BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

PETA PETA KERJA. Nurjannah

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

III. TINJAUAN PUSTAKA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA

PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

practicum apk industrial engineering 2012

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X )

BAB 2 LANDASAN TEORI

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA. Oleh : Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

STUDY 07/01/2013 MOTION STUDY DAPAT DILAKUKAN DG: SEJARAH MUNCULNYA MOTION DEFINISI : 2. MEMOMOTION STUDY LANGKAH-LANGKAH MICROMOTION

PERENCANAAN SISTEM KERJA. PPMJ Diploma IPB

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY)

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA TIM PENYUSUN: ASISTEN LABORATORIUM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perbaikan Metode Kerja Untuk Meminimasi Waktu Proses Menggunakan Maynard Operation Sequence Technique (MOST) (Studi Kasus PT Pan Panel, Palembang)

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PEMBUATAN BISKUIT

Peningkatan Kapasitas Produksi pada UD. X

BAB 2 LANDASAN TEORI

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R

BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Menganggur Independent Kerja Kombinasi

STUDI GERAK DAN WAKTU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PENGUKURAN WAKTU TIDAK LANGSUNG DATA WAKTU GERAKAN

Predetermined Motion Time System (PMTS)

TUGAS AKHIR. Analisa Sistem Kerja Pada Stasiun Kerja Core Making di PT. BM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembahasan selanjutnya yang berhubungan dengan kepentingan pemecahan masalah itu

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK TERHADAP WAKTU PERAKITAN STICK PLAYSTATION

Lamp n (menit) x/n

BAB II LANDASAN TEORI

I.G.A Sri Deviyanti Teknik Industri - UNIPRA Surabaya ABSTRAK

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRACT...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang dilakukan perusahaan adalah dengan meningkatkan

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

024 Zulaeha et al. Pengukuran waktu baku dengan penyesuaian

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN MICROMOTION STUDY DAN PENERAPAN METODE 5S UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI CV NJ FOOD INDUSTRIES

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih baik. 2. Membakukan sistem dan metode kerja yang sudah baik. 3. Menetapkan waktu baku untuk pekerjaan tersebut. 4. Membantu melatih pekerja dengan berbagai pekerjaan yang telah diperbaiki. Dasar unsur pokok studi kerja adalah : (Barnes, 1980, Halaman 7) 1. Perancangan metode kerja (Method design), dimaksudkan untuk menetapkan tata cara kerja atau menyederhanakan dan mengusulkan cara yang lebih baik. 2. Pengukuran kerja (work measurement), ditujukan untuk menetapkan waktu penyelesaian suatu pekerjaan secara pantas oleh pekerja yang normal dengan metode kerja yang sudah dirancang dengan baik. 7

8 Gambar 2.1. Studi Kerja (Barnes, 1980, Halaman 7) Secara umum pelaksanaan studi kerja mengikuti delapan tahapan yakni : 1. Pemilihan pekerjaan yang hendak diteliti. 2. Pencatatan segala fakta mengenai pekerjaan kedalam bentuk yang memudahkan untuk dianalisa lebih lanjut. 3. Mempelajari secara saksama catatan yang telah dibuat dan mempertanyakann segala sesuatu mengenai pekerjaan untuk membuka peluang bagi perbaikan metode kerja. 4. Mengembangkan/ perancangan alternatif metode kerja yang lebih baik (berupa usulan).

9 5. Perhitungan prestasi atau waktu baku untuk masing-masing metode kerja yang diusulkan. 6. Pemilihan metode kerja yang akan digunakan, kemudian menyusun petunjuk pelaksanaanya, berikut data prestasi atau waktu baku yang sesuai. 7. Pemberitahuan metode kerja baru. 8. Pengawasan agar metode kerja tersebut selalu dijalankan sesuai dengan petunjuk pelaksanaanya. 2.2. Teknik Tata Cara Kerja Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan (design) terbaik dari sistem kerja. Teknik teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifatnya dan kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja, serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktivitas tinggi diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis yang ditimbulkannya. Sistem kerja terdiri dari empat komponen yakni manusia, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja seperti mesin dan perkakas pembantu, lingkungan kerja. Komponen yang disebutkan tadi mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.

