BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. 1. Kisah Ina Mana Lali Ai ini merupakan gambaran dari realitas

dokumen-dokumen yang mirip
INA MANA LALI AI. (Studi Jender Terhadap Ungkapan Makna Ina Mana Lali Ai yang. Menyebabkan Ketidakadilan Terhadap Perempuan Rote di Dengka Kec.

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jender merupakan salah satu isu yang sampai saat ini masih menjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

REKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

MAMA RAJA NEGERI ADAT DI MALUKU. (Studi Kasus Terhadap Eksistensi Raja Perempuan di Negeri Rumah Tiga, Soahuku dan Tananahu dalam Perspektif Jender)

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga

UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Lisa Hulda Lessil

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

RESENSI BUKU Jesus Behaving Badly: The Puzzling Paradoxes of the Man from Galilee

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

AGENDA BESAR PEMBAHASAN PEREMPUAN DAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

RENUNGAN HARIAN S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

CONTOH PRAKTEK RODA KEHIDUPAN

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki dalam segala bidang kehidupan, seperti hukum, pemerintahan, politik, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

CRASH PROGRAM PENDETA ANGKATAN MENCARI MAKNA 2. Editor. Daniel Kurniadi

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Setelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

Galatia 6: 1-10 berisi beberapa saran tentang bagaimana orang Kristen harus memperlakukan sesama orang percaya lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN I.1

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Gereja Menyediakan Persekutuan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

: Mas ul Hadi : B Kosma/Jur/SMT : i/psikologi/2 Label : Tugas 1 Mata Kuliah : Antropologi Dosen

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

Level 2 Pelajaran 11

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 1. Kisah Ina Mana Lali Ai ini merupakan gambaran dari realitas sosial kehidupan masyarakat Rote Dengka, di mana mereka ingin menunjukan bahwa orang Rote adalah orang yang cerdik, banyak akal, dengan strategi tipu muslihat api berhasil didapatkan. Ini merupakan sikap negatif dari orang Rote di mana mereka melakukan tipu muslihat dan mengorbankan kedua perempuan sebagai alat/umpan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. 2. Dalam konteks inilah kisah mitos ini menjawab persoalan realitas sosial masyarakat Rote yaitu bahwa perempuan dalam dalam masyarakat Rote sangat tidak dihargai, mereka hanya digunakan sebagai alat pemenuhan kepentingan. Perempuan sebagaimana berjasanya, ia tetap tidak dihargai dan tidak mendapatkan tempat penting dalam masyarakat. Kekuasaan berada di tangan laki-laki, dan perempuanlah yang dikorbankan. Namun adanya uncosiusnes wishes dari kedua perempuan tersebut, yaitu mereka menolak untuk dilupakan, ada harapan bahwa walaupun mereka hanya dianggap alat pemenuhan kebutuhan, tetapi pada kenyataannya mereka memiliki peranan penting dalam masyarakat, dimana tergambar melalui simbol tiang induk/utama di mana mereka ingin agar ketika orang melihat tiang induk tersebut, jasa mereka diingat 71

atau dikenang. Kedua perempuan ini ingin menunjukan bahwa sebuah rumah tidak dapat dibangun tanpa adanya tiang utama/induk. 3. Dengan melakukan studi mitos Ina Mana Lali Ai yang telah dipaparkan penjang lebar dengan makna-maknanya, maka dapat dipakai sebaga acuan dalam melakukan teologi kontekstual. Dengan terkuak pesan-pesan dari analisa makna mitos Ina Mana Lali Ai, maka sesungguhnya masyarakat Rote Dengka menemukan pesan moral yang terdapat dalam mitos ini menjadi sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pegangan/pedoman hidup orang Dengka. Mengangkat local wisdom menjadi lebih penting ketimbang mengambil nilai-nilai moral dari luar, yakni kemudian sulit diekspresikan oleh orang Dengka karena tidak lahir dan dekat dengan pergumulan langsung yang dirasakan oleh mereka sendiri. 4. Uraian makna mitos diatas bukan sesuatu yang telah final dan absolut, oleh karena itu adanya keterbukaan bagi penulis lain yang mungkin mencoba untuk menguak dan menemukan makna mitos Ina Mana Lali Ai sebagai upaya dalam memperkaya pengetahuan pembaca mengenai mitos-mitos yang berkenaan dengan permasalahan jender. 5. Ungkapan Ina Mana Lali Ai yang dipahami oleh masyarakat Dengka, merupakan sebuah ungkapan yang merendahkan yang menyebabkan perempuan terdomestikasi. Ungkapan ini menyebabkan perempuan Rote kehilangan hak-haknya dan 72

