HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

HASIL. Tabel 1 Pertumbuhan galur B. japonicum dan E. coli pada media agar yang mengandung antibiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Karat Daun Krisan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Bintil Akar

FUSI GEN KITINASE Aeromonas caviae WS7b DENGAN PROMOTOR sigb DARI Bacillus subtilis 168 DAN EKSPRESINYA PADA Escherichia coli ADE SAPUTRA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

`BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. isolatnya ditunjukkan dalam table 4.1 di bawah ini;

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Isolasi Bakteri Rizosfer dari Tanaman Jagung (Zea mays)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Mobilitas Unsur Fosfat. Tanah asam adalah pembatas bagi pertumbuhan tanaman karena

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL. Aktivitas Antimikrob Ekstrak Kasar Senyawa Antimikrob

KLONING FRAGMEN DNA GENOM YANG TERLIBAT DALAM TOLERANSI ASAM-ALUMINIUM PADA BRADYRHIZOBIUM JAPONICUM

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi

KLONING FRAGMEN DNA GENOM YANG TERLIBAT DALAM TOLERANSI ASAM-ALUMINIUM PADA Bradyrhizobium japonicum MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON.

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Seleksi Bakteri Probiotik Karakterisasi morfologi dan fisiologis kandidat probiotik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL BATCH II

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

BAB I. PENGANTAR. sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu

aeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

BAB 6 KOLONISASI RIZOSFER

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Lokasi pengambilan sampel tanah di Pulau Gili Meno, Lombok Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

ISOLASI GEN YANG TERLIBAT DALAM PELARUTAN FOSFAT DARI Pseudomonas sp.azm-1 MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON ALI ZUM MASHAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

ampiran 1 Denah lokasi percobaan

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4 Hasil dan Pembahasan

Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Bentuk Sel dan Pewarnaan Gram Nama. Pewarnaan Nama

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Xanthomonas oryzae pv. oryzae BAKTERI PENYEBAB HAWAR DAUN PADA PADI: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN TELAAH MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

KAJIAN PUSTAKA. Sistematika dari jamur Trichoderma sp. (Rejeki, 2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil konfirmasi dicek dengan elektroforesis gel agarosa 1%.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

Pengujian DNA, Prinsip Umum

KONSTRUKSI MUTAN Pseudomonas sp. CRB 17 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI ASAM INDOL ASETAT MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi (megabiodiversity)

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni yang dilakukan dengan

Transkripsi:

HSIL DN PEMBHSN R. pickettii sebagai gen Hayati R. solani Isolat yang digunakan adalah R. pickettii yang memiliki ciri-ciri koloni berwarna kuning dengan bentuk bundar dengan tepian licin dan elevasi seperti tetesan. R. solani memiliki miselia berwarna putih kemudian ketika umur menjadi tua berubah menjadi cokelat dan selanjutnya membentuk sklerotia ketika nutrisi tempat tumbuhnya habis. E. coli S17-1λpir memiliki warna koloni putih dengan bentuk bundar, tepian licin, dan elevasinya cembung (Gambar 4). B C Gambar 4 Koloni R. solani pada media PD penyebab hawar pelepah padi (); koloni R. pickettii (B) dan koloni E. coli S17-1λpir (C) pada media L. Persentase rata-rata penghambatan pertumbuhan R. solani oleh R. pickettii adalah sebesar 39.37%. Pada PD, pertumbuhan R. pickettii baik dan warna koloni menjadi putih pada bagian tepian, tetapi pada bagian tengah terlihat ada semburat berwarna kuning. Hal ini menunjukan bahwa R. pickettii memiliki potensi dalam mengendalikan R. solani pada uji in vitro (Gambar 5). Menurut Rustam (2012), R. pickettii memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan R. solani. Selain itu, R. pickettii tidak bersifat fitotoksik, menghasilkan siderofor, enzim kitinase, dan memiliki kemampuan dalam pelarutan fosfat.

