V. KEGIATAN DAN PERMASALAHAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

DAFTAR PUSTAKA. Pascasarjana IPB. Bogor

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya»

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN URUSAN PILIHAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi

BAB I PENDAHULUAN. nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah

PENDAHULUAN Latar Belakang

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. ownload/regulasi/kepmen/ukm05kepmen, 10 Januari 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

BAB I PENDAHULUAN. tambah, daya saing, dan ekspor serta (4) meningkatkan kesejahteraan petani (RKT

Transkripsi:

39 V. KEGIATAN DAN PERMASALAHAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 5.1. Pengembangan Ternak Sapi 5.1.1. Bantuan Ternak Sapi Bergulir Pengembangan ternak sapi potong kelompok tani Karya Agung sudah dimulai sejak tahun 1984 melalui program bantuan ternak sapi bergulir IFAD (International Fund for Agricultural Development), bertujuan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat desa melalui sektor peternakan. Program ini dilatar belakangi kebiasaan masyarakat eks transmigrasi berasal dari Kabupaten Wonogiri yang sudah terbiasa memelihara ternak sapi potong, dan kecukupan lahan sebagai penyedia pakan ternak sapi. Pada awal pengembangan ternak sapi potong di kelompok tani Karya Agung masih banyak tersedia rumput liar yang menjadi sumber pakan utama ternak sapi, pada saat itu pohon karet masih kecil sehingga memberikan ruang bagi rumput liar untuk dapat tumbuh subur dan populasi ternak sapi di Desa Giriwinangun masih relatif sedikit baru ada 2 kelompok yang menggeluti usaha ternak termasuk kelompok Tani Karya Agung. Dengan kecukupan pakan dan lahan perkebunan yang cukup luas di Desa Giriwinangun menjadi peluang dan potensi yang menjanjikan bagi pengembangan ternak sapi. Dengan dukungan program bantuan IFAD, kelompok tani Karya Agung dapat mengembangkan ternak sapi sebagai tambahan penghasilan keluarga. Aturan program yang diterapkan saat bantuan ternak bergulir dijalankan yaitu bila petani mendapatkan bantuan sapi sepasang (Satu jantan dan satu betina) harus mengembalikan ternak sapi 3 ekor dengan umur yang sama saat bantuan diterima, bila mendapatkan bantuan betina indukan 1 ekor maka diwajibkan mengembalikan 2 ekor. Ternak sapi hasil pengembalian petani ini akan digulirkan lagi pada kelompok petani dan peternak lain. Hasil wawancara dengan 12 responden anggota dan pengurus kelompok tani Karya Agung menyatakan bahwa pada saat itu mereka semua pernah mendapatkan bantuan sapi bergulir dari program IFAD ini namun tidak semua dapat berhasil, ada juga sapi bantuan yang mati karena saat itu pengalaman dan ketrampilan masih kurang.

40 Dampak dari program telah berhasil membuka wawasan masyarakat untuk mencari penghasilan tambahan dari ternak sapi. Karena sadar akan keuntungan memelihara ternak sapi, banyak juga diantara mereka membeli ternak sapi untuk mengembangkan usahanya. Tidak semata-mata mengandalkan bantuan dari program yang ada. Bimbingan dan pendampingan PPL, diakui oleh kelompok sangat berguna bagi pengembangan usaha, karena mereka dapat lebih mengetahui cara yang baik dalam beternak dan menambah pengetahuan. Namun bimbingan yang ada hanya pada awalawal program, dan dirasa kurang oleh petani. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden Bapak Mkm. Kami ini petani pak, kurang mengetahui dengan benar cara beternak sapi. Ketrampilan yang kami miliki dalam beternak sapi itu pengetahuan dari Jawa dulu. Bila ada PPL yang datang melakukan pembinaan kami sangat senang, karena untuk keberhasilan usaha kami. PPL yang datang kesini untuk membina kelompok kami hanya pada awal program sapi IFAD dulu, sekarang PPL sangat jarang datang, sebulan sekali juga belum tentu. Hasil wawancara dengan PPL realisasi pengembalian bantuan ternak sapi bergulir program IFAD oleh kelompok tani Karya Agung sekitar 75 persen, karena ada juga ternak sapi yang dipelihara petani terserang penyakit dan mati sehingga petani tidak dapat mengembalikan bantuan yang diberikan. Seperti yang diungkapkan Bapak Dwi PPL peternakan. Kalau dulu pengembangan sapi melalui program IFAD pada kelompok tani Karya Agung cukup berhasil, paling banyak sekitar 25 persen yang kurang berhasil karena sapi bantuan itu mati. Akibatnya tidak dapat mengembalikan seperti ketentuan. Kalau sekarang itu pengembangan ternak masih dapat ditingkatkan pada kelompok Karya Agung hanya saja mereka itu mulai kesulitan memenuhi pakan ternak. Kelemahan program bantuan ternak sapi melalui program IFAD adalah penerapan manajemen program, berupa pengarahan, pemdampingan, pengawasan dan pembinaan dari PPL dan dinas terkait. Pemberian bantuan bergulir hanya mengacu pada seberapa besar cakupan program yang akan dicapai, kurang memperhatikan capaian hasil dan manfaat yang di dapat bagi kelompok sasaran. Pemerintah hanya berorientasi pada penyaluran program pada kelompok tani, tanpa melakukan pendampingan dan bimbingan secara terus menerus dan berkelanjutan. Kebutuhan petani peternak dalam pengelolaan bantuan kurang diperhatikan, akibatnya bantuan seringkali mengalami kegagalan dan tidak membawa hasil yang maksimal. Sehingga

41 pengembalian bantuan bergulirpun tersendat dan tidak dapat dipenuhi sepenuhnya oleh kelompok tani sasaran program. Kondisi pengembangan peternakan sapi kelompok tani Karya Agung saat ini tidak merata dan pasang surut, ada anggota yang sukses dalam menjalankan usaha ternak tapi ada juga yang kurang mendapatkan hasil yang baik. Kebanyakan kondisi usaha ternak anggota kelompok tani tidak ada kemajuan, dikarenakan petani dalam menjalankan aktivitas usaha ternaknya hanya bersifat sampingan dan dijadikan sebagai tabungan bila memerlukan kebutuhan uang. Petani tidak berorientasi produksi cenderung cepat puas atas apa yang telah dimiliki dan tidak ada inovasi dalam pengembangan ternak. keterampilan beternak sapi mereka lebih banyak berdasarkan pengalaman dan kebiasaan secara turun temurun. Kelompok tani Karya Agung yang seharusnya berperan mengorganisasikan anggota untuk pengembangan usaha tidak dapat berbuat banyak, karena lemah dan kurang berjalan. ditandai dengan kelompok tidak dijadikan sebagai wadah pemecahan masalah yang ada pada pemeliharaan ternak, tidak ada saling tukar informasi antar anggota, tidak ada pertemuan rutin kelompok untuk membahas pengembangan usaha. Untuk pengembangan ternak sapi potong ke depan perlu penguatan kelompok tani sebagai wadah pengembangan usaha petani, juga memerlukan sarana pengembangan usaha dengan kebutuhan bibit indukan ternak sapi, bimbingan pendampingan dan pelatihan kelompok serta kecukupan rumput sebagai sumber pakan. Saat ini pada era otonomi daerah pengembangan ternak sapi di Kabupaten Tebo menjadi faktor yang sangat diperhitungkan sebagai usaha peningkatan pendapatan petani dan peternak, dengan digulirkannya program pengembangan populasi ternak sapi melalui bantuan bergulir berikut pembinaan dan pendampingan bagi kelompok tani yang juga bergerak pada usaha ternak sapi seperti kelompok tani Karya Agung. Peluang program pengembangan usaha dari pemerintah daerah ini perlu di manfaatkan kelompok tani untuk pengembangan usaha anggotanya, dengan jalan melakukan penguatan kelompok tani. Tujuannya agar permasalahan yang dihadapi kelompok tani dalam pemeliharaan dan pengembangan ternak dapat di fasilitasi oleh Dinas Peternakan dan Perikanan sejalan dengan program yang sedang dijalankan pemerintah. Dengan begitu pengembangan ternak sapi anggota kelompok tani Karya Agung dapat bersinergi, sejalan dengan program Pengembangan populasi ternak sapi oleh Pemerintah.

