Standardisasi Kurikulum PERFITRI. Training and Education
|
|
- Benny Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Standardisasi Kurikulum PERFITRI Training and Education
2
3 Kurikulum Dokter TRB Basic 2 minggu pelatihan Intermediate 3 bulan pelatihan Advance 6 bulan pelatihan 20 pasien 30 pasien 50 pasien
4 PENGETAHUAN KETERAMPILAN 1 Konsep dasar hiperstimulasi ovarium terkendali 1 Melakukan pemeriksaan dan keputusan klinis pada pasangan infertilitas a. Folikulogenesis a. Pemeriksaan pada wanita dan pria b. Definisi, terminologi, b. Merencanakan pemeriksaan penunjang c. Prinsip stimulasi ovarium c. Menginterpretasi hasil pemeriksaan d. Farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obatan dalam HSOT i. Analisis sperma e. Analisis sperma ii. Profil hormon wanita dan pria f. Interpretasi pemeriksaan hormon iii. Pemeriksaan azoospermia 2 Prosedur fertilisasi in vitro (FIV) 2 Menyusun dan melakukan penanganan infertilitas yang tepat a. Hiperstimulasi ovarium terkendali 3 Melakukan prosedur IVF b. Siklus alamiah a. Protokol panjang c. Stimulasi ovarium minimal b. Protokol pendek d. Maturasi oosit in vitro c. Protokol antagonis e. Pemantauan perkembangan folikel dengan USG d. Transfer embrio pasca simpan beku f. Petik oosit e. Siklus alamiah g. Transfer embrio f. Petik oosit h. Penunjang fase luteal g. Transfer embrio 3 Protokol hiperstimulasi ovarium terkendali h. Penunjang fase luteal a. Protokol panjang dengan agonis GnRH 4 Melakukan pemeriksaan ultrasonografi b. Protokol pendek dengan agonis GnRH a. Melakukan pemeriksaan folikel antral basal c. Protokol pendek dengan antagonis GnRH b. Pemantauan perkembangan folikel 4 Prinsip dasar insufisiensi fase luteal dalam IVF c. Melakukan pengukuran dan penilaian endometrium 5 Dasar-dasar pemeriksaan ultrasonografi dalam fertilisasi in vitro d. Melakukan penilaian kehamilan awal pasca fertilisasi in vitro a. Pemantauan perkembangan folikel b. Pemantauan endometrium c. Pemantauan tanda kehamilan awal
5 Teori pelatihan Basic Penganganan infertilitas Stimulasi ovarium terkendali Pemantauan folikel dan endometrium Penunjang fase luteal Prosedur klinik petik oosit dan transfer embrio Pilihan obat dalam hiperstimulasi ovarium terkendali Tinjauan umum OHSS
6 Keterampilan pelatihan Basic Penatalaksaan infertilitas Pemeriksaan pada wanita dan pria Merencanakan pemeriksaan penunjang Menginterpretasi hasil pemeriksaan Analisis sperma Profil hormon wanita dan pria Melakukan pengukuran dan penilaian endometrium Melakukan penilaian kehamilan awal pasca fertilisasi in vitro Prosedur TRB Protokol SOT dalam teknik reproduksi berbantu Pemeriksaan azoospermia Dosis inisial dan dosis pengaturan dalam SOT Melakukan pemeriksaan ultrasonografi Inseminasi intrauterin Melakukan pemeriksaan folikel antral basal Tindakan ovum pickup clean case Pemantauan perkembangan folikel Observasi transfer embrio Penanganan OHSS
7 Teori pelatihan Intermediate Prosedur fertilisasi in vitro (FIV) Konsep dasar hiperstimulasi ovarium terkendali a. Folikulogenesis b. Definisi, terminologi, c. Prinsip stimulasi ovarium d. Farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obatan dalam HSOT e. Analisis sperma f. Interpretasi pemeriksaan hormon
