BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem-based learning, deskripsi kemampuan berpikir kritis dan deskripsi kemampuan menyelesaikan soal cerita yang diperoleh mahasiswa serta bagaimana pengaruh pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem-based learning dalam perkuliahan Pemecahan Masalah Matematika. A. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Problem-Based Learning Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam lima kali pertemuan. Materi yang dibahas tentang aritmatika dan geometri bangun datar. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada tahapan pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam delapan tahapan kegiatan. Tahapan kegiatan dan keterlaksanaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1 Tahapan Pembelajaran dan Keterlaksanaanya No Langkah Pembelajaran 1 Memberikan masalah utama kepada mahasiswa terkait dengan konsep yang dipelajari sebagai stimulus 2 Mengorganisasikan mahasiswa dalam kelompok untuk mengidentifikasi masalah dan menggali informasi yang relevan dengan masalah yang diberikan 3 Memberi kesempatan kepada mahasiswa mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka tidak mengerti terkait dengan masalah yang diberikan 4 Mengarahkan mahasiswa dalam kelompok untuk memprioritaskan beberapa alternatif solusi masalah 5 Mengarahkan mahasiswa dalam kelompok untuk mengintegrasikan pendapat Keterlaksanaan Aktivitas Pengajar (Ya/Tidak) Pert.1 Pert.2 Pert.3 Pert.4 Pert.5 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 30
No Langkah Pembelajaran untuk menyeleksi solusi masalah 6 Mendampingi mahasiswa dalam kelompok Memecahkan masalah dengan solusi masalah yang sudah dipilih dan disepakati bersama 7 Meminta perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil pemecahan masalah kelompok lain memberikan tanggapan 8 Membimbing mahasiswa melakukan refleksi diri terkait dengan materi dan kebermanfaatkan materi pelajaran dengan kehidupan mereka sehari-hari Keterlaksanaan Aktivitas Pengajar (Ya/Tidak) Pert.1 Pert.2 Pert.3 Pert.4 Pert.5 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Meskipun semua tahapan pembelajaran terlaksana dalam lima kali pertemuan, tetapi masih ada kekuranga dari beberapa aspek khususnya pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pada bagian tahapan ke-2 yaitu mengorganisasikan mahasiswa dalam memahami masalah dan mencari inforamasi pemecahan masalah dan tahapan ke-4 yaitu Mengarahkan mahasiswa dalam kelompok untuk memprioritaskan beberapa alternatif solusi masalah, mahasiswa masih mengalami kesulitan karena belum terbiasa dan masih cenderung individual.tetapi kondisi ini mulai teratasi untuk pertemuan berikutnya. Mahasiswa sudah mulai dapat menikmati pembelajaran sehingga prosesnya dapat berjalan dengan baik. B. Deskripsi Data Amatan 1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Untuk melihat kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebagai acuan penentuan kategori keberadaan kondisi kemampuan mereka dalam berpikir kritis maka mereka diberi tes. Tes yang diberikan kepada mereka berupa tes uraian yang dikembangkan berdasarkan aspekaspek yang terdapat dalam berpikir kritis. Hal ini harapannya soal tes ini benar-benar dapat dijadikan dasar untuk membuat kategori kemampuan berpikir kristis mereka. Dari hasil ini nanti maka kemampuan berpikir kritis mahasiswa akan digolongan menjadi tiga yaitu tinggi 31
(skor 78), sedang (skor antara 54-77), dan rendah (skor antara 30 53). Berikut adalah hasil pengkategorian kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari hasil tes. Tabel 2 Deskripsi Kemampuan berpikir kritis kedua kelompok N Tinggi (skor 78 Sedang (54-77) Rendah (30-53) KELAS KONTROL 34 7 21% 13 38% 14 41% KELAS ESPERIMEN 35 12 34% 14 40% 9 26% 2. Deskripsi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Berikut adalah kondisi awal kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal cerita yang terdisi atas enam soal. Tabel 3 Deskripsi Kondisi Awal Kemampuan Menyelesaikan soal cerita kedua kelompok KELAS KONTROL KELAS ESPERIMEN N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance 34 24 92 2211 65.03 21.072 444.029 35 24 90 2284 65.26 18.200 331.255 Berdasarkan perhitungan skor nilai pada tabel 1 terlihat bahwa rata-rata untuk kedua kelompok sama. Untuk lebih menguatkan data ini maka berikut adalah uji homogenitas dari data kedua kelompok untuk menunjukkan bahwa kedua data memiliki varian yang sama sehingga kedua kelompok dapat dinyatakan setara. Tabel 4 Homogenitas data kemampuan menyelesaikan soal cerita kondisi awal Levene Statistic df1 df2 Sig. 2.193 1 67.143 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 di atas maka didapatkan data kedua kelompok homogen karena nilai signifikansi =0,143 lebih besar dari 0,005 (0,143 > 0,05). Untuk melihat pengaruh dari pembelajaran yang dilakukan maka perlu dilihat hasil tes akhir dari kedua kelompok memalui postes. Berikut data yang diperoleh dari hasil tes akhir 32
