PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)
|
|
- Sugiarto Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM) Proses Penyusunan Rencana Program Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di tingkat Desa Tonjong ternyata menghadapi berbagai macam kendala dan masalah. Adanya kendala dan masalah baik yang dihadapi pengurus LMDH maupun masyarakat miskin di sekitar hutan mengakibatkan program kerja tidak terlaksana sesuai rencana. Sehingga manfaat dan hasil yang dicapai dari pelaksanaan kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan antara pihak Perum Perhutani dan masyarakat (LMDH) belum dapat dirasakan secara maksimal baik oleh pengurus maupun masyarakat. Berdasarkan adanya berbagai masalah yang muncul dan terungkap dari hasil wawancara, diskusi kelompok, FGD tingkat masyarakat selanjutnya pengkaji bersama pihak-pihak terkait (pengurus LMDH, aparat desa, Perum Perhutani dan masyarakat) sepakat mengadakan pertemuan untuk menyusun rencana program aksi. Pada pertemuan penyusunan rencana program aksi yang berlangsung pada hari Jumat tanggal 28 Juli 2006 pukul WIB dihadiri oleh pengurus LMDH dan perwakilan masyarakat, aparat desa serta pihak Perum Perhutani. Pertemuan ini bertujuan sebagai salah satu upaya untuk Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Desa Tonjong. Pada pertemuan FGD tingkat masyarakat yang dihadiri oleh masyarakat miskin sekitar hutan yang melakukan usaha pengelolaan lahan sekitar hutan, berhasil mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat, faktor penyebab, potensi dan alternatif pemecahan masalah. Hasil pertemuan tersebut kemudian disampaikan pada saat pertemuan FGD dalam rangka menyusun rencana program aksi. Pada saat pertemuan penyusunan rencana program aksi muncul kesadaran semua pihak bahwa untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi diperlukan dukungan semua pihak sehingga alternatif pemecahan masalah dan rencana program aksi dapat dirumuskan dengan
2 91 lebih komprehensif dan dapat memecahkan masalah. Secara keseluruhan pertemuan tersebut menyimpulkan bahwa diperlukan strategi penguatan kapasitas LMDH sebagai sarana aspirasi dan partisipasi warga masyarakat serta penguatan kapasitas individu masyarakat miskin itu sendiri. Identifikasi Masalah, Penyebab dan Potensi Berdasarkan hasil wawancara, diskusi kelompok, FGD tingkat masyarakat dan FGD dalam rangka penyusunan program rencana aksi, dapat diidentifikasi bahwa masalah, penyebab dan potensi yang dirasakan adalah sebagai berikut : 1. Kondisi kepengurusan LMDH yang tidak aktif Permasalahan utama yang dihadapi dalam upaya pengelolaan hutan bersama masyarakat adalah kondisi kepengurusan LMDH yang saat ini tidak aktif. Padahal LMDH merupakan wadah aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam program tersebut. Penyebab utama dari ketidakaktifan pengurus tersebut adalah kurangnya komitmen ketua LMDH dalam memajukan LMDH dan ketidakaktifannya yang disebabkan kesibukan dalam melakukan aktifitas pekerjaan dan kepengurusan dalam koperasi. Hal ini seharusnya tidak terjadi jika Ketua LMDH dapat menggerakkan potensi yang dimiliki kepengurusan LMDH, dimana kepengurusan LMDH Desa Tonjong telah melibatkan berbagai unsur yang terkait dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan yaitu aparat desa, organisasi lokal (LPM dan BPD dan perwakilan masyarakat di sekitar hutan. Ketidakaktifan kepengurusan LMDH juga disebabkan oleh tidak terlaksananya setiap program kerja yang telah disusun bersama antara LMDH (masyarakat dan Perum Perhutani). Adanya kendala dan hambatan yang dihadapi pengurus dalam upaya untuk merealisasikan program membuat semangat pengurus menjadi berkurang. Hal tersebut seharusnya tidak tidak terjadi jika semua pihak yang terlibat dapat menjalankan peran dan tanggungjawab sesuai dengan komitmen bersama yang telah dirumuskan dalam program kerja yang dituangkan dalam Rencana Strategi Lima Tahun (Renstra).