10 2.3 Peta kerja untuk analisa kerja keseluruhan Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). (sutalaksana dkk, 1979, halaman 15). Lambang lambang standard dari ASME (American Society of Mechanical Engineers) digunakan sebagai landasan teori pembuatan peta aliran proses tipe orang. Lambang lambang tersebut adalah sebagai berikut : (sutalaksana dkk, 1979, halaman 16-18) Operasi Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Pemeriksaan Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap obyek atau membandingkan obyek tertentu dengan suatu standar. Transportasi Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi.

11 Menunggu Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Penyimpanan Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. 2.3.1 Macam-macam Peta Kerja Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu : (sutalaksana dkk, 1979, halaman 19) 1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan secara keseluruhan. 2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat. Dalam hal ini tentunya kita harus bisa membedakan antara kegiatan kerja keseluruhan dan kegiatan kerja setempat. Suatu kegiatan disebut kegiatan keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi dalam

suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang atau fasilitas dalam jumlah terbatas. 12 Masing-masing peta kerja diatas dikelompokkan menjadi : (sutalaksana dkk, 1979, halaman 19) 1. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan : a. Peta proses operasi b. Peta aliran proses c. Peta proses kelompok kerja d. Diagram aliran 2. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat : a. Peta pekerja dan mesin b. Peta tangan kiri dan tangan kanan. Pada penelitian ini penulis menggunakan peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat, yaitu peta pekerja dan mesin. Penulis menggunakan peta kerja ini karena penelitian yang dilakukan hanya mencakup stasiun kerja core making untuk pembuatan core Pump Casing 129 JXK. 2.3.2 Therblig Analysis Therblig analysis adalah sebuah alat yang paling cocok untuk studi yang lebih detail. Therblig analysis menggunakan 17 gerakan dasar.

17 gerakan Therblig tersebut adalah sebagai berikut : (sutalaksana dkk, 1979, halaman 91-106) 13 1. Mencari (search) Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. 2. Memilih (Select) Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur, tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini. 3. Memegang (Grasp) Therblig ini adalah gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa. 4. Menjangkau (Reach) Pengertian menjangkau dalam therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. 5. Membawa (Move) Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan terbebani. Gerakan membawa biasanya didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh pengarahan. 6. Memegang untuk memakai (Hold) Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang tesebut, perbedaannya dengan

14 memegang yang terdahulu adalah pada perlakuan terhadap objek yang dipegang. 7. Melepas (release) Elemen gerak melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan objek yang dipegangnya. 8. Mengarahkan (position) Gerakan ini merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada suatu lokasi tertentu. 9. Mengarahkan sementara (pre-position) Mengarahkan sementara merupakan elemen gerakan mengarahkan pada suatu tempat sementara. 10. Pemeriksaan (inspect) Gerakan ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. 11. Perakitan (Assemble) Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. 12. Lepas Rakit (Disassemble) Gerakan ini merupakan kebaikan dari gerakan diatas, disini dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan lepas rakit biasanya didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh membawa atau biasanya juga dilanjutkan oleh melepas.

15 13. Memakai (Use) Yang dimaksud memakai disini adalah bila satu tangan atau kedua - duanya dipakai untuk menggunakan alat. Lamanya waktu yang dipergunakan untuk gerak ini tergantung dari jenis pekerjaannya dan keterampilan dari pekerjaannya. 14. Keterlambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay) Keterlambatan yang dimaksud disini adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Contohnya adalah padamnya listrik, rusaknya alat-alat dan lainlain. Keterlambatan ini dapat dihindarkan dengan mengadakan perubahan atau perbaikan pada proses operasinya. 15. Keterlambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay) Keterampilan ini disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya baik disengaja maupun tidak disengaja. 16. Merencana (Plan) Merencana merupakan proses mental, dimana operator berfikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu untuk therblig ini sering pada seorang pekerja baru. 17. Istirahat untuk menghilangkan rasa fatigue (rest to overcome fatigue) Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan kembali kondisi badannya dari rasa fatique sebagai akibat kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu pekerjanya.

