BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. banyak negara. Terlebih untuk negara-negara berkembang, di mana urusan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Budhi Wicoksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi kemacetan lalu lintas dan berbagai gangguan lalu lintas lainnya. termasuk ancaman keselamatan lalu lintas.

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB 2 DATA DAN ANALISA

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun ini. Hal itu terbukti dengan adanya bagian khusus yang mengatur

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres Berkendara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang permasalah Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lainnya, terutama manusia, sejak lahir sampai meninggal dunia bahkan sampai akan dibawa ketempat persemayaman pun pasti akan membutuhkan lalu lintas. Lalu lintas sangat dibutuhkan manusia sebagai sarana untuk menjalankan aktivitas hidupnya sehari-hari, sejak dahulu kala sampai dengan saat ini dan juga untuk masa depan. Lalu lintas sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari, diantaranya untuk berangkat atau pulang kuliah, bekerja, berbelanja, berwisata dan masih banyak kegiatan lainnya yang menggunakan lalu lintas. Seperti yang tertera dalam Undang-undang lalu lintas No.22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 2 yaitu: Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Disisi lain karena lalu lintas adalah milik bersama dan kita pakai untuk berbagai macam kepentingan, tentunya banyak permasalahan yang ada didalamnya, dari ketertiban, kelancaran, kemacetan lalu lintas, sampai pada keselamatan dan kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan lembaga kesehatan dunia dibawah naungan PBB (WHO) baru-baru ini merilis The Global Report On Road Safety yang menampilkan angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi sepanjang tahun di 180 negara. Tidak mengejutkan memang melihat nama Indonesia berada di daftar ini mengingat banyaknya pengendara di Indonesia yang kerap kali kedapatan melakukan pelanggaran lalu lintas. Faktanya Indonesia menjadi negara ketiga di Asia di bawah 1

Tiongkok dan India dengan total 38.279 total kematian akibat kecelakaan lalu lintas di tahun 2015. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak Tahun 1992 sampai 2014, jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas mencapai hampir 360.000 (tiga ratus enam puluh ribu) jiwa. Jumlah ini hampir menyamai jumlah penduduk kota Yogyakarta yang mencapai 380.000 jiwa. Kapolda Babel Brigjen Rum Murkal (2015), menyatakan bahwa tingginya angka laka lantas dengan ratusan korban meninggal dunia harus menjadi perhatian serius semua elemen masyarakat. Apalagi jumlah korban laka lantas termasuk anakanak dan pelajar. Pernyataan ini memang harus mendapat perhatian yang serius, agar kedepan angka laka lantas terus menurun dan korbannya juga semakin sedikit. Tertib lalu lintas dan menekan angka laka lantas bukan hanya tugas kepolisian saja, tetapi menjadi kewajiban dan tanggung jawab semua pengguna jalan. Disiplin berlalulintas harus menjadi budaya dan agenda penting bagi pengguna jalan raya. Seseorang dikatakan disiplin dalam berlalu lintas jika mematuhi peraturan tentang apa yang boleh pada saat berlalu lintas dijalan, baik dalam bentuk ramburambu atau tidak. Prijodarminto (dalam Tu u, 2004) menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuahan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan. Rachman (dalam Tu u, 2004) mejelaskan bahwa disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Yang dimaksut dengan lalu lintas adalah satu kesatuan system yang terdiri atas lalu lintas, 2

rambu-rambu lalu lintas, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta pengelolanya. Sesuai yang tertera dalam Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal 1 ayat 1 : Lalu lintas angkutan jalan adalah satu kesatuan system yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin berlalu lintas yaitu sikap patuh dan taat pengemudi dan pengguna jalan terhadap peraturan dan tata tertib yang ada di ruang lalu lintas. Fatnanta (1994) menyatakan bahwa ada empat aspek kedisiplinan berlalu lintas yaitu a) pemahaman terhadap peraturan berlalu lintas, b) kesiapan diri dan kendaraan, c) tanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain, d) kehati-hatian dan kewaspadaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Tilang Satuan Lalu lintas Polres Sleman data pelanggaran lalu lintas pada tahun 2016 berjumlah 28.202 pelanggaran dengan rincian profesi pelanggar lalu lintas PNS 1.762, Swasta/Karyawan 10.125, Pelajar/Mahasiswa 15.330, Pengemudi 985, Pelanggaran lalu lintas tersebut tentunya akan berakibat pada kecelakaan lalu lintas. Sedangkan data yang diperoleh dari Unit Laka Satuan Lalu lintas Polres Sleman data kecelakaan lalu lintas pada tahun 2016 Total 1020 kejadian kecelakaan, dengan korban meninggal dunia 190 orang, korban luka berat dan ringan 1236 orang dan kerugian materi diperkirakan mencapai 893.775.000 rupiah. Dilihat dari segi profesi pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, pelanggaran terbanyak didominasi oleh pelajar/mahasiswa. 3