15 C B Gambar 5 Reaksi antagonisme R. pickettii () terhadap R. solani (B). Reaksi ini ditunjukkan oleh adanya zona penghambatan pertumbuhan R. solani (C). Proses antagonisme R. pickettii menggunakan mekanisme antibiosis. Menurut Rustam (2012), R. pickettii tidak memiliki kemampuan fitotoksis pada tanaman uji sehingga bakteri ini dapat dilakukan untuk seed treatment agar melindungi benih dari serangan patogen dan memperbaiki vigor benih. Selain itu, bakteri R. pickettii memiliki kemampuan dalam menghasilkan siderofor. Siderofor adalah senyawa pengelat besi yang disekresikan oleh suatu mikrooganisme pada kondisi tempat munculnya kekurangan besi. Senyawa ini berperan penting dalam menekan penyakit tanaman melalui mekanisme persaingan zat besi. R. pickettii juga menghasilkan enzim kitinase. Enzim kitinase merupakan suatu enzim yang mampu mendegradasi polimer kitin menjadi kitin oligosakarida atau monomer N-asetilglukosamin. Bakteri yang menghasilkan enzim kitinase berpotensi sebagai agens hayati pada cendawan. Bakteri R. pickettii juga memiliki kemampuan dalam pelarutan fosfat. Fosfat adalah senyawa penting kedua setelah nitrogen dalam proses fotosintesis dan perkembangan akar tanaman (Rustam 2012). Peningkatan Kemampuan ntagonisme R. pickettii Melalui Transposon Mutagenesis Uji Sensitivitas R. pickettii terhadap ntibiotik Kanamisin Uji sensitivitas R. pickettii terhadap kanamisin ini bertujuan untuk mengetahui bakteri yang menjadi penerima (resipien) plamid put Mini-Tn5Km1

16 sensitif kanamisin. Selain itu, proses pengujian mutagenesis menggunakan teknik transposon dapat lebih mudah mengenali bakteri hasil transposon transkonjugan yang resisten terhadap kanamisin. Berdasarkan uji sensitivitas antibiotik yang telah dilakukan, terbentuk zona bening pada media. Hal ini menunjukkan bahwa R. pickettii sensitif terhadap kanamisin, sehingga R. pickettii dapat digunakan untuk mutagenesis dengan transposon put Mini-Tn5Km1 (Gambar 6). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Park et al. (2003), R. pickettii dapat digunakan transposon mutagenesis menggunakan E. coli DH5α. Salah satu sifat rentan yang dimiliki oleh R. pickettii adalah rentan terhadap Kanamisin dan Tetrasiklin. Sifat yang sensitif antibiotik kanamisin dan tetrasiklin mempermudah pengamatan dalam mutagenesis dengan metode transposon. Gambar 6 Zona bening penghambatan pertumbuhan R. pickettii (ditunjukkan oleh panah biru) oleh kanamisin 50 µg/ml (ditunjukkan oleh panah merah). Mutagenesis R. pickettii dengan Transposon Transposon mutagenesis put Mini-Tn5Km1 ini menghasilkan transkonjugan R. pickettii yang memiliki variasi bentuk yang berbeda-beda setiap individu koloni yang telah terbentuk. Perubahan bentuk koloni meliputi perubahan koloni, bentuk elevasi, bentuk tepian, warna, dan lain-lain. Koloni yang dipilih dan digunakan adalah semua koloni yang dapat tumbuh pada media L yang ditambahkan kanamisin berkonsenterasi 50 µg/ml. Hasil seleksi bakteri yang dikumpulkan sebanyak 175 koloni transkonjugan berbeda (Gambar 7). Kumpulan koloni transkonjugan tersebut diseleksi kembali menjadi 35 koloni transkonjugan yang berbeda dengan pengujian kemampuan penghambatan pertumbuhan R.

solani secara acak. Persentase penghambatan R. solani dari 35 transkonjugan R. pickettii berkisar antara 2.50% hingga 31.88% (Lampiran 1). 17 3 2 4 1 5 8 6 7 B Gambar 7 Isolat transkonjugan R. pickettii hasil transposon mutagenesis yang dapat tumbuh pada media L ditambah kanamisin (); seleksi potensi penghambatan transkonjugan R. pickettii (B) meliputi RPM 137 (1), RPM 138 (2), RPM 139 (3), RPM 140 (4), RPM 141 (5), RPM 142 (6), RPM 136 (7), dan RPM 135 (8). B Gambar 8 Reaksi antagonisme R. pickettii tipe liar terhadap R. solani (); Reaksi antagonisme transkonjugan R. pickettii RPM 36 (B) menghambat pertumbuhan R. solani yang ditunjukkan oleh perubahan miselia berubah warna jadi kuning kecokelatan ini menunjukkan matinya miselia. Berdasarkan Gambar 8B tersebut menunjukkan bahwa, contoh transkonjugan RPM 36 (RPM = Ralstonia pickettii mutagenesis) dapat menghambat pertumbuhan miselia R. solani. Penghambatan ini ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna pada miselia yang sebelumnya berwarna putih