untuk melihat kemampuan akhir setelah kelompok eksperimen mendapat perlakuan dengan pembelajaran dengan metode problem-based learning. C. Normalitas dan Homogenitas Data Amatan D. Uji Hipotesa Penelitian Untuk menentukan pengaruh dari pembelajaran yang dilakukan maka perlu melihat kembali tentang rumusan hipotesis yang dijadikan dasar untuk menentukan keputusan. Karena desain penelitian menggunakan desain faktorial maka perumusan hipotesis juga menggunakan aturan desain faktorial. Berikut rumusan hipotesis dengan analsis varian desain faktorial. Pada analisis varian desain faktorial ini dapat dirumuskan 4 macam hipotesis pokok. 1) Efek Gabungan (Bersama-sama) Hipotesis gabungan (bersama-sama) merupakan hipotesis yang menyatakan tentang efek perlakuan secara bersama antara variabel bebas satu (metode pembelajaran) dan variabel bebas lainnya (kemampuan berpikir kritis). Hipotesis yang dapat dirumuskan untuk menyatakan efek gabungan antara lama belajar dan tingkat kemampuan awal sbb. Ho = Tidak ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara pembelajaran dengan metode problem-based learning dan metode ekspositori dan antara kemampuan berpikir kritis secara bersama H1 = Terdapat perbedaan perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara pembelajaran dengan metode problem-based learning dan metode ekpositori dan antara kemampuan berpikir kritis secara bersama 2) Efek Perlakuan Metode Pembelajaran (problem-based learning dan ekpositori) Hipotesis tentang efek metode pembelajaran yang digunakan untuk menyatakan ada tidaknya perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita yang diakibatkan oleh metode pembelajaran tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis yang dapat dirumuskan untuk menyatakan efek metode pembelajaran terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat dinyatakan berikut ini. Ho = Tidak ada kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori. H1 = Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori. 3) Efek Perlakuan Kemampuan Berpikir Kritis (Tinggi, Sedang, dan Rendah) Hepotesis tentang efek kemampuan berpikir kritis digunakan untuk menyatakan ada tidaknya perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita yang diakibatkan oleh 33
perlakuan kemampuan berpikir kritis (tinggi, sedang, dan rendah) tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis yang dapat dirumuskan berikut ini. Ho = Tidak ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah. H1 = Terdapat perbedaan ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita mahasiswa yang tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah. 4) Efek Interaksi antara Metode Mengajar dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis antara Hipotesis tentang Interaksi antara metode mengajar dengan tingkat kemampuan berpikir kritis digunakan untuk menyatakan ada tidaknya interaksi yang signifikan antara metode mengajar dengan tingkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hipotesis dapat dirumuskan berikut ini. Ho = Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode belajar dengan tingkat H1 = kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Terdapat interaksi yang signifikan antara metode belajar dengan tingkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Untuk menguji keempat hipotesis maka digunakan hasil ouput olahan SPSS 15.0 tentang analisis varian desain faktorial. Kriteria Pengujian: (1) Menggunakan koefisien Sig., dengan ketentuan Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) < 0,05 maka tolak Ho. Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) > 0,05 maka terima Ho. (2) Menggunakan koefisien F hitung, dengan ketentuan. Jika koefisien F Hitung > F tabel maka tolak Ho. Jika koefisien F Hitung < F tabel maka terima Ho. Tabel yang dapat digunakan adalah Tests of Between Subjects Effects dengan tampilan berikut ini. Tabel 5 Hasil output tests of between-subjects effects No Hipotesis df F hitung F tabel Sig. Keputusan 1 Gabungan (Model) 6 836,081 5,99.000 Ho ditolak 2 Efek Metode Pembelajaran 2 2408,265 18.51.000 Ho ditolak 3 Efek Kemampuan Berpikir Kritis 2 97,677 18,51.000 Ho ditolak 4 Efek Interaksi Metode Pembelajaran 18,51 Ho diterima 2 2,301.109 dengan Kemampuan Berpikir Kritis 34
