PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mengacu dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan untuk kurun waktu dengan dasar INPRES No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.394/Kpts/RC.120/11/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pertanian , pembangunan subsektor peternakan diarahkan pada upaya revitalisasi peternakan sebagai bagian dari revitalisasi pertanian nasional. Subsektor peternakan memberikan konstribusi yang cukup nyata pada kinerja pembangunan pertanian, baik sumbangan langsung berupa PDB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui ekspor dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung seperti penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sektor lainnya. Peran subsektor peternakan dalam pembangunan dapat diwujudkan melalui tujuan pembangunan peternakan, yakni: (1) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, (2) memenuhi konsumsi pangan asal ternak, (3) bahan baku industri dan ekspor, (4) menyediakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, (5) meningkatnya kelembagaan peternak, dan (6) mencapai keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian SDA peternakan. Pembangunan produksi peternakan menjadi penting sebagai bagian dari upaya-upaya untuk menciptakan suatu pembangunan yang baik dan perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai unsur yang ada. Peran pemerintah, swasta dan masyarakat secara bersama harus menjadi pemegang kendali. Peran pemerintah lebih banyak kepada peran-peran stimulasi, dinamisasi, regulasi dan fasilitasi bagi masyarakat dan pelaku usaha peternakan. Sedangkan partisipasi masyarakat perlu terus didorong dan diberi tempat sejak perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan untuk keberlanjutan pembangunan. Guntoro (2006) mengungkapkan bahwa seluruh kebutuhan daging secara nasional sebanyak 26,60 persen dipenuhi dari daging sapi. Pada tahun 2005

2 populasi sapi potong di Indonesia sebesar 10,7 juta ekor, produksi daging sebesar 335 ribu ton dan konsumsi daging sapi sebesar 1,71 kg/kapita/tahun. Kebutuhan daging sapi di Indonesia terus meningkat guna mencukupi kebutuhan protein hewani dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Oleh karena itu pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah yang potensial perlu ditingkatkan. Provinsi Maluku merupakan Provinsi Kepulauan dengan luas ,69 km 2 yang terdiri dari 812 pulau yang bervariasi mulai dari yang pulau-pulau kecil sampai pulau-pulau besar. Sebagai Provinsi Kepulauan, Maluku memiliki daratan seluas km 2. Kabupaten Seram Bagian Barat adalah salah satu Kabupaten baru berdasarkan pemekaran wilayah pada tahun 2004, sesuai UU No 40 Tahun Luas Wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat kurang lebih km 2 dan terdapat 10 pulau, terbagi atas 4 Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat, dengan jumlah Desa sebanyak 89 buah, jumlah Dusun sebanyak 129 buah, jumlah sungai sebanyak 29 buah, sehingga menyimpan potensi yang sangat berlimpah untuk di dayagunakan (BPS, 2006). Populasi ternak sapi potong di Maluku tahun 2003 sebanyak ekor dan tahun 2004 sebanyak ekor. Sedangkan pemotongan sapi di Maluku di tahun tahun 2004 sebanyak ekor, tahun 2005 sebanyak ekor. Produksi daging sapi tahun 2003 sebanyak kg, tahun 2004 sebanyak kg, tahun 2005 sebanyak kg, tahun 2006 sebanyak kg diikuti dengan konsumsi daging sapi tahun 2003 sebanyak 1,82 kg/kapita/tahun, tahun 2004 sebanyak 1,90 kg/kapita/tahun, tahun 2005 sebanyak 2,55 kg/kapita/tahun, tahun 2006 sebanyak 2,59 kg/kapita/tahun. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan konsumsi daging sapi yang perlu diimbangi dengan peningkatan produksi. Sejalan dengan itu prioritas program Dinas Pertanian Provinsi Maluku tahun akan bertumpuh pada; (1) pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat, dan (2) daya saing berkelanjutan yang salah satu targetnya adalah swasembada daging tahun Jumlah ternak sapi potong di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2004 sebanyak ekor, tahun 2005 sebanyak ekor, sedangkan tahun 2006 sebanyak ekor. Hal ini berarti terjadi ketidak stabilan perkembangan populasi

