IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Total Bakteri Probiotik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

YUWIDA KUSUMAWATI A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian,

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU MANISAN KERING JAHE (ZINGIBER OFFICINALE ROSC.) DAN KANDUNGAN ANTIOKSIDANNYA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bubur Beras Instan

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

Proses Pembuatan Madu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter kadar protein (Lampiran 3a.). Rata-rata kadar protein kecap manis air kelapa setelah diuji lanjut dengan uji DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. kadar protein (%) kecap manis air kelapa KKAO (0% gula aren, 100% gula kelapa) KKAl (25% gula aren, 75% gula kelapa) 1,49'^ 2,85*' KKA2 (50% gula aren, 50% gula kelapa) 3,86^ KKA3 (75% gula aren, 25 % gula kelapa) 3,61"" KKA4 (100% gula aren, 0% gula kelapa) 3,33'* Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan KKAO memiliki kadar protein terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan KKAl, KKA2, KKA3 dan KKA4. Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kadar protein gula kelapa (3%) lebih rendah dari pada kadar protein gula aren yaitu 4%. Hal ini menyebabkan perbedaan nyata antara KKAO dan perlakuan lainnya karena kecap manis air kelapa dengan perlakuan KKAO tidak menggunakan gula aren. Berdasarkan standar mutu kecap kedelai (SNI No.01-3543-1994) kadar protein kecap minimum 2,5% berarti kadar protein pada perlakuan KKAl, KKA2, KKA3 dan KKA4 yang berkisar antara 2,85% - 3,86% telah memenuhi standar mutu kecap kedelai. Sedangkan perlakuan KKAO belum memenuhi SNI No.01-3543-1994 karena kadar protein yang diperoleh masih rendah yaitu dibawah 2,5%. Rendahnya kadar protein kecap air kelapa ini diduga dikarenakan oleh pemanasan pada saat proses pemasakan. Hal ini sejalan dengan Winamo (1997),

23 yang menyatakan kandungan protein akan menurun akibat pemanasan, perendaman, ph, dan bahan-bahan kimia. ^ Kadar protein yang didapat pada penelitian ini selain berasal dari gula kelapa dan gula aren juga berasal dari tepung tempe, kemiri dan wijen yang memiliki kadar protein 14%, 19%, dan 19,3% (Tabel 7), akan tetapi pemakaian tepung tempe lebih banyak dari pada pemakaian kemiri dan wijen. Tepung tempe yang dipakai pada setiap perlakuan adalah sebanyak 150 gram (Tabel 6). Menurut Liana (2006), tempe merupakan sumber protein nabati yang potensial, dan mengkonsumsi tempe setiap hari, dapat memenuhi 62% protein yang dibutuhkan olehtubuh. ^ 4.2. Total Padatan Terlarut Hasil sidik ragam total padatan terlarut kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap parameter total padatan terlarut (Lampiran 3b.). Rata-rata total padatan terlarut kecap manis air kelapa setelah diuji lanjut dengan uji DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. total padatan terlarut ("brix) kecap manis air kelapa KKAO (0% gula aren, 100?/o gula kelapa) KKAl (25% gula aren, 75% gula kelapa) KKA2 (50% gula aren, 50% gula kelapa) KKA3 (75% gula aren, 25 % gula kelapa) KKA4 (100% gula aren, 0% gula kelapa) 42,23' 44,70" 45,85" 50,53" 47,03 ab Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyataraeniuaituji DNMRT pada taraf 5%. Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan KKAO berbeda tidak nyata dengan perlakuan KKAl, KKA2, dan KKA4, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan KKA3 dimana terjadi peningkatan total padatan terlarut. Sementara itu perlakuan KKA3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan KKA4. Berbeda nyatanya total padatan terlarut tersebut dikarenakan adanya peningkatan komponen

