BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT

Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor industri tercipta produk-produk barang maupun jasa yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu


BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I. Pendahuluan. ilmu pengetahuan dan juga ekonomi. Kemajuan di bidang ekonomi secara

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

KAJIAN YURIDIS PASAL 43 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TERHADAP PASAL 31 UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

KONSEKUENSI YURIDIS PERJANJIAN BERBAHASA ASING DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. satu dari sepuluh kebutuhan pokok atau kebutuhan primer manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang berperkara untuk mengajukan suatu upaya hukum atas putusan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal mempunyai peran strategis dalam pembangunan Perekonomian Indonesia

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang paling atas. Yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial (zoonpoliticon).

BAB I PENDAHULUAN. mengabulkan sebagian permohonan uji materi terhadap Pasal 2 ayat (2) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Lazimnya dalam suatu gugatan yang diajukan oleh kreditor terhadap

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan jasa dari para pekerja dan pekerja mengharapkan upah dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan perkembangan teknologi modern yang begitu cepat membuat jumlah aktifitas dan cara manusia tersebut beraktifitas dalam memenuhi kebutuhan hidup menjadi semakin kompleks. Hal tersebut berlaku baik sebagai individu, sebagai badan hukum, sebagai kumpulan individu maupun sebagai komunitas masyarakat tertentu, dan sebagai suatu bangsa ataupun sebagai bagian dari masyarakat dunia. Sejalan dengan itu, pertumbuhan aktifitas dan kompleksitas hubungan hukum antar manusia sebagai pribadi pendukung hak yang juga terus berkembang dari zaman ke zaman membuat pengertian perdagangan tidak dapat di pahami lagi dalam pengertian aktifitas jual-beli semata. Perdagangan sebagai gambaran awal hubungan komersial antar manusia terus tumbuh dan berkembang. Hubungan tersebut tidak hanya melibatkan pembeli dan penjual, tetapi juga melibatkan pelaku atau subjek-subjek lainnya. Semua itu merupakan pelaksanaan upaya pemenuhan kebutuhan secara langsung maupun tidak langsung dari masingmasing pelaku. Hukum yang antara lain merupakan rangkaian peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain baik disadari ataupun tidak di 1

sadari telah hadir dan turut mencampuri urusan antara pribadi-pribadi manusia tersebut, dari manusia itu lahir hingga manusia tersebut meninggal. 1 Modernisasi dan perkembangan teknologi yang menjadi salah satu pendorong dari semakin merapatnya bentuk-bentuk kerja sama antar negara. Hal tersebut membuat upaya-upaya untuk menciptakan kesamaan pandang, kesamaan gerak dan pemahaman terhadap hukum-hukum yang mengatur aktifitas bisnis warga di masing-masing negara. Semakin minimnya perbedaan-perbedaan pemahaman dan pelaksanaan prinsip-prinsip keadilan dan kepastian hukum di masing-masing negara akan membuat semakin meningkatnya kepastian hukum dalam aktivitas-aktivitas ataupun transaksi-transaksi bisnis internasional yang dapat dipastikan akan membutuhkan pengaturan dalam bentuk perjanjian yang tidak mudah. Perjanjian memegang peranan yang penting dalam sebuah perkembangan hukum, baik hukum yang digunakan antar negara ataupun hukum yang mengatur hubungan dan aktifitas komersial. Hukum perjanjian dan asas asas dalam hukum perjanjian secara langsung ataupun tidak langsung akan turut mempengaruhi terhadap penyusunan perjanjian-perjanjian antara pihak-pihak yang terkait. Sama halnya dengan pengaturan mengenai bahasa Indonesia dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan yang masih terus menyisakan tanda tanya besar dalam benak para praktisi hukum dan kalangan dunia usaha termasuk investor asing. Salah satu 1 L.J. Van Apeldorn. Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan ke-29, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), hal. 6. 2

pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut adalah bahwa bendera, bahasa dan lambang negara serta lagu kebangsaaan merupakan sarana pemersatu, identitas dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara. Selama ini pro dan kontra menyeruak terutama terkait dengan ketentuan yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam Undang-Undang ini bersinggungan dengan penyusunan perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari penyusunan perjanjian banyak ditangani praktisi hukum. Keterkaitan ini menimbulkan implikasi besar terhadap perkembangan dunia perjanjian di Indonesia. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 memang tidak menyebutkan sanksi terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan bahasa Indonesia dalam perjanjian. Akan tetapi, banyak kekhawatiran muncul terutama terkait dengan ancaman pembatalan terhadap kontrak-kontrak yang dibuat dengan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang melibatkan pihak asing dan menggunakan hukum Indonesia sebagai pilihan hukumnya pada saat Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2009 ini berlaku. Sebenarnya bila kita membaca secara seksama bunyi ketentuan pasal 31 ayat (1), secara tersirat menyebutkan bahwa terhadap perjanjian yang melibatkan pihak asing, pembentuk undang-undang memberikan kedudukan yang equal terhadap kewajiban penggunaan bahasa. Bukan hanya mewajibkan penggunaan bahasa Indonesia, tetapi juga bisa ditulis dalam bahasa nasional pihak asing dan/atau bahasa Inggris. Namun jika kita amati lebih lanjut, pihak pembuat Undang-Undang menggunakan frasa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam perjanjian sehingga harus diinterpretasikan lebih luas dari 3

