IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Siska Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Di Laboratorium Karakterisasi Sifat Morfologi Bakteri Pseudomonas Berfluorescens Asal Perakaran Kelapa Sawit Pada Lahan Gambut di Medium NA Hasil pengamatan karakterisasi morfologi isolat Pseudomonas berfluorescens pada medium NA dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakterisasi morfologi isolat Pseudomonas berfluorescens pada medium NA Sifat morfologi.,,. Bentuk permukaan Bentuk koloni Tepi kolom,,. ^ Wama koloni koloni Pf-Ks Bulat Tidak rata. Cembung mengkilat Kuning Koloni bakteri yang tumbuh berbentuk bulat, berwama kuning dan bentuk permukaan koloni cembung mengkilat, terutama jika dilihat di bawah sinar ultra violet, yang tampak jelas pada umur 3 hsi. Menurut Nagawangsih (2003) Pseudomonas berfluorescens berdasarkan karakteristik morfologi mempunyai koloni bulat, wama kuning dengan tepi tidak rata dan memepunyai menghasilkan pigmen berwarna kuning sampai hijau pada medium NA Uji Hipersensitif kemampuan gambar 1. Hasil pengujian hipersensitif pada daun tanaman sawi dapat dilihat pada Gambar 1: Uji hipersensitif bakteri yang diisolasi dari perakaran Kelapa Sawit
2 24 Keterangan : Daun uji tidalc menunjukkan gejala nekrotik atau kekeringan Hasil penyuntikan suspensi bakteri yang dilakukan menunjukkan bahwa bahwa bakteri yang diisolasi dari perakaran tanaman kelapa sawit pada lahan gambut tersebut tidak menimbulkan gejala nekrotik pada daun sawi. Selanjutnya juga dilakukan uji gram menggunakan larutan KOH 3 %. Hasil yang diperoleh bahwa bakteri tersebut bersifat gram positif yang ditandai dengan tidak lengketnya bakteri pada saat diangkat menggunakan jarum ose yang telah diberi larutan KOH 3 %. Patogenesitas bakteri dapat diuji berdasarkan respon hipersensitifitasnya pada daun tembakau (Klement dan Goodman 1967). Pada umumnya respon hipersensitif atau hypersensitive respone (HR) diartikan sebagai reaksi pertahanan yang cepat dari tanaman menghadapi patogen yang inkompatibel disertai dengan kematian sel yang cepat atau nekrosis jaringan di daerah yang diinjeksi dengan suspensi bakteri. Dari uji fisiologis yang dilakukan menunjukkan bahwa bakteri yang dieksplorasi dari perakaran tanaman kelapa sawit pada lahan gambut bukan patogen bagi tanaman. Bakteri yang telah didapat tersebut kemudian diujikan terhadap patogen busuk pangkal batang kelapa sawit dalam pengujian laboratorium (in vitro) dan pengujian di lapangan (in vivo). - : ; ^. ^ Uji Antagonis Beberapa Pseudomonas Berfluorescens Terhadap Jamur Ganoderma boninense Hasil pengamatan uji koloni ganda dari masing-masing isolat Pseudomonas berfluorescens dapat dilihat pada gambar 2,3,4, dan gambar 5. Gambar 2. Pf-Sa VS Ganoderma Gambar 3. Pf-Ks VS Ganoderma
3 25 Gambar 4. Pf-Pis VS Ganoderma Gambar 5. Pf-Ba VS Ganoderma Hasil pengamatan luas zona hambat uji koloni ganda dari masing-masing isolat Pseudomonas berfluorescens dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pengamatan luas zona hambat uji koloni ganda dari masing-masing isolat Pseudomonas berfluorescens % (Persentase) Penghambatan Pf-Ks ~~~~ ~~ ~ 100% ~~~~~~ Pf-Pis % Pf^Ba % Pf^Sa 92.50% Gambar 2,3,4, dan 5 serta tabel 2 menunjukkan masing-masing isolat Pseudomonas berfluorescens mampu menghambat pertumbuhan koloni jamur Ganoderma boninneme. Pf-ks memiliki zona hambatan paling besar bila dibandingkan dengan bakteri antagonis lainnya. Hal ini menunjukkan tidak semua jenis bakteri antagonis dapat memproduksi senyawa antibiotik dalam jumlah banyak dalam menghambat pertumbuhan patogen. Menurut winami (2004), zona hambatan yang semakin besar dapat mengindikasikan semakin kuatnya isolat antagonis dalam menghambat pertumbuhan patogen. Mekanisme kerja dari agens hayati umumnya digolongkan sebagai persaingan zat makanan, parasitisme, dan antibiosis (Fravel 1988). Genus Pseudomonas dilaporkan menghasilkan senyawa antiftingal, sepert antibiotik intitrin A (Leyns et al j-rfk.sis-
