekitar lahan perkebunan tebu ini di Kecamatan Dawe. Kecamatan yang dijadikan tempat penelitian ini terdapat banyak industri rumah tangga pengolahan gula tumbu. Sedangkan lokasi pabrik gula pasir berada di pusat Kabupaten Kudus. Perbedaan lokasi pengolahan gula pasir dan gula tumbu tersebut berdampak pada biaya transportasi yang dikeluarkan petani tebu. Petani tebu dengan skala besar yaitu kepemilikan luas lahan yang lebih luas memilih memasok tebu ke pabrik gula pasir karena biaya transportasi yang dikeluarkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tebu yang dipasok ke industri rumah tangga gula tumbu. Sehingga biaya transportasi yang dikeluarkan akan sebanding dengan hasil produksi tebu yang dipasok ke pabrik gula pasir yang berdampak pada pendapatan yang diterima oleh petani tebu cenderung lebih tinggi. Sedangkan petani tebu yang kepemilikan luas lahan lebih sempit cenderung memasok hasil panen tebu ke industri rumah tangga pengolahan gula tumbu yang dekat dengan lahan tebu. Rata-rata lama usahatani tebu yang telah dilakukan petani tebu adalah 17 tahun untuk petani tebu gula pasir dan 15 tahun untuk petani tebu gula tumbu. Petani tebu sudah cukup lama mengusahakan usahatani tebu. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang ada di daerah tersebut cocok untuk budidaya tanaman tebu. Selain itu, hasil dari usahatani tebu cukup menguntungkan bagi para petani tebu sehingga petani tetap bertahan mengusahakan usahatani tebu. Para petani tebu di Kecamatan Dawe juga merasa bahwa budidaya tanaman tebu cukup mudah dan tidak ada serangan hama penyakit sehingga para petani senang mengusahakan usahatani tebu. Lama pengalaman berusahatani tebu juga berpengaruh terhadap pengetahuan yang diperoleh para petani dalam mengusahakan usahatani tebu. to Berdasarkan user rata-rata lama usahatani

17 74 tebu pada petani tebu yaitu tahun sudah tergolong cukup lama sehingga para petani tebu sudah mendapatkan pengalaman yang cukup banyak. C. Analisis Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Penggunaan Sarana Produksi Sarana produksi merupakan input yang dibutuhkan untuk menghasilkan produksi dalam suatu usahatani atau biasa disebut faktorfaktor produksi. Penggunaan dari sarana produksi oleh petani akan berpengaruh terhadap hasil produksi yang akan dicapai atau output dari usahatani. Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu adalah sama yaitu bibit dan pupuk. Usahatani tebu di Kecamatan Dawe tidak menggunakan obat-obat kimia berupa pestisida karena rendahnya serangan hama dan penyakit bahkan tidak ada. Rata-rata penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja pada usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 17. Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Gula Pasir Gula Tumbu No Jenis Masukan Per UT Per Ha Per UT Per Ha 3,02 ha 1,30 ha 1. Sarana Produksi a. Bibit (Ku) 224,67 75,70 97,33 76,49 b. Pupuk (Ku) - Za 37,70 13,05 14,57 12,54 - Phonska 23,73 8,38 9,38 8,60 - Urea 0,00 0,00 11,00 11,00 2. Tenaga Kerja Luar a. TK Pria (HKP) 272,00 95,00 133,00 114,00 b. TK Wanita (HKW) 55,00 32,00 89,00 44,00 c. TK Tebang Angkut 290,00 93,00 123,00 98,00 d. TK Mesin (Traktor ) 18,00 6,00 10,00 8,00 Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan data pada Tabel 17 diketahui bahwa sarana produksi to user yang digunakan dalam usahatani tebu terdiri dari bibit dan pupuk. Sarana