16 2.4 Pengukuran Waktu (Time study) Metode pengukuran waktu digunakan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang telah terlatih dan terampil bekerja pada sebuah fase waktu normal untuk melakukan tugas kerjanya (Barnes, 1980, Halaman 258). 2.4.1 Waktu Standar/ Waktu Baku Waktu standar adalah waktu yang dihasilkan dari hasil pengukuran waktu. Waktu standar adalah waktu operasi yang mana seseorang dicocokan untuk pekerjaaannya dan dalam menampilkan pekerjaaanya secara penuh dilatih dalam metode tertentu, jika seorang pekerja adalah laki-laki atau perempuan maka mereka bekerja pada tempo normal atau standar. (Barnes, 1980, Halaman 257). 2.4.1.1 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku Cara perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku : Hitung nilai rata-rata dan nilai rata-rata subgroup dengan : = (sutalaksana dkk, 1979, halaman 133)

17 Dimana: xi adalah harga rata-rata dari subgroup ke i k adalah banyaknya subgroup yang terbentuk Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan : = ( ) (sutalaksana dkk, 1979, halaman 133) dimana : n adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah diselesaikan xi adalah waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan. Hitung standard deviasi dan distribusi nilai rata-rata subgroup dengan : = (sutalaksana dkk, 1979, halaman 133) Dimana : n adalah besarnya subgroup σ adalah nilai standar deviasi sebenarnya adalah standar deviasi keseluruhan

18 Setelah melakukan pengelompokan data kedalam beberapa subgroup dan melakukan perhitungan pendahuluan seperti tahapan diatas, kemudian dilakukan perhitungan : a. Waktu siklus rata-rata dihitung dengan : = (sutalaksana dkk, 1979, halaman 137) Dimana : Σxi adalah jumlah waktu penyelesaiaan yang teramati. N adalah jumlah pengamatan yang dilakukan. Ws adalah waktu siklus rata-rata. b. Waktu normal dihitung dengan : = (sutalaksana dkk, 1979, halaman 133) Dimana : Wn adalah waktu normal. Ws adalah waktu siklus. p adalah faktor penyesuaian Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerjadengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil pengukuran waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar, jika pekerja bekerja dengan wajar faktor penyesuaian p=1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika pekerja bekerja dengan terlalu

19 lambat maka untuk menormalkannya pengukur harus memberi harga p>1, dan sebaliknya p<1, jika dianggap bekerja cepat. (sutalaksana dkk, 1979, halaman 137) c. Waktu baku dihitung dengan : Setelah perhitungan diatas selesai, waktu baku untuk penyelesaian pekerjaan didapatkan dengan : = +( ) = ( + ) (sutalaksana dkk, 1979, halaman 137) Dimana : i adalah faktor kelonggaran atau allowance yang diberikan. Wb adalah waktu baku pekerja. 2.5 Rumus Pengujian Data 2.5.1 Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimal hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini dinyatakan dalam prosentase. Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Tingkat ketelitian dinyatakan dalam

20 prosentase. Jika tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95 % memberi arti bahwa pengukur memperoleh rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10 % dari rata-rata sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95 %. (sutalaksana dkk, 1979, halaman 135) 2.5.2 Pengujian Keseragaman data Rumus pengujian keseragaman data pada pengukuran langsung adalah : a. Pengukuran dengan jam henti : Batas Kontrol Atas (BKA) Batas Kontrol Bawah (BKB) = +( ) = ( ) (sutalaksana dkk, 1979, halaman 135) Keterangan : Z = Koefisien pada distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan Tk. Keyakinan 90% - Z = 1.65 Tk. Keyakinan 95% - Z = 1.95 ~ 2 Tk. Keyakinan 99% - Z = 2,58 ~ 3 σ X = Standar deviasi dari harga rata-rata subgroup = Harga rata-rata subgroup Seluruh nilai rata-rata subgroup harus berada pada BKA dan BKB, sehingga seluruh dari nilai rata-rata subgroup yang ada bisa digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan.