8 Keterampilan pelatihan Intermediate Hiperstimulasi ovarium terkendali Penunjang fase luteal Siklus alamiah Protokol hiperstimulasi ovarium terkendali Stimulasi ovarium minimal Protokol panjang dengan agonis GnRH Maturasi oosit in vitro Protokol pendek dengan agonis GnRH Pemantauan perkembangan folikel dengan USG Petik oosit Transfer embrio Protokol pendek dengan antagonis GnRH Pemantauan perkembangan folikel Pemantauan endometrium Pemantauan tanda kehamilan awal
9 Teori pelatihan Advanced Hiperstimulasi ovarium terkendali Penunjang fase luteal Siklus alamiah Stimulasi ovarium minimal Maturasi oosit in vitro Pemantauan perkembangan folikel dengan USG Protokol hiperstimulasi ovarium terkendali Protokol panjang dengan agonis GnRH Protokol pendek dengan agonis GnRH Protokol pendek dengan antagonis GnRH Petik oosit Pemantauan perkembangan folikel Transfer embrio Pemantauan endometrium Pemantauan tanda kehamilan awal
10 Keterampilan pelatihan Advanced Melakukan prosedur IVF a. Protokol panjang b. Protokol pendek c. Protokol antagonis d. Transfer embrio pasca simpan beku e. Siklus alamiah f. Petik oosit g. Transfer embrio h. Penunjang fase luteal
11 LOGBOOK Penilaian Pasangan Infertil Keterampilan diagnosa klinis Interpretasi uji laboratorium dan pemeriksaan lainnya Pemilihan obat stimulasi ovarium Pemilihan pendekatan TRB yang tepat Prosedur Medis Induksi ovulasi Stimulasi ovarium untuk TRB Inseminasi dengan sperma suami Inseminasi intra - uterin Transfer embrio Konseling Manajemen OHSS Level Kompetensi Level Kompetensi 1 2 3
12 LOGBOOK Penilaian Ultrasonografi Anatomi pelvis normal dan abnormal : - uterus - ovarium dan adneksa - tuba fallopii Pengamatan folikel Kehamilan ekstra - uterin Jumlah Kasus/Prosedur/Tindakan yang Dilakukan Pemeriksaan pasangan infertil Stimulasi ovarium terkendali OPU ET Inseminasi Manajemen OHSS Level Kompetensi Jumlah prosedur/kasus/siklus di klinik Disupervisi Mandiri
13 Kurikulum Perawat TRB Basic Intermediate Advance 2 minggu pelatihan 3 bulan pelatihan 6 bulan pelatihan 10 pasien 20 pasien 30 pasien
14 NO KOMPETENSI PENGETAHUAN DASAR TEORI 1 Perawatan pasien dengan gangguan reproduksi Anatomi dan fisiologi reproduksi wanita dan pria 1. Melakukan pengkajian pasien dengan gangguan reproduksi Fisilogi konsepsi spontan 2. Mengetahui/menyiapkan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan Gangguan reproduksi wanita dan pria 3. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan reproduksi 2 Tatalaksana infertilitas pada wanita dan pria Tatalaksana infertilitas pada wanita dan pria 1. Melakukan investigasi dan pengkajian pada pasien infertilitas a. SPOK 2. Menyiapkan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan b. Endometriosis 3. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan kasus: SPOK, Endometriosis, Tuba non paten, Azoospermia c. Hidrosalping dan tuba non paten d. Azoospermia 3 Prosedur tehnologi reproduksi berbantu/ivf Peraturan dan etik dalam TRB Protokol Stimulasi ovarium terkontrol 1. Protokol stimulasi ovarium terkontrol dan dosis obat yang biasa digunakan 2. Menyiapkan prosedur diagnostik yang diperlukan Prosedur dan tahapan IVF 3. Menyiapkan pasien dalam program terapi Efek samping dan komplikasi prosedur IVF 4. Bersama pasien menjalankan program terapi yang direncankan Penatalaksanaan OHSS 5. Melakukan pendampingan pasien selama mengikuti program 6. Mengantisipasi terhadap kejadian efek samping dan komplikasi dari prosedur 7. Menyiapkan/asistensi tindakan ovum pick up, embrio transfer/freezing embrio transfer