3 92 Penyebab lain dari ketidakaktifan pengurus juga dikarenakan belum adanya penerapan AD/ART LMDH sebagaimana mestinya. Padahal dalam AD/ART tersebut sudah jelas mengatur adanya hak, kewajian serta sanksi baik bagi pengurus maupun anggota LMDH. Ketidakaktifan pengurus LMDH juga disebabkan belum dimanfaatkannya jaringan mitra kerja LMDH secara optimal. Karena dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya hutan melalui program PHBM, LMDH merupakan mitra kerja Perum Perhutani, sehingga seharusnya adanya potensi baik pendanaan dan pembinaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pengurus LMDH. Selain itu, adanya forum komunikasi LMDH tingkat kecamatan seharusnya juga dapat dimanfaatkan oleh pengurus LMDH sebagai sarana evaluasi dan studi banding bagi pengembangan LMDH. 2. Rendahnya kapasitas individu masyarakat miskin Permasalahan utama yang dihadapi individu masyarakat miskin adalah berkaitan dengan rendahnya kapasitas mereka. Penyebab utama rendahnya kapasitas individu masyarakat miskin adalah dikarenakan rendahnya pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Tingkat pendidikan yang rendah dan keterbatasan keterampilan juga mempengaruhi kapasitas mereka. Namun demikian, adanya solidaritas diantara warga masyarakat mendukung bagi mereka untuk dapat memanfaatkan potensi yang ada diantaranya adalah potensi lahan sekitar hutan yang bisa dimanfaatkan sumber penghasilan bagi mereka. Selain itu, melalui LMDH dan Program PHBM diharapkan muncul adanya berbagai program kerja yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat yang menjadi sasaran utama dari program tersebut. Rendahnya kapasitas individu masyarakat miskin juga disebabkan oleh rendahnya kepemilikan aset dan sumber pandapatan mereka. Mata pencaharian masyarakat miskin sebagai buruh tani menyebabkan rendahnya penghasilan mereka sehingga tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pemupukan aset. Adanya potensi lahan hutan merupakan kesempatan yang sangat berarti bagi masyarakat dalam meningkatkan sumber pendapatan. Selain itu, melalui program pengembangan usaha ekonomis produktif (UEP) dari
4 LMDH diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. 93 Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, penyebab dan potensi seperti diungkapkan di atas, maka selanjutnya disusun beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain sebagai berikut : 1. Reorganisasi kepengurusan Upaya reorganisasi kepengurusan dilakukan dengan melakukan pemilihan ketua baru dan beberapa penyesuaian dalam kepengurusan. Kegiatan ini dilakukan dengan pertimbangan tidak aktifnya ketua sebagai motor penggerak kepengurusan. Selain itu, perlu juga diadakan beberapa penyesuaian personel kepengurusan dengan mengganti beberapa personel yang tidak bisa berperan secara aktif baik dikarenakan kesibukan maupun kondisi tempat tinggal yang jauh sehingga tidak bisa menjangkau masyarakat miskin di sekitar hutan. Pemilihan personel ketua dan bebepara pengurus baru dilakukan berdasarkan persyaratan untuk menjadi pengurus dan ketua sebagaimana tertuang dalam AD/ART yaitu : a. Anggota LMDH Wana Bhakti Desa Tonjong, b. mempunyai sifat-sifat kepemimpinan, c. jujur, d. bersedia dipilih, e. berdedikasi tinggi, f. sehat jasmani dan rohani, g. tidak terlibat dalam tindak pidana. Selain beberapa persyaratan tersebut, ditambahkan juga beberapa persyaratan dimana ketua dan pengurus adalah benar-benar dari masyarakat yang berdomisili di sekitar hutan, ataupun orang-orang yang berdomisili di wilayah lain di Desa Tonjong dengan syarat memiliki dedikasi dan komitmen yang tinggi bagi pengembangan masyarakat miskin di sekitar hutan.
