BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres Berkendara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak permasalahan seperti persoalan ketertiban, kelancaran, dan keselamatan lalu lintas.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pada era zaman globalisasi ini kendaraan sepeda motor semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TATA TERTIB LALU LINTAS TERHADAP SIKAP BERLALULINTAS SISWA KELAS XII IPS (Studi di SMA Negeri 1 Palu )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun

Jenis Kelamin BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Subjek Penelitian. Gambaran umum subjek dalam penelitian ini dapat diuraikan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

Hasil Pengujian Chi-Squere. 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

BAB III PENYAJIAN & ANALISIS DATA. uraian mengenai data jawaban dari masing-masing variabel dengan sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bagian, jenis kelamin, usia, pendidikan dan lama bekerja. responden atas kuesioner yang dibagikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KESELAMATAN DIRI DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 4 Analisis Hasil. Bab ini akan menjabarkan hasil penelitian dengan olahan data menggunakan SPSS for windows versi 17

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. b. Kepribadian Narsisme. B. Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Mengemudi Beresiko (Risky Driving Behavior) 1. Pengertian Perilaku Mengemudi Beresiko

APLIKASI KOMPUTER LANJUT ANALISIS KORELASI KENDALL DAN SPEARMAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. dilaporkan dalam tabel 4.1 ; 4.2 ; 4.3 berikut ini : Tabel 4.1 Disribusi responden menurut kelompok umur

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

PENGARUH PENGAWASAN KENDARAAN BERMOTOR DI TERMINAL TERHADAP DISIPLIN AWAK DAN PENGUSAHA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Supir (pengemudi) atau bahasa Inggrisnya driver adalah orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini banyak masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN

BAB 8 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. Perilaku Pengunjun g

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

PEMIMPIN DAN DISIPLIN KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 Analisis Hasil

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

2016 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN COPING STRATEGY PADA PENGEMUDI MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG

MENCIPTAKAN KEAMANAN DI JALAN MELALUI DISIPLIN DIRI DALAM BERLALU LINTAS

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memiliki satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENYOROTI MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DIBAWAH UMUR Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 13 Juni 2016; disetujui: 02 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TAYANGAN STAND UP COMEDY DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN HIBURAN

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

Transkripsi:

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan dan Pembahasan Penelitian Pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan temuan ataupun hasil penelitian variabel stres berkendara dan disiplin berlalu lintas. Data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari pengguna kendaraan sepeda motor dengan status mahasiswa di kota Bandung. 1. Gambaran Stres Berkendara a. Gambaran Stres Berkendara Secara Umum Berdasarkan pengumpulan dan pengkategorisasian data pada 150 responden, maka stres berkendara dapat dilihat dengan gambaran sebagai berikut. Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres Berkendara Kategori Jumlah Persentase Rendah 19 13% Sedang 105 70% Tinggi 26 17% 150 100% Dalam bentuk diagram, kategorisasi stres berkendara dapat digambarkan sebagai berikut. 35

36 Gambar 4.1 Diagram Stres Berkendara Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa secara umum tingkat stres berkendara pada pengguna sepeda motor dengan status mahasiswa di kota Bandung berada pada kategori sedang dengan jumlah 105 responden (70%). Hal ini berarti sebagian besar pengendara sepeda motor menunjukkan respon yang cukup negatif karena adanya situasi yang tidak menyenangkan atau sumber stres saat berkendara. Taraf sedang menunjukkan pengendara menganggap sumber stres sebagai suatu ancaman bagi dirinya, namun dinilai sebagai hal yang tidak terlalu berbahaya sehingga respon yang dimunculkan tidak tinggi dan tidak rendah. Hal ini juga menunjukan bahwa taraf pengendara kurang memiliki sumber daya, kemampuan atau kapasitas dalam menangani stres. Bentuk respon negatif ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam gambaran stres berkendara berdasarkan dimensi. b. Gambaran Stres Berkendara Berdasarkan Dimensi Selanjutnya akan dipaparkan mengenai gambaran umum dari masing-masing dimensi stres berkendara yang meliputi aggression, dislike of driving, hazard monitoring, thrill seeking dan fatigue proneness. Tabel 4.2 Tingkat Stres Berkendara Berdasarkan Dimensi Dimensi Kategori Jumlah Persentase Aggression Dislike of driving Hazard monitoring Rendah 19 13% Sedang 105 70% Tinggi 26 17% Rendah 14 9% Sedang 117 78% Tinggi 19 13% Rendah 28 19% Sedang 104 69%