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 4 maka dapat dibuat sebuah keputusan bahwa: 1. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara pembelajaran dengan metode problem-based learning dan metode ekpositori dan antara kemampuan berpikir kritis secara bersama-sama. 2. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori. 3. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah. 4. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode belajar dengan tingkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa Hasil uji hipotesis ini hanya menyatakan tentang perbedaan perkomponen, baik komponen metode pembelajaran (metode problem-based learning dan Ekspositori), maupun komponen kemampuan berpikir kritis mahasiswa (tinggi, sedang dan rendah). Untuk melihat perbedaan rerata (mean) per pasangan antara subkomponen metode mengajar dengan sub komponen kemampuan berpikir kritis serta pengaruh sub komponen kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita maka perlu dilakuka uji lanjutan menggunakan analisis anova satu jalur (One Way Anova). Untuk melakukan analisis tersebut maka perlu dirumuskan hipotesis terlebit dahulu. Rumusan hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut. Hipotesis 1 Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi Hipotesis 2 Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis sedang H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis sedang 35
Hipotesis 3 Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis rendah H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis rendah Hipotesis 4 Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang yang diajar dengan metode problem-based learning H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang yang diajar dengan metode problem-based learning Hipotesis 5 Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah yang diajar dengan metode problem-based learning H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah yang diajar dengan metode problem-based learning Hipotesis 6 Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah yang diajar dengan metode problem-based learning H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah yang diajar dengan metode problem-based learning Proses Pengujian Hipotesis 1 Berikut hasil output data untuk mahasiswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis dangan pembelajaran dengan metode problem-based learning dan ekpositori. 36
SKOR KBK TINGGI KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN Total Model Tabel 6 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis tinggi Fixed Effects Random Effects 5% Confidence Interval f Between- Mean Component N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper BoundMinimumMaximum Variance 7 85.57 3.155 1.192 82.65 88.49 82 90 12 88.25 9.450 2.728 82.25 94.25 67 100 19 87.26 7.723 1.772 83.54 90.99 67 100 7.829 1.796 83.47 91.05 1.796 a 64.44 a 110.08 a -3.344 a. Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this random effects measure. Data pada tabel 6 menunjukkan mean kelas eksperimen sebesar 88,25 dengan nilai maksimal 100 dan terendah 67. Mean kelas kontrol sebesar 85,57 dengan nilai maksimal 90 dan terendah 82. Untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka untuk melihat perdedaan mean kelas kotrol dan kelas eksperimen antara mahasiswa yang mempunyai kemampuan berikir kritis tinggi maka perlu melihat uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. SKOR KBK TINGGI Tabel 7 Hasil uji normalitas untuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya tinggi KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Kolmogorov-Smirnov a Tabel 8 Hasil uji homogenitas untuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya tinggi Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig..208 7.200*.909 7.389.171 12.200*.907 12.195 Levene Statistic df1 df2 Sig. 2.931 1 17.105 Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas tabel 7 dan 8 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen karena nilai signifikasinya > 0,05. Tabel 9 Hasil uji anova satu jalur untuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya tinggi Sum of Squares Between Groups 31.720 1 31.720.518 4.45.482 Within Groups 1041.964 17 61.292 Total 1073.684 18 df Mean Square F hitung F tabel Sig. Keputusan Ho diterima 37