42 5.1.2. Program Swasembada Daging Tahun 2012 Untuk mencukupi kebutuhan daging dan meningkatkan pendapatan petani peternak maka Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Peternakan dan Perikanan bertekad untuk berswasembada daging pada tahun 2012. Kebijakan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2007, melalui kegiatan pengembangan populasi ternak sapi dengan memberikan bantuan sapi bergulir pada kelompok tani ternak yang ada di wilayah Kabupaten Tebo. Pelaksanaan program dengan mempedomani Keputusan Menteri Pertanian No. 714/Kpts/OT.210/7/2001 tentang pedoman umum penyebaran dan pengembangan ternak. Pada tahun 2007 Dinas Peternakan dan Perikanan menyalurkan bantuan 360 ekor ternak sapi jenis sapi Bali dengan rincian 250 ekor ternak sapi betina dan 110 ekor ternak sapi pejantan yang disebar keseluruh kecamatan dalam Kabupaten Tebo. Untuk tahun 2008 Dinas Peternakan dan Perikanan menyediakan bantuan ternak bergulir 161 ekor sapi Bali dengan rincian sapi betina 110 ekor, pejantan 11 ekor dan sapi bakalan 40 ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 : Penyaluran Bantuan Bergulir Ternak Sapi Kepada Kelompok Petani Peternak di Kabupaten Tebo 2007 s/d 2008 No Jenis Pejantan Indukan Bakalan Jumlah 1. Tahun 2007 Sapi Bali 110 ekor 250 ekor - 360 ekor 1 Tahun 2008 Sapi Bali 11 ekor 110 ekor 40 ekor 161 ekor Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kebijakan pemerintah yang diberlakukan sekarang, bantuan ternak sapi bergulir dan sarana produksi lainnya diberikan berdasarkan usulan dari kelompok tani melalui Dinas Peternakan dan Perikanan. Bantuan bergulir ini bisa di akses kelompok tani dengan mengajukan proposal permohonan bantuan ternak yang diketahui seluruh anggota. Pemerintah menampung aspirasi dari bawah yang benar-benar dibutuhkan kelompok untuk pengembangan usaha agar usaha kelompok lebih dapat berkembang dan berkelanjutan.

43 Kelompok sering mengeluhkan kurangnya modal untuk mendapatkan indukan sapi tapi bila ada bantuan seringkali macet dalam pergulirannya, ini disebabkan beberapa hal yang sering terjadi. 1) karena kelompok lemah hingga kurang mengorganisasikan anggota. 2) pengetahuan petani dalam pemeliharaan ternak sapi rendah hingga berdampak ternak sering mati. 3) ketersediaan sarana prasarana pemeliharaan kurang memadai seperti sumber pakan. 4) petani menganggap bantuan merupakan hibah yang tidak perlu dikembalikan. Akibatnya program tersendat dan tidak dapat digulirkan ke kelompok lain. Oleh karena itu Dinas Peternakan dan Perikanan dalam memberikan bantuan ternak sapi lebih selektif dalam menentukan kelayakan dalam memberikan bantuan pada kelompok tani, salah satu langkah yang ditempuh dengan mensurvei kelompok dan melihat keaktifan kelompok serta ketersediaan lahan dan sarana pengembangan ternak lain agar bantuan yang diberikan dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Kelemahan program bantuan ternak sapi bergulir yaitu pelaksanaan program yang terkesan lebih menonjolkan pengembangan ternak, sedangkan usaha utama kelompok tani adalah di sektor perkebunan karet. Hendaknya Dinas Peternakan dan perikanan dalam menerapkan program berkoordinasi dengan Dinas Perkebunan agar kegiatan kebun dan ternak saling bersinergis, saling menguntungkan dalam penerapannya pada kelompok tani. Dengan begitu aktivitas usaha kebun dan ternak dapat sama-sama berjalan baik dengan prinsip saling membutuhkan. Kelemahan lain yaitu pengawasan dan pembinaan seringkali tidak berkelanjutan dan hanya pada saat awal program dilaksanakan, hingga dapat menimbulkan kegagalan dan tujuan tidak dapat berhasil maksimal. Proses pemasaran hasil yang lebih menguntungkan bagi kelompok tani peternak juga harus mendapat perhatian agar pendapatan petani peternak dapat ditingkatkan dan tujuan meningkatkan kesejahteraan akan bisa dicapai. Kondisi usaha peternakan sapi kelompok tani Karya Agung saat ini mereka belum memanfaatkan dan mengakses program bantuan ternak sapi bergulir dari pemerintah daerah, dikarenakan kondisi kelompok yang masih lemah. Akibatnya jaringan antara kelompok dan Dinas Peternakan dan Perikanan lemah. Sedangkan untuk dapat memperoleh program bantuan ternak sapi, Dinas Peternakan mensyaratkan kelompok berjalan baik dan kuat yang bisa mengorganisasi anggotanya dengan baik. Pola usaha ternak sapi yang dijalankan anggota kelompok tani Karya Agung dari tahun 1984 sampai sekarang masih belum berorientasi produksi untuk