18 75 produksi untuk usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu pada intinya sama, hanya saja untuk jumlah penggunaannya tergantung dari masing-masing petani yang mengusahakan usahatani tersebut. Ratarata bibit yang dibutuhkan dalam usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir adalah 75,70 kuintal untuk lahan seluas 1 hektar. Sedangkan rata-rata bibit yang dibutuhkan dalam usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu adalah 76,49 kuintal untuk lahan seluas 1 hektar. Sarana produksi pupuk yang digunakan dalam usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu hampir sama yaitu pupuk Za, Phonska dan Urea. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar petani tebu di daerah penelitian menggunakan Pupuk Za. Pupuk Urea hanya digunakan para petani gula tumbu yang berjumlah 2 orang saja. Pupuk Za memiliki harga yang lebih murah dan ketersediaan pupuk tersebut di daerah penelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan Pupuk Urea. Sehingga sebagian besar petani tebu di daerah penelitian lebih memilih untuk menggunakan Pupuk Za. Sifat Pupuk Za dan Pupuk Urea sama yaitu mengandung unsur N. Oleh karena itu, petani tebu dapat menggunakan Pupuk Urea maupun Pupuk Za sesuai dengan pengalaman petani dalam berusahatani tebu. Rata-rata Pupuk Za yang digunakan untuk petani gula pasir sebesar 13,05 kuintal untuk 1 hektar. Begitu juga dengan petani gula tumbu, rata-rata Pupuk Za yang digunakan sebesar 12,54 kuintal per hektar. Penggunaan sarana produksi Pupuk Phonska dalam usahatani tebu rata-rata lebih sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan Pupuk Za baik untuk usahatani tebu pembuatan gula pasir maupun gula tumbu. Hal ini dikarenakan pupuk Phonska merupakan pupuk dasar yang mengandung N, P dan K. Pemberian Pupuk Phonska hanya dilakukan pada awal penanaman saja. Sehingga dalam penggunaannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan Pupuk Za yang diberikan pada tanaman tebu pada dua tahap. Selain itu, dengan penggunaan Pupuk Phonska yang lebih sedikit dibandingkan dengan Pupuk to user Za maka biaya yang dikeluarkan

19 76 untuk sarana produksi akan mampu diminimalisasi. Rata-rata Pupuk Phonska yang digunakan oleh petani gula pasir adalah 8,38 kuintal per hektar. Sedangkan petani gula tumbu menggunakan Pupuk Phonska ratarata sebesar 8,60 kuintal per hektar. Rata-rata penggunaan pupuk tersebut hanya memiliki selisih yang sedikit yaitu 0,22 kuintal saja. Hal ini berarti dalam penggunaan Pupuk Phonska pada usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu tidak mengalami perbedaan yang tinggi. Ratarata jumlah pupuk yang digunakan untuk setiap hektarnya hampir sama, hanya tergantung dari cara petani dalam mengusahakan usahatani tebu. Sarana produksi Pupuk Urea sangat jarang digunakan pada usahatani tebu. Hal ini dikarenakan harga Pupuk Urea yang lebih mahal jika dibandingkan dengan Pupuk Za. Sebagian besar petani tebu memilih menggunakan Pupuk Za yang memiliki fungsi sama dengan Pupuk Urea. Pada hasil penelitian ini menunjukkan, hanya 2 orang petani tebu yang menggunakan Pupuk Urea dalam usahatani tebu dengan rata-rata sebesar 11,00 kuintal per hektar. Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus berasal dari tenaga kerja luar. Hal ini dikarenakan pekerjaan pada usahatani tebu cukup berat dan membutuhkan tenaga yang banyak. Selain itu, banyak anggota keluarga petani tebu yang kurang berminat untuk ikut serta mengusahakan usahatani tebu di lahan. Hal ini dikarenakan anggota keluarga petani tebu banyak yang bekerja di bidang non pertanian. Petani tebu hanya sebatas mengelola manajemen keuangan usahatani tebu saja, tidak ikut serta dalam kegiatan usahatani tebu di lahan. Selain itu, petani tebu juga memantau kinerja dari para pekerja atau buruh tani. Tenaga kerja usahatani tebu terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja wanita hanya melakukan pekerjaan pemeliharaan tanaman tebu seperti penyiangan, klenthek dan penyulaman. Hal ini dikarenakan untuk kegiatan pemeliharaan membutuhkan ketelitian dan kegiatan pemeliharaan cukup ringan to user sehingga dapat dilakukan oleh tenaga

