BAB I PENDAHULUAN. penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan dipaparkan: latarbelakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. 1. Latarbelakang Kehadiran gereja di tengah dunia ini tertuang di dalam pemahaman Trilogi tugas dan panggilannya yaitu koinonia, marturia dan diakonia. Trilogi tugas dan panggilannya itu merupakan realisasi hubungan gereja secara vertikal kepada Kristus kepala gereja (Yohanes 15:16), sekaligus hubungan horizontal dengan manusia dan dunia ini. Sesuai dengan Trilogi tugas dan panggilannya itu, maka perempuan juga turut serta mengambil bagian melaksanakannya, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Artinya dalam mewujudkan tugas dan panggilannya dalam melakukan fungsi sebagai mitra Allah (Kejadian 1:27) baik laki-laki maupun perempuan mengemban tugas dan tanggungjawab yang sama (Galatia 3:28). Laki-laki dan perempuan secara bersama-sama memelihara kehidupan dan keutuhan seluruh ciptaan untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Demikian juga halnya, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Sebagaimana gereja suku (kehidupan suku bangsa tertentu memiliki tradisi, kebudayaan, adat dan kepercayaan adalah sumber utama tentang nilai-nilai kebenaran, etis dan moralitas sebelum mereka menerima Injil), 1 gereja berjumpa dengan budaya 1 Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, Pematang Siantar, L-SAPA, 2007, 331. Perjumpaan antara kehidupan orang Kristen Batak dan gereja (HKBP) saling mempengaruhi, sampai saat ini. Artinya ada adat yang dikristenkan tetapi di sisi lain ada tradisi Kristen yang diadatkan. 1

2 (adat istiadat) Batak. Perjumpaan budaya (kearifan lokal) dalam kehidupan bergereja tidak dapat dinegasikan. Pembahasan mengenai perjumpaan Injil dan budaya itu begitu cukup luas, penulis hanya membatasi pada perjumpaan gereja (HKBP) dengan budaya (sistim patriarkhat yang melekat pada orang Batak) yang berdampak terciptanya pembatasan pada peran perempuan dalam menentukan pelayanan gereja yang ideal dalam melakukan fungsinya ditengah-tengah dunia. Dalam budaya Batak Toba, laki-laki adalah pembawa marga (patriarkhi), artinya laki-laki adalah penerus keturunan, penerus pohon kehidupan sedangkan anak perempuan adalah pelanjut marga lain yaitu marga suaminya. Itulah yang menyebabkan laki-laki lebih diutamakan dari anak perempuan. Sehingga dalam konteks budaya Batak Toba anak laki-laki selalu diharapkan lebih banyak dari anak perempuan, seperti digambarkan dalam ungkapan tradisional, maranak sampulu pitu, marboru sampulu onom atau beranak laki-laki tujuhbelas, beranak perempuan enambelas. 2 Anak laki-laki begitu penting tetapi anak perempuan tidak penting. Dalam adat Batak perempuan adalah pendengar yang budiman dan tidak dilibatkan dalam pembicaraan, kehadirannya sama sekali tidak diperlukan. Sebagai contoh seorang janda tidak diperkenankan memberikan ulos (selendang orang Batak) kepada mempelai (dalam pernikahan anaknya) seorang diri. Ia harus didampingi oleh saudara laki-laki dari suaminya atau anak laki-lakinya jika ada yang sudah menikah. Sebaliknya hal itu tidak 2 Antonius Bungaran Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2009,