44 meningkatkan populasi ternak mereka. Biasanya mereka membatasi pemeliharan ternak, dengan mengukur kemampuan mereka dalam mencari rumput dan mengurus ternak sehari-hari. Bila ternak telah berkembangbiak dan dianggap jumlahnya telah melebihi kemampuan maka ternak akan dijual kepada blantik. Anggota kelompok tidak melakukan perencanaan produksi ternak dan hasil produksi yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Mereka hanya menjadikan ternak sebagai pendapatan kedua setelah kebun karet, akibatnya pengembangan usaha ternak ini berjalan lambat. Kepemilikan ternak anggota kelompok tani karya agung saat ini sampai dengan oktober 2008, berkisar antara 2 sampai dengan 7 ekor. Sedangkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pemeliharaan hanya sebatas anggota keluarga, dibantu oleh istri dan anak-anak mereka. Karena ternak yang dimiliki tidak begitu banyak jumlahnya hingga tidak memerlukan tenaga kerja upahan. Keterkaitan usaha anggota kelompok tani Karya Agung dan program Dinas Peternakan dan Perikanan melalui pengembangan populasi ternak sapi guna mencapai swasembada daging tahun 2012 sangat nyata, terlebih pendekatan yang digunakan dalam program bertumpu pada kelompok tani yang ada. Kelompok harus membangun jaringan kepada pemerintah untuk dapat mengakses program yang sedang dijalankan, dengan melakukan langkah-langkah penguatan kelompok. Pendekatan dalam proses pendampingan baik kegiatan fisik, ekonomi dan sosial didasarkan pada pendekatan pembangunan yang bertumpu pada kelompok. Kelompok dapat dibangun atas dasar ikatan-ikatan kesamaan tujuan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili yang mengarah pada efisiensi, efektifitas dan mendorong tumbuh berkembangnya modal sosial di masyarakat. Pertimbangan penerapan pendekatan bertumpu pada kelompok, antara lain dikarenakan : a. Dalam kelompok warga masyarakat dapat lebih dinamis dalam mengembangkan kegiatan dan nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan, misalnya menjalin kebersamaan, gotong royong, solidaritas sesama petani yang mempunyai usaha kebun dan ternak dan sebagainya. b. Terjadi proses saling asah, asih dan asuh sesama anggota kelompok dengan Instansi terkait maupun pada petugas lapangan. c. Kelompok dapat berfungsi menggerakkan keswadayaan pembangunan dan wadah proses belajar serta manfaat lainnya.

45 5.1.3. Program Inseminasi Buatan (IB) Tujuan dari Inseminasi Buatan adalah untuk menghasilkan keturunan sapi yang sehat dan unggul melalui peternakan sapi tradisional yang dimiliki masyarakat dalam peningkatan pengembangan ternak sapi. Secara khusus tujuan yang diharapkan yaitu : 1) mengembangkan ternak sapi masyarakat agar dapat menghasilkan ternak sapi yang baik hingga dapat meningkatkan pendapatan, 2) mengembangkan sapi jenis unggulan seperti Simmental, limousin, branggus, brahman maupun jenis sapi Bali dan penyediaan kebutuhan daging, 3) memperkuat kelembagaan pembangunan di desa atau kelompok tani, 4) meningkatkan penyediaan infrastruktur sosial ekonomi bagi kelompok tani. Dengan adanya Inseminasi buatan mendatangkan keuntungan dan efesiensi bagi petani peternak yang tergabung dalam kelompok tani. Saat ini sapi pejantan yang ada bila telah cukup umur dan gemuk dapat dijual tanpa memikirkan pejantan sebagai faktor pengembangbiakan, dan pemeliharaan sapi jantan dewasa lebih banyak membutuhkan pakan rumput ketimbang sapi betina dewasa hingga dapat menghemat pakan rumput. Untuk mendukung peningkatan produksi ternak melalui Inseminasi buatan, Dinas Peternakan dan Perikanan secara rutin menyalurkan benih semen (straw) atau benih yang dibekukan, melalui petugas-petugas PPL peternakan yang telah memperoleh ketrampilan untuk melakukan Inseminasi buatan (IB) di setiap desa. Bagi kelompok tani Karya Agung dan peternak lainnya yang menginginkan program IB pada ternak sapi mereka tidak dikenakan biaya benih straw dan dibagikan secara gratis. Kegiatan ini merupakan sepenuhnya menuntut partisipasi dan pemberdayaan masyarakat komunitas tani yang membutuhkan. Cara perkembangbiakan ternak sapi melalui IB cukup banyak diminati dengan tingginya keinginan anggota kelompok tani untuk menempuh pengembangan ternak melalui cara kawin Inseminasi buatan. Kegiatan IB atau kawin suntik pada ternak dilakukan sepanjang tahun tergantung keinginan para peternak untuk melakukan IB pada ternak sapi mereka yang sedang dalam masa birahi atau siap untuk kawin suntik, petugas IB siap membantu bila diperlukan. Keberhasilan yang dicapai dalam pengembangan ternak melalui cara kawin Inseminasi buatan di Desa Giriwinangun termasuk kelompok tani Karya Agung sekitar

46 70 persen. Karena tidak semua indukan (akseptor) sapi yang di IB langsung dapat bunting, ada juga gagal hingga perlu dilakukan IB yang kedua kalinya. Penyelenggaraan IB merupakan swadaya dan partisipasi masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah dan merupakan salah satu pengembangan masyarakat komunitas peternak yang tergabung dalam kelompok tani di Desa Giriwinangun. Bila menginginkan perkembangbiakan demi mendapatkan keturunan yang baik biasanya kelompok ataupun peternak langsung menghubungi PPL peternakan yang ada untuk melakukan IB. Dinas Peternakan dan Perikanan serta Petugas PPL di lapangan hanya sebagai petugas atau tim teknis yang melakukan penyuntikan benih kepada sapi betina atau Indukan milik petani. Dari proses pengembangan ini dapat dilihat bahwa aspirasi yang di inginkan masyarakat atau komunitas tani peternak (aras mikro) yang menginginkan pengembangan ternak yang bermutu baik dan unggul melalui pemberdayaan dan pastisipasi mereka di fasilitasi pemerintah (aras Makro) dengan kebijakan program IB untuk pengembangan ternak sapi tersebut. 5.2. Pengembangan Kebun Karet Pengembangan kebun karet kelompok tani Karya Agung berawal dari program transmigrasi pada tahun 1979. Setiap petani mendapatkan lahan 5 hektar yang terdiri dari lahan untuk perkebunan dan lahan perumahan. Saat itu pemerintah menilai bahwa kondisi daerah sangat cocok untuk ditanam dengan pohon karet, sehingga petani dianjurkan untuk menanam pohon karet di lahan mereka. Sampai saat ini kebun karet anggota kelompok tani dapat berkembang dengan baik dan telah berhasil menopang perekonomian keluarga petani. Hasil pengamatan dan wawancara terhadap 12 responden, aktivitas usaha kebun karet oleh anggota kelompok tani Karya Agung melibatkan anggota keluarga yang ada seperti istri dan anak-anak mereka. Sehingga hasil yang didapat lebih banyak karena tidak memerlukan membayar upah pekerja, melainkan keluarga petani sendiri. Karet merupakan komoditi unggulan Kabupaten Tebo. Tidak hanya kelompok tani Karya Agung yang bergerak pada usaha perkebunan karet, tapi juga dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Mereka sudah turun temurun melakukan usaha perkebunan karet, sehingga kondisi perkebunan karet rakyat banyak yang sudah tua.