20 77 kerja wanita yang cenderung lebih teliti dalam melakukan perkerjaan. Rata-rata tenaga kerja wanita yang dibutuhkan dalam usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir sebanyak 32 orang, sedangkan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu sebanyak 44 orang untuk lahan seluas 1 hektar. Tenaga kerja wanita yang digunakan dalam usahatani tebu lebih sedikit karena pekerjaan usahatani tebu yang berat dan lebih banyak membutuhkan tenaga kerja pria. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja wanita yang lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga kerja pria. Tenaga kerja wanita lebih banyak terserap untuk sektor industri lain seperti pabrik rokok. Jumlah rata-rata tenaga kerja pria yang dibutuhkan oleh petani tebu untuk pembuatan gula pasir sebanyak 95 orang untuk lahan seluas 1 hektar. Sedangkan jumlah rata-rata tenaga kerja pria yang dibutuhkan oleh petani tebu untuk pembuatan gula tumbu lebih banyak yaitu 114 orang untuk lahan seluas 1 hektar. Tenaga kerja pria melakukan pekerjaan penanaman, pemupukan, pemeliharaan (penyiangan, pembumbunan, penyulaman, klenthek) dan pembersihan lahan pada tunas kedua dan seterusnya. Jumlah tenaga kerja tebang angkut yang digunakan dalam usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir maupun gula tumbu adalah lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk pekerjaan lainnya. Hal ini dikarenakan pekerjaan tebang angkut merupakan pekerjaan yang paling berat dalam usahatani tebu. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria karena pekerjaan ini yang membutuhkan tenaga cukup banyak. Tenaga kerja tebang angkut dihitung berdasarkan jumlah hasil produksi tebu yang mampu diangkut. Untuk 1 tenaga kerja pria rata-rata mampu menebang dan mengangkut tebu ke dalam truk sebanyak 8-10 kuintal. Tenaga kerja tebang angkut yang digunakan oleh petani gula pasir rata-rata sebanyak 93 orang per hektar. Sedangkan tenaga kerja tebang angkut yang digunakan oleh petani gula tumbu rata-rata sebanyak 98 to orang user per hektar. Rata-rata penggunaan

21 78 tenaga kerja tebang angkut pada usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan gula tumbu tidak terjadi perbedaan yang besar, hanya selisih 5 orang saja. Hal ini dikarenakan penggunaan tenaga kerja tebang angkut disesuaikan dengan hasil produksi tebu di lahan. Tenaga kerja mesin yang digunakan dalam usahatani tebu adalah tenaga kerja traktor untuk pengolahan lahan pada saat awal penanaman. Pengolahan lahan di awal penanaman tebu dilakukan secara mekanik dan manual. Pengolahan lahan secara mekanik menggunakan tenaga mesin traktor, sedangkan untuk pengolahan secara manual menggunakan tenaga manusia. Petani tebu baik untuk pembuatan gula pasir maupun gula tumbu cenderung menggunakan tenaga kerja mesin traktor karena lebih hemat biaya dan proses pengerjaannya lebih cepat dibandingkan dengan cara manual. Sehingga tenaga kerja untuk pengolahan lahan dikonversikan ke dalam tenaga kerja mesin. Tenaga kerja traktor yang dihitung adalah tenaga kerja yang mengemudikan mesin traktor. Dalam satu kali beroperasi, tenaga kerja traktor biasanya dilakukan oleh 2 orang secara bergantian untuk mengemudikannya. Sedangkan untuk cara manual ratarata dalam 1 hektar membutuhkan tenaga kerja pria sebanyak 40 orang. Traktor yang digunakan oleh petani tebu di Kecamatan Dawe rata-rata diperoleh dari sewa secara borongan. Sehingga untuk biaya solar sebagai bahan bakar sudah diperhitungkan oleh pemilik sewa traktor. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sewa traktor sebesar Rp ,- per hektar. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani tebu untuk pembuatan gula pasir dalam mengemudikan traktor adalah 6 orang. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani tebu untuk pembuatan gula tumbu dalam mengemudikan traktor adalah 8 orang. Perbedaan rata-rata untuk kedua jenis petani ini disebabkan karena petani gula tumbu ada yang menggunakan tenaga kerja secara manual dalam pengolahan lahan. Sedangkan seluruh petani gula pasir menggunakan tenaga kerja mesin traktor untuk pengolahan lahan sehingga rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam to user pengolahan lahan pada petani gula