frasa ditulis juga sehingga kata wajib digunakan harus diartikan bukan hanya ditulis tetapi juga ditafsirkan sehingga jelas bahwa tidak dapat dilakukan pemilihan bahasa mana yang berlaku selain bahasa Indonesia. Permasalahan ini seperti yang terjadi dalam sebuah Loan Agreement tertanggal 23 April 2010 yang mengatur PT. Bangun Karya Pratama Lestari memperoleh pinjaman dana dari Nine AM Ltd. sejumlah US$ 4.422.000,-. Perjanjian tersebut dibuat dan tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, para pihak membuat akta perjanjian jaminan fidusia atas benda sebagai jaminan utang tertanggal 27 April 2010, benda yang dijaminkan adalah enam unit Truck Caterpillar Model 775F Off Highway dengan nomor seri masing-masing berturut-turut: DLS 00916, DLS 00931, DLS 00932, DLS 00933, DLS 00934, dan DLS 00982. Mekanisme pelunasan pembayaran pinjaman tersebut adalah 48 kali angsuran bulanan sebesar US$ 148.500 per bulan dan bunga akhir US$ 1.800.000 yang wajib dibayar pada tanggal pembayaran akhir angsuran pinjaman. Setelah berjalan selama dua tahun, PT. Bangun Karya Pratama Lestari mengajukan gugatan karena menurutnya perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat formil. Perjanjian tersebut dinilai melanggar Pasal 31 ayat (1) Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Masalahnya adalah kontrak tersebut dibuat hanya dalam bahasa Inggris, tanpa ada bahasa Indonesia, padahal Pasal 31 ayat (1) Undang- Undang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan tersebut telah mengatur dengan tegas bahwa bahasa yang wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi 4

pemerintah, lembaga swasta, atau perseorangan warga negara Indonesia adalah bahasa Indonesia. Dalam gugatan, PT. Bangun Karya Pratama Lestari meminta pengadilan untuk menyatakan kontrak tersebut batal demi hukum atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak memiliki kekuatan mengikat. Gugatan ini dikabulkan majelis hakim yang dalam putusannya menyatakan perjanjian tersebut memang bertentangan dengan Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, undang-undang tersebut dengan tegas mengatur bahasa Indonesia adalah bahasa yang wajib digunakan dalam sebuah perjanjian. Selain itu majelis hakim juga memerintahkan PT. Bangun Karya Pratama Lestari untuk mengembalikan semua pinjaman yang telah diberikan Nine AM Ltd karena telah membayar US$ 3.506.460,- ditambah deposit US$ 800.000,-, majelis meminta PT. Bangun Karya Pratama Lestari mengembalikan sisa uang ke Nine AM Ltd sebesar US$ 115.540,-. Atas putusan ini, Nine AM tidak puas dan bersikukuh berpandangan Undang-Undang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan tidak mengatur sanksi berupa pembatalan atas suatu perjanjian yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia sehingga pihak Nine AM Ltd pun terus melakukan upaya hukum banding dan kasasi. 5

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dikemukakan permasalahan dalam tesis ini sebagai berikut: 1. Apa yang membuat Majelis Hakim memutuskan bahwa Putusan Nomor: 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar mengenai Loan Agreement antara PT. Bangun Karya Pratama Lestari dengan Nine AM Ltd mengandung kausa yang tidak halal dikarenakan tidak menggunakan Bahasa Indonesia? 2. Tantangan apa yang dihadapi setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 apabila perjanjian sudah terlanjur dibuat dengan bahasa Inggris? C. TUJUAN PENELITIAN Dalam penulisan ini, penulis memiliki dua tujuan, yaitu: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui apakah pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara Nomor: 451/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Bar tentang pembatalan Loan Agreement atas dasar kausa tidak halal sudah tepat dan sesuai dengan aturan mengenai kausa halal atau tidak. b. Untuk mengetahui tantangan apa yang dihadapi setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 apabila perjanjian sudah terlanjur dibuat dengan bahasa Inggris. 6

2. Tujuan Subjektif a. Untuk memperoleh data konkrit berkaitan dengan obyek yang diteliti guna menyusun tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MH pada Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada; dan b. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai kewajiban penggunaan bahasa Indonesia pada setiap perjanjian sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Akademis Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar S2 pada Program Pascasarjana Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat Teoritis Memberikan kontribusi bagi pengembangan hukum perdata di Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan kewajiban penggunaan bahasa Indonesia pada setiap perjanjian setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. 3. Manfaat Praktis Diharapkan karya tulis ini dapat memberikan masukan bagi semua pihak yang akan menyusun perjanjian atau kontrak yang menggunakan bahasa 7

asing setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. E. KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan pengetahuan dan hasil penelusuran yang dilakukan penulis terhadap data kepustakaan pada Perpustakaan FH UGM, Perpustakaan tesis UGM, dan terhadap penulisan maupun penulisan karya ilmiah, hingga kini penulis belum menemukan permasalahan yang sama dengan penulisan ini. Oleh karena itu, penulis menyatakan bahwa tesis ini merupakan karya orisinil penulis dan karenanya dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, namun demikian seandainya pernah dilakukan penelitian yang menitikberatkan pada kewajiban penggunaan bahasa Indonesia setelah berlakunya Undang-Undang Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2009 maka penulis mengharapkan penelitian ini adalah melengkapi. 8