47 Pengembangan karet terus diupayakan Pemerintah Kabupaten Tebo dan Pemerintah Provinsi Jambi melalui program-program pengembangan, baik itu program peremajaan dengan bantuan bibit karet unggul, membantu pembiayaan penyiapan lahan dan saprodi tanaman karet rakyat. Namun program peremajaan karet ini masih belum mampu menyediakan bantuan kepada semua petani yang membutuhkan, dikarenakan luasnya areal karet tua yang butuh peremajaan di Kabupaten Tebo. 5.2.1. Kondisi Kebun Karet Kelompok Kondisi kebun karet anggota kelompok tani Karya Agung saat ini sangat membutuhkan peremajaan, karena pohon karet yang ada dilahan mereka sudah tua sekitar 25 s/d 28 tahun. Dalam pengelolaan karet petani masih menggunakan cara lama secara tradisional, sehingga getah karet yang dihasilkan kurang bermutu. Penurunan mutu karet disebabkan petani kurang memperhatikan proses produksi. Seperti, banyaknya getah karet hasil produksi petani bercampur dengan kulit pohon karet sisa dari penyadapan. Selain itu hasil karet petani mengandung banyak air dan bercampur tanah dan pasir. Berdasarkan wawancara kepada 12 responden, semuanya menyatakan kondisi pohon karet yang tua menyebabkan produksi karet mereka terus menurun. Gejala penurunan produksi sudah dirasakan petani sekitar 3 tahun, dampak yang timbul pendapatan dari penjualan karet terus menurun. Bila kondisi ini dibiarkan berlarut dan kelompok tidak mengambil langkah strategi bagi pengembangan usaha anggotanya, maka diperkirakan 4 tahun ke depan hasil dari kebun karet mereka tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan keluarga. Permasalahan lain yang dirasakan anggota kelompok dalam aktivitas kebun karet yaitu serangan penyakit jamur pada akar pohon karet, akibatnya pohon mati layu dan tidak dapat menghasilkan getah karet. Penyakit jamur pada pohon karet pernah dirasakan oleh semua petani anggota kelompok Karya Agung. Akibatnya saat ini kondisi yang dirasakan petani adalah penurunan produksi disebabkan kondisi karet tua dan serangan penyakit. Untuk membenahi kebun karet melalui peremajaan butuh modal yang cukup besar, belum lagi penurunan pendapatan dampak dari peremajaan sebagian lahan yang akan dirasakan petani. Banyaknya anggota kelompok yang belum mengerti prosedur untuk mendapatkan bantuan bibit unggul pemerintah dalam peremajaan karet, dikarenakan

48 kurangnya sosialisasi oleh pemerintah dan kondisi kelompok yang lemah tidak dapat memfasilitasi kebutuhan anggota. Padahal pemerintah kabupaten melalui program peremajaan karet menyediakan bibit unggul gratis dan bantuan pengolahan lahan peremajaan. Saat ini petani yang tergabung dalam kelompok tani Karya Agung menjalankan aktivitas usaha kebun secara individu, mereka lebih mengandalkan pengalaman dalam berkebun. Bimbingan dan pendampingan PPL dirasakan sangat kurang, akibatnya petani kurang mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ada dengan baik. 5.2.2. Program Peremajaan Karet Program peremajaan karet dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat. Dilandaskan bahwa karet merupakan sumber perekonomian masyarakat Kabupaten Tebo yang sebagian besar bergantung pada sektor perkebunan. Program peremajaan juga bertujuan untuk meningkatkan produksi karet Kabupaten Tebo, dengan memanfaatkan potensi lahan perkebunan karet relatif luas. Kondisi perkebunan karet rakyat sebagian besar telah tua hingga menyebabkan penurunan produksi, turut melatar belakangi timbulnya program peremajaan. Menurut data yang didapat dari Dinas Perkebunan, jumlah potensi karet tua yang sudah perlu diremajakan sampai dengan akhir 2007 seluas 26.543 hektar. Bila diasumsikan pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Perkebunan dapat meremajakan kebun karet tua 1.000 hektar pertahun maka akan membutuhkan waktu 26 tahun untuk melakukan proses peremajaan karet rakyat agar dapat meningkatkan produksi karet petani di kemudian hari. Bantuan peremajaan karet yang dilaksanakan pemerintah berupa bantuan bibit, bantuan penyiapan lahan, penjualan bibit karet unggul dengan harga subsidi dan Saprodi lainnya. Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Perkebunan telah melaksanakan program peremajaan kebun karet rakyat melalui pemberian bantuan bibit karet unggul okulasi berjumlah 1.651.500 batang bibit atau seluas 3.303 hektar lahan kebun petani yang diremajakan. Sedangkan untuk tahun 2008 disalurkan bibit karet unggul 330.000 batang atau seluas 660 hektar. Penyaluran bantuan bibit karet unggul dilakukan Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo melalui kelompok kelompok tani yang ada di wilayah Kabupaten Tebo. Untuk

49 Desa Giriwinangun baru 2 kelompok yang mendapat bantuan bibit karet unggul pemerintah yaitu kelompok Tani Sumber Rejeki bantuan bibit untuk lahan seluas 24 hektar, dan kelompok tani Karya Agung diberikan bantuan bibit untuk kebutuhan lahan seluas 10 hektar. Bibit yang disalurkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten diberikan gratis kepada petani. Kesulitan yang dirasakan Dinas Perkebunan dalam menyalurkan bantuan bibit unggul yaitu petani tidak menyiapkan lahan yang akan di remajakan, sehingga Dinas Perkebunan kesulitan untuk mengetahui kebutuhan bibit yang diperlukan. Untuk daerah-daerah tertentu kepemilikan luas lahan yang dimiliki petani relatif sedikit berkisar 0,5 1,5 hektar, akibatnya bila diremajakan akan berdampak hilangnya pendapatan petani selama bibit belum menghasilkan. Sedangkan proses kebun karet untuk dapat berproduksi dari awal peremajaan sampai siap dilakukan penyadapan butuh waktu 5 6 tahun. Proses pemberian bantuan, kelompok tani harus mengusulkan permohonan bantuan kepada pemerintah lengkap dengan kebutuhan bibit unggul yang diperlukan untuk peremajaan kebun mereka. Setelah permohonan bantuan diterima oleh Dinas Perkebunan maka akan dilakukan pengecekan dilapangan ke kebun kelompok tani. Syarat utama yang harus dipenuhi oleh kelompok yaitu mereka harus menyiapkan lahan yang akan diremajakan. Sedikitnya bantuan bibit unggul yang diberikan kepada kelompok tani Karya Agung disebabkan kurangnya komunikasi yang baik kepada Dinas Perkebunan, disebabkan kelompok kurang mengorganisasi anggota. Kelemahan yang terjadi yaitu setelah mengajukan permintaan bibit unggul kepada dinas, petani atau kelompok tidak menyiapkan lahan yang akan dilakukan peremajaan dan ketidakjelasan lahan mana yang akan dilakukan peremajaan. Akibatnya saat tim Dinas Perkebunan turun mengecek ke kebun hanya berdasarkan pada kebutuhan lahan yang telah disiapkan untuk diremajakan. Bagi kelompok tani Karya Agung kebijakan peremajaan karet rakyat ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan. Bantuan bibit yang diberikan dapat membantu meringankan biaya yang besar untuk peremajaan karet, Dampaknya dapat meningkatkan pendapatan petani. untuk itu perlu kelompok tani yang kuat agar dapat menindaklanjuti kebutuhan anggotanya kepada Dinas Perkebunan.