24 karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang terdegradasi. Hal ini sejalan dengan Ratnaningtyas (2002) dalam Alfiah (2007) yang menyatakan bahwa total padatan merupakan gabungan komponen karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang terdegradasi. Komponen-komponen tersebut akan mempengaruhi besamya total padatan yang dihasilkan. Dari Tabel 10 juga terlihat bahwa nilai total padatan berbanding lurus dengan kadar gula aren dalam kecap manis air kelapa, dimana semakin tinggi kadar gula aren, total padatan terlarutnya juga semakin meningkat. Hal ini diduga karena terjadinya juga peningkatan kadar protein dan karbohidrat pada kecap manis air kelapa (Tabel 9 dan Tabel 11). Berdasarkan standar mutu kecap kedelai (SNI No.01-3543-1994) total padatan terlarut kecap manis kedelai minimal 10%. Total padatan terlarut semua perlakuan pada penelitian ini memenuhi SNI No.01-3543-1994. 4.3. Kadar Sukrosa Hasil sidik ragam kadar sukrosa kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa berpengaruh nyata terhadap kadar sukrosa (Lampiran 3c.). Rata-rata kadar sukrosa kecap manis air kelapa setelah diuji lanjut dengan uji DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata kadar sukrosa (%) kecap manis air kelapa KKAO (0% gula aren, 100% gula kelapa) 8,33' KKAl (25% gula aren, 75% gula kelapa) 9,65"" KKA2 (50% gula aren, 50% gula kelapa) 12,00" KKA3 (75% gula aren, 25 % gula kelapa) 17,95" KKA4 (100% gula aren, 0% gula kelapa) 18,11" Ket: Angka-angka yang diikuti oleh himif kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. af-^,', if'a, - ' Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa kadar sukrosa perlakuan KKAO berbeda tidak nyata dengan KKAl, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan KKA2, KKA3 dan KK.A4 dimana terjadi peningkatan kadar sukrosa. Peningkatan kadar

25 sukrosa yang berbeda nyata ini diduga disebabkan oleh perbedaan komposisi bahan-bahan utama dalam pembuatan kecap manis air kelapa, yaitu gula kelapa dan gula aren yang memiliki kandungan karbohidrat yang berbeda dimana sukrosa merupakan salah satu senyawa karbohidrat. Kandungan karbohidrat gula kelapa sebesar 76% dan gula aren 92% (Tabel 7), sehingga semakin tinggi penggunaan gula aren, maka semakin meningkat kadar sukrosa kecap manis air kelapa. Berdasarkan standar mutu kecap kedelai (SNI No.01-3543-1994) kadar sukrosa kecap minimum 40,00% berarti kadar sukrosa pada semua perlakuan tidak memenuhi SNI No.01-3543-1994 dikarenakan hasil yang didapat berkisar antara 8,00% - 19,00%. Hal ini disebabkan sukrosa dalam gula aren, gula kelapa, dan gula pasir yang merupakan sumber sukrosa dalam kecap ini, terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akibat pengaruh panas dalam proses pemasakan, sehingga kadar sukrosa pada kecap manis air kelapa menjadi rendah. Menurut Achyadi dan Hidayanti (2004), pendidihan dan pengeringan larutan sukrosa akan mengalami inverse atau pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa akibat pengaruh asam dan panas yang akan meningkatkan kelarutan gula. 4.4. Viskositas Hasil sidik ragam viskositas kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap viskositas (Lampiran 3d.). Rata-rata viskositas kecap manis air kelapa dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rata-rata viskositas (mm^/s) kecap manis air kelapa. KKAO (0% gula aren, 100% gula kelapa) 0,031 KKAl (25% gula aren, 75% gula kelapa) ' 0,061 KKA2 (50% gula aren, 50% gula kelapa) 0,035 KKA3 (75% gula aren, 25 % gula kelapa) ' 0,052 KKA4 (100% gula aren, 0% gula kelapa) 0,024

26 Viskositas pada kecap manis air kelapa ini diukur pada suhu 40 C. Tabel 12 menunjukkan bahwa tiap perlakuan penambahan gula kelapa dan gula aren pada formulasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap viskositas kecap manis air kelapa. Hal ini dikarenakan pengukuran viskositas kecap manis air kelapa pada suhu 40 C membuat kecap manis air kelapa ini mempunyai tingkat kekentalan yang hampir sama. Hal ini didukung oleh Nuryantini dkk. (2009), yang menyatakan temperatur terkait dengan viskositas. Semakin tinggi temperatur semakin rendah viskositas suatu cairan, begitu juga sebaliknya semakin rendah temperatur semakin tinggi viskositas suatu cairan. Viskositas kecap manis air kelapa pada penelitian ini didapatkan dengan penambahan agar-agar pada saat pembuatannya. Analisis viskositas tidak dicantumkan pada SNI No.01-3543-1994 untuk kecap kedelai (Tabel 4). Menurut Setiyoningrum dan Surahman (2009), semakin besar nilai viskositas maka semakin besar kekentalan suatu produk.., 4.5. Uji Organoleptik Menurut Soekarto (1992), penilaian organoleptik banyak digunakan untuk menilai mutu komoditas hasil pertanian makanan. Penilaian cara ini banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Pada penelitian ini uji organoleptik yang digunakan yaitu uji friedman, yang meliputi uji wama, rasa, aroma dan tekstur. Hasil penilaian organoleptik yang diperoleh adalah sebagai berikut: -.. : 4.5.1 Warna Kecap Manis Air Kelapa Hasil penilaian organoleptik terhadap warna kecap manis air kelapa secara deskriptif, dimana penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa memberikan pengaruh nyata terhadap wama kecap manis air kelapa (Lampiran 4a). Rata-rata wama kecap manis air kelapa setelah dilakukan analisis secara statistik non parametrik yaitu uji Friedman dapat dilihat pada Tabel 13.