Berdasarkan usia 0-15 tahun berjumlah 652 orang, 15-30 tahun berjumlah 16.604 orang, 30-40 tahun berjumlah 7.970 orang, 41-50 tahun berjumlah 2.344 orang, 50 tahun keatas berjumlah 632 orang, berdasarkan data tersebut jumlah yang paling banyak yaitu usia 15-30 tahun dengan jumlah 16.604 orang. Kemudian berdasarkan jender laki-laki sebanyak 17.059 orang, wanita sebanyak 11,143 orang. Berdasarkan observasi, peneliti beberapa kali menjumpai siswa sma sulaiman yang tidak disiplin berlalu lintas, seperti tidak memakai helm. Berdasarkan wawancara peneliti dengan petugas satlantas polres sleman, beberapa petugas pernah menindak siswa SMA sulaiman karna menggar lalu lintas. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan 6 siswa SMA Sulaiman Sleman pada tanggal 24 Maret 2017 SMA Sulaiman Sleman, didapatkan permasalahan yang dihadapi oleh para siswa pada saat menggunakan lalu lintas yaitu karna terburu-buru berangkat kesekolah sehingga tidak melakukan pengecekan kendaraan terlebih dahulu sebelum memakainya hal tersebut bertolak belakang dengan aspek kesiapan diri dan kendaraan yang digunakan, pada saat dijalan tidak berjalan disisi kiri lebih sering disisi kanan supaya cepat hal tersebut bertolak belakang dengan aspek kehati-hatian dan kewaspadaan, pada saat dijalan sering mengunakan kecepatan tinggi atau melebihi batas ketentuan dan tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas hal tersebut bertolak belakang dengan aspek pemahaman terhadap peraturan lalu lintas, dan terkadang tidak menghiraukan penyebrang jalan serta memotong jalan sembarangan hal tersebut bertolak belakang dengan aspek bertanggung jawab terhadap keselamatan diri dan orang lain. 4

Berdasarkan penjabaran dari data-data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa tingkat kesadaran individu untuk disiplin berlalu lintas terindikasi masih rendah. Seharusnya pengguna jalan dapat meningkatkan kedisiplinan berlalu lintas dengan cara patuh dan taat terhadap peraturan lalu lintas, mengutamakan keselamatan baik diri sendiri maupun orang lain pada saat menggunakan lalu lintas dan bersikap sopan santun dengan pengguna jalan yang lain. Seperti yang tertera dalam Undangundang lalu lintas No.22 Tahun 2009 pasal 105 yaitu : Setiap orang yang menggunakan jalan wajib berprilaku tertib dan mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan, keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan. Tjahjono (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas ada tiga yaitu manusia, kendaraan dan jalan. Faktor dari dalam diri manusia ada dua yaitu fisiologis dan psikologis, faktor fisiologis yaitu system saraf, penglihatan, pendengaran, faktor kelelahan, pengaruh obat, sedangkan faktor psikologisnya yaitu motivasi, kepandaian, pengalaman/proses pembelajaran, emosi, kedewasaan dan perilaku. Faktor kendaraan ada dua yaitu keselamatan primer (primary safety) yaitu rem, ban dan kemudi, kemudian keselamatan sekunder (secondary safety) yaitu kantung udara (air bag) dan sabuk pengaman (safety belt). Faktor lingkungan jalan yaitu permukaan jalan, jenis pemukaan jalan, frekuensi persimpangan, cuaca, ramburambu dan penerangan jalan. Tjahjono (2010) menjelaskan bahwa faktor kesalahan manusia merupakan penyebab utama kecelakaan lalu lintas, terlebih lagi bila mengamati kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia, sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia mengingat tingginya tingkat ketidak pedulian masyarakat akan masalah 5

keselamatan berlalu lintas. Dalam faktor yang berasal dari dalam diri manusia terdapat faktor psikologis, salah satunya ialah emosi. Tu u (2004) menyatakan bahwa ada dua factor yang mempengaruhi kedisiplinan berlalu lintas yaitu factor internal dan factor eksternal, factor internal terdiri dari pengalaman, kesadaran dan kemauan untuk bersikap disiplin, sedangkan factor eksternal antara lain linkungan, keluarga, adanya perintah, larangan, ancaman, pengawasan dan pujian. Faktor psikologis manusia yang mempengaruhi disiplin berlalu lintas salah satunya yaitu emosi, pengalaman, kesadaran dan kemauan untuk bersikap disiplin. Goleman (2016) menjelaskan bahwa emosi, pengalaman, kesadaran dan kemauan untuk bersikap disiplin adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran dan perasaan. Emosi dapat diubah menjadi kecerdasan emosi dengan cara mampu mengenali emosi, mampu mengelola emosi, mampu memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan mampu membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi seringkali mengintervensi dan meningkatkan putusan atau tindakan pengendara, kecerdasan emosi dapat menentukan respon fisik dan dapat menimbulkan dampak perilaku pengendara saat berada dijalan. Goleman (2016) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kecerdasan sosial, kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia, ada lima aspek kecerdasan emosi antara lain : a) mengenali emosi diri yaitu mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi, b) mengelola emosi yaitu menangani perasaan agar dapat terungkap dengan pas, c) memotivasi diri sendiri yaitu menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, d) 6

mengenali emosi orang lain yaitu empati terhadap orang lain, e) membina hubungan yaitu ketrampilan membina hubungan dengan orang lain. Berdasarkan uraian latar di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu, apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan berlalu lintas pada Siswa SMA Sulaiman Sleman? B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan berlalu lintas pada Siswa SMA Sulaiman Sleman. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi sosial mengenai hubungan antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan berlalu lintas. b. Manfaat praktis Apabila hipotesis penelitian ini teruji dapat digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan berlalu lintas melalui peningkatan kecerdasan emosi pada siswa dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat meningkatkan kecerdasan emosi. 7