50 Peremajaan karet oleh anggota kelompok tani Karya Agung dilakukan secara bertahap, bila mereka mempunyai lahan 5 hektar, hanya sekitar 2 hektar dulu yang diremajakan. Agar penghasilan petani dari karet tidak langsung hilang dan hanya penurunan pendapatan sementara, menjelang kebun yang diremajakan besar. Untuk menutupi penurunan pendapatan maka anggota akan mengembangkan usaha ternak sapi yang mereka miliki. 5.3. Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Menurut Syaukat (2007), pengembangan ekonomi lokal (local ecomomic development) merupakan kerjasama seluruh komponen masyarakat di suatu daerah (lokal) tertentu untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic growth) yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi (economic welfare) dan kualitas hidup (quality of life) seluruh masyarakat di dalam komunitas. Pengertian pengembangan ekonomi lokal tersebut menunjukkan adanya aktifitas ekonomi lokal yang dilakukan secara bersama-sama oleh komunitas lokal dengan tujuan untuk mencapai perkembangan ekonomi secara berkelanjutan. Adapun azas yang digunakan dalam pengembangan ekonomi lokal adalah azas holistik yang mencakup : 1) azas pemberdayaan masyarakat, 2) azas pertumbuhan dan pemerataan, 3) azas peningkatan daya saing global, serta 4) azas partisipasi masyarakat. Pengembangan ekonomi dilakukan melalui pengembangan populasi ternak sapi dan peningkatan produksi karet melalui peremajaan kebun karet, dengan harapan dapat meningkatkan hasil produksi karet di tahun mendatang. Pengembangan perekonomian ini memerlukan kerjasama yang baik dalam bidang peraturan, kebijakan, ekonomi, sosial serta hubungan kemitraan antara pemerintah daerah dengan masyarakat, sehingga dapat menciptakan daya saing baik kompetitif maupun komperatif atas potensi ekonomi lokal tersebut. Untuk mengembangkan pembangunan ekonomi lokal pemerintah bukan saja harus memperhatikan potensi yang ada di daerah, tetapi juga harus mencakup upaya memberdayakan masyarakat setempat, dengan memperhatikan aspek lingkungan serta dapat meningkatkan daya saing dan menumbuhkan partisipasi masyarakat. Program pengembangan populasi ternak melalui bantuan ternak sapi bergulir dan program peremajaan karet melalui bantuan bibit karet unggul merupakan program

51 strategis bagi pengembangan ekonomi masyarakat. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat, bantuan program tersebut memberikan dukungan bagi keberlanjutan usahatani kelompok tani Karya Agung. Melalui program ini, petani dapat memperoleh kebutuhan yang dibutuhkan bagi pengembangan usahatani. Juga informasi tentang pengembangan usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan Kabupaten Tebo. Hambatan dalam pelaksanaan program pengembangan populasi ternak sapi dan peremajaan karet adalah : 1. Kelompok Tani Karya Agung merupakan bentukan pemerintah bukan berdiri berdasarkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan usaha sehingga kondisinya kini lemah. 2. Kelompok tani Karya Agung selama ini belum dapat memanfaatkan peluang dan potensi yang ada, karena keterbatasan pengetahuan, teknologi, informasi, jaringan kerjasama dan sumberdaya manusia rendah. 3. Kinerja PPL peternakan dan PPL pertanian perkebunan dalam melakukan pembinaan dan pendampingan tidak maksimal. 4. Monitoring dan Evaluasi program yang dilakukan pemerintah selama ini terhadap kegiatan kurang pengawasan dan peninjauan langsung ke lapangan sehingga kelemahan di lapangan kurang terdeteksi dengan baik. 5.4. Pengembangan Modal Sosial Program pengembangan populasi ternak sapi dan program peremajaan karet serta program pengembangan lainnya, belum tampak dikembangkan oleh kelompok tani. Ini dikarenakan modal sosial pada kelompok tani Karya Agung kini melemah karena kurang berlanjutnya kegiatan-kegiatan bersama dalam pengembangan usaha yang mereka jalankan. Kepercayaan, jaringan, norma/nilai antara pengurus dan anggota dalam pengembangan usaha melemah, ini disebabkan kurang berkembangnya aspekaspek berikut. 1. Kepercayaan antara sesama anggota kelompok yang di dasari kesamaan asal daerah dan diantara pengurus dengan anggota kelompok Tani Karya Agung sehingga dapat mendukung pengembangan aktivitas usahatani kebun karet dan ternak sapi.

52 2. Norma atau aturan yang mengikat di dalam kelompok tani Karya Agung serta terbentuknya jaringan dengan masyarakat dan pihak terkait untuk mengembangkan usaha kebun dan ternak sapi. 3. Program bantuan ternak sapi bergulir dan program peremajaan karet merupakan program pengembangan ekonomi produktif untuk peningkatan kesejahteraan anggota kelompok tani. Kegiatan ini dapat menjembatani antara kebutuhan kelompok dengan program pemerintah sehingga usaha kebun dan ternak dapat bersinergi dalam aktivitas usahatani pada kelompok tani. 4. Memanfaatkan Jaringan kerjasama diantara anggota dan pengurus kelompok dengan dinas terkait dalam pengembangkan usahatani kebun dan ternak sapi untuk mengakses kebijakan pemerintah. 5.5. Permasalahan Kelompok Tani Melalui penelitian lapangan dan berdasarkan pengamatan, wawancara, hasil kuisioner serta diskusi kelompok pada komunitas kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun diketahui beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani. Pada intinya masalah yang dihadapi kelompok tani adalah rendahnya pendapatan usaha tani. Adapun masalah yang dihadapi seperti Kemampuan manajemen dan usaha anggota kelompok tani, sumberdaya manusia dan jaringan kerjasama. 5.5.1. Kemampuan Manajemen dan Usaha Anggota Kelompok Tani 1). Kemampuan manajemen Pengurus dalam pengorganisasian kelompok sangat lemah ini tergambar pada tidak ada pertemuan rutin kelompok, administrasi kelompok berupa catatan pengembangan usaha anggota baik kebun dan pemeliharaan ternak tidak ada, tidak adanya perencanaan pola usaha yang menguntungkan khususnya pada pemeliharaan ternak sapi terkesan hanya bersifat tabungan saja dan merasa cepat puas, kerjasama yang rendah dan belum mampu menganalisis potensi dan peluang yang ada. Dengan potensi dan peluang yang ada seharusnya hasil produksi kebun dan ternak sapi dapat ditingkatkan lagi. Keadaan demikian membuat kelompok tani tidak dapat menyusun rencana dan strategi yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah yang mereka hadapi terlebih usaha pemeliharaan ternak sapi yang terlihat jauh lebih lemah

