BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip utama perbaikan mutu dan kinerja pelayanan kesehatan adalah kepedulian terhadap pelanggan serta menjadikannya fokus pelayanan. Pasien sebagai pelanggan eksternal tidak hanya menginginkan kesembuhan dari sakit yang diderita dan merupakan luaran pelayanan, tetapi juga merasakan dan menilai bagaimana ia diperlakukan dalam proses pelayanan tersebut (Koentjoro, 2007). Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah sub sistem pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit. Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh (Kemenkes RI, 2013). Penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit khususnya di ruang rawat inap. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makanan rumah sakit, perencanaan menu sampai distribusi makanan pada pasien dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Tujuan penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah menyediakan makanan dengan kualitas yang baik dan jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien (Depkes RI, 2007). Dalam pendekatan sistem, pelayanan makanan yang merupakan bagian dari penyelenggaran makanan adalah program terpadu dimana komponen pengadaan, penyimpanan, pengolahan, distribusi, penghidangan serta fasilitas dan metode untuk mencapai tujuan sepenuhnya dikoordinasi dengan cara menggunakan sumber daya manusia seminimal mungkin serta pengawasan mutu dan harga seoptimal mungkin. Komponen penyelenggaraan makanan yang kurang terkoordinasi jelas berpengaruh kurang baik dan selanjutnya berdampak terhadap persepsi pasien atas pelayanan makanan tersebut (Almatsier et al., 1992). 1
2 Penilaian persepsi pasien terhadap pelayanan makanan untuk mutu makanan merupakan prediktor yang terbaik dalam menilai tingkat kepuasan pasien terhadap makanan dan pelayanan makanan itu sendiri, diikuti dengan memenuhi kebutuhan pasien serta sikap petugas dalam memberikan menu kepada pasien (Dubé et al., 1994). Faktor lain yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien adalah karateristik pasien seperti : jenis kelamin, umur, pendidikan, persepsi, tingkat pemeriksaan kesehatan dan kepercayaan bahwa makanan merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap status kesehatan serta faktor kontekstual (terapi diet, lama rawat dan selera makan). Studi lain oleh Lau and Gregoire (1998) dan Williams et al. (1998) menegaskan juga bahwa mutu makanan sebagai kunci utama dalam kepuasan pasien. Survei yang dilakukan oleh Almatsier et al. (1992) pada tahun 1992 terhadap 755 pasien yang penyakitnya tidak terlalu berat pada 10 rumah sakit besar di DKI Jakarta yang meliputi 4 RS Pemerintah, 2 RS ABRI, 2 RS BUMN dan 2 RS Swasta, menunjukkan bahwa secara keseluruhan 43,2% pasien yang diteliti menyatakan persepsi kurang baik terhadap mutu makanan yang disajikan. Penilaian persepsi yang dinilai dari tingkat kepuasan pasien terhadap mutu makanan akan berpengaruh terhadap makanan yang dikonsumsi. Tingkat kepuasan pasien yang rendah berdampak pasien tidak menghabiskan makanan sehingga menimbulkan sisa pada makanan yang diberikan. Data dari Gugus Kendali Mutu (GKM) Instalasi Gizi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan pada umumnya pasien menyisakan makanannya hampir 50% dari makanan yang disajikan (Fatimah, 2007). Dampak lebih penting dari sisa makanan terhadap pasien adalah asupan zatzat gizi pasien tidak adekuat terutama asupan energi. Penelitian oleh Kusumayanti (2004) menyatakan bahwa asupan energi tidak adekuat merupakan faktor resiko malnutrisi pada pasien rawat inap. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dwiyanti (2004) menyatakan asupan energi tidak adekuat beresiko malnutrisi 3,2 kali lebih besar dibandingkan pasien dengan asupan energi cukup. Kondisi malnutrisi tersebut berdampak dengan meningkatnya lama hari rawat, komplikasi klinis, biaya rumah sakit serta kualitas hidup yang lebih buruk
3 pada pasien (Pichard et al., 2004; Meilyana et al., 2010). Dampak malnutrisi ini terhadap biaya rumah sakit secara statistik bermakna signifikan ketika dianalisis dengan DRG (Diagnosis Related Groups) (Middleton et al., 2001; Correia et al., 2003). Data rekam medis RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi rata-rata lama hari rawat atau Average Length Of Stay (ALOS) tahun 2012 adalah 5 hari, sedangkan untuk sistim pembayaran perawatan pasien rawat inap yang menggunakan Jamkesmas dan Jampersal pada tahun 2012 lebih tinggi dibanding pasien lainnya, yaitu Jamkesmas dan Jampersal 31,4 %; Askes 27,8 %; Umum 19,7%; Jamkesda 18,3% serta Astek 2,8%. Berkaitan dengan pasien Jamkesmas / Jampersal sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 40 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, pendanaan Jamkesmas dan Jampersal terintegrasi secara utuh menjadi satu kesatuan serta pelayanan rawat inap diberikan di ruang rawat inap kelas III. Apabila karena sesuatu hal seperti