18 pada posisi dekat dengan koloni RPM 36 kemudian berubah menjadi warna kuning, jingga hingga jingga kecokelatan. Pertumbuhan miselia R. solani terlihat lebih tipis jika dibandingkan dengan sampel uji lain. Perubahan warna ini terjadi diduga karena pengaruh senyawa anticendawan yang dihasilkan oleh RPM 36 bekerja menghambat pertumbuhan R. solani, sehingga pada miselia yang berada di dekat RPM 36 mati. B C D E F G H I J K Gambar 9 Penampakan fenotipe 10 isolat transkonjugan uji yang tumbuh pada media L ditambah kanamisin; R. pickettii (), RPM 36 (B), RPM 37 (C), RPM 38 (D), RPM 41 (E), RPM 114 (F), RPM 119(1) (G), RPM 119(2) (H), RPM 135 (I), RPM 138 (J), RPM 148 (K). Dari sekitar 35 transkonjugan terpilih 10 transkonjugan potensial dalam penghambatan R. solani. Kesepuluh isolat koloni transkonjugan itu meliputi RPM 36, RPM 37, RPM 38, RPM 41, RPM 114, RPM 119(1), RPM 119(2), RPM 135, RPM 138, dan RPM 148. Kesepuluh isolat transkonjugan ini memiliki bentu koloni yang berbeda-beda berdasarkan hasil transposon mutagenesis. Bentuk dan ukuran yang berbeda ini adalah salah satu indikator dalam ekspresi isolat transkonjugan hasil transposon mutagenesis. Ciri-ciri koloni dapat dilihat pada Tabel 1 dan penampakan fenotipe pada Gambar 9.

Isolat Tabel 1 Ciri-ciri koloni isolat transkonjugan transposon mutagenesis put Mini- Tn5Km1. Ciri koloni Warna Bentuk Tepian Elevasi R. pickettii Kuning pekat Bundar Licin Seperti tetesan RPM 36 RPM 37 RPM 38 RPM 41 RPM 114 Kuning keputihan bagian tengah, tepian berwarna gradasi putih keputihan transparan, tepian putih bening Bagian tengah putih kekuningan, tepian putih bening keputihan, tepian putih keputihan, tepian putih susu Bundar Kerang Seperti tombol Konsetris Licin Seperti tombol Lonjong Berombak Seperti tombol Bulat lonjong Berlekuk Seperti tombol Konsentris Licin Seperti tombol RPM 119(1) Kuning sedikit bening Elips Berlekuk Seperti tombol RPM 119(2) Kuning sedikit bening Elips Berombak Seperti tombol RPM 135 RPM 138 RPM 148 keputihan, tepian putih cerah keputihan, tepian putih cerah Kuning cerah sedikit bening Tak beraturan, menyebar Berlekuk Seperti tombol Konsentris Berombak Seperti tombol Konsentris Licin Seperti tombol 19 Perbedaan penampakan koloni isolat transkonjugan hasil transposon mutagenesis put Mini-Tn5Km1 terjadi karena transposon menyusup ke genom

20 bakteri secara acak. Penyusupan sekuens ini ke bakteri penerima (resipien) bersifat stabil ketika menyusup ke dalam genom bakteri target pada Bakteri Gram negatif (Herrero et al. 1990). Beberapa isolat transkonjugan, koloni mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi bagian pembentukan warna koloni, bentuk, tepian, dan elevasi koloni, jika kita bandingkan dengan bentuk koloni R. pickettii tipe liar sangat jauh berbeda. Sekuens Tn5Km1 yang menyusup pada genom transkonjugan ini diduga menonaktifkan (knockdown) sekuen genom pengode gen pembentuk koloni berwarna kuning pekat, bentuknya bundar, tepian licin, dan elevasi seperti tetesan sehingga ekspresi koloni transkonjugan menjadi berbeda. Perubahan warna koloni pada bakteri transkonjugan hasil transposon mutagenesis E. coli S17-1λpir juga pernah terjadi pada penelitian Wahyudi (2006). Wahyudi (2006) menyatakan bahwa, transkonjugan magnetospirillum magneticum MB-1 memiliki warna koloni putih dan memiliki respons magnetik. Hal ini sangat berbeda dengan koloni tipe liarnya yang berwarna hitam cokelat. Kemudian, terdapat juga transkonjugan NM 40 nonmagnetik yang berwarna putih dan memiliki kemampuan sintesis magnetosom yang tidak sempurna. Uji Potensi ntagonisme R. pickettii Transkonjugan terhadap R. solani Uji potensi antagonisme transkonjugan R. pickettii terhadap R. solani menunjukkan bahwa 10 isolat transkonjugan R. pickettii akhir yang terpilih memiliki daya hambat pertumbuhan R. solani yang ditunjukkan oleh persentase penghambatan lebih tinggi dari perlakuan pada kontrol (R. pickettii tipe liar). Hal ini menunjukkan bahwa 10 isolat transkonjugan R. pickettii terpilih memiliki potensi dalam penghambatan R. solani yang kemampuannya lebih tinggi dari R. pickettii tipe liar (Gambar 10). Sebanyak 10 transkonjugan R. pickettii memiliki persentase penghambatan pertumbuhan R. solani berkisar antara 7.51% hingga 62.32% lebih besar persentase penghambatannya jika dibandingkan dengan kontrol (R. pickettii tipe liar) (Gambar 11). Persentase penghambatan terbesar pada pengamatan pertumbuhan R. solani pada 24 jam adalah RPM 148 sebesar 36.55%, sedangkan persentase penghambatan terkecil adalah pada RPM 38 sebesar 7.51%. Pada