Hasil ini menjukkan bahwa nilai F hitung < F tabel dan nilai signikansinya 0,482 > 0,05 maka keputusan dari rumusan hipotesis 1 adalah Ho diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi. Proses Pengujian Hipotesis 2 SKOR KBK SEDANG Tabel 10 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis sedang KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN Total Model Fixed Effects Random Effect % Confidence Interval Mean Between- Component N Mean td. DeviatioStd. Errorower Bounpper BounMinimumMaximum Variance 13 65.54 7.709 2.138 60.88 70.20 53 78 14 70.93 6.580 1.759 67.13 74.73 62 85 27 68.33 7.524 1.448 65.36 71.31 53 85 7.145 1.375 65.50 71.17 2.696 34.08 102.59 10.740 Rerata (mean) untuk mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang untuk kedua kelas didapatkan 65,54 untuk kelas kontrol dan 70,93 untuk kelas eksperimen. Nilai maksimal dan minimal untuk kelas kontrol sebesar 78 dan 53. Kelas eksperimen nilai maksimal 85 dan minimal 62. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa kedua data baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki distribusi normal dan homogeny seperti terlihat pada tabel 11 dan tabel 12. Tabel 11 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov SKOR KBK SEDANG KELAS KONTROL Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk DAN EKSPERIMEN Statistic df Sig. Statistic df Sig. KELAS KONTROL.144 13.200*.954 13.658 KELAS EKSPERIMEN * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction.243 14.240*.917 14.798 38
Tabel 12 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan berpikir kritis sedang Levene Statistic df1 df2 Sig..199 1 25.660 Tabel 13 Hasil uji anova satu jaluruntuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya sedang Sum of Squares df Mean Square F hitung F Tabel Sig. Keputusan Between Groups 195.841 1 195.841 8.837 4,24.031 Ho ditolak Within Groups 1276.159 25 51.046 Total 1472.000 26 Berdasarkan hasil uji anova satu jalur pada tabel 13 maka hasil keputusan untuk hipotesis 2 adalah terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis sedang. Proses Pengujian Hipotesis 3 Untuk menguji hipotesis 3 langkah yang dilakukan sama dengan pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2. Hasil analisis deskriptif didapatkan mean masing-masing kelas adalah 53,08 (kelas control) dan 47,56 (kelas eksperimen). Untuk nilai minimal untuk kelas control 36 dan nilai maksimalnya 66. Sedangkan untuk kelas eksperimen nilai minimal 34 dan maksimal 62. Secara manual ada sedikit perbedaan antara mean kelas kontrol dan kelas ekperimen yaitu sebesar 5,52. Tetapi hal ini belumlah cukup dan perlu diuji lagi dengan uji anova satu jalur. SKOR KBK RENDAH Tabel 14 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis sedang KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN Total Model Fixed Effects Random Effects 5% Confidence Interval f Between- Mean Component N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper BoundMinimumMaximum Variance 13 53.08 9.323 2.586 47.44 58.71 36 66 9 47.56 7.667 2.556 41.66 53.45 34 62 22 50.82 8.932 1.904 46.86 54.78 34 66 8.698 1.854 46.95 54.69 2.764 15.70 85.93 8.130 39
Sebelum uji anova satu jalur maka perlu dilakuka uji normalitas dan homogenitas untuk kedua data. Tabel 15 dan tabel 16 menunjukkan bahwa kedua data dalam kondisi normal dan homogeny karena nilai signifikasni kedua > 0,05. SKOR KBK RENDAH Tabel 15 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction Statistic df Sig. Statistic df Sig..189 13.200*.937 13.419.264 9.071*.912 9.330 Tabel 16 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan berpikir kritis rendah Levene Statistic df1 df2 Sig. SKOR KBK RENDAH Based on Mean.764 1 20.393 Based on Median.559 1 20.463 Based on Median and with adjusted df.559 1 19.555.464 Based on trimmed mean.736 1 20.401 Tabel 17 Hasil uji anova satu jaluruntuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya sedang Sum of Squares df Mean Square F hitung F Tabel Sig. Keputusan Between Groups Within Groups Total 162.127 1 162.127 6.143 4,351.016 Ho ditolak 1513.145 20 75.657 1675.273 21 Hasil analisi anova satu jalur didapatkan nilai F hitung (6,143) > F tabel (4,351) dan signifikansi yang diperoleh (0,016) < 0,05 sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis rendah. 40