21 2.5.3 Pengujian Kecukupan Data a. Pengukuran dengan jam henti = ( ( ) ) (sutalaksana dkk, 1979, halaman 135) Keterangan : s = Tingkat ketelitian dalam (%) Z = Koefisien distribusi normal N = Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan N = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan xi = Data pengamatan ( hasil pengukuran ) Catatan : Rumus ini adalah untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat kenyakinan 95% Tk. Keyakinan 95% - Z = 1.95 ~ 2 s = 5 % = 5/100 = 1/20 Z/s = 2 : 1/20 = 2 x 20 = 40 = ( ( ) ) (sutalaksana dkk, 1979, halaman 135)

22 Jika jumlah pengukuran teoritis yang diperlukan ternyata masih lebih besar dari pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N > N ), maka pengukuran tahap kedua harus dilakukan. Pada tahap inipun urutan pekerjaan sama dengan tahap-tahap sebelumnya. Demikian seterusnya sampai jumlah pengukuran teoritis yang diperlukan sudah dilampaui oleh jumlah yang telah dilakukan (N N). (Torik, modul kuliah APK, Modul 11).

23 Gambar 2.2. Flow Chart Pengukuran Waktu Kerja

24 2.6 Pengujian hipotesa dengan Uji-T Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. (http://ineddeni.wordpress.com) Uji-t menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita ingin membandingkan mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua kelompok rancangan percobaan acak. Uji t berpasangan (paired t- test) biasanya menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji t berpasangan biasa dilakukan pada Subjek yang diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses, atau subjek yang berpasangan ataupun serupa. Misalnya jika kita ingin menguji banyaknya gigitan nyamuk sebelum diberi lotion anti nyamuk merk tertentu maupun sesudahnya. Lanjutan dari uji t berpasangan adalah uji ANOVA berulang. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai t dalam uji-t berpasangan adalah: =( ) ( ) ( ) (http://teorionline.wordpress.com/2011/02/24/paired-sample-t-test-uji-beda-duasampel-berpasangan/)

Uji-t berpasangan menggunakan derajat bebas n-1, dimana n adalah jumlah 25 sampel. (http://teorionline.wordpress.com/2011/02/24/paired-sample-t-test-ujibeda-dua-sampel-berpasangan/) Pada pengujian T, penulis menggunakan software minitab15 untuk menguji data sebelum dan sesudah perbaikan metoda kerja. Software minitab merupakan salah satu software statistik yang digunakan untuk mengolah dan menganalisa data-data yang didapatkan saat penelitian.

26 Tabel 2.1 Tabel Uji-T (http://teorionline.wordpress.com/2011/02/24/paired-sample-t-test-uji-beda-duasampel-berpasangan/)

a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel. 1. Jika statistik hitung (angka t output) > dari statistik tabel ( tabel t), maka dapat diambil kepustusan statistik H 0 ditolak. 2. Jika statistik hitung (angka t output) < dari statistik tabel ( tabel t), maka dapat diambil kepustusan statistik H 0 diterima. b. Berdasarkan nilai probabilitas (p value) 1. Jika nilai probabilitas > 0.05, maka diambil keputusan statistik H 0 diterima. 27 Dasar pengambilan keputusan dalam Uji-T berpasangan dapat dibagi dengan dua cara, yaitu : (http://referensi.dosen.narotama.ac.id/files/2011/12/panduan- Lengkap-Menguasai-SPSS-16.pdf) 2. Jika nilai probabilitas < 0.05, maka diambil keputusan statistik H 0 ditolak. Untuk uji dua sisi, setiap sisi dibagi 2, maka : 1. Jika nilai probabilitas > 0.025 (0.05/2), maka diambil keputusan statistik H 0 diterima. 2. Jika nilai probabilitas < 0.025 (0.05/2), maka diambil keputusan statistik H 0 ditolak. (http://referensi.dosen.narotama.ac.id/files/2011/12/panduan-lengkap- Menguasai-SPSS-16.pdf)