BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

Hubungan Jumlah Folikel Antral dengan Respons Ovarium terhadap Stimulasi Ovulasi

HUBUNGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL DENGAN RESPONS OVARIUM TERHADAP STIMULASI OVULASI. IB Putra Adnyana

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

Gangguan Hormon Pada wanita

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AMENOREA SEKUNDER M. Thamrin Tanjung

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

Standardisasi Kurikulum PERFITRI. Training and Education

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami masa menopause yang salah satu dampaknya adalah menurunnya. yang belum siap dalam menghadapi masa menopause.

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

BAB I. PENDAHULUAN A.

Fertilisasi In Vitro. Hanya 7 Hari. Memahami

Ovarian Cysts: A Review

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

1 H erbal & Superfood Terbaik Untuk Masalah Kesuburan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan disforik pra-menstruasi (GDPM) merupakan gangguan mood yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche, maka akan dibahas

BAB I PENDAHULUAN. Selama dua dasa warsa terakhir, angka keberhasilan teknik reproduksi

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu tersebut. Tiga perkembangan terbesar yang telah memberikan dampak pada infertilitas, yaitu: 1. Pengenalan Invitro Fertilisasi (IVF) dan teknologi reproduksi berbantu (TRB/ Assisted Reproductive Technology/ART), 2. Perubahan demografi telah mengakibatkan jumlah yang lebih besar pada wanita yang lebih tua yang menginginkan kehamilan saat secara biologis mereka kurang subur, 3. Kemajuan dalam ART dan kekhawatiran tentang penurunan kesuburan karena usia. Oleh karena itu, pasangan yang kurang subur sekarang lebih mungkin untuk mendapatkan nasihat, evaluasi medis dan pengobatan. 1 Masalah-masalah infertilitas yang dulu tidak ada pemecahannya sehingga kehamilan sulit terjadi, sekarang telah ada jalan keluarnya. Pemahaman yang lebih luas dan mendalam dalam patofisiologi infertilitas telah mengakibatkan berkembangnya kemampuan dalam teknologi diagnostik maupun prosedur pengobatan yang terkini dan lebih efektif. 2 Dengan demikian tahapan-tahapan penanganan pasangan infertil bisa dilakukan dengan baik sehingga tidak membuang biaya yang tidak perlu maupun waktu yang berlarut-larut. Jika pasangan infertil akhirnya harus masuk program IVF, maka mereka sebaiknya masuk pada saat yang tepat dan pada usia ideal. 3 7

Tetapi secara kumulatif, kehamilan mencapai 84% dalam 12 bulan dan 90% dalam 6 bulan. Oleh karena itu secara klasik infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama 12 bulan. 4,5 Maka dalam praktek klinik umumnya dipakai batasan 12 bulan untuk mulai melakukan pemeriksaan. 3 Bahkan Bayer SR, dkk menganjurkan untuk memulai pemeriksaan dan pengobatan jika dalam 6 bulan belum terjadi kehamilan. 4 Hanya pemeriksaan-pemeriksaan yang valid, tidak terlalu invasif dan lebih murah dari segi biaya yang sebaiknya dilakukan terlebih dulu. 6 Kemungkinan hamil akan menurun sesuai bertambahnya umur. Angka kehamilan mulai menurun pada usia 35 tahun dan sangat menurun pada usia diatas 40 tahun. 7 Wanita pada usia 40 tahun harus dikonseling mengenai menurunnya kemungkinan hamil walaupun dengan pengobatan yang agresif seperti IVF. 4 Oleh karena itu bagi para dokter yang berkecimpung dalam bidang kedokteran reproduksi ini khususnya dalam masalah infertilitas haruslah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai berbagai faktor yang terlibat dalam masalah infertilitas ini, agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik pada pasien yang membutuhkan. Sangatlah penting untuk memulai pemeriksaan dan pengobatan sedini mungkin pada usia wanita semuda mungkin dan melakukan pemeriksaan dengan uji diagnostik yang akurat dan valid untuk mendapatkan diagnostik yang akurat dan memulai pengobatan sesegera mungkin berdasarkan evidence based, agar kita tidak menghilangkan kesempatan pasangan suami istri untuk memperoleh anak biologiknya sendiri akibat pemeriksaan yang tidak akurat dan pengobatan yang tidak tepat yang kita lakukan. 3 Menurut Edward RG cumulative conception rate berturut-turut akan menurun sesuai bertambahnya usia yaitu 20,5% pada usia 20-24 tahun, menjadi 16,6% pada usia 30-34 tahun, menjadi 8,3% pada usia 8