3 berlaku bagi seorang duda yang menikahkan anaknya. Itu berarti perempuan tidak berharga tanpa seorang laki-laki. Dalam hal perkawinan, kedudukan perempuan Batak lebih direndahkan dengan adanya ucapan: na tinuhor (yang dibeli). Dalam pembicaraan menentukan tuhor perempuan sama sekali tidak dilibatkan hanya laki-laki yang memutuskan besarnya jumlah, dan hal-hal adat yang akan dilaksanakan pada perkawinan tersebut. 3 Setelah menikah perempuan masuk ke dalam kesatuan kekerabatan suaminya. Demikian juga dalam hal pemberian warisan, anak perempuan tidak mempunyai hak waris dari orangtuanya. 4 Dalam adat Batak posisi perempuan tidak sama dengan laki-laki karena sering mas kawin diartikan seolah-olah perempuan dibeli maka secara otomatis perempuan menjadi milik dari marga suaminya. 5 Dapat dikatakan perempuan dalam adat Batak, tidak dapat menentukan keputusan mengenai dirinya sendiri, karena pengambil keputusan tertinggi di tangan laki-laki. Ternyata budaya meresap dan sangat memengaruhi gereja HKBP terutama dalam kepemimpinan. Hampir seluruh aktifitas gereja HKBP perempuan sangat dilibatkan dan hampir duapertiga dari peserta ibadah adalah perempuan. Ada Penalaahan Alkitab (PA) perempuan yang dilakukan sekali dalam seminggu. Dalam kegiatan pesta-pesta gereja perempuan selalu terlibat dalam kepanitiaan. Namun jika dilihat peran perempuan dalam rapat di tingkat jemaat, tingkat resort, distrik dan sinode 3 Charly Silaban, Peranan Perempuan Batak dalam Adat dan Budaya Diseminarkan, www. Google.com, diunduh 5 April Antonius Bungaran Simanjuntak, Konflik..., Anne Hommes, Perubahan Peran Pria dan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1989,

4 jumlah kehadirannya sangat sedikit dibanding dengan laki-laki. Perempuan sangat jarang memberikan pendapat/ usul dalam rapat. HKBP didominasi orang Batak yang secara langsung membawa budaya Batak ke dalam gereja, baik di desa dan di kota. Dalam ibadah gereja dan kegiatan Gerejawi lainnya selalu didominasi kehadiran perempuan, namun di seluruh gereja HKBP, Majelis laki- laki lebih banyak dari Majelis perempuan. Demikian juga dalam rapat-rapat gereja ditingkat jemaat, peserta rapat selalu diikuti oleh peserta laki-laki yang jumlahnya lebih banyak dari peserta perempuan. Majelis perempuan jarang memberi usulan atau pendapat dan jika memberi pendapat sangat jarang didengar demikian juga halnya dengan warga jemaat perempuan. HKBP yang masih berakar dalam sistem patriarkhat masih enggan untuk menerima perempuan sebagai pemimpin atau pendeta jemaat. Dalam Aturan Peraturan HKBP, 6 pendeta laki-laki dan pendeta perempuan adalah sama tanpa menyebut keduanya secara terpisah. Itu berarti posisi dan jabatan dalam gereja diberikan sama kepada pendeta baik laki-laki dan perempuan. Namun dalam kenyataannya pendeta perempuan sangat kecil presentasinya dan pada umumnya dalam kepemimpinan di HKBP mereka sebagai pendeta jemaat dan pendeta pembantu. 6 Percetakan HKBP, Aturan Peraturan HKBP 2002, Pematangsiantar, 2002,

5 Di HKBP pelayanan pendeta perempuan diterima pada 27 Juli 1986 melalui pentahbisan pertama dan masih satu orang saja. 7 Dalam perkembangan selanjutnya pelayanannya ditengah-tengah jemaat dapat diterima tetapi dalam pengambilan keputusan di jemaat dalam tingkat resort, distrik dan sinode presentasinya kecil. HKBP memiliki yaitu 1648 orang pendeta, 277 diantaranya adalah perempuan (17,31%), 637 resort 30 diantara dipimpin oleh perempuan (4,3%), dari 28 distrik hanya seorang perempuan yang menjabat sebagai Praeses (3,5%). 8 Praeses perempuan pertama tersebut dipilih pada Sinode Godang HKBP September Faktor budaya Batak yang menganut sistim patriarkhi (bapa yang berkuasa) merupakan halangan bagi perempuan untuk menjadi pemimpin. Hal ini dilihat dengan masih kurangnya kesempatan diberikan kepada pendeta perempuan dalam memimpin jemaat resort, distrik dan sinode. Dapat dikatakan bahwa budaya Batak memengaruhi perempuan Batak dalam gereja. 9 Pada umumnya kehadiran perempuan hampir duapertiga dari peserta di berbagai macam ibadah dan aktifitas gereja. Namun dalam bidang 7 Kantor Pusat HKBP, Almanak HKBP 2011, Pematangsiantar, Percetakan HKBP, , Bibelvrouw pertama ditahbiskan di HKBP pada 15 Agustus Ibid, HP Panggabean, Pembinaan Nilai-nilai Adat Budaya Batak Dalihan na tolu, Jakarta, Dian Utama, 2007,