53 dibandingkan usaha kebun karet, sehingga pendapatan tidak dapat ditingkatkan sebagai alat untuk memajukan usaha tani anggotanya. 2). Usaha anggota kelompok tani Kondisi usaha perkebunan karet yang dimiliki anggota kelompok tani Karya Agung relatif baik karena hasil kebun telah dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun ada beberapa masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok, antara lain adalah sulitnya untuk memenuhi kebutuhan pupuk khususnya pupuk urea bersubsidi untuk kebun karet mareka. Ini disebabkan pembelian pupuk bersubsidi harus melalui kelompok tani. Namun permintaan pupuk tidak langsung datang atau ada tersedia seringkali mereka harus menunggu pupuk yang dibutuhkan dalam waktu beberapa bulan ke depan. Masalah ini ditegaskan oleh 12 responden, seperti dituturkan oleh Bapak Srn ketua kelompok tani Karya Agung. Saat ini pengadaan pupuk urea bersubsidi menjadi masalah bagi kami. Sudah kami cari kemana-mana tidak ada stok kata penyalur. Bahkan yang katanya kelompok tani harus mengajukan permohonan kebutuhan bibit ke penyalur. Itupun sudah kami lakukan bahkan sudah 2 bulan lebih permintaan kami itu, pupuk belum juga datang. Sedangkan anggota lainnya terus menanyakan masalah pupuk ini. Saya heran pupuk bersubsidi ini kok tidak ada di pasaran, kalau ada juga Cuma 1-2 zak saja itupun harganya mahal sekali. Kondisi pohon karet yang telah tua juga menjadi masalah tersendiri yang dirasakan kelompok tani Karya Agung, sebab sejak beberapa tahun terakhir dirasakan hasil produksi karet mereka turun yang biasanya hasil yang didapat mereka berkisar 50 kg per hektar setiap minggu kini hanya menghasilkan karet 40 s/d 45 kg saja per minggu per hektar dan dari pengakuan responden yang ditemui saat wawancara dan diskusi kelompok hasil ini terus mengalami penurunan, sebab itu mereka sangat membutuhkan peremajaan kebun yang dilakukan secara bertahap. Penyakit jamur upas atau jamur akar putih yang menyerang tanaman karet mereka menambah permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Agung, sebab susah untuk diobati dan biasanya pohon karet yang terkena penyakit jamur akar putih akan mati dan menulari ke pohon yang sejalur. Untuk saat ini yang bisa dilakukan kelompok untuk memberantas penyakit dengan menebang pohon yang mati sampai keakar-akarnya dan diobati dengan menggunakan belerang. Masalah yang dihadapi dalam menggeluti usaha pemeliharaan ternak, seringkali sapi anggota kelompok tani Karya Agung kurang suka minum. Akibatnya nafsu makan

54 ternak sapi juga berkurang sehingga sulit untuk dapat gemuk. Kendala lain yaitu dalam penyediaan pakan rumput yang harus dicari jauh keluar desa, sehingga berimbas pada kemampuan anggota kelompok untuk memelihara ternak sapi. Akibatnya mereka membatasi jumlah populasi ternak yang dipelihara, walaupun mereka menyadari dengan beternak sapi sangat mendukung perekonomian keluarga terlebih bila membutuhkan keuangan untuk meneruskan sekolah anak-anak mereka. Untuk makanan konsentrat berupa ampas tahu dan dedak sulit mereka dapatkan, karena sedikitnya warga masyarakat sekitar desa yang mempunyai usaha pembuatan Tahu. Begitu juga dedak, di datangkan dari provinsi sumbar dan kabupaten Kerinci karena untuk wilayah Kabupaten Tebo sendiri masih sedikit yang bertani padi di sawah yang menghasilkan dedak. Seperti yang diungkapkan Bapak Syd. Memelihara ternak itu menguntungkan, bila butuh uang untuk anak meneruskan sekolah kita bisa langsung dapat uang dari menjual sapi. Tapi kendalanya sekarang ini mencari rumput sudah susah terlebih makanan tambahan seperti ampas Tahu, kadang-kadang kita membeli sampai ke Kabupaten Bungo. Kalau dedak ada yang jual disini tapi mahal, bila dikasih dedak terus untungnya bisa sedikit. Penanaman rumput guna pemenuhan pakan ternak sapi masih sedikit dilakukan kelompok tani Karya Agung, dikarenakan lahan yang tersedia telah digunakan untuk berkebun karet. Melakukan penanaman di pinggiran kebun dan pekarangan rumah jarang sekali dilakukan kelompok tani Karya Agung, karena mereka pikir butuh waktu lama sedangkan ternak sapi butuh pakan setiap hari. Penyelesaian masalah pakan ternak yang mereka tempuh dengan mencarikan rumput liar disekitar wilayah kebun dan desa bahkan keluar desa. Tidak adanya lahan pengembalaan bagi ternak sapi kelompok tani Karya Agung membuat cara pemeliharaan harus dengan dikandangkan, tentunya pakan ternak sapi harus dicukupi dengan mencari rumput. Selain masalah rumput, petani kesulitan mendapat indukan sapi yang baik untuk dikembangkan karena membutuhkan modal yang cukup besar dan ketersediaan indukan sapi yang terbatas. Indukan sapi betina dewasa bisa mencapai harga 5 juta sampai dengan 7 juta rupiah, dan sulit didapatkan. Sedangkan bantuan sapi bergulir dari Pemerintah Kabupaten Tebo sejak otonomi daerah belum pernah didapatkan petani. Masalah lain, adalah masalah keamanan ternak dari pencurian yang beberapa kali terjadi di Desa Giriwinangun bahkan pernah juga dialami salah seorang anggota kelompok tani Karya Agung. Ini diakibatkan kurang aktifnya kelompok tani dalam

55 menyelesaikan masalah keamanan, padahal bila melakukan semacam jadwal piket menjaga keamanan bagi ternak anggota kelompok secara bergilir maka masalah keamanan tidak akan terjadi. Masalah yang dirasakan 12 responden dalam menjalankan usaha dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 : Masalah yang Dihadapi dan Dirasakan Oleh 12 Responden Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun No Kasus Usahatani Masalah yang dihadapi P KT JU PT R BU P 1 Sarino Kebun dan Ternak 2 Pronowijono Kebun dan Ternak 3 Mukiman Kebun dan Ternak 4 Barusetyo Kebun dan Ternak 5 Sutarmin Kebun dan Ternak 6 Suryanto Kebun dan Ternak 7 Gino Kebun dan Ternak 8 Suseno Kebun dan Ternak 9 Suryadi Kebun dan Ternak 10 Misno Kebun dan Ternak 11 Yatno Kebun dan Ternak 12 Samidi Kebun dan Ternak Keterangan : P : Pupuk KT : Karet Tua JU : Jamur upas/akar putih PT : Penyakit ternak R : Rumput BU : Bibit sapi unggul P : Pencurian 5.5.2. Sumberdaya Manusia Pada awal mulanya dibentuk kelompok tani Karya Agung lebih disebabkan untuk memperoleh bantuan bergulir gaduh ternak sapi pemerintah dan bantuan bibit tanaman karet untuk kebun yang mereka miliki melalui transmigrasi. Saat bantuan masih efektif dan harus dilunasi oleh pengurus dan anggota, kelompok bisa berjalan cukup baik. Karena adanya pendampingan terus menerus dari PPL, namun saat bantuan telah berhasil dilunasi dan tidak ada lagi bantuan, kegiatan kelompok menjadi kurang tampak. ikatan-ikatan kelompok yang dulu baik kini kurang terjalin karena bantuan yang tidak ada lagi. Permasalahan sumberdaya manusia dalam penguatan kelompok tani Karya Agung, dibedakan menjadi kapasitas sumberdaya pengurus dan kapasitas sumberdaya anggota kelompok tani.