5 94 Dengan adanya reorganisasi kepengurusan LMDH Desa Tonjong diharapkan selanjutnya dapat melaksanakan program kerja yang belum terlaksana sebelumnya dan mengembangkan program kerja yang sudah terlaksana agar menjadi lebih baik lagi. Diharapkan peran LMDH sebagai wadah masyarakat dalam Program PHBM dapat lebih baik lagi dalam upaya memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di sekitar hutan. 2. Bimbingan dan pendampingan pengurus LMDH Bimbingan dan pendampingan pengurus LMDH dilakukan dalam upaya untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan semangat pengurus dalam mengembangkan LMDH. Bimbingan dan pendampingan tersebut dilakukan oleh KSS PHBM dan Binling dan PLPS/LSM Pendamping dari KPH Balapulang. Bimbingan dan pendampingan dapat dilakukan terutama dengan melakukan pembenahan administrasi LMDH seperti kepengurusan, buku anggota, kartu anggota dan lain-lain. Dan yang lebih penting lagi pendampingan diperlukan dalam membantu LMDH menyusun dan merealisasikan program kerja khususnya yang berhubungan dengan birokrasi pada Perum Perhutani sehingga dapat dibantu untuk lebih disederhanakan/dipermudah. Bimbingan dan pendampingan juga dapat dilakukan dengan membantu pengurus dan anggota untuk menggali potensi usaha ekonomis produktif yang dapat dikembangkan oleh LMDH. 3. Pembahasan ulang program kerja Upaya pembahasan ulang program kerja dilakukan berdasarkan pertimbangan beberapa program kerja yang tidak bisa dilaksanakan karena beberapa kendala yang dihadapi pengurus. Dengan adanya penyesuaian diharapkan lebih mudah untuk dilaksanakan dan program kerja Tahun 2005 dapat dilaksanakan kembali pada Triwulan IV Tahun 2006 (Oktober-Desember) atau dilaksanakan mulai Tahun Berdasarkan hasil pertemuan penyusunan program rencana aksi diputuskan adanya penyesuaian beberapa program kerja antara lain yaitu :
6 95 - Kegiatan Pamswakarsa direncanakan mulai dilaksanakan Bulan Oktober 2006 dengan jumlah pertugas dikurangi dari 20 orang menjadi 12 orang. Sedangkan dana yang bersumber dari Perum Perhutani sejumlah Rp ,00 tidak dibagikan secara langsung tetapi dalam bentuk barang (kambing) yang dibagikan dengan cara arisan. Untuk 3 bulan awal (Oktober-Desember) disepakati kambing tersebut menjadi milik bersama LMDH dan menjadi aset usaha dari LMDH. Selanjutnya selama Tahun 2007 (12 Bulan) dibagikan kepada petugas dengan cara arisan. Pelaksanaan patroli pengamanan hutan juga dilakukan penjadwalan dengan kegiatan yang lebih mudah dan tidak memberatkan. - Kegiatan penjarangan yang tidak bisa dilaksanakan pada Tahun 2005 akan direncanakan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan penjarangan untuk Tahun Kegiatan tersebut direncanakan dilaksanakan antara Bulan Oktober-Desember Kegiatan penggemukan kambing direncanakan mulai dilaksanakan pada awal Tahun 2007 dengan mengajukan proposal ke Perum Perhutani. Dengan telah dilaksanakan kegiatan Pamswakarsa selama 3 bulan dan adanya modal