6 kepemimpinan gereja peran mereka masih sangat kecil dan masih didominasi oleh laki-laki. Dari keadaan di atas dapat dikatakan pelayanan pendeta perempuan diterima namun dalam kepemimpinan peran perempuan masih kurang dibanding dengan lakilaki. Oleh karena itu, maka muncul pertanyaan, apakah penyebab perbedaan partisipasi laki-laki dan perempuan di dalam kepemimpinan gereja. Rupanya cara berteologi dan nilai-nilai budaya Batak yang bersifat patriarkhi cukup memengaruhi adanya keadaan tertentu. 10 Gereja HKBP sebagai salah satu gereja di Indonesia, sebagaimana gereja-gereja lainnya yang ada di bumi kita digolongkan menurut sistim suku. Oleh karena itu nilainilai serta adat istiadat di dalam budaya suku tersebut memengaruhi Gereja dan tentunya berdampak pada sikapnya terhadap perempuan. Gereja HKBP telah memberi kesempatan kepada perempuan sebagai pendeta namun dalam praktek menerima kepemimpinan masih sulit. Sangat jelas sekali bahwa konstruksi jender dalam masyarakat dan budaya Batak telah mengakibatkan timbulnya ketidakadilan dan diskriminasi pada perempuan. Gereja yang sesungguhnya sebagai sumber keadilan telah menjadi pelaku ketidakadilan dan menindas. Untuk mewujudkan keadilan ditengah-tengah masyarakat dan khususnya dalam gereja HKBP maka penulis akan meneliti permasalahan di atas dengan merumuskan judul penelitian sebagai berikut: 10 Anne Hommes, Perubahan Peran...,

7 Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). 2. Rumusan Masalah 1. Dalam usia HKBP 150 tahun, bagaimanakah pandangan para pemimpin HKBP khususnya di aras sinode tentang posisi/kedudukan pendeta perempuan dalam kepemimpinan gereja? 2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi pandangan tersebut? 3. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan pandangan para pemimpin HKBP khususnya di aras sinode tentang posisi pendeta perempuan dalam kepemimpinan di Gereja HKBP dalam usianya yang sudah 150 tahun. 2. Mengidentifikasi berbagai faktor-faktor yang memengaruhi pandangan tersebut. 4. Manfaat Penelitian 1. Dalam tataran akademik, diharapkan penelitian akan memberikan sumbangan teoritik yang dapat membantu akademisi untuk melakukan studi jender di Indonesia. 2. Dalam tataran praksis, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan paradigma baru bagi masyarakat tentang perempuan dan eksistensinya ditengahtengah kehidupan bersama. Selain itu bagi gereja untuk lebih memberikan peluang dalam kepemimpinan perempuan. 5. Signifikansi Pembahasan tentang kedudukan dan peran perempuan dalam wawasan jender khususnya tentang eksistensi, identitas dan peran perempuan mengalami ketidakadilan 7