3 di tahun 2004 dan 2005, di tahun 2005 terjadi perkembangan yang signifikan. Produksi daging sapi di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2004 sebanyak kg, tahun 2005 sebanyak kg dan tahun 2006 sebanyak kg. Konsumsi daging tahun 2005 sebanyak 1,47 kg/kapita/tahun, tahun 2006 sebanyak 1,43 kg/kapita/tahun. Konsumsi daging asal ternak sapi potong terus meningkat, namun tingkat produksi dibandingkan dengan konsumsi belum berimbang. Untuk meningkatkan hal ini perlu diimbangi dengan meningkatkan produksi agar menjawab kebutuhan konsumen di daerah maupun di luar daerah. Sejarahnya perkembangan pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Seram Bagian Barat sudah dilakukan sejak tahun 1960-an dan berkembang di tahun 1970-an dengan pemasukan bantuan bibit ternak dari Nusa Tenggara melalui program bantuan Pemerintah, bahkan di tahun ternak sapi potong ini dipasok dari Maluku ke Provinsi Papua, salah satu sumber pemasokan adalah wilayah Maluku Tengah yang juga termasuk wilayah Seram Bagian Barat. Pengembangan usaha peternakan sapi potong di daerah ini perlu didukung oleh berbagai faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah ketersediaan lahan, bibit, pakan serta manajemen dalam pengelolaan usahanya dan modal. Sedangkan faktor eksternal adalah sarana dan prasarana produksi usaha. Menurut Rahardi dan Hartono (2003), faktor internal dapat dipengaruhi oleh lokasi usaha, modal, peternak, dan ternak. Faktor eksternal meliputi pasar, teknologi, kondisi ekonomi nasional dan kebijakan pemerintah. Potensi sumberdaya alam terkait dengan ketersediaan lahan dan potensi hijauan sangatlah mendukung pengembangan usaha peternakan sapi potong di daerah ini mengingat sumberdaya lahan dan padang penggembalaan diperkirakan seluas ha. Areal seluas ini dapat menampung unit ternak, selain itu potensi daerah transmigrasi juga dapat digunakan secara intensif yang lahannya seluas ha untuk daerah Maluku, yang di dalamnya terdapat Kabupaten Seram Bagian Barat (Dinas Pertanian, 2005). Program pengembangan usaha di bidang peternakan khususnya untuk sapi potong dengan menggunakan teknologi seperti IB (Inseminasi Buatan), penggemukan, penggunaan pakan unggulan, dan sebagainya menjadi target untuk peningkatan produksi, namun masih terkandas di tengah jalan, karena keterbatasan

4 sumberdaya manusia khususnya peternak. Peternak lebih mengandalkan kemampuannya secara tradisonal dalam proses pengelolaan usahanya. Sebagian besar usaha peternakan sapi potong yang dikelola peternak di Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan tipe cabang usaha. Sistem pemeliharaan yang dilakukan umumnya tidak menggunakan kandang dan peternak saat menggembalakan ternaknya dilepaskan begitu saja untuk merumput. Setelah selesai penggembalaan, ternak itu diikat pada pohon-pohon dan dibiarkan begitu saja. Bahkan dilepaskan begitu saja, pada sore hari ternak digiring ke rumah dan dilepaskan pada halaman rumah, ada yang membiarkan ternaknya berada di lahan perkebunan, ada yang membuat areal khusus yang tidak berjauhan dari lokasi perumahan peternak, ada yang membiarkannya tertampung pada lapangan rumput yang luas dan dibiarkan begitu saja di lokasi tersebut. Bahkan ada ternak yang tidak dikontrol oleh peternak sehingga ternaknya merumput di lokasi perkebunan orang yang dapat mengakibatkan ternak sapi memakan tanaman perkebunan orang; ini perilaku yang tidak bertanggung jawab terhadap usahanya, tetapi ada juga peternak yang melakukan pemberian makan bagi ternak dengan memotong rumput setiap hari dan memberikan secara langsung bagi ternaknya. Peternak yang menggunakan kandang, biasanya memotong rumput pada pagi dan sore hari kemudian diberikan secara langsung bagi ternaknya. Upaya penanggulangan terhadap berbagai perilaku yang muncul dalam pengelolaan usaha peternakan telah banyak dilakukan oleh dinas peternakan, yakni dengan mencetuskan program-program pemberdayaan masyarakat, tetapi pola dan strategi dalam pelaksanaan program masih belum berhasil, untuk itu perlu adanya pengkajian lanjutan terhadap berbagai program yang telah dilakukan, perubahan sistem pengelolaannya, terutama adalah bagaimana sistem kelembagaan yang ada dapat mengubah cara pandang peternak (mind set), diharapkan adanya kesediaan atau keterbukaan peternak untuk menerima sesuatu yang baru, menentukan efektifnya dia belajar serta adanya sikap mental yang secara terbuka menerima pengetahuan-pengetahuan baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan. Bila di bandingkan dengan uraian data yang telah dipaparkan pada bagian awal (data populasi, produksi daging dan konsumsi), maka masalahnya adalah