usaha (swadaya) LMDH berupa 3 ekor kambing yang diperoleh dari kegiatan Pamswakarsa diharapkan proposal yang diajukan dapat disetujui pihak Perum Perhutani. Dana yang diperoleh dari Perum Perhutani selanjutnya dapat digunakan untuk mengembangkan kegiatan penggemukan kambing sehingga dapat lebih banyak sesuai target program yaitu 12 ekor. - Kegiatan tumpangsari yang selama ini dilakukan masyarakat masih terus dikembangkan selama masih menghasilkan. Sementara untuk lokasi hutan yang tanamannya mulai besar dan tinggi, akan diupayakan adanya budidaya penanaman tanaman jarak. 4. Sosialisasi, pembahasan dan penerapan AD/ART Kegiatan sosialisasi AD/ART dilakukan karena selama ini tidak semua pengurus belum mengetahui AD/ART sehingga belum mengetahui peran tanggung jawab serta hak dan kewajibannya sebagai pengurus maupun anggota. Kegiatan ini dilakukan melalui media pertemuan pengurus bulanan yang dilakukan secara bertahap diawali dengan adanya sosialisasi AD/ART
7 96 yang selama ini masih merupakan format awal dari Perum Perhutani. Tahap selanjutnya dilakukan pembahasan AD/ART disesuaikan dengan kebutuhan dan aspirasi dari seluruh pengurus dan anggota. Selanjutnya setelah dibahas dan disepakati bersama maka AD/ART tersebut dapat mulai diterapkan dan menjadi aturan main bersama yang mengatur hubungan diantara pengurus dan anggota LMDH. 5. Optimalisasi jaringan mitra kerja Optimalisasi jaringan mitra kerja dilakukan dengan memperkuat komitmen dan kerjasama dengan Perum Perhutani. Sehingga diantara kedua belah pihak dapat memberikan peran dan tanggung jawabnya sebagaimana telah tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama. Selain itu, LMDH juga harus memulai memanfaatkan adanya Forum Komunikasi LMDH tingkat Kecamatan sebagai upaya untuk meningkatkan kerjasama dan saling studi banding dalam upaya mengembangkan LMDH. 6. Pelatihan keterampilan usaha tani Kegiatan pelatihan keterampilam usahatani didasari adanya kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya khususnya mengenai pertanian. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan para petani (masyarakat miskin di sekitar hutan) dalam mengolah dan meningkatkan hasil pertaniannya. Selain itu, diperlukan juga pelatihan keterampilan pengolahan hasil usahatani mereka agar hasil yang mereka dapatkan menjadi bernilai guna. 7. Pengembangan kegiatan tumpangsari Selama ini kegiatan tumpangsari dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan dengan melakukan pengolahan lahan sekitar hutan sengan tanaman palawija seperti : singkong, jagung, kacang tanah dan lain-lain. Dari tanaman palawija tersebut masyarakat mendapatkan hasil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Akan tetapi, kegiatan yang dilakukan masyarakat ini tidak akan dapat bertahan lama seiring dengan perkembangan tanaman pokok hutan yaitu jati. Karena jika tanaman jatinya semakin tinggi dan besar maka produktifitas tanaman tumpangsari menjadi berkurang.