Proses Pengujian Hipotesis 4 Pengujian hipotesis 4 dimaksudkan untuk meilihat perbedaan mean untuk mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang dan keduanya medapatkan pembelajaran dengan metode problem-based learning. Data pad tabel 18 berikut akan memberikan gambaran tentang kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang untuk kelompok eksperimen. PBL K TINGGI DAN SEDANG Tabel 18 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedan untuk kelas eksperimen PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TINGG PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SEDAN 95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. DeviationStd. Error Lower BoundUpper Bound Minimum Maximum 12 88.25 9.450 2.728 82.25 94.25 67 100 14 70.93 6.580 1.759 67.13 74.73 62 85 Total Model Hasil deskripsi data ini menunjukkan adanya perbedaan mean untuk kedua kelompok yaitu sebesar 17,32. Tetapi data ini harus didukung dengan analisis lanjut dengan analisis varian untuk keduanya. Syarat yang dilakuka adalah data harus diuji kenormalannya dan homogenitasnya. PBL K TINGGI DAN SEDANG Fixed Effects Random Effects Tabel 19 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TINGGI PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SEDANG * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction 26 78.92 11.805 2.315 74.16 83.69 62 100 Kolmogorov-Smirnov(a) 8.024 1.574 75.68 82.17 8.685-31.43 189.27 Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig..171 12.200*.907 12.195.243 14.240**.917 14.198 Tabel 20 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang PBL K TINGGI DAN SEDANG Levene Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean.547 1 24.467 Based on Median.660 1 24.424 Based on Median and with adjusted df.660 1 23.043.425 Based on trimmed mean.653 1 24.427 41
Hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa data yang diperoleh normal dan homogeny sehingga bisa dilajut pada uji selanjutnya. Berikut adalah hasil uji lanjutan untuk memperoleh data apakah mean keduanya berbeda atau tidak. Sum of Squares Tabel 21 Hasil uji anova satu jaluruntuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya sedang df Mean Square F hitung F tabel Sig. Keputusan Between Groups 1938.668 1 1938.668 30.112 4,259.000 Ho ditolak Within Groups 1545.179 24 64.382 Total 3483.846 25 Perhitungan pada tabel 21 menunjukka bahwa nilai F hitung (30,112) > F tabel (4,259) dengan nilai signifikansi (0,000) < 0,05 sehingga keputusannya Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga keputusannya Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang yang diajar dengan metode problem-based learning Proses Pengujian Hipotesis 5 Pengujian hipotesis 5 digunakan uji melihat apakah terdapat perbedaan mean antara kelompok mahasiswa dengan kemampuan berpikir tinggi dengan rendah setelah mendapat pembelajaran dengan metode problem-based learning. Data berikut akan merikan gambaran umum tentang kondisi nilai kedua kelompok dan uji prasyarat untuk melakukan uji anova satu jalur. Tabel 22 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang Untuk kelompok eksperimen PBL K TINGGI DAN RENDAH PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TING PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS REND 5% Confidence Interval for Mean N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper Bound Minimum Maximum 12 88.25 9.450 2.728 82.25 94.25 67 100 9 47.56 7.667 2.556 41.66 53.45 34 62 Total Model Fixed Effects Random Effects 21 70.81 22.326 4.872 60.65 80.97 34 100 8.743 1.908 66.82 74.80 20.550-190.30 331.92 42
PBL K TINGGI DAN RENDAH Tabel 23 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov PROBLEM-BASED LEARNING Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TINGGI PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS RENDAH * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction Statistic df Sig. Statistic df Sig..171 12.200*.907 12.195.264 9.071.912 9.330 Data deskripsi yang terdapat dalam tabel 23 menunjukkan adalah perbedaan mean kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kristis dan yang rendah. Uji lanjutan perlu dilakukan untuk memperkuat hasil ini dengan didahului dengan uji normalitas dan homogenitas. Hasil yang diperoleh kedua data dalam keadaan normal dan homogen. Tabel 24 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah PBL K TINGGI DAN RENDAH Levene Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean.449 1 19.511 Based on Median.488 1 19.493 Based on Median and with adjusted df.488 1 18.804.493 Based on trimmed mean.495 1 19.490 Tabel 25 Hasil uji anova satu jalur untuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya tinggi dan rendah Sum of Squares df Mean Square Between Groups 8516.766 1 8516.766 Within Groups 1452.472 19 76.446 Total 9969.238 20 F hitung 111.40 9 F tabel Sig. Keputusan 4,381.000 Ho ditolak Berdasarkan hasil perhitungan analisis anova satu jalur didapatkan nilai F hitung (111,40) > F tabel (4,381) dan signifikansi (0,000) < 0,05 sehingga keputusannya Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah yang diajar dengan metode problem-based learning. 43