tidak tersedianya tempat tidur, peserta terpaksa dirawat di kelas yang lebih tinggi dari kelas III biaya pelayanannya tetap diklaimkan menurut biaya kelas III. Evaluasi sisa makanan merupakan hal yang sangat penting karena sisa makanan dapat mencerminkan asupan zat-zat gizi dan tingginya sisa makanan dapat dijadikan indikasi status kesehatan pasien yang buruk dampaknya menimbulkan malnutrisi (Mahoney et al., 2009). Menurut Allison (1995) pengukuran asupan makanan melalui sisa makanan merupakan paling objektif dan akurat. Berkenaan dengan sisa makanan pasien, survei sisa makanan biasa terhadap semua kelas perawatan yang dilakukan oleh Instalasi Gizi RSUD Raden Mattaher Jambi pada tahun 2011 didapatkan data sisa makanan biasa pasien rawat inap untuk kelas III sebesar 31 % sedangkan pada tahun 2012 sebesar 30%. Data sisa makanan kelas III tersebut masih di atas standar pelayanan minimal rumah sakit yang ditetapkan oleh Depkes RI tahun 2008 yaitu untuk sisa makanan pasien adalah 20%. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian tentang : hubungan sisa makanan dengan lama hari rawat dan biaya
4 pasien peserta Jamkesmas/Jampersal diet makanan biasa di ruang rawat inap kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan sisa makanan dengan lama hari rawat dan biaya pasien peserta Jamkesmas/Jampersal diet makanan biasa di ruang rawat inap kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum. Mengetahui hubungan sisa makanan dengan lama hari rawat dan biaya pasien peserta Jamkesmas/Jampersal diet makanan biasa di ruang rawat inap kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran jumlah sisa makanan pasien peserta Jamkesmas/Jampersal di ruang rawat inap kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi. b. Mengetahui lama hari rawat pasien peserta Jamkesmas/ Jampersal di ruang rawat inap kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi. c. Mengetahui biaya pasien peserta Jamkesmas/Jampersal di ruang rawat inap kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi. d. Mengetahui hubungan sisa makanan dengan lama hari rawat peserta Jamkesmas/Jampersal diet makanan biasa di ruang rawat inap kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi. e. Mengetahui hubungan sisa makanan dengan biaya pasien peserta Jamkesmas/Jampersal diet makanan biasa di ruang rawat inap kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi.
5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti mengenai sisa makanan pasien hubungannya dengan lama hari rawat serta biaya pasien. 2. Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan data, khususnya sebagai bahan evaluasi terhadap penyelenggaraan makanan kelas III dari segi sisa makanan berkaitan lama hari rawat dan biaya pasien serta pentingnya unit cost dalam penyelenggaraan makanan pasien. 3. Instalasi Gizi Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi (Operasional Research) bagi Instalasi Gizi mengenai dampak sisa makanan terhadap lama hari rawat sehingga mempengaruhi proses penyembuhan serta biaya pasien. E. Keaslian Penelitian Pengaruh sisa makanan terhadap lama hari rawat dan biaya pasien dengan penjamin Jamkesmas dan Jampersal diet makanan biasa di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Raden Mattaher Jambi belum pernah dilakukan, beberapa penelitian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Djamaluddin (2005), meneliti analisis zat gizi dan biaya sisa makanan pada pasien dengan makanan biasa di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu adalah responden seluruh kelas perawatan dan metode pengukuran sisa makanan dengan taksiran visual skala Comstock sedangkan penelitian ini yang dijadikan responden adalah pasien kelas III dengan penjamin Jamkesmas dan Jampersal serta pengukuran sisa makanan menggunakan penimbangan. Kesamaan penelitian ini terletak pada kajian tentang sisa makanan dengan lama rawat. 2. Kandiah, et al. (2006), Visual Plate Waste in Hospitalized Patients: Length of Stay and Diet Order. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian terdahulu pengukuran sisa makanan yang dilakukan hanya pada waktu makan siang saja
6 tidak diukur konsumsi makanan secara keseluruhan dan dilakukan selama 4 hari secara berturut-turut. Sedangkan pada peneltian ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut sesuai siklus menu dan jadwal waktu makan pasien. Kesamaan penelitian ini adalah meneliti sisa makanan pasien dihubungkan dengan lama hari rawat. 3. Irawati (2010), menganalisis sisa makanan dan biaya sisa makanan biasa pada pasien skizofrenia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Madani Palu. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode pengukuran sisa makanannya. Penelitian terdahulu pengukuran sisa makanan menggunakan taksiran visual skala Comstock sedangkan pada penelitian ini menggunakan penimbangan langsung. Kesamaan penelitian ini terletak pada kajian tentang sisa makanan dengan lama hari rawat.