37 Thrill seeking Fatigue Proneness Tinggi 18 12% Rendah 22 15% Sedang 109 72% Tinggi 19 13% Rendah 21 14% Sedang 104 69% Tinggi 25 17% Gambaran umum dari dimensi-dimensi tersebut dapat digambarkan dalam grafik berikut. Gambar 4.2 Grafik Dimensi-dimensi Stres Berkendara Berdasarkan pada tabel dan gambar 4.2, pengendara sepeda motor dengan status mahasiswa di kota Bandung berada pada kategori sedang pada masing-masing dimensi stres berkendara. Pada dimensi aggression persentase tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor menunjukkan perasaan marah, kesal dan frustrasi sehingga menimbulkan perilaku berbahaya pada taraf yang

38 sedang. Hal ini tercermin dari banyaknya pengendara yang merasa kesal dan sangat tidak menyukai pengendara lain yang mungkin dapat menyebabkan masalah bagi dirinya. Selanjutnya pada dimensi dislike of driving persentase tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 78%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor mengalami mood negatif berupa perasaan cemas dan tidak nyaman selama berkendara pada taraf yang sedang. Hal ini tercermin dari banyaknya pengendara yang merasa cara berkendaranya menjadi lebih buruk dari biasanya jika berkendara dengan kendaraan yang tidak biasa digunakan olehnya. Pada dimensi hazard monitoring persentase tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 69%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara sepeda menjadi waspada terhadap ancaman dan bahaya yang dapat muncul selama berkendara pada taraf yang sedang. Hal ini tercermin dari banyaknya pengendara menjadi sangat waspada ketika melalui jalanan yang sulit. Selanjutnya pada dimensi thrill seeking persentase tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 72%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor menampilkan sikap dan perilaku yang menikmati keadaan berbahaya selama berkendara pada taraf yang sedang. Hal ini tercermin dari banyaknya pengendara yang merasa dirinya menikmati sensasi ketika berkendara dengan sangat cepat. Pada dimensi fatigue proneness persentase tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 69%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor menjadi rentan kelelahan secara fisik dan mental setelah melakukan perjalanan cukup panjang pada taraf yang sedang. Hal ini tercermin dari banyaknya pengendara yang merasakan otot-ototnya menjadi tegang selama berkendara. 2. Gambaran Disiplin Berlalu Lintas a. Gambaran Disiplin Berlalu Lintas Secara Umum

39 Berikut ini merupakan hasil pengkategorisasian tingkat disiplin berlalu lintas pada responden dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Tingkat Disiplin Berlalu Lintas Kategori Jumlah Persentase Rendah 23 15% Sedang 104 70% Tinggi 23 15% 150 100% Dalam bentuk diagram, kategorisasi disiplin berlalu lintas dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 4.3 Diagram Disiplin Berlalu Lintas Berdasarkan tabel dan grafik 4.3, dapat dilihat bahwa secara umum tingkat disiplin berlalu lintas berada pada kategori sedang dengan jumlah 104 orang (70%). Hal ini berarti pengguna sepeda motor dengan status mahasiswa cenderung memiliki sikap dan perilaku patuh terhadap aturan lalu lintas dengan kategori yang sedang. Diagram di atas juga menunjukkan bahwa tingkat disiplin tinggi dan tingkat disiplin rendah rendah memiliki jumlah persentase yang sama rata. Secara umum hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Klavert (2007) yang menunjukkan sebagian pengendara memiliki tingkat kedisiplinan dengan kategori sedang. Taraf sedang menunjukkan bahwa pada dasarnya pengendara berusaha untuk

40 mematuhi aturan lalu lintas, namun aturan tersebut belum menjadi standar nilai bagi dirinya sehingga sesekali perilaku melanggar sesekali masih dilakukan oleh para pengendara sepeda motor. b. Gambaran Disiplin Berlalu Lintas Berdasarkan Aspek Selanjutnya akan dipaparkan mengenai gambaran umum dari masing-masing aspek disiplin berlalu lintas yang meliputi sikap mental, pemahaman, dan sikap kelakuan. Berikut merupakan hasil pengkategorisasian pada masing-masing aspek disiplin berlalu lintas. Tabel 4.4 Tingkat Disiplin Berlalu Lintas Berdasarkan Aspek Aspek Kategori Jumlah Persentase Sikap Mental Rendah 28 19% Sedang 92 61% Tinggi 30 20% Pemahaman Rendah 18 12% Sedang 112 75% Tinggi 20 13% Sikap Kelakuan Rendah 24 16% Sedang 102 68% Tinggi 24 16% berikut. Gambaran umum dari aspek tersebut digambarkan dalam grafik