Proses Pengujian Hipotesis 6 Pengujian hipotesis yang terakhir (6) digunakan untuk melihat perbedaan mean kemampuan menyelesaikan soal cerita bagi mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode problem-based learning. Berikut adalah gambaran tentang data kedua kelompok.terlihat pada tabel 26 bahwa mean mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang sebesar 70,93 dengan nilai minimal 62 dan nilai maksimal 85. Sedangkan mahasiswa dengan kemampuan berpikir kristis rendah meannya 47,56 dengan nilai minimal 34 dan maksimal 62. Hasil ini sudah membedaan adanya perbedaan mean antara kedua kelompok. Untuk lebih menguatkan maka perlu dilakukan uji lanjutan dengan anova satu jalur berikut ini. PBL K SEDANG DAN RENDAH Tabel 26 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITI SEDANG PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITI RENDAH 95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 14 70.93 6.580 1.759 67.13 74.73 62 85 9 47.56 7.667 2.556 41.66 53.45 34 62 Total Model Fixed Effects Random Effects 23 61.78 13.528 2.821 55.93 67.63 34 85 7.014 1.463 58.74 64.82 11.951-90.06 213.63 Tabel 27 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov PBL K SEDANG DAN RENDAH PROBLEM-BASED LEARNING PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SEDANG PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS RENDAH Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig..243 14.064.917 14.198.264 9.071.912 9.330 a Lilliefors Significance Correction 44
Tabel 28 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah PBL K SEDANG DAN RENDAH Levene Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean.027 1 21.870 Based on Median.000 1 21.986 Based on Median and with adjusted df.000 1 20.802.986 Based on trimmed mean.018 1 21.895 Karena data yang diperoleh normal dan homogeny maka dilakukan uji parametrik dengan anova satu jalur. Hasil pengujian mendapatkan bahwa nilai F hitung (60,831) > F tabel (4,425) dan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka Ho ditolah dan H1 diterima. Tabel 29 Hasil uji anova satu jaluruntuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya sedang Sum of Squares df Mean Square F hitung F tabel Sig. Keputusan Between Groups 2992.762 1 2992.762 60.831 4,425.000 Ho ditolak Within Groups 1033.151 21 49.198 Total 4025.913 22 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah yang diajar dengan metode problem-based learning. Keputusan Akhir Berdasarkan hasil analisis signifikasi umum (menyatakan tentang perbedaan perkomponen, baik komponen metode pembelajaran (metode problem-based learning dan Ekspositori)) dan analisis perbedaan rerata (mean) per pasangan antara subkomponen metode mengajar dengan sub komponen kemampuan berpikir kritis serta pengaruh sub komponen kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan menyelesaikan soal ceritaanalisis maka dapat diambil keputusan berikut ini. 1. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara pembelajaran dengan metode problem-based learning dan metode ekpositori dan antara kemampuan berpikir kritis secara bersama-sama. 2. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori. 45
3. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah. 4. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode belajar dengan tingkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa 5. Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi 6. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis sedang 7. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis rendah 8. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang yang diajar dengan metode problembased learning 9. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah yang diajar dengan metode problembased learning 10. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah yang diajar dengan metode problembased learning 46