8 97 Untuk itu pada kesempatan pertemuan penyusunan program dicarikan upaya alternatif bagi pengembangana kegiatan tumpangsari. Dan alternatif yang disepakati adalah dengan berupaya untuk melakukan ujicoba dengan budidaya penanaman tanaman jarak. 8. Pengembangan program UEP Program usaha ekonomis produktif merupakan salah satu program kerja LMDH dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan bagi masyarakat miskin sekitar hutan. Program usaha ekonomis produktif yang dimiliki LMDH adalah usaha penggemukan kambing. Usaha ini dipilih karena merupakan kegiatan yang mudah dan cepat berkembang di Desa Tonjong karena adanya potensi sumber makanan bagi kambing. Usaha penggemukan kambing juga merupakan usaha yang biasa dilakukan oleh masyarakat sehingga dapat dengan mudah dilakukan. Sedangkan pengembangan program usaha ekonomis produktif yang akan dilakukan oleh LMDH bersama masyarakat adalah usaha pengolahan hasilhasil pertanian masyarakat. Di antaranya adalah usaha pengolahan hasil tanaman singkong dalam bentuk keripik singkong dan opak dari singkong. Kegiatan ini diawali dengan pelatihan keterampilan pengolahan singkong yang dilakukan pengurus LMDH dengan bekerjasama dengan dinas terkait. Melalui usaha ini diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya. Selanjutnya gambaran tentang identifikasi masalah, penyebab, potensi dan alternatif pemecahan masalah dalam pengembangan kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Tonjong dalam dilihat pada tabel berikut ini :
9 98
10 99 Program Aksi Berdasarkan hasil identifikasi masalah, penyebab, potensi dan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya disusun program aksi bagi Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Desa Tonjong adalah sebagai berikut : 1. Program Penguatan Kapasitas LMDH Program penguatan kapasitas LMDH dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain : a. Pemilihan ketua LMDH baru Upaya pemilihan ketua baru LMDH dilakukan karena ketua lama tidak bisa aktif lagi dalam menggerakkan LMDH. Dengan adanya kegitan ini diharapkan dapat terpilih ketua LMDH baru yang memenuhi kriteria, berkualitas dan memiliki komitmen yang tinggi pada pengembangan LMDH dan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di sekitar hutan. Berdasarkan keputusan dalam pertemuan penyusunan rencana program diputuskan bahwa kriteria figur calon ketua LMDH baru adalah yang memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam AD/ART. Selain itu juga diharapkan figur yang muncul adalah yang benar-benar berasal dari masyarakat miskin sekitar hutan, atau kalaupun tidak berasal dari masyarakat miskin sekitar hutan tapi harus memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan LMDH. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah terpilihnya ketua LMDH baru dengan kepemimpinan yang didukung oleh pihak perum perhutani, aparat desa, pengurus dan anggota LMDH. Dengan adanya dukungan tersebut maka diharapkan perkembangan LMDH dan realisasi program kerja dapat tercapai dengan mudah. Sasaran pelaksanaan kegiatan ini adalah pengurus dan anggota LMDH yang didukung oleh aparat desa dan pihak Perum Perhutani. Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan paling lambat pada Bulan September 2006.
11 100 b. Pertemuan rutin pengurus dan anggota Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempererat hubungan kekerabatan dan kerjasama diantara pengurus dan anggota. Melalui pertemuan rutin tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menyusun langkah-langkah pelaksanaan program kerja dan mencarikan solusi pemecahan masalah secara bersama-sama jika terdapat masalah/hambatan/ kendala dalam melaksanakan program kerja. Kegiatan pertemuan pengurus dan anggota ini direncanakan dilaksanakan secara rutin setiap sebulan sekali dengan tempat secara bergantian di rumah-rumah anggota pengurus LMDH Desa Tonjong. Dalam setiap kegiatan pertemuan rutin juga direncanakan akan diawali dengan pengajian atau siraman rohani yang berkaitan dengan pelestarian hutan. Indikator keberhasilan dari kagiatan ini adalah adanya peningkatan kekerabatan dan kerjasama diantara pengurus dan anggota LMDH. Selain itu juga adanya peningkatan keberhasilan pengurus dan anggota dalam merealisasikan program kerja. Sasaran pelaksana dari kegiatan ini adalah pengurus dan anggota LMDH Desa Tonjong dan setiap 2/3 bulan sekali pertemuan juga mengundang pihak Perum Perhutani. Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksankaan 1 bulan sekali secara berkelanjutan. c. Bimbingan dan pendampingan dari pihak terkait Kegiatan bimbingan dan pendampingan bagi pengurus LMDH dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian LMDH dalam mengembangkan LMDH serta menyusun dan merealisasikan program. Kegiatan ini dilakukan oleh Perum Perhutani dalam hal ini oleh KSS PHBM dan Binling/LSM Pendamping. Kegiatan ini dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. Kegiatan pendampingan ini bisanya dilakukan dengan pembenahan administrasi seperti pengurus, buku anggota dan lain-lain. Selain itu, pendampingan juga dapat dilakukan dengan membantu pengurus LMDH