41 Gambar 4.4 Grafik Aspek Disiplin Berlalu Lintas Berdasarkan pada tabel dan gambar 4.4, pengendara sepeda motor dengan status mahasiswa di kota Bandung berada pada kategori sedang pada masing-masing aspek disiplin berlalu lintas. Pada aspek sikap mental persentase tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 61%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor mencoba untuk taat, patuh dan tertib mengikuti aturan sebagai bagian dari latihan mengendalikan perilaku dan watak. Selanjutnya pada aspek pemahaman persentase tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 75%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor telah memiliki pengetahuan mengenai aturan lalu lintas. Pada aspek sikap kelakuan persentase tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 68%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor telah sikap bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab dalam menaati aturan, norma dan standar nilai yang berlaku tanpa menganggapnya sebagai beban. 3. Hubungan Stres Berkendara Dengan Disiplin Berlalu Lintas Hubungan kedua variabel dalam penelitian ini, yaitu stres berkendara dengan disiplin berlalu lintas, dihitung dengan menggunakan korelasi Rank

42 Spearman dengan bantuan SPPS versi 18. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Hubungan Antara Stres Berkendara Dengan Disiplin Berlalu Lintas Disiplin Stres Berkendara Berlalu Lintas Spearman's Stres Correlation Coefficient 1,000 -,296 ** Rho Berkendara Sig. (2-Tailed).,000 N 150 150 Disiplin Correlation Coefficient -,296 ** 1,000 Berlalu Lintas Sig. (2-Tailed),000. N 150 150 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara stres berkendara dengan disiplin berlalu lintas adalah sebesar -0,296. Merujuk pada pedoman Siregar (2013) koefisien korelasi yang diperoleh berlawanan arah dan termasuk dalam kategori yang rendah. Dengan p < 0,05, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara stres berkendara dengan disiplin berlalu lintas pada pengguna sepeda motor dengan status mahasiswa di kota Bandung. Hal ini sesuai dengan konsep teoritik yang dikemukakan oleh Rowden, P., Matthews, G., Watson, B., dan Biggs, H (2011), bahwa stres berkendara merupakan anteseden dari disiplin berlalu lintas. Kontribusi variabel stres berkendara terhadap disiplin berlalu lintas adalah sebesar 8,8%. Persentase tersebut memiliki arti bahwa dalam penelitian ini variabel stres berkendara berkontribusi secara efektif sebesar 8,8% terhadap berubahnya variabel disiplin berlalu lintas pengguna sepeda motor pada mahasiswa. Hal ini berarti stres berkendara berkontribusi sangat kecil terhadap disiplin berlalu lintas, sedangkan sekitar 91,2% dipengaruhi oleh variabel lain. Pengaruh variabel psikologis lainnya selain dari stres berkendara dalam menjelaskan disiplin berlalu lintas salah satunya yaitu motif berkendara. Hal ini dijelaskan oleh Hennessy (1995) yang mendemonstrasikan bahwa pengendara yang sedang terburu-buru akan meningkatkan penilaian negatif saat berkendara. Tegangan-tegangan dari lingkungan seperti kemacetan, cuaca dan perilaku pengendara lainnya dinilai secara berlebihan karena individu memiliki motif yang tinggi untuk mencapai tujuan. Hal tersebut mendorong individu untuk meningkatkan kecepatan kendaraannya agar dapat sampai dengan tepat waktu sehingga sering kali individu melakukan pelanggaran terhadap aturan lalu lintas (traffic violation). Pelanggaran terhadap aturan lalu lintas merupakan bentuk ketidakdisiplinan pengendara. Pengendara dengan tingkat disiplin yang tinggi akan menaati aturan dan tidak menganggap aturan sebagai beban.

45 Pengendara yang sangat disiplin juga memiliki pemahaman bahwa dengan sikap dan perilaku disiplin, dirinya akan mendapatkan manfaat, salah satunya yaitu mengurangi risiko kecelakaan. Pengendara dengan tingkat disiplin yang rendah menganggap aturan sebagai beban yang berat untuk dijalankan sehingga dirinya cenderung untuk melakukan pelanggaran.