Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bubur Beras Instan

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

OPTIMASI PROSES PENGERINGAN GRITS JAGUNG DAN SANTAN SEBAGAI BAHAN BAKU BASSANG INSTAN, MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR HERNAWATY HUSAIN

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

BAB I PENDAHULUAN. mencapai ton, beras ketan diimpor dari Thailand dan Vietnam, sedangkan

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

5.1 Total Bakteri Probiotik

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia

PEMBUATAM BAKSO DAN SOSlS DARI BAHAN DASAR DAGIMG IKAN EUEUT HASlL PEMASAKAN EKSTRUSI SERTA EVALUASI MUTUMYA

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

A. WAKTU DAN TEMPAT B. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN. 1. Penelitian Tahap I

METODE. Waktu dan Tempat

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata)

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TANAMAN PENGHASIL PATI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

Transkripsi:

KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN FIRMAN SANTHY GALUNG Email : firman_galung@yahoo.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Beras merah (Oryza nivara) adalah beras yang kaya serat, vitamin dan mineral yang dapat mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan dan dapat meningkatkan perkembangan otak dan menurunkan kolesterol darah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tepung beras instan terbaik dengan berbagai perlakuan pengolahan. Prosedur pada penelitian ini diawali dengan penentuan jenis beras yang digunakan, instanisasi tepung beras merah, penentuan perlakuan terbaik yang diperoleh berdasarkan hasil uji waktu rehidrasi dan uji organoleptik skala hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pertama dengan perlakuan penepungan merupakan perlakuan terbaik didasarkan pada waktu rehidrasi 59,78 detik dan nilai hasil pengujian organoleptik dengan nilai 4,98yang menunjukkan agak suka terhadap produk bubur beras merah. Kata kunci: Beras merah, tepung, instan, uji rehidrasi, uji organoleptik PENDAHULUAN Beras merah memiliki kandungan gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan beras putih serta kandungan energi yang dihasilkan lebih besar. Beras merah mengandung thiamin (vitamin B1), zat besinya juga lebih tinggi. Beras merah mengandung protein, asam lemak tidak jenuh, betasterol, camsterol, stigma sterol, isovlavones, sapoin, Zn, Fe, lovastin, dan mevinolin-hmg-coa. Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah selenium yang berpotensi mencegah penyakit kanker dan penyakit degenerative (Bustan, 2007). Pengolahan beras merah lebih lanjut dapat diolah menjadi tepung. Tepung beras terdiri dari tepung beras pecah kulit dan tepung beras sosoh. Tepung beras banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti bihun dan bakmi, macaroni, aneka snacks, aneka kue kering ( cookies ), biscuit, crackers, makanan bayi, makanan sapihan untuk Balita, tepung campuran ( composite flour ) dan sebagainya. Tepung beras juga banyak digunakan dalam pembuatan pudding micxture atau custard. Makanan bayi yang terbuat dari tepung beras, sudah dapat diberikan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, sedangkan kepadabayi yang berumur 5 bulan dapat diberikan dalam bentuk nasi tim.seiring dengan 1