5 permintaan dan penyaluran ternak sapi potong belum berimbang dalam pemenuhan kebutuhan daging, hal ini harus menjadi perhatian yang serius dalam pengelolaan dan penanganannya oleh berbagai unsur terkait khusus peternak sebagai pengelola usahanya. Indikasi ini memperlihatkan bahwa harus ada penanganan baik dari segi teknis peternakan guna peningkatan produksi usahanya, maupun membuka wawasan peternak untuk mampu berusaha secara strategik dan profesional dengan jalan meningkatkan mutu peternak dalam berusaha, sehingga kelak peternak mampu mengkombinasikan pengalaman yang dimiliki dengan penyerapan inovasi terhadap teknologi yang ada sebagai upaya perubahan perilaku peternak melalui proses pendidikan (pendidikan non formal) dan pembelajaran. Kajian secara teknis untuk perubahan perilaku peternak berorientasi pada peningkatan kompetensi, kenyataannya kompetensi yang dimiliki peternak sapi potong masih sangat rendah, buktinya masih terdapat pemahaman yang sempit atau dangkal pada peternak dalam pengelolaan usahanya, misalnya; bibit yang unggul peternak tahu, tetapi cara untuk mempertahankan dan memperbanyak bibit unggul masih sangat terbatas, pakan yang unggul berupa hijauan makanan ternak (rumput dan leguminosa) tersedia melimpah namun belum dimanfaatkan secara baik, konsentrat (ampas tahu, bungkil kelapa, dedak padi) ternyata tersedia melimpah, sistem pemeliharaan sangat bervariasi dan belum memenuhi syaratsyarat pemeliharaan yang baik bila disesuaikan dengan kondisi daerah yang ada, sistem penggemukan umumnya belum dilakukan peternak dan teknis lainnya yang harus menjadi prasyarat dalam pengelolaan usaha peternakan sapi potong belum dilakukan dengan baik. Hal Ini berarti tingkat kompetensi teknis perlu mendapat perhatian dalam implementasi pengembangan usaha. Peternak belum mampu membaca peluang pasar, umumnya peternak belum berani mengambil resiko dalam proses pengambilan keputusan, kemampuan mandiri atau ketergantungan masih terus berlangsung, belum berfungsi sebagai pendorong, dengan kata lain peternak belum mempunyai kemampuan yang tinggi melihat dan menilai peluang bisnis, dan mengumpulkan kemampuan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan bertindak tepat untuk memastikan sukses, orientasi individu (peternak) hanya