8 dan marjinalisasi dalam kehidupan sehari-hari, bukanlah hal yang baru ditulis. Permasalahan ketidakadilan dan ketidaksetaraan jender terhadap perempuan telah ada dan banyak dihasilkan sejak lama. Masyarakat Batak adalah masyarakat patriarkhat yang mempunyai rujukan sistem berdasarkan kesepakatan laki-laki sehingga kondisi perempuan sangat termarginalisasikan dan dipinggirkan melalui kerja-kerja domestik. Dari sisi pola pembagian kerja, laki-laki mendominasi ranah publik dalam hal ini di HKBP sedangkan perempuan pada sektor domestik. 11 Dalam pekerjaan laki-laki lebih dihargai dibandingkan dengan perempuan. Dalam hal penggajian, masih ada yang memberlakukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dimana gaji laki-laki lebih tinggi dari perempuan walau jenis pekerjaan yang dilakukan sama. 12 Selain itu persentasi perempuan sebagai pemimpin dibandingkan dengan populasi perempuan secara keseluruhan, jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentasi lakilaki sebagai pemimpin. 13 Keadaan ini memunculkan pertanyaan apakah hal tersebut diakibatkan keraguan banyak orang tentang kepemimpinan perempuan karena adanya pemahaman peran perempuan di ranah domestik dan bukan publik ataukah kurangnya peluang yang diberikan kepada perempuan? Nurlian Harmona Daulay, Kesetaraan Gender dalam Pembagian Kerja pada Keluarga Petani Ladang, www. Jurnal usu/ Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2008, Vol. II, No. 2/ diunduh 2 April Endress Megan Lee, Gender Effect on Bias in Complex Financial Decisions, www. the free library, diunduh 3 April Frieda Mangunsong, Faktor Intrapersonal, Interpersonal dan Kultural Pendukung Efektifitas Kepemimpinan Perempuan Pengusaha dari Empat Kelompok Etnis di Indonesia, ui/makara Sosial, Humaniora, Vol. 13, No. 1, Juli 2009, 19/ diunduh 3 April Dien Sumiyatiningsih, Kepemimpinan Kristen dengan Perspektif Perempuan, Universitas Kristen Satya Wacana, Jurnal Studi Pembangunan Interdisplin, Vol. XX, No. 1 April - Juli, 2008, 15. 8

9 Meskipun dalam gaya kepemimpinan menurut penelitian, perempuan pemimpin memiliki efektifitas kepemimpinan yang tinggi dan dalam berkomunikasi lebih memiliki tingkat positif dibandingkan dengan pemimpin laki-laki. 15 Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan perempuan sangat memprihatinkan dan membutuhkan penyelesaian yang adil. Menurut Okin, 16 jender merupakan masalah keadilan dan terdapat tiga alasan utama mengenai hal tersebut. Pertama, pentingnya bahwa perempuan harus merasakan adanya keadilan. Kedua, saat ini kesetaraan secara serius dirusak oleh ketidakadilan jender yang dikonstruksi oleh masyarakat. Yang terakhir, keluarga harus pertama-tama menciptakan masyarakat yang adil, karena dalam keluarga merupakan akar perkembangan moral. Keluarga yang gagal melakukan kesetaraan laki-laki dan perempuan adalah keluarga yang gagal melakukan keadilan. Ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang menimpa kaum perempuan banyak terjadi karena dikonstruksi budaya dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang baru tentang eksistensi dan identitas perempuan ditengah Gereja harus ada untuk menghasilkan kesetaraan dan keadilan jender antara laki-laki dan perempuan. Itulah yang menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti pendeta perempuan yang belum pernah dilakukan khususnya dalam kepemimpinan di Gereja HKBP sekaligus merepresentasikan bagaimana pendeta perempuan memandang 15 Sharon Shocklay & Kelly Mc Kerrow, Advancing Women in Leadership, women.com, Vol. 31, 49 50/diunduh 3 April Susan Moller Okin, Justice Gender and the Family, USA, Basic Books, 1989,

10 eksistensi mereka sendiri dan bagaimana Gereja dengan diwakilkan Pendeta laki-laki dan jemaat memandang sebagai pemimpin Gereja. 6. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian adalah pendekatan kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dapat juga berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 17 Semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti atau dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Tehnik Pengumpulan data Data yang dikumpulkan nantinya akan berupa data primer diperoleh melalui: 1. wawancara 19 mendalam (depth interview) dengan para informan kunci yaitu Ephorus, Sekretaris Jenderal, Ketua Departemen Marturia, Diakonia, Koinonia, Ketua Bidang Perempuan dan Personalia serta beberapa orang pendeta pendeta perempuan dan pendeta laki-laki. 2. Selain itu pengumpulan data sekunder melalui buku, jurnal atau materi-materi tertulis lainnya yang memuat informasi tentang bahasan dan masalah penelitian ini. 3. Tehnik Analisa Data Data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan di lapangan, akan 17 Robert C Bogdan & Sari Knopp Biklen, Quality Research for Education: An Introduction to Theory and Methods, Boston, Allyn and Bacon, 1985, Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda, 2010, Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara, 2000,