4 ), dan lipopeptida yang merupakan isomer dari kelompok iturin, fengyein, sufacrin (Toure et al 2004), serta kitinase (Chen et al 2004) Di Lapangan 4.2.L Munculnya Gejala Pertama (hari) ' Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa periakuan beberapa isolat Pseudomonas berfluorescens berpengaruh nyata terhadap pengamatan masa inkubasi. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rerata Masa Inkubasi (hari) Penyakit Busuk Pangkal Batang dengan Perlakuan Beberapa Pseudomonas Berfluorescens I solat Rata-rata a Pf-Ks e Pf-Pis d Pf-Ba b Pf- Sa c Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama adalah berbcda nyata pada taraf 5 % menurut uji DNMRT Periakuan Pf- Ks menyebabkan muncul gejala lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Lambat munculnya gejala ini disebabkan karena Kemampuan kolonisasi bakteri Pf - Ks yang tinggi sehingga kemampuan berkompetisi terhadap jamur Ganoderma boninense juga tinggi, selain itu bakteri Pf- Ks juga memiliki kemampuan lebih baik dalam menghasilkan antimikroba yakni siderofor yang merupakan senyawa bakteriosin. Kolonisasi yang tinggi mempengaruhi akan jumlah siderofor yang dihasilkan yang dapat menghelat ion Fe^"^ sehingga tidak tersedia bagi jamur Ganoderma boninense Terjadi kompetisi dan tidak tersedianya ion Fe^^ dapat menghambat perkembangan Ganoderma boninense sehingga menurunkan kemampuannya dalam menginfeksi tanaman. Induksi ketahanan sistemik yang diaktivasi oleh Pseudomonas berfluorescens juga akan mempengaruhi masa inkubasi atau munculnya gejala pada tanaman. Kemampuan Pseudomonas berfluorescens dalam menginduksi ketahanan secara sistemik dihubungkan dengan produksi asam salisilat pada rhizosfir. Asam salisilat yang
5 27 terbentuk sebagai adanya ketahanan yang terinduksi dengan mengeluarkan senyawa yang berupa protein ekstraseluler kesubstratnya sehingga dapat menginduksi bibit kelapa sawit terhadap serangan jamur Ganoderma boninense. Hal ini sesuai dengan pendapat Wymore dan Baker (1982), kerapatan koloni bakteri Pseudomonas berfluorescens mempengaruhi kemampuannya dalam melindungi tanaman terhadap serangan R.solanacearum pv.cubence. Habazar dan Rival (2003), menyatakan Pseudomonas berfluorescens dapat menekan perkembangan bakteri R.solanacearum pv.cubence secara langsung maupun secara tak langsung. Efek secara langsung melalui produksi senyawa antimikroba yakni siderofor dan kompetisi nutrisi dan tempat hidup, sedangkan efek secara tak langsung melalui induksi ketahanan sistemik yang dapat mengaktifasi pertahanan tanaman sehingga dapat menahan perkembangan R.solanacearum pv.cubence Intensitas Serangan Jamur Ganoderma boninense Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaaan beberapa isolat Pseudomonas berfluorescens berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan jamur ganoderma boninense penyebab busuk pangkal batang pada pembibitan awal tersebut. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rerata Intensitas Penyakit (%) Hasil Induksi Ketahanan 1 solat Rata-rata c Pf- Ks a Pf- Pis b r, Pf- Ba b Pf-Sa b Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DNMRT setelah ditransformasi dalam arc.sin yjy Perlakuan Pf-Ks menunjukkan kecenderungan dalam menurunkan intensitas penyait dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena agen antagonis yang diuji cobakan tidak berasal dari habitat local pada pertanaman kelapa sawit tersebut. Menurut Lindemannn (1985) bahwa bakteri yang mampu bersaing
6 28 dengan pathogen dengan memonopoli relung ekologi atau habitat yang sama dengan paatogen merupakan bakteri yang sangat efektif sebagai agens antagonis, sehingga kemampuan penginduksinya lebih baik terutama dalam menghasilkan senyawa antimikroba dan siderofor untuk menginduksi ketahanan secara sistemik pada tanaman (Campell, 1989) Tinggi Bibit Kelapa Sawit Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaaan beberapa isolat Pseudomonas berfluorescens berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 5. Rerata Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) Hasil Induksi Ketahanan Rata-rata a Pf- Ks d Pf-Pis c Pf- Ba b Pf- Sa c Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DNMRT Perlakuan Pf-Ks menunjukkan kecenderungan pengaruh pada tinggi tanaman dibandingkan dengan tanpa Pf, Pf-pis, Pf-Ba, dan Pf-Sa. Hal ini diduga Pf- Ks mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menghasilkan hormon pertumbuhan yang dapat menginduksi tinggi tanaman. Selain itu, teknik aplikasi dengan penyiraman suspensi bakteri menyebabkan bakteri lebih mampu bertahan hidup pada media tanam tersebut. Mekanisme peningkatan pertumbuhan oleh bakteri bisa terjadi dengan beberapa cara, diantaranya merangsang pembentukan akar lateral (Vasundevan et al 2002) dan menghasilkan hormone pertumbuhan seperti laa (Vonderwell et al 2001), auksin (khalid et al 2004) dan sitokinin. Disamping itu, teknik aplikasi juga mempengaruhi keefektifan agen antagonis. Pada aplikasi penyiraman bakteri antagonis berada di bawah permukaan tanaman yang sangat kaya akan bahan organic. Menurut klopper et al (1991) bakteri antagonis, kliususnya rhizobakteria dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman baik secara langsung