kesempatan yang sama dengan laki-laki. Dalam perspektif analisis jender ungkapan Ina Mana Lali Ai ini mengakibatkan ketidakadilan jender terhadap perempuan dalam masyarakat Rote. Bentuk-bentuk ketidakadilan jender tersebut yaitu: Marginalisasi yaitu pemiskinan terhadap perempuan, di mana karena dianggap sebagai Ina Mana Lali Ai atau perempuan yang akan berpindahpindah dan tugasnya adalah di dapur, maka perempuan Rote tidak diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan tidak mendapatkan warisan dari orang tuanya. Stereotip, adanya pelabelan negatif terhadap perempuan Rote yaitu bahwa perempuan Rote adalah pemindah api, oleh karena itu tugas dari seorang perempuan adalah rumah, dapur dan kebun. Bentuk ketidakadilan lainnya adalah Subordinasi, yang dipresentasikan dalam lingkup domestik, di mana perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, ia tidak memiliki kemampuan seperti laki-laki, sehingga ia tidak boleh berada di ruang public ataupun menjadi pemimpin. Perempuan pembuat api, dan tempatnya di dapur. Selain itu, adanya beban kerja domestik yang dipikul perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Di mana perempuan karena dianggap sudah di bayar mas kawin (belis), maka seluruh tugas yang dilakukan oleh perempuan dianggap sebagai bentuk tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh perempuan dan perempuan sendiri pun tidak merasa bahwa ia telah memikul beban kerja yang lebih berat dari laki-laki. 73

5.2 SARAN 1. Lembaga Pendidikan Sebagai lembaga pendidikan, hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengajaran jender, selain itu penelitian dapat memperluas wawasan mahasiswa mengenai jender, agar dapat menjadi agen perubahan dengan melakukan penelitian lanjutan dengan tema jender, untuk mencapai tujuan kesetaraan jender. Oleh karena itu untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan wawasan awal bagi peneliti selanjutnya untuk mengungkap lebih jauh tentang permasalahan dalam mitos-mitos yang berkaitan dengan persoalan jender yang ada dalam masyarakat. 2. Lembaga Gereja Gereja perlu membuka diri untuk menjadikan isu jender sebagai salah satu gagasan untuk berteologi. Ada banyak hal dalam kekristenan yang dapat menjadi legitimasi alasan bagi gereja untuk berteologi dalam isu-isu gender, misalnya pelayanan Yesus yang melintasi batas-batas agama, ras, gender dan status sosial, untuk menyatakan penghargaan kepada kemanusiaan. Sebagai pendeta, perlu mengupayakannya dalam persidangan Sinode untuk dipertimbangkan kembali, yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan dalam pemahaman iman dan pengajaran katekisasi serta melalui khotbah dan kegiatan pendalaman Alkitab (PA). Selain itu keadilan jender juga bisa 74

diusahakan melalui bidang advokasi yang sekarang ini sedang digalakkan oleh gereja sebagai upaya rekonsiliasi yang berdasar atas hukum. 3. Lembaga Pemerintahan dan Tokoh-tokoh adat Pemerintah daerah dan tokoh-tokoh adat perlu berperan penting dalam upaya pemberdayaan perempuan, dibutuhkan kepekaan jender yang cukup dari pemerintah dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran dan kebijakan yang dilakukan sehingga tidak lagi bias jender. 4. Untuk Perempuan dan Laki-laki Perlu adanya perlu adanya relasi saling percaya dibangun antara sesama manusia baik itu lelaki, perempuan dan. Relasi itu menunjukkan bahwa kita sama (setara) dan bahkan setiap manusia memiliki sisi positif untuk dihargai. Dalam ajaran kekristenan, hal tersebut berkaitan erat dengan the golden rule of Jesus yang terlihat di dalam Matius 7:12, Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Bagi perempuan sendiri perlu adanya kesadaran bahwa ia diperlakukan tidak adil, karena pada kenyataanya, perempuan belum sadar akan keberadaan dirinya yang terikat oleh budaya. 75