15 4 Menyiapkan tindakan-tindakan office procedures Office procedures 1. Office Hysteroscopy 2. Hidrotubasi 3. Inseminasi 4. Aspirasi kista/folikel 5 Asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan sedasi/anestesi Pre-intra-post op dan ruang pulih Askep perioperatif 6 Konseling pasien infertilitas dan Support psikososial Stress adaptasi pasien infertilitas Tehnik-tehnik konseling pada pasien infertilitas Emosional dan psikososisal support pada pasien infertilitas 7 Membuat riset keperawatan sederhana Riset keperawatan 8 Managemen pelayanan keperawatan di center IVF Service excellent Manajemen komplen Case manager Manajemen resiko dan mutu pelayanan
16 Teori pelatihan Basic Anatomi dan fisiologi reproduksi wanita dan pria Fisilogi konsepsi spontan Gangguan reproduksi wanita dan pria Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan reproduksi Peraturan dan etik dalam TRB Protokol Stimulasi ovarium terkontrol Prosedur dan tahapan IVF Efek samping dan komplikasi prosedur IVF Tatalaksana infertilitas pada wanita dan pria a. SPOK b. Endometriosis c. Hidrosalping dan tuba non paten d. Azoospermia
17 Pelatihan Perawat Basic Batasan : kasus normoresponder Metode : Evaluasi : Logbook paparan 10 pasien Supervisi Diskusi kasus Praktik lapangan Kelas Pre dan post test
18 Teori pelatihan Intermediate Pengetahuan pelatihan Basic Pengetahuan dasar lab IVF/Embriologi: prosedur ICSI, AH, perkembangan embrio dan simpan beku embrio Askep perioperatif Stress adaptasi pasien infertilitas Tehnik-tehnik konseling pada pasien infertilitas Emosional dan psikososisal support pada pasien infertilitas Penatalaksanaan OHSS Interpretasi hasil pemeriksaan lab hormon dan analisa sperma
19 Keterampilan pelatihan Intermediate Perawatan pasien dengan gangguan reproduksi 1. Melakukan pengkajian pasien dengan gangguan reproduksi 2. Mengetahui/menyiapkan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan 3. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi Tatalaksana infertilitas pada wanita dan pria 1. Melakukan investigasi dan pengkajian pada pasien infertilitas 2. Menyiapkan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan 3. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan kasus: SPOK, Endometriosis, Tuba non paten, Azoospermia
20 Keterampilan pelatihan Intermediate (2) Prosedur teknologi reproduksi berbantu/ivf 1. Protokol stimulasi ovarium terkontrol dan dosis obat yang biasa digunakan 2. Menyiapkan prosedur diagnostik yang diperlukan 3. Menyiapkan pasien dalam program terapi 4. Bersama pasien menjalankan program terapi yang direncankan 5. Melakukan pendampingan pasien selama mengikuti program 6. Mengantisipasi terhadap kejadian efek samping dan komplikasi dari prosedur 7. Menyiapkan/asistensi tindakan ovum pick up, embrio transfer/freezing embrio transfer Menyiapkan tindakan-tindakan office procedures 1. Office Hysteroscopy 2. Hidrotubasi 3. Inseminasi 4. Aspirasi kista/folikel
21 Pelatihan Perawat Intermediate Batasan : kasus normoresponder Metode : Evaluasi : Logbook paparan 20 pasien Supervisi Diskusi kasus dan laporan Praktik lapangan Kelas Pre dan post test Portofolio