22 79 tumbu lebih besar dibandingkan dengan petani gula pasir. Pada umumnya jumlah dari tenaga kerja yang digunakan untuk keseluruhan proses produksi tebu baik pada petani tebu untuk pembuatan gula pasir maupun gula tumbu sama. 2. Biaya Usahatani Biaya usahatani yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya alat-alat luar dan biaya menghasilkan. Biaya alat-alat luar terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja luar, biaya transportasi dan biaya sewa tanah. Sedangkan biaya menghasilkan dihitung dari penjumlahan biaya alat-alat luar dengan bunga modal sendiri yang merupakan bunga dari aktiva yang digunakan dalam usahatani. Bunga modal sendiri dihitung dari besar biaya alat-alat luar dikalikan dengan suku bunga bank. Besar suku bunga bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6% per tahun berdasarkan suku bunga BRI dengan program Kredit Ketahanan Pangan (KKP) pada tahun Biaya usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Rata-rata biaya usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dapat dilihat pada tabel berikut ini : to user

23 80 No Tabel 18. Rata-Rata Biaya Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Jenis Biaya Biaya Sarana 1. Produksi Per UT 3,02 ha Sumber : Analisis Data Primer Gula Pasir Per Ha % Gula Tumbu Per UT 1,32 ha Per Ha % , ,16 17, , ,59 16,51 a. Bibit , ,16 3, , ,11 3,22 b. Pupuk - ZA , ,63 7, , ,29 6,38 - Phonska , ,37 6, , ,86 6,44 - Urea 0,00 0,00 0, , ,33 0,47 Biaya Tenaga Kerja 2. Luar , ,07 28, , ,18 30,80 a. TK Pria (HKP) , ,35 10, , ,50 11,51 b. TK Wanita (TKW) , ,67 0, , ,67 0,88 c. TK Tebang Angkut , ,09 17, , ,51 17,56 d. TK Mesin (Traktor) , ,97 0, , ,51 0,84 3. Biaya Lain-Lain , ,72 53, , ,89 52,70 a. Transportasi , ,39 12, , ,56 11,16 b. Sewa Tanah , ,33 41, , ,33 41,54 Biaya Alat-alat Luar , ,95 100, , ,66 100,00 Bunga Modal Sendiri , , , ,56 Biaya Menghasilkan , , , ,22 Berdasarkan data pada Tabel 18 dapat diketahui jenis biaya yang digunakan dalam usahatani tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus yaitu biaya alat-alat luar dan biaya menghasilkan. Biaya sarana produksi yang dikeluarkan oleh petani tebu terdiri dari biaya bibit dan biaya pupuk yang terdiri dari Za, Phonska dan Urea. Rata-rata biaya sarana produksi secara keseluruhan dalam satu musim tanam yang dikeluarkan oleh petani gula pasir adalah sebesar Rp ,16 per hektar atau 17,15 persen. Sedangkan rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan oleh petani gula tumbu sebesar Rp ,59 per hektar atau 16,51 persen. Ratarata biaya bibit yang dikeluarkan oleh petani gula pasir sebesar Rp ,16 per hektar sedangkan untuk petani gula tumbu mengeluarkan biaya sebesar Rp ,11 per hektar. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit pada satu musim tanam ini dihitung dengan dibagi 4 dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Jumlah biaya pembelian bibit dibagi 4 karena dalam sekali pembelian bibit tebu dapat digunakan to user untuk 4 kali musim tanam. Bibit