56 1) Kapasitas Pengurus Kapasitas kepemimpinan pengurus dalam mengembangkan kelompok kurang berwawasan kedepan dan kurang termotivasi untuk memajukan kelompok taninya. Terlihat dari ketidakaktifan pengurus untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kelompok yang menunjang usaha kebun dan ternak semua anggotanya. Pengurus kelompok kurang mengetahui cara berorganisasi yang baik dan benar yang dapat mengembangkan kelompok sehingga ketrampilan anggota dalam menjalankan usahataninya tidak diperhatikan. Pengurus tidak merencanakan peningkatan usahatani kebun dan ternak sapi anggota, akibatnya kondisi usaha tidak mengalami peningkatan. Masalah-masalah yang dihadapi diselesaikan dengan cara masing-masing, pengurus kelompok tidak menjadikan kelompok sebagai wadah pemecahan masalah yang dihadapi anggota. Pembagian kerja diantara pengurus dan anggota sudah tidak terlihat lagi, baik dalam pengelolaan kelompok seperti masalah administrasi kelompok dan kegiatan usahatani. Pembagian kerja dalam hal pembersihan kebun dan penanaman rumput untuk pakan ternak sudah tidak ada lagi. Anggota kelompok melakukan aktivitas usahatani secara individu. Ini menunjukkan pengorganisasian yang dijalankan pengurus lemah. Manajemen yang dijalankan pengurus lemah, dapat dilihat dengan tidak dijalankannya fungsi perencanaan kelompok dalam mengembangkan usaha, pengorganisasian kelompok yang lemah, pengembangan kapasitas anggota dan pengurus dalam mengembangkan usahatani tidak berjalan dan tidak berjalannya pengarahan bagi anggota demi peningkatan usaha kebun dan ternak. Pendidikan formal pengurus kelompok tani Karya Agung relatif rendah, ketua kelompok Bapak Sarino hanya berpendidikan sebatas SR (sekolah rakyat setingkat SD), wakil ketua Bapak Pronowijono hanya berpendidikan sebatas SLTP, sekretaris Bapak Mukiman berpendidikan sebatas SLTP, cuma bendahara kelompok Bapak Suryadi yang mempunyai pendidikan cukup baik yaitu SMA. Pelatihan pengorganisasian belum pernah diikuti pengurus maupun anggota kelompok, pengetahuan dalam mengelola kelompok hanya di dapat dari PPL setempat. Kegiatan usaha ternak sapi dan kebun memang tidak selalu memerlukan pendidikan yang tinggi namun pendidikan akan berdampak pada wawasan berpikir dan cara mengelola kelompok serta usaha yang dijalankan. Berkaitan dengan hal ini maka diperlukan suatu

57 program untuk meningkatkan pengetahuan, karena bagaimanapun besarnya potensi yang ada bila tidak didukung dengan pengetahuan maka akan sukar berkembang. Tingkat pendidikan yang rendah dapat dilihat dari tingkat pendidikan 12 responden pada Tabel 10. Tabel 10 : Tingkat Pendidikan dan Pelatihan yang Pernah Diikuti 12 Responden Kelompok Tani Karya Agung No NAMA JABATAN DI KELOMPOK 1. Sarino Ketua 2. Pronowijono Wakil Ketua 3. Mukiman Sekretaris 4. Suryadi Bendahara 5. Sutarmin Anggota 6. Suryanto Anggota 7. Gino Anggota 8. Suseno Anggota 9. Barusetyo Anggota 10. Misno Anggota 11. Yatno Anggota 12. Samidi Anggota Sumber : Kuisioner penelitian PENDIDIKAN SR SLTP SLTP SMA SLTP SLTP SD SD SLTP SD SLTP SD PELATIHAN YG DIIKUTI Sosialisasi kebun - - - - Sosialisasi kebun - Masalah hama - - - - 2) Kapasitas Anggota Kapasitas pendidikan anggota kelompok tani Karya Agung tidak jauh berbeda dengan pengurusnya, rata-rata pendidikan anggota kelompok rendah setingkat SD dan SLTP. Mereka mendapatkan ketrampilan dalam pemeliharaan ternak secara otodidak dari pengalaman, sedangkan dalam menjalankan usaha kebun karet didapatkan dari pengalaman dan bimbingan petugas PPL desa dan kecamatan. Anggota kelompok tani Karya Agung berpendapat bahwa bila kelompok tani ingin maju itu semua tergantung dari pengurus yang mengelola kelompok, sedangkan mereka hanya menurut saja apa kebijakan yang diambil dalam kelompok. Pada dasarnya mereka menginginkan kelompok dapat kuat dan berkembang dan dapat menjadi sarana pengembangan usaha. Partisipasi anggota rendah dalam pengelolaan kelompok, padahal keaktifan anggota dalam kegiatan kelompok tani dapat membantu pengurus dalam menjalankan kelompok. seperti anggota dapat membantu menjalankan administrasi kelompok dan memberikan masukan terhadap teknis pengembangan usahatani yang mereka jalankan.

58 5.5.3. Jaringan Kerjasama Anggota Jaringan kerjasama diantara para anggota kelompok tani Karya Agung pada mula terbentuknya cukup baik, saat itu dalam kelompok ada program gotong royong untuk membersihkan kebun para anggotanya dengan cara digilir pada setiap anggota hingga usaha kebun anggota secara keseluruhan dapat terpelihara. Tapi sekarang tidak ada lagi kegiatan yang dikerjakan secara berkelompok baik dalam usaha pemeliharaan kebun dan usaha pemeliharaan ternak sapi. Dalam hal pemeliharaan ternak para anggota pernah melakukan penanaman rumput jenis katria, jolondono dan sebagainya, penanaman dilakukan di lahan kebun milik kelompok seluas satu hektar. Namun sejak kebun sudah tidak ada lagi karena dijual oleh Kepala Desa pada masa itu, kegiatan penanaman rumput secara bersama pun sudah tidak ada lagi. Begitu juga kerjasama dalam mengatasi masalah penyakit ternak sapi dan kebun karet juga tidak ada lagi, kini masing-masing anggota lebih condong mengatasi masalah mereka secara sendiri-sendiri. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang responden Bapak Msn anggota Kelompok tani. Kalau dulu kegiatan kelompok ini banyak, seperti kegiatan membersihkan kebun. Kami bersama-sama membersihkan lahan kebun anggota. Itu setiap minggu digilir secara bergantian. Misalnya hari ini kebun saya, minggu depan kebun pak Sarino, tapi sekarang udah tidak ada lagi kegiatan itu. Penanaman rumput juga pernah kami lakukan dilahan milik kelompok, tapi karena lahannya tidak ada lagi sudah dijual oleh kades yang dulu, ya sekarang tidak ada lagi penanaman rumput. Sekarang untuk mendapatkan rumput udah sendiri-sendiri, mencari dikebun dan pinggiran sungai. Komunikasi para anggota kini sudah jarang terbangun hanya sebatas pembicaraan masalah kebun dan ternak sesaat setelah melakukan pengajian setiap malam jum at. Itupun tidak rutin, hanya bila ada suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum seperti masalah kehilangan ternak atau kebun yang terbakar. Seharusnya potensi pertemuan ini dapat dijadikan wadah pengembangan usaha. Menurut anggota kelompok tani karya Agung kerjasama anggota yang sudah tidak ada lagi ini dikarenakan pengurus yang tidak aktif sehingga kelompok tampak tidak ada kegiatan. Padahal menurut mereka dengan berjalan dan kuatnya kelompok dapat meningkatkan usaha kebun dan ternak sapi mereka. Bimbingan PPL yang kini sudah jarang juga menjadi hambatan tersendiri, kalau dulu mereka sering berkumpul dan terjadi komunikasi saat PPL berkunjung melakukan bimbingan tapi kini sudah