6 untuk target keuntungan serta memenuhi kebutuhan jangka pendek saja. Ini berarti perlu adanya peningkatan kompetensi peternak dalam berwirausaha. Hasil penelitian Tim Peneliti UNPATTI kerjasama dengan BAPEDA tahun 2006, di Kabupaten Seram Bagian Barat memperlihatkan bahwa sistem pemeliharaan yang bervariasi (umumnya sistem eksternal tradisional secara lepas) dengan pola pemeliharaan ikat dan menggunakan kandang namun konstruksinya sangat sederhana, daya dukung fisik dijumpai ketersediaan air, hijauan dan leguminosa serta limbah pertanian sangat mendukung, karena tersedia melimpah, peternak memiliki pengetahuan tentang penyakit, namun sebagian besar peternak tidak pernah melakukan tindakan pencegahan penyakit tetapi melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit, penjualan ternak dilakukan langsung ke pedagang (pedagang membeli di lokasi peternak). Peranan penyuluh sebagai agen pembaruan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, penyebabnya adalah; (1) daerah kerja penyuluh sangat luas dan tersebar, tanpa ditunjang oleh ketersediaan sarana yang memadai, (2) rasio penyuluh dengan petani-peternak tidak seimbang, dan (3) kurangnya perhatian dari instansi terkait dalam pemantauan petugasnya, kelompok tani-peternak kurang efektif. Kendala dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong, di antaranya adalah, (1) konsumsi masyarakat terhadap daging cukup tinggi, namun tidak diimbangi produksi yang mencukupi, (2) perilaku peternak yang sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, (3) SDM peternak yang rendah (peternak tidak kreatif dan inovatif), (4) tingkat pendapatan yang masih rendah, (5) pengelolaan SDA yang sangat terbatas dalam pengembangan usaha khusus untuk pengadaan pakan ternak (6) pemanfaatan lahan yang belum dilakukan sesuai dengan tujuan usaha, (7) peternak belum mampu memilih dan membaca peluang, (8) peternak belum berani mengambil resiko dengan pengambilan keputusan yang tepat (9) akses informasi yang masih terbatas dan belum dimanfaatkan semaksimal mungkin, (10) tenaga penyuluh yang belum berjalan secara efektif sesuai harapan, (11) sarana dan prasarana produksi usaha belum memadai, dan (12) pengaruh nilai, sosial dan budaya.

7 Dari seluruh kendala yang telah diungkapkan dapat dikelompokkan menjadi tiga komponen utama yang menjadi penyebab, yakni; (1) kompetensi peternak rendah (kompetensi teknis dan kompetensi wirausaha), (2) keberdayaan peternak rendah, dan (3) berbagai faktor internal maupun eksternal sebagai pendukung utama dan penunjang dalam pengembangan usaha perlu mendapat dukungan dari berbagai unsur terkait. Bila tingkat kompetensi peternak rendah lebih memperburuk usaha peternakan sapi potong di masa mendatang, dari segi teknis peternak tidak memiliki hasil produksi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan kualitas ternak sapi potong rendah, misalnya bobot badan sapi kecil serta peternak tidak akan mampu mengembangkan usahanya yang mengakibatkan pendapatan peternak rendah. Selanjutnya peternak tidak mampu bersaing dalam dunia usaha-bisnis di masa-masa yang akan datang. Pola pembaharuan dalam pengelolaan usaha peternakan sapi potong dengan cara meningkatkan kompetensi peternak berupa perbaikan sistem pemeliharaan yang lebih kreatif dan inovatif, serta memadukan pengalaman peternak dengan penggunaan teknologi tepat guna, misalnya; sistem pemeliharaan yang berpola integratif, sistem penggemukan dengan perpaduan teknologi yang tepat. Peternak harus mampu melihat dan menilai peluang yang ada, mengembangkan sumberdaya serta mampu mengambil resiko buruk, bekerja dan berusaha keras, mampu mengambil keputusan yang tepat dan menguntungkan, salah satu pilihan adalah polanya harus berorientasi pasar (market oriented) bahkan mungkin ke orientasi masyarakat (societal oriented) agar menjadi wirausaha yang kompeten. Sesorang wirausaha yang handal dan sukses caranya adalah meningkatkan kemampuan intelektualnya melalui pengetahuan dan skill atau keterampilan karena dengan memiliki pengetahuan yang luas, maka wawasan dan cara berpikir akan berubah, belajar berupaya memperoleh berbagai informasi, belajar memecahkan masalah, belajar mengambil keputusan sendiri dengan sikap mental positif agar dapat memperkaya wawasan peternak guna meningkatkan keterampilannya disertai dengan sikap motivasi untuk selalu berprestasi, kreatif, inovatif membentuk kepribadian wirausaha.