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, proses pengolahan pangan dituntut untuk mengikuti trend dan selera konsumen yang cenderung menginginkan kepraktisan atau kemudahan dalam penyajian. Berdasarkan pemikiran tersebut, dilakukan penelitian karakterisasi dan pengolahan beras merah dengan berbagai perlakuan untuk memperoleh tepung beras merah instan terbaik. BAHAN DAN METODE Penentuan jenis beras Bahan baku beras yang digunakan adalah beras merah karena memiliki kandungan gizi yang lebih banyak dibandingkn dengan beras putih serta kandungan energi yang dihasilkan lebih besar. Beras merah yang digunakan yaitu beras merah Malino. Instanisasi Tepung Beras Merah Untuk menghasilkan tepung beras instan dapat dilakukan berdasarkan langkah -langkah berikut ; (1) Penyortiran dan penyucian, Penyortiran dilakukan sebelum pencucian guna menghilangkan benda benda asing yang ada pada beras. Pencucian dilakukan hanya sebanyak satu kali guna mempertahankan zat gizi yang mudah larut terbuang pada air cucian beras.(2) Perendaman, dilakukan selama 2 jam. Perendaman ini bertujuan untuk membantu mempercepat pada proses pemasakan beras dikarenakan terjadi pengembangan volume beras akibat peyerapan air selama perendaman. Air rendaman disimpan untuk digunakan saat memasak beras untuk tetap menjaga zat gizi yang terlarut pada air rendaman beras tersebut. (3) Pemasakan, sebelum dilakukan pemasakan dilakukan dua perlakuan yaitu penepungan dan tanpa penepungan. Masing-masing beras selanjutnya dimasak, dengan perbandingan 1: 3. Beras yang telah ditepungkan dimasak hingga menjadi bubur sedangkan beras tanpa perlakuan penepungan dimasak hingga menjadi nasi. (4) Pengeringan, dikeringkan menggunakan pengering kabinet pada suhu 60 C selama ± 6 jam. (5) Penggilingan/Penyaringan dilakukan dengan menggunakan grinder dan disaring menggunakan penyaring 100 mesh hingga diperoleh tepung beras merah. Waktu rehidrasi (Yoanasari 2003) Sebanyak 49 gram sampel ditambah air hangat (60 C) sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai 2

bubur siap untuk disajikan, kemudian dicatat waktunya. Uji organoleptik skala hedonik Panelis yang menilai adalah Panelis semi terlatih. Panelis diminta untuk menguji tingkat kesukaannya terhadap produk tepung beras merah instan yang telah dibuat menjadi bubur. Penyajian bisa dilakukan satu persatu atau sekaligus untuk semua sampel secara bersamaan. Penilaian yang dilakukan oleh panelis tidak dengan membandingkan akan tetapi merupakan reaksi spontan yang disajikan. Oleh karena itu penilaian dapat bernilai sama untuk beberapa sampel. Penilaian dilakukan sesuai dengan instruksi yang terdapat pada form isian. Pengujian dilakukan terhadap 15 orang panelis semi terlatih. PEMBAHASAN Penentuan jenis Beras yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Masniawati (2013) yang menunjukkan bahwa beras merah malino memiliki kadar amilosa lebih tinggi dibandingkan beras merah pada beberapa sentra produksi beras di Sulawesi Selatan. Beras yang diperoleh selanjutnya disortasi untuk menghilangkan gabah yang masih terikut dan benda asing yang terdapat pada beras. Setelah itu 3

beras dicuci satu kali agar mempertahankan zat gizi yang mudah larut dalam air cucian beras. Selanjutnya beras merah direndam selama 2 jam. Perendaman ini bertujuan untuk membantu mempercepat pada proses pemasakan beras dikarenakan terjadi pengembangan volume beras akibat peyerapan air selama perendaman. Air rendaman disimpan untuk digunakan saat memasak beras untuk tetap menjaga zat gizi yang terlarut pada air rendaman beras tersebut. Pada proses Instanisasi Beras merah dilakukan dua proses perlakuan yaitu perlakuan pertama dengan menepungkan beras dan perlakuan kedua tanpa ditepungkan. Beras dengan masing-masing perlakuan tersebut dimasak dengan perbandingan air 1: 3, dimana pada perlakuan pertama dimasak hingga menjadi bubur dan perlakuan kedua dimasak hingga menjadi nasi. Selanjutnya dikeringkan menggunakan pengering kabinet pada suhu 60 C selama ± 6 jam. Kemudian dihaluskan menggunakan grinder dan disaring menggunakan penyaring 100 mesh hingga diperoleh tepung beras merah. Waktu rehidrasi bubur dihitung dengan cara melarutkan tepung beras merah instan dengan air panas dengan suhu sekitar 60 C, kemudian dihitung waktunya sampai siap untuk disajikan. Indikator bubur beras merah siap untuk disajikan jika campuran telah homogen. Hasil uji waktu rehidrasi pada perlakuan P1 menunjukkan bahwa campuran tepung beras merah telah homogen pada 59,78 detik dan pada perlakuan P2 menunjukkan bahwa campuran tepung beras merah telah homogen pada 60,17 detik. Waktu rehidrasi dapat disebabkan oleh kandungan pati yang terdapat dalam tepung beras merah instan. Pati yang mengalami gelatinisasi menyebabkan air yang awalnya berada diluar granula dan bebas bergerak menjadi berada di dalam butir- butir pati dan tidak dapat bergerak dengan bebas. Ketika pati dikeringkan maka komponen air yang berada didalam matriks akan menguap meninggalkan matriks dan menyebabkan pati bersifat porous dan dengan mudah dapat kembali menyerap air. Berdasarkan hasil penelitian Sugiyono et.al (2004) gelatinisasi terjadi karena pemanasan dengan kadar air tinggi sehingga menghasilkan melting yang disertai dengan hidrasi dan pengembangan 4