7 29 maupun tidak langsung. Secara langsung dapat menyediakan nutrisi bagi tanaman, seperti nitrogen, fosfat, dan mineral lainnya, sedangkan secara tidak langsung rhizobacteria terlebih dahulu menekan pertumbuhan pathogen dan mikroorganisme yang mengganggu, yairu deleterious rhizosphere microorganisms (DRMO) melalui mekanisme kompetisi, predasi langsung, dan antibiotic yang dihasilkannya Bobot Berangkasan Kering Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaaan beberapa isolat Pseudomonas berfluorescens berpengaruh nyata terhadap bobot berangkasan kering. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 6. Rerata Bobot Berangkasan Kering (gr) Hasil Induksi Ketahanan Pf-Ks Pf- Pis Pf-Ba Rata-rata 1.49 a 3.93 c 3.62 be 2.49 ab Pf-Sa 2.94 be Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tjdak sama adalah berbcda nyata pada taraf 5 % menurut uji DNMRT Perlakuan Pf- Ks menunjukkan rata-rata bobot berangkasan kering yang berbeda dengan perlakuan Pf- Ba dan tanpa Pf tetapi tidak berbeda dengan perlakuan Pf- Pis dan Pf- Sa. Perlakuan Pf- Ks menunjukkan bobot berangkasan kering tertinggi, hal ini diduga oleh kemampuan Pf- Ks lebih baik dalam melarutkan unsur hara agar tersedia bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut Jumin (1992), pesatnya pertumbuhan vegetatif tanaman tidak terlepas dari ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Produksi berat kering merupakan hasil dari tiga proses yaitu ; proses penumpukan asimilat melalui proses fotosintesis, penurunan asimilat melalui proses respirasi, penurunan asimilat suspensi dan akumulasi ke bagian penyimpanan. Hardjadi (1993), menambahan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertambahan ukuran yang mencerminkan pertambahan protoplasma yang dicirikan dengan pertambahan berat kering tanaman, ketersediaan unsur hara yang optimal bagi tanaman dapat
8 30 menigkatkan klorofil sehingga akan menigkatkan aktivitas fotosintesis yang menghasilkan asimilat lebih banyak untuk mendukung berat kering tanaman. Produksi berat kering tanaman merupakan hasil beberapa proses penumpukan asimilat melalui proses fotosintesis, penurunan asimilat melalui proses respirasi, penurunan asimilat akibat suspensi dan akumulasi kebagian penyimpanan. Haryadi menambahkan pula bahwa pertumbuhan dinyatakan sebagai pertambahan ukuran yang mencerminkan pertambahan protoplasma yang dicirikan pertambahan berat kering tanaman. Ketersediaan unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium yang optimal bagi tanaman dapat menigkatakan jumlah klorofil, dimana dengan menigkatnya jumlah klorofil maka akan menigkatkan aktivitas fotosintesis yang menghasilkan assimilat lebih banyak yang akan mendukung berat kering tanaman (Nyakpa dkk, 1998). Berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik dan merupakan hasil sintesis tanaman dari senyawa anorganik, terutama air dan karbondioksida yang akan memberikan kobtribusi terhadap berat kering tanaman (Lakitan, 1996). : Rasio Tajuk Akar Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaaan beberapa isolat Pseudomonas berfluorescens berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rerata Rasio Tajuk Akar (cm) Hasil Induksi Ketahanan Pf-Ks Pf- Pis Pf-Ba Pf-Sa Rata-rata 3.59 c 1.24 a 2.16 ab 3.19 be 2.20 ab Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DNMRT Hasil pengamatan rata-rata ratio tajuk akar dengan perlakuan beberapa isolat Pseudomonas berfluorescens menunjukkan bahwa perlakuan Pf-Ks memiliki rasio