12 101 dalam merealiasikan program, khususnya kegiatan-kegiatan yang terkait dengan Perum Perhutani. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah meningkatnya kemandirian LMDH. Jika LMDH telah mandiri dan bisa merealisasikan semua program kerja, maka kegiatan pendampingan lama-kelamaan bisa dikurangi bahkan tidak perlu lagi pendampingan karena dianggap sudah mandiri. 2. Program Penguatan Kapasitas Individu Masyarakat Miskin Program penguatan kapasitas individu masyarakat miskin dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain : a. Pelatihan keterampilan usahatani dan pengolahan hasil pertanian Kegiatan pelatihan dan keterampilan sangat diperlukan bagi masyarakat miskin di sekitar hutan dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat lebih berdaya dan mandiri dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat mengenai usahatani dan pengolahan hasil usahataninya sehingga lebih bernilai secara ekonomis. Secara teknis kegiatan ini dilakukan oleh pengurus LMDH bekerjasama dengan dinas terkait seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat oleh Dinas Pertanian tentang pengolahan usahatani sehingga produktifitasnya dapat meningkat. Kegiatan juga dapat disempurnakan dengan memberikan pelatihan tentang pengolahan hasil pertanian tersebut yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Berkaitan dengan potensi lahan disekitar hutan di Desa Tonjong maka tanaman yang produktifitasnya tinggi adalah tanaman singkong. Selanjutnya pengolahan hasil singkong dapat dikembangkan dengan usaha pembuatan keripik singkong dan opak singkong. Indiktor keberhasilan dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dari masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan usaha tani dan pengolahan hasil pertanian. Dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan maka masyarakat dapat melakukan usaha baru yaitu
13 102 pembuatan keripik singkong dan opak singkong. Dengan adanya usaha baru masyarakat tersebut maka diharapkan dapat juga meningkatkan pendapatan warga masyarakat di sekitar hutan. b. Pemberian modal bergulir bagi kegiatan usaha ekonomis produktif Selama ini program usaha ekonomis produktif yang biasa dilakukan oleh masyarakat dan saat ini sudah diprogramkan oleh LMDH adalah usaha penggemukan kambing. Selain adanya usaha tersebut, LMDH juga diharapkan dapat mengembangkan potensi-potensi usaha ekonomis produktif yang dapat dikembangkan bagi masyarakat miskin di sekitar hutan. Dengan adanya program pelatihan keterampilan usaha tani dan pengolahan hasil usaha tani diharapkan pula masyarakat memiliki usaha baru dalam pembuatan keripik singkong dan opak singkong. Untuk itu diharapkan juga adanya pemberian modal bergulir bagi warga masyarakat untuk kegiatan tersebut. Sehingga tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan kesempatan dan peluang usaha bagi warga masyarakat miskin di sekitar hutan. Untuk melaksanakan kegiatan ini tentunya perlu adanya kerja keras dari pengurus dalam melakukan kerjasama dan mengajukan proposal kegiatan UEP baik pada Perum Perhutani maupun pihak instansi terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan lain-lain. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah munculnya usaha baru bagi masyarakat sehingga diharapkan dapat meningkatkan modal dan kepemilikan aset bagi masyarakat. Sehingga sasaran kegiatan ini adalah warga masyarakat miskin sekitar hutan yang menjadi anggota LMDH. Selanjutnya gambaran tentang program aksi bagi pengembangan kelembagaan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Desa Tonjong dalam dilihat pada tabel berikut ini :
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di
Lebih terperinciANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)
ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM) Kapasitas Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kegiatan pengelolaan hutan berbasis masyarakat dilakukan dengan jiwa berbagi yang meliputi
Lebih terperinciPROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE
PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,
Lebih terperinciLampiran 1 : Pedoman Pengumpulan Data (Wawancara, FGD, dan Observasi Kajian Pengembangan Masyarakat).