22 Teori pelatihan Advanced Teori basic Teori intermediate Teori advance Penatalaksanaa kasus sulit: Poor responder, DOR, dll Prinsip-prinsip konselor IVF Riset keperawatan Service excellent Manajemen komplain Case manager Manajemen resiko dan mutu pelayanan
23 Keterampilan pelatihan Advanced Keterampilan intermediate Keterampilan advance Konselor perawat fertilitas Case manajer research nursing (RN)
24 Pelatihan Perawat Advanced Batasan : kasus normoresponder/hyper/poor Metode : Logbook paparan 30 pasien Supervisi Diskusi kasus dan laporan Praktik lapangan Kelas Proposal penelitian Evaluasi : Pre dan post test Portofolio Uji Kompetensi sertifikat kompetensi
25 Kurikulum Embriolog Embriologis senior Kepala Laboratorium / Supervisor Embriologis Berlatih menjadi embriologis/ magang Syarat pendidikan minimal: Sarjana strata 1 (S1) bidang ilmu terkait ilmu-ilmu biologi
26 Embriologis Magang Lulusan sarjana S1 tanpa pengalaman di bidang embriologi klinis pada manusia Beban kerja : - Mempelajari menejemen logistik - Analisa sperma 3 bulan - Preparasi sperma (asistensi andrologis) - Pencatatan - Pemeliharaan inkubator (cek temperatur; gas; ph; sterilisasi) - Mempersiapkan culture dish - Membantu/asistensi prosedur deteksi oosit saat prosedur Ovum Pick Up (OPU) - Membantu/asistensi pengamatan fertilisasi dan perkembangan embrio - Membersihkan area kerja kultur embrio di dalam laboratorium TRB
27 Embriologis Magang (2) Ketrampilan kerja yang harus dikuasai - Menggunakan peralatan laboratorium: micropipette, sentrifus, serological pipette, pipet kaca/ pipet pasteur, termometer, gas meter - Memahami perbedaan dan kegunaan berbagai macam media kultur: bench media, media kultur, buffers, IVF, oil layer - Memahami berbagai macam jenis plastik dan peralatan kaca: cawan/dish, tabung, pipet - Memahami berbagai tipe inkubator: inkubator penghangat (tanpa gas); CO2; triple gas Pelatihan - Keselamatan dan kesehatan kerja, administrasi dasar (pencatatan data pasien; komputerisasi, dll) - Pelatihan analisa sperma dan preparasi sperma - Perlakuan/manipulasi oosit (menggunakan oosit yang sudah rusak, unfertilized oocyte, oosit hewan atau model oosit/blue beads untuk berlatih)
28 Embriologis Magang (3) Periode tahap magang: bervariasi antara 3 bulan sampai dengan 2 tahun tergantung perkembangan ketrampilan kerja dan pelatihan Penilaian Jumlah aktifitas dengan supervisi ( 10 sampel analisa sperma; 10 sample preparasi sperma; 10 penanganan/ manipulasi oosit) ditandatangani oleh embriologis senior atau kepala klinik, setiap melakukan kegiatan. Jumlah aktifitas mandiri (10 sampel analisa sperma; 10 sampel preparasi sperma; 10 penanganan/ manipulasi oosit) ditandatangani oleh embriologis senior atau kepala klinik, setiap melakukan kegiatan. Magang dilakukan 3-6 bulan di awal tahapan berlatih menjadi embriologis
29 Embriologis Tahap selanjutnya setelah dinyatakan lulus dari tahapan berlatih/magang Pegawai baru dengan pengalaman cukup memadai yang telah diperoleh dari klinik IVF yang lain, mungkin saja harus melalui tahap berlatih kembali (masa orientasi). Misalnya saja, tidak melakukan prosedur embriologi paling tidak 20 kasus dalam satu tahun. Embriologis boleh melakukan pekerjaan secara mandiri, namun selalu melaporkan kepada supervisor atau embriologis senior. Diperlukan beberapa tambahan ketrampilan pada tahapan ini.