9 31 tajuk akar lebih rendah dibandingkan dengan tanpa Pf, Pf-Pis, Pf-Sa, dan perlakuan Pf-Ba. Hal ini diduga karena proses fotosintesis dipengaruhi erat oleh substrat kelapa sawit berbentuk setengah lingkaran dengan ukuran panjang dan diameter 5 cm, dimana substrat yang terdekompisisi didalam tanah mengakibatkan bekal makanan akan cepat hilang sehingga tidak cukup untuk menginfeksi bibit kelapa sawit dan juga karena patogen masuk melalui akar dan menyebar ke batang dan daun sehingga gejala akan terlihat di daun hal ini mengakibatkan proses fotosintesis akan terhambat dan juga dapat mengganggu/menghambat penyaluran unsur hara dari akar ke seluruh jaringan tanaman terutama daun. (Menurut Gardener et al. 1991), proses pertumbuhan akar selanjutnya akan dipengaruhi oleh suplay fotosintesis. Daun-daun muda bibit yang terserang tumbuh berperan sebagai wadah penampung fotosintat. Hal ini mengakibatkan penggunaan fotosintat ditajuk lebih besar sehingga hanya sebagian kecil fotosintat diangkut kebagian akar (Salibusry dan Ross, 1995). Hal ini di duga menjadi penyebab lebih besar berat basah tajuk.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi 4.1.1. Karakterisasi Sifat Morfologi Hasil pengamatan karakterisasi morfologi dari empat isolat Pseudomonas berfluorescens yang berasal dari Desa Binuang, Desa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Masa Inkubasi ( hari) masa inkubasi (hari) setelah dianalisis ragam menimjukkan tidak berpengaruh nyata (Lampiran 7a). Hasil rata-rata masa inkubasi F. oxysporum di pembibitan
Lebih terperinci(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Tanah 4.1.1 Analisis C/N Setelah Inkubasi Trichoderma sp Berdasarkan hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa interaksi Trichoderma sp dan dregs berpengaruh tidak nyata
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) menunjukkan bahwa pengaruh utama mikoriza maupun interaksi antara mikoriza dan jenis
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Peneiitian 4.1.1. C/N Tanah 4.1.1.1. C/N Tanah Masa Inkubasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN viride dan dregs juga faktor tunggal waktu aplikasi dregs berpengaruh tidak nyata sedangkan faktor tunggal
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji
Lebih terperincirv. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembiakan P. fluorescens pada Beberapa Formulasi Limbah Organik Populasi P. fluorescens pada beberapa limbah organik menunjukkan adanya peningkatan populasi. Pengaruh komposisi limbah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan kebun UPT Fakultas Pertanian Universitas Riau Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Endofit Asal Bogor, Cipanas, dan Lembang Bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga tempat yang berbeda dalam satu propinsi Jawa Barat. Bogor,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata (Lampiran 7), setelah dilakukan uji lanjut didapatkan hasil seperti Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertambahan Tinggi Bibit (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa interaksi pupuk kompos TKS dengan pupuk majemuk memberikan pengaruh yang tidak nyata
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor Asal Cipanas dan Lembang Daerah perakaran tanaman tomat sehat diduga lebih banyak dikolonisasi oleh bakteri yang bermanfaat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan kemajuan ini belum bias penulis selesaikan dengan sempurna. Adapun beberapa hasil dan pembahasan yang berhasil
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.a. Parameter Utama 4.a.l. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen (kombinasi kascing dan pupuk
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Eksplan Secara Umum Pertumbuhan eksplan kentang (Solanum tuberosuml.) mulai terlihat pada satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan
Lebih terperinciPOTENSI Bacillus sp. ASAL RIZOSFER GIAM SIAK KECIL BUKIT BATU SEBAGAI RHIZOBACTERIA PEMACU PERTUMBUHAN DAN ANTIFUNGI PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT
POTENSI Bacillus sp. ASAL RIZOSFER GIAM SIAK KECIL BUKIT BATU SEBAGAI RHIZOBACTERIA PEMACU PERTUMBUHAN DAN ANTIFUNGI PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT Fifi Puspita 1, Delita Zul 2, Amrul Khoiri 1 1 Staf Pengajar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Isolasi daun anggrek yang bergejala busuk lunak dihasilkan 9 isolat bakteri. Hasil uji Gram menunjukkan 4 isolat termasuk bakteri Gram positif
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Hasil pengamatan terhadap parameter tinggi bibit setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit memberikan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