123 Lampiran 1 : Pedoman Pengumpulan Data (Wawancara, FGD, dan Observasi Kajian Pengembangan Masyarakat). A. PETA SOSIAL DESA 1. Bagaimana sejarah terbentuknya Desa Glandang, Program Pemerintahan Desa
Lebih terperinciVII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah
VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas
Lebih terperinciRANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI
RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
28 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Implementasi Program PHBM di Perum Perhutani KPH Cepu Salah satu bentuk kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Perhutani untuk menangani masalah pencurian kayu dan kebakaran
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN
VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM
VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyediaan lahan untuk areal pemukiman dan fungsi-fungsi lainnya menjadi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan masyarakat desa sekitar hutan tidak bisa dipisahkan dari keberadaan hutan tempat mereka menggantungkan hidupnya. Tingginya angka kemiskinan dan laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada paradigma kehutanan sosial, masyarakat diikutsertakan dan dilibatkan sebagai stakeholder dalam pengelolaan hutan, bukan hanya sebagai seorang buruh melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis.
Lebih terperinciVII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG
78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah suatu program pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan bersama dengan jiwa berbagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi ekologi dan sosial yang tinggi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian
34 III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Kajian ini menggunakan tindak eksplanatif. Tindak eksplanatif adalah suatu kajian yang menggali informasi dengan mengamati interaksi dalam masyarakat. Interaksi yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi dan politik yang terjadi sejak akhir tahun 1997 telah menghancurkan struktur bangunan ekonomi dan pencapaian hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial selama
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Pada Bab IV ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP Pada Bab IV ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran dipaparkan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis pada bab sebelumnya. 4.1 Kesimpulan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 5 Tahun 2011 Seri E Nomor 5 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciVII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG
48 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG Berdasarkan data baik masalah maupun potensi yang dimiliki oleh kelompok, maka disusun strategi program
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi hutan yang semakin kritis mendorong pemerintah membuat sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan pengelolaan hutan. Komitmen tersebut
Lebih terperinciANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan
ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan Nina Herlina, Syamsul Millah, Oding Syafrudin Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan seluas 2,4 juta Ha di hutan
Lebih terperinciGambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM
A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi
Lebih terperinciDAMPAK EKONOMI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PADA PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
DAMPAK EKONOMI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PADA PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR Theresia Avila *) & Bambang Suyadi **) Abstract: This research was conducted to determine
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 958, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kemitraan Kehutanan. Masyarakat. Pemberdayaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENHUT-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara mempunyai konstitusi yang digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi tertinggi yang digunakan oleh
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciPEDOMAN PENGUMPULAN DATA (WAWANCARA) Pertanyaan untuk Perum Perhutani KPH Kedu Utara di RPH Temanggal
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA (WAWANCARA) Pertanyaan untuk Perum Perhutani KPH Kedu Utara di RPH Temanggal 1) Karakteristik Narasumber a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : d. Pendidikan : e. Jabatan : 2)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciVI. GAMBARAN APKI SECARA UMUM
VI. GAMBARAN APKI SECARA UMUM Gambaran APKI secara umum menjelaskan bagaimana sejarah, maksud, tujuan, dan peranan APKI guna memberdayakan petani kelapa yang selama ini selalu diposisikan sebagai pemasok
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 25 Tahun 2002 Seri: D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai modal dasar pembangunan perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Luas kawasan hutan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSTRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN
STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT
Lebih terperinciLampiran 1 Kuisioner Pengunjung Wana Wisata Kawah Putih Ciwidey KUISIONER PENGUNJUNG