27 Tabel 13. Data uji friedman wama kecap manis air kelapa KKAO (0% gula aren, 100% gula kelapa) 2,04" KKAl (25% gula aren, 75% gula kelapa) 1,96" KKA2 (50% gula aren, 50% gula kelapa) 2,12" KKA3 (75% gula aren, 25 % gula kelapa) 2,80" KKA4 (100% gula aren, 0% gula kelapa) 2,56" Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Friedman pada taraf 5%. Data Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata respon panelis terhadap wama kecap manis air kelapa antara 1,92-2,80 (coklat muda hingga coklat). Warna kecap manis air kelapa perlakuan KKAO berbeda tidak nyata dengan perlakuan KKAl dan KKA2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan KKA3 dan KKA4. Sementara itu perlakuan KKA3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan KKA4. ' " ' ' ' ' '^"""^ Peningkatan wama kecoklatan yang berbeda nyata diduga terjadi karena peningkatan penggunaan gula aren dalam pembuatan kecap manis air kelapa dimana gula aren memiliki wama yang lebih gelap dari pada gula kelapa. Hal ini didukung oleh Marsigit (2005) yang menyatakan bahwa gula aren berwarna kecoklatan sampai coklat tua, dan gula kelapa cendemng berwarna kuning kecoklatan. Sehingga semakin tinggi kadar gula aren yang ditambahkan ke dalam kecap manis air kelapa ini maka kecap yang dihasilkan akan semakin berwarna kehitaman. 4.5.2. Rasa Kecap Manis Air Kelapa Hasil penilaian organoleptik terhadap rasa kecap manis air kelapa dapat dilihat pada Lampiran 4b. Hasil tersebut dianalisa secara statistik non parametrik yang disajikan pada Lampiran 4b dan tidak dilakukan uji lanjut karena berpengamh tidak nyata. Rata-rata rasa kecap manis air kelapa setelah dilakukan analisis secara statistik non parametrik dapat dilihat pada Tabel 14., -

Tabel 14. Data rerata rasa kecap manis air kelapa KKAO (0% gula aren, 100% gula kelapa) 3,68 KKAl (25% gula aren, 75% gula kelapa) 3,6 KK.^ (50% gula aren, 50?/o gula kelapa) 3,36 KKA3 (75% gula aren, 25 % gula kelapa) 4,12 KKA4 (100% gula aren, 0% gula kelapa) 3,6 Menurut Desroiser (1988) citarasa bahan pangan terdiri dari tiga komponen yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut. Sejalan dengan pendapat Winarno dkk,, (1982) berbagai senyawa kimia menimbulkan rasa yang berbedabeda. Rasa utama pada kecap manis air kelapa dengan penambahan gula aren ini yaitu manis khas gula aren. Rasa pada kecap manis air kelapa ini berasal dari karbohidrat yang terdapat pada berbagai bahan baku yang ada didalamnya. Hal ini sejalan dengan Winarno (1997), yang menyatakan karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, wama, tekstur, dan Iain-lain. ' -, Berbeda tidak nyatanya rasa kecap manis air kelapa pada setiap perlakuan diduga karena penggunaan bahan utama dalam pembuatan kecap ini adalah gula kelapa dan gula aren memiliki rasa manis yang relatif sama. Rasa manis tersebut berasal dari kandungan karbohidrat yang sangat tinggi dalam gula kelapa dan gula aren (Tabel 7). Hal ini didukung oleh Winarno (1997), yang menyatakan sumber rasa manis yang utama dalam karbohidrat adalah gula atau sukrosa dan monosakarida atau disakarida. 4.5.3. Aroma Kecap Manis Air Kelapa Aroma mempakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam memilih produk makanan yang disukai. Winarno (1997) mengatakan bahwa dalam banyak hal kelezatan makanan ditentukan oleh aroma atau bau dari makanan tersebut. Hasil penilaian organoleptik terhadap aroma kecap manis air kelapa secara deskriptif, dimana penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa berpengamh nyata terhadap