24 81 tebu yang digunakan dalam usahatani tebu di Kecamatan Dawe adalah bibit tebu BL (Bululawang) dengan harga Rp ,- per kuintal. Para petani tebu di Kecamatan Dawe baik untuk pembuatan gula pasir maupun gula tumbu memilih untuk membeli bibit tebu dari petani daerah lain dibandingkan dengan membuat pembibitan sendiri. Hal ini dikarenakan jika membeli bibit dari petani lain lebih praktis dan hemat jika dibandingkan dengan membuat pembibitan sendiri. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit tebu oleh petani gula pasir dan gula tumbu mengalami perbedaan. Hal ini dikarenakan jumlah bibit yang digunakan oleh petani gula pasir dengan gula tumbu juga berbeda. Petani gula tumbu menggunakan bibit dengan jumlah yang lebih banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih besar. Rata-rata biaya pembelian sarana produksi Pupuk Za yang dikeluarkan oleh petani gula pasir sebesar Rp ,63 per hektar. Sedangkan untuk rata-rata biaya pembelian Pupuk Za oleh petani gula tumbu sebesar Rp ,29 per hektar. Perbedaan rata-rata biaya pembelian sarana produksi Pupuk Za ini dikarenakan adanya perbedaan rata-rata jumlah Pupuk Za yang digunakan. Petani gula pasir cenderung lebih banyak menggunakan Pupuk Za sehingga berdampak pada biaya yang dikeluarkan untuk pembelian Pupuk Za menjadi lebih besar. Selain itu, petani gula pasir secara keseluruhan menggunakan Pupuk Za, sedangkan petani gula tumbu ada yang mengganti penggunaan pupuk tersebut dengan Pupuk Urea. Harga Pupuk Za yang berlaku di daerah penelitian adalah Rp ,- per kuintal. Para petani mendapatkan atau melakukan pembelian pupuk di toko saprodi yang ada di daerah penelitian. Selain Pupuk Za, para petani tebu yang ada di Kecamatan Dawe juga menggunakan Pupuk Phonska sebagai pupuk dasar pada usahatani tebu. Rata-rata biaya Pupuk Phonska yang dikeluarkan oleh petani gula pasir sebesar Rp ,37 per hektar dan rata-rata biaya Pupuk Phonska yang dikeluarkan oleh petani gula tumbu adalah sebesar Rp ,86 per hektar. Harga Pupuk Phonska yang to user ada di daerah penelitian sebesar Rp

25 ,- per kuintal. Jenis pupuk yang jarang digunakan oleh petani tebu dalam usahatani tebu adalah Pupuk Urea. Hal ini dikarenakan Pupuk Urea memiliki fungsi yang hampir sama dengan Pupuk Za. Harga Pupuk Urea sebesar Rp ,- yang lebih mahal jika dibandingkan dengan harga Pupuk Za. Sehingga Pupuk Urea jarang digunakan, petani tebu lebih memilih menggunakan Pupuk Za. Petani tebu yang menggunakan Pupuk Urea adalah petani gula tumbu dengan biaya yang dikeluarkan untuk membeli Pupuk Urea rata-rata Rp ,33 per hektar. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani tebu di Kecamatan Dawe baik petani gula pasir maupun gula tumbu memiliki ratarata yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya saprodi yang dikeluarkan oleh petani gula pasir maupun gula tumbu. Rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani gula pasir adalah sebesar Rp ,07 per hektar atau 28,93 persen. Sedangkan rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani gula tumbu adalah sebesar Rp ,18 per hektar atau 30,80 persen. Perbedaan dari pengeluaran biaya tenaga kerja antara petani gula pasir dan gula tumbu dikarenakan rata-rata luas areal lahan dari kedua jenis usahatani ini berbeda. Petani gula pasir cenderung menggunakan tenaga kerja yang lebih sedikit untuk setiap 1 hektar. Hal ini dikarenakan rata-rata jumlah luas areal lahan tebu untuk pembuatan gula pasir lebih luas sehingga petani menggunakan tenaga kerja secara keseluruhan lebih banyak per luas lahan yang dimiliki. Namun jika dihitung untuk lahan per 1 hektar, tenaga kerja yang digunakan oleh petani gula pasir akan lebih sedikit. Petani gula pasir dalam menggunakan tenaga kerja lebih memperhitungkan secara keseluruhan jumlah luas lahan yang dimiliki, tidak setiap hektar seperti yang dilakukan petani gula tumbu. Oleh karena itu, penggunaan tenaga kerja pada petani gula tumbu lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja oleh petani gula pasir. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani tebu baik untuk pembuatan gula pasir maupun gula to user tumbu terdiri dari tenaga kerja pria,