30 Embriologis (2) Beban kerja Preparasi sperma secara mandiri Deteksi oosit pada tindakan OPU, melakukan inseminasi konvensional (IVF=In Vitro Fertilization) Melakukan penggantian media, memindahkan embrio ke media yang baru Melakukan penilaian gamet dan kualitas embrio Pekerjaan-pekerjaan lain yang telah dilakukan pada tahapan magang/berlatih menjadi embriologis Memastikan semua peralatan yang ada/ terkait dengan laboratorium IVF, diberfungsi dengan baik
31 Embriologis (4) Ketrampilan kerja yang harus dikuasai Memahami tahap perkembangan embrio dan mengenali perbedaan kualitas gamet dan embrio Mantap dan percaya diri dalam menangani embrio dan gamet Melaporkan dan menganalisa secara ilmiah Mampu dan inisiatif mempresentasi data dan hasil pekerjaan pada pertemuan internal ataupun seminar nasional/ internasional Pelatihan Vitrifikasi/ slow cooling dan simpan beku sperma Deteksi sperma dalam prosedur TESA/PESA ICSI (IntraCytoplasmic Sperm Injection) dan biopsi QC (Quality Control) dan trouble shooting Menangani blastomer post biopsi
32 Embriologis (5) Periode tahap embriologis: tidak ditentukan, tergantung pada kemampuan masing-masing individu, juga kondisi laboratorium Penilaian Penilaian dilakukan berdasarkan penguasaan ketrampilan selama tahapan embriologis Jumlah kegiatan mandiri selama training ketrampilan embriologis (melakukan ICSI minimal 30 oosit dengan angka fertilisasi > 50%)
33 Embriologis Senior Bekerja mandiri, melaporkan pekerjaan kepada kepala/ penanggungjawab laboratorium atau supervisor Bertanggungjawab terhadap peserta magang dan embriologis Merupakan jenjang kelanjutan bagi embriologis. Embriologis dari klinik lain dapat menempati tahapan ini dengan penilaian dari supervisor/ kepala laboratorium Beban kerja: i. Seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh embriologis ii. ICSI dan biopsi embrio iii. Vitrifikasi iv. Deteksi sperma pada prosedur PESA/TESE v. Melatih peserta magang/ memberikan pelatihan ketrampilan baru vi. Memberikan penilaian terhadap peserta magang dan embriologis kemudian melaporkan kepada kepala laboratorium/ supervisor
34 Embriologis Senior (2) Ketrampilan: Seluruh ketrampilan yang harus dikuasai oleh embriologis Mampu membangun komunikasi yang baik dengan pasien, dokter, keperawatan dan pihak-pihak terkait dengan kegiatan di laboratorium IVF GC dan trouble shooting Pelatihan: Pelatihan menejerial, QC, analisa data Periode: tidak ditentukan Penilaian Kepemimpinan, kerjasama Integritas
35 Kepala Embriologis Kepala Laboratorium / Supervisor a. Minimal jenjang pendidikan S2 atau S1 dengan paling tidak berpengalaman di bidang embriologi selama 5 tahun b. Embriologis atau embriologis senior dapat ditunjuk sebagai kepala (atau melamar sebagai kepala laboratorium) c. Wajib menguasai dengan baik seluruh ketrampilan embriologis dan embriologis senior ketrampilan d. Bertanggungjawab terhadap kegiatan harian laboratorium, melaporkan kepada kepala klinik
36
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN REPRODUKSI DENGAN BANTUAN ATAU KEHAMILAN DI LUAR CARA ALAMIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.868, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Reproduksi. Bantuan. Kehamilan Di Luar. Alamiah. Pelayanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43
Lebih terperinciMeet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
i KONTRIBUTOR Dr. Nanang W. Astarto, dr., Sp.OG(K), MARS Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K) Dr. Tita Husnitawati Madjid, dr., Sp.OG(K) Dr. Tono Djuwantono, dr., Sp.OG(K), M.Kes Dr. Ruswana Anwar, dr.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas secara umum didefinisikan sebagai hubungan seksual tanpa proteksi selama 1 tahun yang tidak menghasilkan konsepsi. Dalam satu tahun, konsepsi terjadi pada
Lebih terperinciBAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi
BAB III FERTILISASI IN VITRO A. Pengertian Fertilisasi In Vitro Fertilisasi in Vitro merupakan salah satu dari teknik inseminasi buatan 1 yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fertilisasi in vitro (FIV) merupakan salah satu cara bagi pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Stimulasi ovarium pada program FIV dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu
Lebih terperinciRAPAT KERJA TRAINING & EDUCATION. Hotel Akmani, Jakarta 5 Juni 2016
RAPAT KERJA TRAINING & EDUCATION Hotel Akmani, Jakarta 5 Juni 2016 ESHRE ASRM PERFITRI A. TRAINING : ACCREDITATION CONTINUING MEDICAL EDUCATION TRAINING CENTRE IN INDONESIA B. EDUCATION : 1. PERFITRI SCIENTIFIC
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Folikel Antral Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat dilihat di ovarium dengan menggunakan USG transvaginal. Folikel antral disebut
Lebih terperinciPERHIMPUNAN FERTILISASI IN VITRO INDONESIA PERKUMPULAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI INDONESIA [PERFITRI - POGI]
Dewan Penasehat Samsulhadi Akmal Taher TZ Jacoeb Noor Pramono Julianto Witjaksono Komite Etik M. Anwar Fadjar Siswanto Nanang W. Astarto Irsal Yan Ketua Soegiharto Soebijanto Wakil Sekretaris Budi Wiweko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama dua dasa warsa terakhir, angka keberhasilan teknik reproduksi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama dua dasa warsa terakhir, angka keberhasilan teknik reproduksi berbantu fertilisasi in vitro pada beberapa Pusat Klinik Bayi Tabung di Indonesia dilaporkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan
BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data
Lebih terperinciMeet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas dan kelebihan berat badan bukan hanya menjadi masalah di negara maju tetapi juga merupakan masalah yang semakin meningkat di negara-negara berkembang. Obesitas
Lebih terperinciNi Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.
Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aplikasi bioteknologi reproduksi di bidang peternakan merupakan suatu terobosan untuk memacu pengembangan usaha peternakan. Sapi merupakan salah satu jenis ternak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium (Guyton dan Hall, 2006). Ovum merupakan oosit
Lebih terperinciJadwal Acara PRA KONAS
Jadwal Acara PRA KONAS 1. Workshop USG Transvaginal Topik 07.30 08.00 Pendaftaran 08.00 08.10 Pendahuluan 08.10 08.30 Tips dan Trik USG Trannsvaginal, Anatomi Organ Panggul 08.30 08.50 Etiko dan Medikolegal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kehamilan adalah bertemunya sel sperma dan ovum matang di tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, 2002). Kehamilan dan persalinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menikah dan memiliki keturunan adalah suatu fase yang dijalani manusia dalam siklus kehidupannya. Memiliki keturunan sebagai penerus generasi dirasakan sebagai suatu
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : Blok : REPRODUKSI Bobot : 4 SKS Semester : IV Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: - Menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pelayanan kesehatan rumah sakit adalah pelayanan atau asuhan pasien. Dewasa ini telah berkembang model pelayanan pasien dari model lama, dimana
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER. A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia
38 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia Pada dasarnya proses pembuahan yang alami terjadi dalam rahim manusia melalui cara yang alami pula (hubungan
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.
Lebih terperincitahun berhubungan suami isteri tanpa
INFERTILITAS WANITA Dr SYAMSUL A.NST.SpOG DEFINISI Infertilitas secara umum didefinisikan sebagai 1 tahun berhubungan suami isteri tanpa pencegahan a tidak tda mendapat konsepsi /hamil. Fertilitas : Kemampuanp
Lebih terperinciDefenisi. endometrium kavum uteri tidak termasuk
Defenisi Normal blastokis nidasi (implantasi) pada endometrium kavum uteri tidak termasuk serviks dan kornu uteri. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi diluar endometrium
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kehadiran seorang anak dalam suatu perkawinan merupakan anugerah yang sangat istimewa, bahkan tidak ternilai harganya. Setiap pasangan suami istri selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker kedua terbanyak yang menyebabkan kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari 250.000 perempuan diseluruh dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut dengan puerperium (Patricia W. Ladewig, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode post partum adalah masa (kira-kira 6 minggu) setelah kelahiran bayi, selama tubuh beradaptasi ke keadaan sebelum hamil, atau disebut dengan puerperium (Patricia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah tersebut melintas kelipatan paha (Oswari, 2000). penurunan fungsi organ (Oswari, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia femoralis adalah suatu penonjolan hernia yang melalui kanalis femoralis di sepanjang pembuluh darah femoralis ketika pembuluh darah tersebut melintas kelipatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Ovarium merupakan bagian organ reproduksi wanita, yang memproduksi hormon dan berisi folikel yang akan dirilis untuk tujuan reproduksi (Katz et al, 2007). Kerusakan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013 Mitos yang mengatakan infertil hanya dialami wanita masih berkembang dimasyarakat indonesia. Ini harus dibenahi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencapai kehamilan yang berkualitas harus didukung dengan adanya pelayanan antenatal care yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan klien. Kehamilan di definisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah kesehatan gigi dewasa ini tidak hanya membahas gigi geligi saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi
Lebih terperinciPenyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dia hasil bayi tabung. Apa si sebenarnya definisi atau pengertian bayi tabung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seringkali kita mendengar kata ikut bayi tabung aja atau anak dia hasil bayi tabung. Apa si sebenarnya definisi atau pengertian bayi tabung itu? Apakah ini cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi merupakan anugrah terindah yang diberikan oleh sang pencipta kepada manusia. Era globalisasi yang semakin maju diharapkan bangsa Indonesia dapat menciptakan
Lebih terperinciSistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;
Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin
Lebih terperinciAnatomi/organ reproduksi wanita
Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon
Lebih terperinci1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini adalah fenomena bayi tabung. Teknologi ini telah dirintis oleh PC Steptoe dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Teknologi reproduksi manusia telah berkembang. sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi reproduksi manusia telah berkembang sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini. Ruang lingkup teknologi reproduksi antara lain meliputi fertilisasi in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seseorang yang pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seseorang yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Asuhan pada masa nifas diperlukan
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI DASAR Program studi Bioteknologi. By : Seprianto, S.Pi, M.Si
BIOTEKNOLOGI DASAR Program studi Bioteknologi By : Seprianto, S.Pi, M.Si Pertemuan ke 11 Tugas Tugas Diberikan dalam bentuk kelompok Bahan yang di presentasikan masing masing kelompok mendapat topik yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ENDOMETRIOSIS FERTILITY INDEX (EFI) DAN KEBERHASILAN FERTILISASI IN VITRO (FIV)
HUBUNGAN ANTARA ENDOMETRIOSIS FERTILITY INDEX (EFI) DAN KEBERHASILAN FERTILISASI IN VITRO (FIV) Adelina Amelia 1, Djaswadi Dasuki 2, Heru Pradjatmo 3 ABSTRACT Background: Endometriosis is a gynecological
Lebih terperinciFertilisasi In Vitro. Hanya 7 Hari. Memahami
Hanya 7 Hari Memahami Fertilisasi In Vitro Dr. Wiryawan Permadi, Sp.OG (K) - Ahli Kesuburan Dr. Tono Djuwantono, Sp.OG (K) - Ahli Kesuburan Drs. Harris Herlianto (Embriologis) Danny Halim, S.Ked. RF.KKS.03.06.2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena masih tingginya angka kematian. Penyebab langsung diantaranya karena perdarahan, infeksi, pre
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bioteknologi reproduksi merupakan teknologi unggulan dalam memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di dalamnya pemanfaatan proses rekayasa fungsi
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciStres Infertilitas Menghambat Maturasi Oosit dan Hasil Fertilisasi In Vitro
Stres Infertilitas Menghambat Maturasi Oosit dan Hasil Fertilisasi In Vitro Hendy Hendarto Departemen Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr Soetomo Surabaya ABSTRAK Tujuan:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak yang dapat menyediakan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia selain dari sapi, kerbau dan unggas. Oleh karena itu populasi dan kualitasnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya menjadikan subsektor peternakan sebagai pendorong kemandirian pertanian Nasional, dibutuhkan terobosan pengembangan sistem peternakan. Dalam percepatan penciptaan
Lebih terperinciPOKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)
POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) Elemen Penilaian KPS 1 1. Perencanaan harus mempertimbangkan misi rumah sakit, keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan pasien
Lebih terperinciTRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN
Pengertian Tujuan Kebijakan Transfer pasien pindah perawatan ke rumah sakit lain adalah memindahkan pasien dari RSIA NUN ke RS lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang
Lebih terperinciPROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada
PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Problem Oriented Medical Record merupakan suatu sistem yang memberikan cara dokumentasi menurut sistem
Lebih terperinciManajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-
Manajemen Asuhan Keperawatan RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen pada proses keperawatan Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi evaluasi langkah awal dalam proses keperawatan PENGKAJIAN proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciPELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI
PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. INFERTILITAS Sebelum pemeriksaan apapun dimulai, penyebab utama ketidaksuburan dan komponen dasar evaluasi infertilitas yang dirancang untuk mengidentifikasi penyebab tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan suatu pertumbuhan abnormal dari sel sel serviks uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di RSDK tahun
Lebih terperinciHubungan antara Angka Ketahanan Hidup Sperma dan Morfologi Sperma Terhadap Angka Fertilisasi pada Pasien Program Bayi Tabung
Hubungan antara Angka Ketahanan Hidup Sperma dan Morfologi Sperma Terhadap Angka Fertilisasi pada Pasien Program Bayi Tabung The Correlation Between Sperm Survival Test (SPERST) and Sperm Morphology With
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah
Lebih terperinci2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.