11 dijelaskan dan diuraikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan landasan teori sebagai alat bedah analisis. Kesimpulan dari analisis merupakan temuan baru dari hasil penelitian ini. 7. Rencana Penelitian Secara garis besar penelitian akan disusun dalam lima bab. Bab I, Pendahuluan. Peneliti memaparkan latarbelakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, Landasan Teori. Peneliti akan membahas mengenai gereja, feminisme, jender, dan kepemimpinan yang melayani. Bab III, Hasil penelitian dan Analisa. Data akan dikumpulkan melalui wawancara Ketua Sinode (Ephorus), Sekretaris Jenderal dan Ketua Departeman Marturia, Koinonia, Diakonia, Ketua bidang pelayanan perempuan, Kepala Personalia, beberapa orang pendeta perempuan dan pendeta laki-laki dan langsung di analisa. Bab IV. Refleksi, memuat refleksi Penulis dari hasil penelitian yang sudah dikumpulkan. Bab V. Penutup yang berisi ke simpulan dan saran 11

Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan. di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Tesis. Diajukan kepada

Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan. di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Tesis. Diajukan kepada Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama untuk Memperoleh Gelar Magister Sosiologi Agama oleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI)

PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI) PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI) Nomor. Tahun 2016 Tentang : Pengelolaan Keuangan Sentralisasi HKI Dengan Kasih dan Karunia Tuhan Jesus Kristus, Pucuk Pimpinan Huria Kristen Indonesia, M e n i m

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam mempertahankan eksistensi sebuah organisasi keagamaan (gereja) bukanlah tanpa perjuangan. Perjuangan tersebut sangat memerlukan daya agar tetap bertahan (survive) ditengah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang sering disingkat dengan nama GKPI adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di dunia ini. Sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masuknya Ajaran Kharismatik Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan gereja pada umumnya dari zaman ke zaman. Demikian juga diwilayah

Lebih terperinci

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga PENGARUH JENDER DALAM LINGKUP PELAYANAN MAJELIS JEMAAT (Studi Kasus Terhadap Kesenjangan Jender dalam Struktur Kepemimpinan Majelis Jemaat GPM Pulau Saparua) Oleh, Michael Willy Patawala 712008039 TUGAS

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Suku Batak memiliki lima sub suku, yaitu suku Toba, Simalungun, Karo, Pak-Pak atau Dairi, dan Angkola-Mandailing. Setiap sub suku tersebut memiliki ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB IV. Refleksi Teologis BAB IV Refleksi Teologis Budaya patriarki berkembang dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia dan mengakibatkan adanya pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. 1. Kisah Ina Mana Lali Ai ini merupakan gambaran dari realitas

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. 1. Kisah Ina Mana Lali Ai ini merupakan gambaran dari realitas BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 1. Kisah Ina Mana Lali Ai ini merupakan gambaran dari realitas sosial kehidupan masyarakat Rote Dengka, di mana mereka ingin menunjukan bahwa orang Rote adalah orang yang cerdik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan internet saat ini memberikan banyak kemudahan bagi para penggunanya. Internet memungkinkan penggunanya mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia

BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP 2.1. Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia 2.1.1. Pengertian Gereja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gereja adalah rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki dalam segala bidang kehidupan, seperti hukum, pemerintahan, politik, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki dalam segala bidang kehidupan, seperti hukum, pemerintahan, politik, pendidikan, BAB I PENDAHULUAN...Karena Perempuan adalah mitra laki-laki Yang diciptakan dengan kemampuan-kemampuan mental yang setara dengannya... Mahatma Gandi 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Kata gender berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Pandangan tradisional yang mengatakan bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga dimana suami berperan sebagai pencari nafkah dan istri menjalankan fungsi pengasuhan

Lebih terperinci

Altmann, Walter A Luther and Liberation, Minneapolis (Fortress Press)

Altmann, Walter A Luther and Liberation, Minneapolis (Fortress Press) DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Altmann, Walter. 1987 A Luther and Liberation, Minneapolis (Fortress Press) Banks, Robert dan Ledbetter, Bernice M. 2004 Reviewing Leadership, USA (Grand Rapids) Barth-Frommel,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Matius 16:21-28;