40-45 tahun. 8 Penurunan kemampuan reproduksi ini merupakan gambaran penuaan ovarium yang ditandai dengan berkurangnya jumlah folikel yang mengakibatkan terjadi kompromi dalam gametogenesis dan fungsi endokrin ovarium. 9 Fungsi ovarium umumnya digambarkan dengan cadangan folikel tersisa di dalam ovarium (ovarian reserve). Istilah ovarian reserve biasanya dipakai untuk menggambarkan kualitas dan kuantitas dari oosit. Usia reproduksi berhubungan dengan penurunan jumlah folikel primordial dan berkurangnya kualitas oosit. 10 Jumlah folikel yang akan tumbuh di ovarium untuk memasuki fase pertumbuhan menuju stadium antral akan menurun dengan meningkatnya usia. 11 Haruskah semua wanita kurang subur melakukan tes cadangan ovarium? Tentu saja, hasil tes abnormal pada wanita muda sangat rendah, kecuali mungkin ketidaksuburan mereka tidak dapat dijelaskan setelah evaluasi menyeluruh lainnya. 1 Selama 15 tahun terakhir, penelitian tentang mekanisme yang terlibat dalam penuaan reproduksi dan konsekuensi klinis telah mendorong upaya untuk mengukur cadangan ovarium, yang menjelaskan ukuran dan kualitas simpanan folikel pada ovarium. Tes cadangan ovarium yang paling mudah dan efisien dievaluasi dengan memeriksa hubungan antara hasil tes dan karakteristik siklus IVF dan hasilnya. 1 Mengingat bahwa penurunan kesuburan seiring dengan usia dan peningkatan kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH) serum adalah salah satu indikasi awal penuaan reproduksi pada wanita, adalah logis untuk mengantisipasi bahwa konsentrasi FSH mungkin memiliki nilai prognostik. Pada fase folikuler awal (siklus hari 3) serum FSH adalah yang paling sederhana dan paling banyak digunakan untuk mengukur cadangan ovarium. 1 9

Banyak metode lain untuk mengukur cadangan ovarium telah diteliti, meliputi : volume ovarium dan penghitungan jumlah folikel antral folikular dini, kadar inhibin-b basal dan kadar inhibin-b yang terstimulasi FSH eksogen atau klomipen sitrat, respon (FSH, estradiol, inhibin-b) terhadap stimulasi dengan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) agonis atau gonadotropin menopause manusia, dan kadar Anti Mullerian Hormone (AMH) basal dan AMH yang terstimulasi agonis GnRH atau gonadotropin. 1 Menurut WHO bahwa pemeriksaan hormonal perlu dilakukan untuk mengetahui fungsi ovarium dan fungsi ovulasi. Untuk menilai fungsi ovarium sebaiknya pemeriksaan hormonal basal pada hari ke 3-5 siklus haid untuk hormonal FSH, Luteinizing Hormone (LH) dan estradiol. 12 Pemeriksaan kadar FSH basal umumnya dilakukan sebagai penapisan (screening) bukan untuk diagnosis. 13 Kadar FSH basal hanya sebagai pengukuran tidak langsung untuk jumlah folikel sementara jumlah folikel antral ovarium (Antral folicle count/afc) lebih mencerminkan secara langsung ovarian reserve dan variasi antar siklusnya lebih stabil. 14 Menurut Thomas C, dkk 15 dan Chang MY, dkk 16 memperkenalkan AFC sebagai suatu cara yang mudah dilakukan dan non invasif untuk melengkapi informasi penting mengenai respon ovarium sebelum memulai stimulasi gonadotropin dalam program IVF. Pada wanita muda, jumlah sekelompok folikel antral yang normal adalah 3-11 folikel perovarium. 1 Folikel antral yang dihitung untuk proses superovulasi dari kedua ovarium merupakan folikel primordial yang akan berkembang menjadi folikel yang matang. Penghitungan jumlah folikel antral kedua ovarium < 5 menunjukkan kelompok respon buruk dalam program superovulasi, jika 5-10 folikel termasuk kelompok respon kurang, dan kelompok 11-30 folikel termasuk respon baik, 10

diatas 30 folikel disebut respon berlebihan. 16,17 Hal ini akan membantu dokter dan pasien untuk membatalkan siklus lebih awal dan mengurangi beban psikologik, finansial dan medikal dengan penundaan pembatalan IVF. 13 Mengingat di Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran belum pernah dilakukan penelitian ini, maka menjadi dasar perlu untuk dilakukan penelitian ini. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan literatur yang disebut diatas dapat diangkat suatu permasalahan 1. Bagaimana hubungan antara umur terhadap FSH basal dalam penilaian cadangan ovarium pada pasien infertil? 2. Bagaimana hubungan antara umur terhadap jumlah folikel antral ovarium dalam penilaian cadangan ovarium pada pasien infertil? 3. Bagaimana hubungan antara FSH basal terhadap jumlah folikel antral ovarium dalam penilaian cadangan ovarium pada pasien infertil? 1.3. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian ini adalah umur mempunyai hubungan terhadap kadar FSH basal dan jumlah antral folikel ovarium dalam penilaian cadangan ovarium pada pasien infertil. 11

1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. TUJUAN UMUM Untuk menganalisa hubungan umur terhadap FSH basal dan jumlah folikel antral ovarium dalam penilaian cadangan ovarium pada pasien infertil. 1.4.2. TUJUAN KHUSUS 1. Melihat hubungan umur dengan FSH basal pada pasien infertil. 2. Melihat hubungan umur dengan jumlah folikel antral ovarium pada pasien infertil. 3. Melihat hubungan FSH basal dengan jumlah folikel antral ovarium pada pasien infertil. 1.5. MANFAAT PENELITIAN 1. Dapat menggunakan kadar FSH basal dan jumlah folikel antral ovarium sebagai alternatif dalam menentukan cadangan ovarium pada kelompok umur. 2. Mengidentifikasi kelompok umur yang mengalami penurunan cadangan ovarium. 12