8 Kemampuan dan wewenang harus menjadi kekuatan dalam pengembangan usaha artinya wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam pengelolaan usahanya (kemandirian). Kompetensi dan komitmen, peternak harus memiliki pengetahuan yang tinggi disertai dengan komitmen yang kuat agar mempunyai ketegaran, tahan uji dalam pengelolaan usahanya (berhasil guna dan berdaya guna). Upaya untuk mengubah perilaku manusia merupakan fokus kajian utama dalam mempelajari faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi seseorang setelah melihat kejadian-kejadian yang menimpa diri orang itu serta tidak mengalami perubahan, selanjutnya bagaimana pola pembentukan perilaku baru agar dapat mengakibatkan kualitas kehidupan orang bersangkutan menjadi lebih baik. Isac dan Michel (Asngari, 2001) mengemukakan ada tiga kawasan yang membentuk perilaku seseorang, yaitu kawasan kognitif (pengetahuan) kawasan afektif (sikap) dan kawasan psikomotorik (keterampilan). Hal ini dapat diwujudkan melalui adanya pemberdayaan masyarakat yang strategik terkait dengan pengembangan usaha peternakan sapi potong dengan dititik beratkan pada kompetensi peternak (peningkatan kapasitas, pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan) agar peternak mampu membangun dirinya sendiri (memperbaiki kehidupannya sendiri). Peternak harus mampu atau berdaya, tahu atau mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan, melihat peluang, dapat memanfaatkan peluang, bersinergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani menghadapi resiko, mampu mencari dan menangkap informasi, mampu bertindak sesuai situasi. Peternak harus diarahkan untuk pengembangan dan peningkatan sumberdaya manusia guna meningkatkan kualitas hidupnya. Peternak harus diajak untuk melakukan berbagai perencanaan yang matang, tahu tentang berbagai program yang berdaya guna dan menguntungkan terhadap usahanya dari penyuluh, tahu tentang teknologi, peternak harus melihat peluang yang ada sebagai kesempatan berlatih agar peternak dapat keluar dari ketidak-berdayaan. Menurut Slamet (2003), dengan penyuluhan pembangunan, masyarakat sasaran mendapatkan alternatif dan mampu serta memiliki kebebasan untuk

9 memilih alternatif yang terbaik bagi dirinya. Selanjutnya program-program penyuluhan sebagai program pendidikan luar sekolah bertujuan untuk memberdayakan sasaran, meningkatkan kesejahteraan sasaran secara mandiri. Menurutnya pendapat tersebut pemberdayaan itu akan menghasilkan masyarakat yang dinamis dan progresif secara berkelanjutan, sebab disadari oleh adanya motivasi intrinsik dan ekstrinsik sekaligus. Kompetensi peternak dan keberdayaan peternak harus berorientasi bisnis guna meningkatkan produksi ternak sapi potong, dicari dan diteliti lebih mendalam berdasarkan faktor-faktor yang ada. Dari seluruh uraian di atas, diteliti modal manusia, modal sosial, modal fisikal, modal finansial, modal alami, program pemberdayaan yang terkait pada kompetensi peternak (kompetensi teknik dan kompetensi wirausaha) dalam mengelola usaha peternakannya. Atas dasar itulah, kami mencoba untuk merancang penelitian guna mengungkap berbagai faktor terkait yang berhubungan dengan kompetensi dan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku menuju masa depan peternak yang lebih baik dan berkualitas. Masalah Penelitian Pertanyaan (research questions) penelitian ini adalah: (1) Faktor-faktor determinan manakah yang mempengaruhi kompetensi dan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha peternakan? (2) Bagaimana kompetensi peternak sapi potong dalam pengembangan usaha peternakan, dan apakah pengelolaan sumberdaya alam sudah dimanfaatkan dalam menunjang pengembangan usaha peternakan? (3) Desain strategis apakah yang tepat bagi peningkatan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha peternakannya di Kabupaten Seram Bagian Barat? Tujuan Penelitian (1) Mengkaji dan menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi dan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong.