21 pengamatan setelah pertumbuhan 48 jam, terjadi peningkatan signifikan nilai persentase penghambatan dari 9 isolat transkonjugan (kecuali pada RPM 138) jika dibandingkan pada pengamatan pertumbuhan R. solani setelah 24 jam. Peningkatan nilai persentase penghambatan secara drastis sebesar 54.81% terjadi pada RPM 38 dari sebelumnya sebesar 7.51% menjadi 62.32%. % Penghambatan 70 60 50 40 30 20 10 62.32 48.55 50.27 51.41 50 52.22 45 45 40.75 36.55 29.23 29.52 29.32 28.93 22.23 19.01 18.39 19.51 13.47 6.67 7.51 3.55 Series1 24 jam Series2 48 jam 0 Transkonjugan Uji Gambar 10 Persentase penghambatan pertumbuhan R. solani oleh 10 isolat transkonjugan potensial dan R. pickettii tipe liar. B C Gambar 11 Kemampuan menghambat pertumbuhan R. solani oleh R. pickettii (); RPM 38 (B); dan RPM 148 (C). Konfirmasi Penyisipan Tn5Km1 pada Genom R. pickettii Transkonjugan dengan Teknik PCR Berdasarkan hasil elektroforesis DN pada gel menunjukkan pita DN-nya ada dan semua DN berukuran lebih dari 12 kb. PCR sekuens Tn5Km1 belum dapat menginterpretasikan bahwa semua genom transkonjugan itu telah benar

22 tersisipi oleh Tn5Km1. Hal ini terjadi karena dari kontrol yang merupakan R. pickettii tipe liar memiliki kesamaan posisi pita pada gel agarose dengan 9 isolat trankonjungan uji. Berbeda halnya dengan RPM 148, pada penampakan pita elektroforesis sangat berbeda jika dibandingkan dengan pita isolat yang lain yaitu hanya satu fragmen saja yang muncul. Selain itu, fragmen DN yang diharapkan ternyata muncul berukuran kurang dari 1.8 kb (Tn5Km1 berukuran 1.8 kb). M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 kb 12 kb 1kb 0.65 kb 0.5 kb B Gambar 12 Pita isolasi DN () dan hasil PCR (B) pada Gel agarose elektroforesis dari 11 isolat uji hasil ekstraksi DN; R. pickettii (1), RPM 36 (2), RPM 37 (3), RPM 38 (4), RPM 41 (5), RPM 114 (6), RPM 119(1) (7), RPM 119(2) (8), RPM 135 (9), RPM 138 (10), RPM 148 (11). Menurut Qimron et al. (2003), metode identifikasi sekuen transposon dapat menggunakan teknik PCR lain. Beragam jenis modifikasi dari PCR yang dikembangkan untuk mengamplifikasi sekuens DN yang tidak diketahui dan untuk mengetahui sekuens tersebut dapat dideskripsikan, seperti sekuens Tn5 ini. Metode yang dapat digunakan yaitu inverse PCR. Pernyataan ini juga didukung oleh Wahyudi (2007), beliau menyatakan bahwa inverse PCR ini dapat digunakan untuk proses amplifikasi sekuens DN yang mengapit penyisipan transposon Tn5 pada genom yang telah diujinya, yaitu Magnetospirillum magneticum. Inverse PCR ini didukung oleh proses analisis southern hybridization. Ukuran sekuens Tn5Km1 berdasarkan pengujiannya adalah 1.8 kb. Oleh sebab itu, metode ini adalah salah satu metode yang alternatif untuk mengidentifikasi adanya penyisipan Tn5Km1.