Lebih terperinci

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) Oleh David Sarman H Pardede Nim

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. Pemahaman jemaat baik itu orang tua maupun

Lebih terperinci

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan ialah ikatan lahir batin

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Kedudukan perempuan dalam penyelesaian sengketa waris masyarakat adat

BAB IV PENUTUP. 1. Kedudukan perempuan dalam penyelesaian sengketa waris masyarakat adat BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kedudukan perempuan dalam penyelesaian sengketa waris masyarakat adat Batak Toba berdasarkan putusan hakim adalah sama secara umum, artinya perempuan telah menjadi ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

Lisa Hulda Lessil

Lisa Hulda Lessil PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ADAT (SuatuKajian dari Perspektif KeadilanJender terhadapdendaadat di Moa Barat-Maluku

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu BAB I A. Latar Belakang Masalah Sejarah mencatat bahwa Gereja hadir karena Tuhan Yesus memanggil umat manusia unuk menjadi pengiring-nya (murid). Mereka dipanggil dalam sebuah persekutuan dengan Dia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan generasi sebelumnya. Menurut psikolog Ratih Ibrahim sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan generasi sebelumnya. Menurut psikolog Ratih Ibrahim sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kini sudah jadi kecenderungan orang menikah di usia yang lebih tua dibandingkan generasi sebelumnya. Menurut psikolog Ratih Ibrahim sebagaimana yang dikutip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. Bagian ini merupakan hasil penelitian yang langsung dianalisa. Pada bab ini penulis akan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. Bagian ini merupakan hasil penelitian yang langsung dianalisa. Pada bab ini penulis akan BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Bagian ini merupakan hasil penelitian yang langsung dianalisa. Pada bab ini penulis akan menjabarkan: profil Gereja HKBP, relasi pendeta perempuan dengan lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Warga jemaat HKBP adalah orang Kristen yang namanya tercatat dalam buku register warga jemaat HKBP dan menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di HKBP. Lebih jelasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi

Lebih terperinci

INA MANA LALI AI. (Studi Jender Terhadap Ungkapan Makna Ina Mana Lali Ai yang. Menyebabkan Ketidakadilan Terhadap Perempuan Rote di Dengka Kec.

INA MANA LALI AI. (Studi Jender Terhadap Ungkapan Makna Ina Mana Lali Ai yang. Menyebabkan Ketidakadilan Terhadap Perempuan Rote di Dengka Kec. INA MANA LALI AI (Studi Jender Terhadap Ungkapan Makna Ina Mana Lali Ai yang Menyebabkan Ketidakadilan Terhadap Perempuan Rote di Dengka Kec. Rote Barat Laut Kab. Rote Ndao) TESIS Diajukan Kepada Program

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia secara individu maupun secara sosial tidak pernah lepas dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. Manusia secara individu maupun secara sosial tidak pernah lepas dari aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia secara individu maupun secara sosial tidak pernah lepas dari aspek budaya dalam hal ini adat-istiadat. Setiap bangsa di dunia memiliki adat istiadat

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

@UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Minimnya partisipasi warga jemaat secara khusus para pemuda di HKBP Yogyakarta, tentu menjadi suatu keprihatinan bagi gereja. Partisipasi para pemuda dalam gereja

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga LAMPIRAN A. Foto-foto Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga mantan ketua sinode periode lalu (gambar bawah sebelah kiri) serta ketua sinode periode 2011-2015 (gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Dalam perspektif sosiologis dapat dikatakan bahwa, gereja sebagai suatu institusi sosial,

Bab I PENDAHULUAN. Dalam perspektif sosiologis dapat dikatakan bahwa, gereja sebagai suatu institusi sosial, Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Politik adalah sebuah bidang kehidupan di mana gereja dapat memperjuangkan terwujudnya tanda-tanda kerajaan Allah dalam Yesus Kristus: keadilan, kebenaran, HAM dan damai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. Dasar kesaksian dan pelayanan gereja adalah Kristus. Kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas

Lebih terperinci