10 (2) Mengungkap kompetensi peternak sapi potong dalam pengembangan usaha peternakan dan menjelaskan pengembangan usaha peternakan dengan kondisi sumberdaya alam setempat guna peningkatan produksi ternak sapi potong. (3) Menghasilkan desain strategis pemberdayaan peternak yang relevan guna pengembangan usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Seram Bagian Barat. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna sebagai suatu proses belajar (learning process) bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan praktis, antara lain: (1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan dalam rangka mengukur keberdayaan peternak berdasarkan perubahan perilaku. (2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan metode penelitian ilmu penyuluhan pembangunan dalam mengintegrasikan pendekatan deskriptif kuantitatif. (3) Sebagai masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Seram Bagian Barat guna menyusun langkah-langkah strategi dalam meningkatkan pembangunan peternakan dengan program-program yang dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat khususnya para peternak. (4) Sebagai bahan pertimbangan guna meningkatkan wawasan masyarakat khususnya para peternak, pelaku dunia usaha, penyuluh pembangunan atau agen pembangunan lainnya sehubungan dengan pengelolaan pengembangan usaha peternakan. Definisi Istilah Definisi istilah dimaksudkan sebagai batasan konsep dari lingkup variabel/peubah yang diteliti. (1) Modal manusia (human capital) adalah suatu aset berupa keterampilan dan kemampuan yang dimiliki seseorang atau berhubungan intelektualitas dan kondisi seseorang, seperti tingkat pendidikan dan pengalaman serta kemampuannya untuk melakukan berbagai interaksi antar sesama.

11 (2) Modal sosial (social capital) adalah sejumlah kemampuan yang dimiliki dan dibutuhkan oleh masyarakat melalui; kerjasama, kepercayaan antar sesama, kepedulian bagi sesama, keterlibatan dalam kelompok dan kepatuhan terhadap nilai, norma sosial budaya. (3) Modal fisikal (physical capital) adalah suatu infrastruktur pokok yang dapat menunjang dan memperlancar usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhannya, seperti sarana dan prasarana usaha, sarana pendidikan, sarana kelembagaan, sarana kesehatan, sarana ekonomi, sarana transportasi maupun sarana komunikasi. (4) Modal finansial (financial capital) adalah suatu pemenuhan material melalui kemampuan akses masyarakat dalam menunjang usaha-usaha sesuai kebutuhan, seperti pendapatan, sumber pendapatan dan akses dengen kelembagaan keuangan. (5) Modal alami (natural capital) adalah suatu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia. (6) Program pemberdayaan pemerintah adalah program pemberdayan yang telah dilakukan oleh pemerintah guna pengembangan dan peningkatan suatu usaha masyarakat. (7) Kompetensi teknis peternak adalah kemampuan teknis yang cerdas, yang dimiliki peternak berdasarkan pengetahuan, kreaksi, keterampilan, sikap mental dan citra diri serta penerapan inovasi dalam pengembangan dan peningkatan usahanya. (8) Kompetensi wirausaha peternak adalah kemampuan cerdas peternak guna pengembangan usahanya dengan cara melihat dan menilai peluang bisnis serta mengelola sumberdaya guna memperoleh keuntungan. (9) Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses atau upaya untuk memperoleh atau memberikan daya dan atau kuasa, kekuatan, kemampuan kepada individu, masyarakat lemah agar mereka dapat mengidentifikasi, menganalisa, menetapkan kebutuhan serta mengambil keputusan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi serta memilih alternatif pemecahannya