LAMPIRAN 50 51 Lampiran 1 Kuisioner Pengunjung Wana Wisata Kawah Putih Ciwidey KUISIONER PENGUNJUNG No. Kuisioner... INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kami mahasiswa Institut Pertanian Bogor sedang melaksanakan
Lebih terperinciPROFIL LMDH TLOGO MULYO
32 PROFIL LMDH TLOGO MULYO Sejarah Berdiri LMDH Tlogo Mulyo merupakan lembaga masyarakat desa hutan yang berada di Desa Tlogohendro Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan. LMDH Tlogomulyo termasuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAJENE
PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Upaya pembangunan perkebunan rakyat yang diselenggarakan melalui berbagai pola pengembangan telah mampu meningkatkan luas areal dan produksi perkebunan dan pendapatan nasional,
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 60 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG KELOMPOK USAHA BERSAMA BAGI WARGA TIDAK MAMPU DAN RENTAN SOSIAL EKONOMI DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciVIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA
92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA
PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciKEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA
KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang
Lebih terperinciKEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM
KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 39 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA PADA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciBAB III Tahapan Pendampingan KTH
BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan
Lebih terperinciVI. PEMSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT SECARA PARTISPATIF
VI. PEMSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT SECARA PARTISPATIF 6.1. Latar Belakang Rancangan Program Kondisi dan tingkat partisipasi yang dapat dilihat dari para anggota kelompok tani Saluyu di Desa Pangadegan,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kesimpulan dari hasil penelitian berikut dengan beberapa rekomendasi yang
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian ini mengenai Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di Kawasan Hutan Lindung Desa Manadalamekar, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya yang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPETA SOSIAL KOMUNITAS
PETA SOSIAL KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 1 telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah melakukan pemetaan sosial dan masalah sosial yang penting dan sangat dirasakan oleh masyarakat sehingga
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciOleh: Elfrida Situmorang
23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok
Lebih terperinciBrief no. 03. Policy Analysis Unit. Latar Belakang. Desember 2010
Desember 2010 Brief no. 03 Policy Analysis Unit Sekolah Lapangan Pengelolaan Sumberdaya Alam (SL-PSDA): upaya peningkatan kapasitas LMDH dalam pembangunan hutan melalui PHBM (di KPH Malang) Latar Belakang
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 (1)
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)
Lebih terperinciTINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA
TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENILAIAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PADA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN TSP merupakan suatu komitmen dari dunia usaha untuk bertidak secara etis dengan memberi kontribusi bagi pengembangan masyarakat di sekitar operasionalisasi perusahaan. Dalam
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperincic. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBANTUKANLEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa dalam usaha menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang potensial untuk menopang perekonomian nasional. Usaha Kecil Menengah telah memberikan sumbangan yang nyata
Lebih terperinciKEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Deskripsi Program Program Pengembangan Kecamatan adalah Program Nasional yang bertujuan memberantas kemiskinan dan memperbaiki tata
Lebih terperinciBAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN
111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan
Lebih terperinci72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN
72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN 7.1. PENYUSUNAN STRATEGI PROGRAM Rancangan strategi program pemberdayaan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) pada tanggal 24 Desember 2007, jam 09.30
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN TEMUAN KAJIAN
KAJIAN PERAN PEMERINTAH DALAM PNPM P2KP TIM 7 KAJIAN PERAN PEMDA PT. DWIKARSA ENVACOTAMA KESIMPULAN DAN TEMUAN KAJIAN 1 KESIMPULAN UMUM KOORDINASI (PP1)!! Koordinasi antar dinas hanya sebatas instansi
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR
Lebih terperinciVI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Berdasrkan Tim Studi PES RMI (2007) program Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) DAS Brantas melibatkan beberapa
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI
PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI Candra Wahyu Hidayat Universitas Kanjuruhan Malang hidayatcandra76@yahoo.com Ida Nuryana Universitas Kanjuruhan
Lebih terperinciSkim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)
28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang:
Lebih terperinci