COACHING PROSES Pengertian : 1). Pemberdayaan kualitas potensial mahasiswa 2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau lebih telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masingmasing
BAB I PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa semua bayi baru baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat
Lebih terperinciPERFITRI dan Merck Konsisten Lanjutkan Edukasi Infertilitas dan Bayi Tabung
Kontak Anda Niken Suryo Sofyan Telepon +62 21 2856 5600 26 Maret 2013 PERFITRI dan Merck Konsisten Lanjutkan Edukasi Infertilitas dan Bayi Tabung Infertil atau tidak subur adalah ketidakmampuan untuk menjadi
Lebih terperinciSiklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12
Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar dan ilmu keperawatan. The American Nurse Association (ANA) dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan sintesis dari ilmu- ilmu dasar dan ilmu keperawatan. The American Nurse Association (ANA) dalam publikasi Nursing : Asocial Ptan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Jumlah penduduk merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh setiap negara, karena membawa konsekuensi di segala aspek antara lain pekerjaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KB yang bertujuan untuk memberikan pelayanan berkualitas untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan komprehensif adalah asuhan yang diberikan oleh bidan dari mulai masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan penggunaan KB yang bertujuan untuk memberikan
Lebih terperinciImplementasi Reproduksi dan Embriologi dalam Kehidupan Seharihari
BAGIAN KE-17 Implementasi Reproduksi dan Embriologi dalam Kehidupan Seharihari Sesudah mempelajari materi ke-17 ini mahasiswa diharapkan dapat : Mengenal bentuk-bentuk penerapan teknologi di bidang Reproduksi
Lebih terperinciPELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)
PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciSUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI
SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI Pendahuluan Mewujudkan praktik keperawatan profesional perlu didukung oleh fungsi-fungsi manajemen keperawatan yang baik Salah satu fungsi yang harus dilakukan adalah
Lebih terperinciHubungan Jumlah Folikel Antral dengan Respons Ovarium terhadap Stimulasi Ovulasi
Vol 32, No 1 Januari 2008 dan respons stimulasi ovulasi 33 Hubungan Jumlah Folikel Antral dengan Respons Ovarium terhadap Stimulasi Ovulasi I.B.P. ADNYANA Divisi FER Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Lebih terperinciAsuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia 2010 adalah meningkatkan kesadaran,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap individu agar terwujud kesehatan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat
Lebih terperinciPROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA
PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA Laboratorium Rs Royal Progress Page 1 1. PENDAHULUAN Citra rumah sakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SRI NURYATI
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN BAYI TABUNG PADA PEREMPUAN USIA 25-38 TAHUN YANG MENGIKUTI PROGRAM BAYI TABUNG DI KLINIK PERMATA HATI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan terjadi perubahan meliputi perubahan fisik, emosional ibu dan status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan hasil dari pertemuan sel sperma dan sel telur, kemudian berkembangan menjadi janin di dalam rahim. Masa kehamilan akan terjadi perubahan meliputi
Lebih terperinciTERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO
TESIS TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO FRANSISKUS CHRISTIANTO RAHARJA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS TERDAPAT HUBUNGAN
Lebih terperinci