12 dengan mengoptimalisasikan potensi sumberdaya yang dimiliki secara mandiri. (10) Keberdayaan peternak adalah suatu hasil yang diharapkan berdasarkan upaya peningkatan sumberdaya potensi melalui penambahan daya beruapa kekuatan, kemampuan bagi peternak melalui pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap mental. (11) Peternak sapi potong adalah orang atau badan hukum dan buruh ternak yang seluruh atau sebagian kegiatannya memanfaatkan ternak sapi potong demi kepentingan manusia. (12) Akses dengan sumberdaya alam adalah suatu proses yang diupayakan oleh individu atau masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada. (13) Akses dengan lembaga keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau masyarakat dengan lembaga-lembaga keuangan. (14) Akses dengan sumber informasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mencari berbagai informasi melalui sumber-sumber informasi yang ada. (15) Kekosmopolitan seseorang adalah seseorang yang mempunyai aktivitas dan kemampuan dalam mencari berbagai informasi pada berbagai sumber informasi baik di dalam maupun di luar daerah. (16) Fasilitas penunjang usaha adalah berbagai fasilitas yang dapat dinikmati, dimanfaatkan di suatu daerah dalam menunjang kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh masyarakat. (17) Ketersediaan SAPRONAK sapi potong adalah ketersediaan akan sarana produksi peternakan, misalnya; bibit, pakan, obat-obatan ternak sapi potong. (18) Perilaku peternak dalam pengelolaan usaha peternakan sapi potong adalah tindakan seseorang secara spontan maupun tindakan melalui proses belajar yang telah dimilikinya dalam mengelola usaha peternakan sapi potong.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketetapan MPR Nomor: XV/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menggariskan landasan filosofis mengenai hal-hal yang terkait dengan segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Bahwa bumi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sentra Peternakan Rakyat (yang selanjutnya disingkat SPR) adalah pusat

PENDAHULUAN. Sentra Peternakan Rakyat (yang selanjutnya disingkat SPR) adalah pusat 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sentra Peternakan Rakyat (yang selanjutnya disingkat SPR) adalah pusat pertumbuhan komoditas peternakan dalam suatu kawasan peternakan sebagai media pembangunan peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sumberdaya manusia berkualitas yang dicirikan oleh keragaan antara lain: produktif, inovatif dan kompetitif adalah tercukupinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah bagian dari pembangunan ekonomi yang berupaya dalam mempertahankan peran dan kontribusi yang besar dari sektor pertanian terhadap pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani. Peternakan merupakan salah satu sub sektor terpenting berdasarkan pertimbangan potensi sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 (SUATU SUMBANG SARAN PEMIKIRAN) Oleh: Suharyanto PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani. Permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC) BAB VI PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC) Agung Hendriadi, Prabowo A, Nuraini, April H W, Wisri P dan Prima Luna ABSTRAK Ketersediaan daging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumberdaya domestik adalah Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 Disampaikan pada: MUSRENBANGTANNAS 2015 Jakarta, 04 Juni 2015 1 TARGET PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik dalam ketersediaan, distribusi dan konsumsi daging sapi dan kerbau belum memenuhi tujuan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk olahannya) sangat besar dan diproyeksikan akan meningkat sangat cepat selama periode tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan salah satu kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, yang mempunyai fungsi utama sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah pendekatan orientasi pembangunan yang tadinya dari atas ke bawah (top-down) menjadi pembangunan dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu masalah global yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara dunia ketiga pada saat ini adalah krisis pangan. Terkait dengan hal tersebut strategi ketahanan pangan

Lebih terperinci

PERTANIAN.

PERTANIAN. PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata,

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Alur Pikir Proses Penelitian Kerangka berpikir dan proses penelitian ini, dimulai dengan tinjauan terhadap kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan termasuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

Fakultas Peternakan Nusa Tenggara Barat Sukardono, M. Ali, Lalu Wirapribadi, M. Taqiuddin ABSTRAK

Fakultas Peternakan Nusa Tenggara Barat Sukardono, M. Ali, Lalu Wirapribadi, M. Taqiuddin ABSTRAK STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI SAPI POTONG DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2011 Fakultas Peternakan Nusa Tenggara Barat Sukardono, M. Ali, Lalu Wirapribadi, M. Taqiuddin ABSTRAK Selain dukungan faktor

Lebih terperinci