59 jarang. Saat sekarang bila anggota menemui masalah mereka langsung mencari PPL atau dinas terkait tanpa melalui kelompok lagi. Jaringan kerjasama yang banyak digeluti anggota saat ini hanya pada pihak luar atau tengkulak yang membeli hasil karet mereka, ikatan yang tercipta antara anggota kelompok dengan tengkulak sudah lama terjalin dan tengkulak dianggap sebagai penolong dalam memasarkan hasil karet mereka. Padahal, pasar lelang karet Desa Giriwinangun sudah didirikan sejak tahun 2003 yang dikelola oleh Koperasi Unit Desa Sumber Jaya. Hanya sebagian anggota kelompok yang menjual ke pasar lelang karet desa, ini disebabkan komunikasi yang terjalin antara anggota dan pengurus sudah jarang terjalin. Seharusnya pengurus dapat memfasilitasi pemasaran karet anggota, agar menjual ke pasar lelang karet yang harganya lebih tinggi dibanding dijual pada tengkulak dan timbangan di pasar lelang tentu lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya KUD merupakan potensi yang dapat dikembangkan, kelompok dapat bekerjasama dengan KUD untuk mencoba mengembangkan pemasaran di bidang penjualan ternak sapi seperti halnya usaha pasar lelang karet. Tentunya harga penjualan ternak akan lebih tinggi dan mendatangkan keuntungan pada anggota kelompok tani. Bila jaringan kerjasama diantara anggota kelompok kuat maka usahatani kebun dan ternak yang mereka jalankan akan lebih baik. Saling tukar informasi antar anggota, saling memberikan masukan dan ada keterikatan antara anggota dalam menjalankan usahatani. 5.6. Prioritas Permasalahan Kelompok Tani Karya Agung Dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Agung, ditetapkan prioritas permasalahan yang akan diselesaikan atau dicarikan jalan keluar segera. Permasalahan-permasalahan yang ada saling berkaitan satu dengan yang lainnya, prioritas permasalahan yang dihadapi oleh para anggota kelompok tani Karya Agung antara lain (1) Kapasitas SDM rendah (2) kemampuan Manajemen dan usaha anggota kelompok tani Karya Agung. Prioritas permasalahan tersebut ditentukan dari hasil wawancara dan observasi yang dibawa dan disepakati dalam forum FGD, yang dilakukan bersama para pengurus dan anggota kelompok Tani, PPL pertanian perkebunan, PPL Peternakan dan aparat Desa Giriwinangun. Pada Tabel 11 dapat disajikan prioritas dan semua permasalahan yang dihadapi kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun.

60 Tabel 11 : Permasalahan yang Dihadapi Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun NO MASALAH RINCIAN MASALAH DAMPAK 1. Kemampuan manajemen dan usaha anggota kelompok tani Pengurus dalam pengorganisasian kelompok lemah. Kurang perencanaan usaha Sulit mendapatkan pupuk bersubsidi untuk kebun Kondisi pohon karet tua dan serangan penyakit jamur upas Penyakit ternak sapi Kesulitan memenuhi pakan ternak sapi Keamanan ternak dari pencurian Kelompok lemah Tidak berorientasi produksi Pendapatan tidak maksimal Pendapatan terus menurun Ternak tidak tumbuh gemuk secara maksimal Pembatasan populasi ternak yang dipelihara 2. Sumberdaya manusia 3. Jaringan Kerjasama anggota Sumber : hasil olah data Pendidikan pengurus dan anggota rendah Kurang pengetahuan tentang cara berorganisasi yang baik. Tidak ada lagi kegiatan bersama untuk peningkatan usaha kebun dan ternak. Anggota dalam menjalankan usaha dan memecahkan masalah condong individual. Mekanisme pemasaran hasil usaha kurang menguntungkan (tengkulak) Kepercayaan,jejaring,norma yang pernah terbentuk melemah. Kelompok belum dapat menganalisis potensi dan peluang Tidak dapat menyusun rencana strategi Kelompok lemah Tidak ada saling tukar Informasi sesama anggota kelompok Tidak ada transfer pengetahuan tidak ada pertemuan rutin Penurunan pendapatan akibat pemasaran ke tengkulak 5.7. Harapan yang Diinginkan Anggota Kelompok Tani Keberadaan kelompok tani Karya Agung dapat menjadi sarana dalam upaya peningkatan pendapatan bagi keluarga petani yang bergerak pada usaha perkebunan karet dan peternakan sapi. Disamping bertujuan untuk menciptakan keharmonisan hubungan sosial kemasyarakatan antar anggota, sebagai wadah upaya penyelesaian masalah sosial yang dirasakan, untuk upaya pengembangan diri serta sebagai wadah berbagi pengalaman diantara anggota. Melalui kelompok tani diharapkan dapat

61 meningkatkan kapasitas individu yaitu meningkatkan pengetahuan dan wawasan berpikir para anggota, meningkatkan kapasitas kelembagaan, yaitu membangun kelembagaan kelompok tani mengenai pembenahan fungsi kepengurusan, menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kegotongroyongan, serta membangun norma-norma atau aturan-aturan dalam usaha mereka. Karena dalam kegiatan kelompok tani di samping dituntut bekerja ekonomis produktif juga dituntut suatu kemampuan manajerial dalam mengelola usaha yang sedang dijalankan. Dalam kaitan ini dapat berupa menggali dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan kelompok. Selain itu juga diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap-sikap berorganisasi dan pengendalian emosi yang semakin baik serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, kepedulian dan kesetiakawanan, baik diantara anggota kelompok maupun kepada masyarakat secara luas. Salah seorang Responden (Bapak Brs) mengatakan. Harapan Kami agar kelompok tani dapat berkembang dan aktif kembali, bila kelompok kuat dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam berkebun dan beternak sapi. Masalah-masalah yang kami rasakan selama ini dapat dicarikan penyelesaiannya melalui kelompok. Kelompok juga dapat dijadikan alat untuk berhubungan dengan pemerintah. Pada dasarnya yang diharapkan kelompok tani Karya Agung yaitu meningkatkan produktifitas hasil ternak sapi dan perkebunan karet mereka sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. 5.8. Ikhtisar Pengembangan usaha kebun karet dan ternak sapi pada kelompok tani Karya Agung dapat terwujud melalui penguatan kelompok tani. Pengembangan ini juga sejalan dengan program yang sedang dijalankan Pemerintah Daerah, peremajaan karet dengan Bantuan bibit unggul dan bantuan modal pengolahan lahan. Sedangkan pengembangan populasi ternak dilaksanakan pemerintah melalui pengembangan populasi ternak dengan kegiatan bantuan ternak sapi bergulir yang diberikan pada kelompok tani yang ada di Kabupaten Tebo. Walaupun masih banyak kelemahan dalam kegiatan program pemerintah, namun ada peluang yang ditawarkan program berupa pengembangan usaha. Kelompok dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan program untuk membantu mengembangkan usahatani anggota.