29 aroma kecap manis air kelapa (Lampiran 4c). Rata-rata aroma kecap manis air kelapa setelah dilakukan analisis secara statistik non parametrik yaitu uji Friedman dapat dilihat pada Tabel 15.. Tabel 15. Data uji friedman Aroma kecap manis air kelapa KKAO (0% gula aren, 100% gula kelapa) 3,40" KKAl (25% gula aren, 75% gula kelapa) 3,04" KKA2 (50% gula aren, 50% gula kelapa) 3,52" KKA3 (75% gula aren, 25 % gula kelapa) 3,56" KKA4 (100% gula aren, 0% gula kelapa) 3,76" Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menimit uji lanjut Friedman pada laraf 5%. Data Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata respon panelis terhadap aroma kecap manis air kelapa antara 3,04-3,76 (agak harum). KKAO berbeda tidak nyata dengan perlakuan KKA2, KKA3, dan KKA4, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan KKAl. Aroma yang dihasilkan dari kecap manis air kelapa ini berasal dari rempah, bumbu, dan senyawa volatile. Proses pemasakan menghasilkan aroma pada kecap manis air kelapa karena menguapnya molekulmolekul yang ditangkap oleh hidung sebagai indra pembau. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Winarno (1997), yang menyatakan aroma baru dapat dikenali bila berbentuk uap, dan molekul- molekul komponen aroma tersebut harus sempat menyentuh silia sel olfaktori di hidung, dan diteruskan ke otak dalam bentuk impuls Hstrik oleh ujung syaraf olfaktori. Hasil penilaian organoleptik yang menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda tidak nyata dan berbeda nyata, sulit untuk dijelaskan secara kimiawi. Hal ini didukung oleh Winarno (1997) yang menyatakan secara kimiawi sulit dijelaskan mengapa senyawa-senyawa menyebabkan aroma yang berbeda, karena senyawa-senyawa yang mempunyai struktur kimia dan gugus flingsional yang hampi sama kadang-kadang mempunyai aroma yang sangat berbeda, Sebaliknya senyawa yang berbeda struktur kimianya, mungkin menimbulkan aroma yang sama.

30 4.5.4. Kekentalan Kecap Manis Air Kelapa Hasil penilaian organoleptik terhadap kekentalan kecap manis air kelapa secara deskriptif, dimana penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa berbeda nyata terhadap kekentalan kecap manis air kelapa (Lampiran 4d). Rata-rata aroma kecap manis air kelapa setelah dilakukan analisis secara statistik non parametrik yaitu uji Friedman dapat dilihat pada Tabel 16. ; ^ ^., rt* Tabel 16. Data uji friedman kekentalan kecap manis air kelapa KKAO (0% gula aren, 100% gula kelapa) 2,92" KKAl (25% gula aren, 75% gula kelapa) 2,22" KKA2 (50% gula aren, 50% gula kelapa). 2,92" ' KKA3 (75% gula aren, 25 % gula kelapa) ' 4,24** KKA4 (100% gula aren, 0% gula kelapa) 3,64" Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Friedman pada taraf 5%. Data Tabel 16 menunjukkan bahwa rata-rata respon panelis terhadap kekentalan kecap manis air kelapa antara 2,22-4,24 (kurang kental hingga kental). Penilaian panelis terhadap kekentalan kecap manis air kelapa naik seiring dengan bertambahnya kadar gula aren akan tetapi pada perlakuan KKA4 (100% gula aren), penilaian akan kekentalannya kembali mengalami penurunan. Kekentalan kecap manis air kelapa ini bergantung kepada tinggi atau rendahnya nilai viskositasnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil data uji friedman kekentalan kecap manis air kelapa pada Tabel 16 yang berbanding lurus dengan hasil ratarata viskositas kecap manis air kelapa pada Tabel 12. Data pada Tabel 16 menunjukkan kecap manis air kelapa yang mempunyai kekentalan yang paling tinggi adalah perlakuan KKA3 dan juga memiliki nilai viskositas yang tinggi (Tabel 12). Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Setiyoningrum dan Surahman (2009), yang menyatakan semakin besar nilai viskositas maka semakin besar kekentalan suatu produk.