yang bersifat irreversible. Ketika bubur instan kembali dimasak, ikatan hidrogen antar molekul amilosa lepas dan mengikat lebih banyak molekul air serta sifat amorf membantu kecepatan rehidrasi.produk yang dihasilkan setelah pengeringan akan mengalami perubahan dipermukaannya yaitu berpori yang terbuka memungkinkan proses rehidrasi sangat cepat (Izza 2005). Difusitas air efektif semakin meningkat seiring dengn porositas yang semakin banyak dan terbuka (Marubi dan Saguy 2004). pengujian secara organoleptik terhadap suatu produk merupakan kegiatan penilaian menggunakan alat pengindera yaitu indera penglihat, pencicip, pembau, dan pendengar. Melalui hasil pengujian organoleptik akan diketahui daya penerimaan panelis (konsumen) terhadap produk tersebut. Parameter yang diuji dalam kesukaan (hedonik) adalah warna, aroma, rasa, dan tekstur. Hasil penilain panelis pada perlakuan P1 menunjukkan nilai 4,98 sedangkan pada perlakuan P2 menunjukkan nilai 4,78. Hal berarti rata-rata nilai hasil pengujian organoleptik umumnya berkisar pada nilai 4 dan 5 yang menunjukkan netral/biasa dan agak suka. Penentuan perlakuan terbaik pada proses instanisasi beras merah ini diperoleh berdasarkan hasil uji waktu rehidrasi dan uji organoleptik. Berdasarkan uji tersebut diperoleh perlakuan pertama dengan perlakuan penepungan merupakan perlakuan terbaik untuk proses instanisasi beras merah. Perlakuan terbaik didasarkan pada waktu rehidrasi 59,78 detik dan nilai hasil pengujian organoleptik dengan nilai 4,98 yang menunjukkan agak suka terhadap produk bubur beras merah. Rendemen yang diperoleh dari satu kilogram bahan baku beras merah yaitu 40,43%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penentuan perlakuan terbaik pada proses instanisasi beras merah ini diperoleh berdasarkan hasil uji waktu rehidrasi dan uji organoleptik. 2. Perlakuan P1 merupakan perlakuan terbaik untuk proses instanisasi beras merah didasarkan pada waktu rehidrasi 59,78 detik dan nilai hasil pengujian organoleptik dengan nilai 4,98 yang menunjukkan penerimaan panelis terhadap produk yaitu agak suka. 5

3. Rendemen yang diperoleh dari satu kilogram bahan baku beras merah yaitu 40,43%. Saran 1. Hasil penelitian diatas dapat dijadikan acuan untuk pengembangan produk berbasis tepung beras merah instan. 2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk karakterisasi tepung beras merah instan meliputi densitas kamba dan uji seduh, pengujian proksimat dan pengujian mikrobiologis. Owens G. 2001. Cereals Processing Technology. Boca Raton: CRC Press. Panggabean KD. 2004. Pengembangan produk bubur jagung instan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. DAFTAR PUSTAKA Buckle et al., 1988. Ilmu Pangan. Terjemahan : Henri Purnomo dan Aldiono. Universitas indonesia. Jakarta Bustan. 2007. Beras Organik. http:// www.agribisnisganesha.com/?page_id=60. Diakses pada hari Kamis, 8 Desember 2011 pukul 19.00 WIB. Haryadi.2006. Teknologi Pengolahan Beras.Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,Universitas Gadjah Mada Masniawati A, Johannes Eva. 2013. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Beras Merah pada Beberapa Sentra Produksi Beras di Sulawesi Selatan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 6