26 83 tenaga kerja wanita, tenaga kerja tebang angkut dan tenaga kerja mesin (traktor). Tenaga kerja pria dikonversikan dalam HKP dengan masa kerja dari jam dengan upah Rp ,- per hari. Sedangkan tenaga kerja wanita dikonversikan dalam HKW dengan masa kerja dari jam dengan upah Rp ,- per hari. Tenaga kerja pria meliputi pekerjaan pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan (pembumbunan, penyiangan, penyulaman, klenthek), pemupukan dan pembersihan lahan. Tenaga kerja penanaman pada perhitungan usahatani tebu dibagi menjadi 4 musim tanam. Hal ini dikarenakan bibit yang ditanam dapat digunakan untuk 4 kali musim tanam. Untuk tenaga kerja pria pada pengolahan tanah baik secara manual maupun mekanik juga dibagi menjadi 4 karena kegiatan pengolahan tanah hanya dilakukan petani tebu pada saat awal penanaman saja. Perhitungan tersebut karena data yang digunakan untuk penelitian ini hanya terbatas yaitu satu musim tanam saja. Sehingga perhitungan tenaga kerja penanaman dan pengolahan tanah dibagi menjadi 4 musim tanam. Sedangkan untuk kegiatan usahatani selanjutnya tidak perlu dilakukan pengolahan lahan kembali karena bibit yang digunakan pada musim tanam pertama mampu digunakan kembali atau biasa disebut tunas. Untuk usahatani selanjutnya setelah pemanenan atau tebang angkut adalah pembersihan lahan. Rata-rata biaya tenaga kerja pria yang dikeluarkan oleh petani gula pasir sebesar Rp ,35 per hektar atau 10,00 persen. Sedangkan rata-rata biaya tenaga kerja pria yang dikeluarkan oleh petani gula tumbu sebesar Rp ,50 per hektar atau 11,51 persen. Biaya tenaga kerja tersebut merupakan rata-rata dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pria. Rata-rata biaya tenaga kerja wanita yang dikeluarkan oleh petani tebu untuk pembuatan gula pasir sebesar Rp ,67 per hektar atau 0,43 persen. Sedangkan rata-rata biaya tenaga kerja wanita yang dikeluarkan oleh petani tebu untuk pembuatan gula tumbu sebesar Rp ,67 dengan persentase 0,88 per hektar. Biaya tenaga kerja wanita yang digunakan to user oleh petani gula tumbu lebih tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS 0 ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS Diah Apriliani, Suwarto, RR. Aulia Qonita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU Sumber: www.agrindonesia.wordpress.com BUDIDAYA TANAMAN TEBU 1. PEMBUKAAN KEBUN Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik. Ukuran got standar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU BUDIDAYA TANAMAN TEBU PENDAHULUAN Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan tanah Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT Pelaksanaan pembukaan kebun tebu tebangan memerlukan kultur teknis yang baik, pedoman dibawah ini hendaknya digunakan oleh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin 135040100111150 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai macam produk baik dari sektor hortikultura maupun perkebunan. Seiring

I. PENDAHULUAN. berbagai macam produk baik dari sektor hortikultura maupun perkebunan. Seiring 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang menghasilkan berbagai macam produk baik

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan dalam famili gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk kategori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ubi Jalar Cilembu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ubi Jalar Cilembu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ubi Jalar Cilembu Salah satu jenis ubi jalar yang dapat dikonsumsi langsung setelah dipanggang dengan menggunakan oven adalah Ubi Cilembu. Ubi Cilembu sering disebut

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

ALAT DAN MESIN PANEN PADI ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S. PERBANDINGAN KEUNTUNGAN KRISAN POTONG DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TUNAS DAN SISTEM TANAM AWAL DI P4S ASTUTI LESTARI PARONGPONG BANDUNG BARAT Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oriza sativa) adalah salah satu jenis serealia yang umumnya dibudidayakan melalui sistem persemaian terlebih dahulu. Baru setelah bibit tumbuh sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

31/08/2017. Keunggulan budidaya jahe. Penyemaian. Media Polibag dan karung vs lahan. Penanaman. Pemeliharaan

31/08/2017. Keunggulan budidaya jahe. Penyemaian. Media Polibag dan karung vs lahan. Penanaman. Pemeliharaan 31/08/2017 Keunggulan budidaya jahe Chandra Kurnia Setiawan Permintaan terhadap jahe merah masih cukup tinggi Dapat tumbuh hampir disemua ketinggian Teknis budidaya mudah Harga jual Biaya produksi rendah

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005).

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005). 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Juta ton BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan sumber pangan utama yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Pituruh merupakan salah satu dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain

Lebih terperinci