Lebih terperinciAktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82
Lampiran 1. Tabel rataan pengukuran tinggi bibit sengon, bibit akasia mangium, dan bibit suren pada aplikasi aktivator EM 4, MOD 71, dan Puja 168. Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ 1 2 3 A0 T1 20,75 27,46
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru yang berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari
Lebih terperinciI. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman
I. PENDAFIULUAN 1.1. Latar Bclakang Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman perkebunan yang memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan devisa negara dari sektor non migas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Berdasarkan hasil sidik ragam parameter pertambahan tinggi bibit (Lampiran 12.1) menunjukkan bahwa interaksi pemberian PHE dan pupuk fosfat berpengaruh
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Lebih terperinciHASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C
HASIL Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro Pertumbuhan Koloni S. rolfsii dengan Inokulum Sklerotia Pada 5 HSI diameter koloni cendawan pada semua perlakuan seduhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri Kejadian penyakit adalah angka yang menunjukkan jumlah tanaman sakit dibandingkan dengan jumlah tanaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Perkembangan Koloni Bakteri Aktivator pada NA dengan Penambahan Asam Humat Pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa pada bagian tanaman tomat
Lebih terperinciI. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi
I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengomposan dengan cacing ( vermikompos ) Hasil analisis vermikompos dengan berbagai bahan disajikan dalam tabel 2. Tabel 1. Hasil analisis vermikompos kadar kadar C kadar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau
TINJAUAN PUSTAKA Stum Mata Tidur Karet Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk
21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar
Lebih terperinciRESPON BIBIT KELAPA SAWIT YANG TERSERANG Ganoderma sp. TERHADAP APLIKASI PUPUK KALIUM DAN Bacillus sp. ENDOFIT
RESPON BIBIT KELAPA SAWIT YANG TERSERANG Ganoderma sp. TERHADAP APLIKASI PUPUK KALIUM DAN Bacillus sp. ENDOFIT Response of Oil Palm Seedlings Affected By Ganoderma Sp. on Application of K Fertilizer and
Lebih terperinciEKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)
EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa) A. Pendahuluan Pseudomonad fluorescens merupakan anggota kelompok Pseudomonas yang terdiri atas Pseudomonas aeruginosa,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).
5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Kingdom Divisio Class Ordo Famili Genus : Myceteae : Eumycophyta : Basidiomycetes : Aphyllophorales : Ganodermataceae : Ganoderma
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur)
I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur) Uji antagonis adalah suatu cara yang digunakan membuktikan bahwa mikroorganisme yang
Lebih terperinci50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit yang berbeda nyata setelah diperlakukan dengan lama pengompos tandan kosong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO
KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO Pendahuluan Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang strategis dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Nilam 1 sampai 11 MST Hasil pengamatan tentang tinggi tanaman nilam pada umur 1 sampai dengan 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 2. Sidik ragam
Lebih terperinciGambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Isolasi dan perbanyakan sumber inokulum E. carotovora dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Jati Tanaman selama masa hidupnya menghasilkan biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Perubahan akumulasi biomassa akan terjadi
Lebih terperinciJURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp
PERTUMBUHAN DAN SERAPAN NITROGEN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA FASE MAIN-NURSERY DI BEBERAPA MEDIUM TUMBUH DENGAN EFEK SISA PUPUK ORGANIK Suyuti Dahlan 1, Armaini 2 dan Wardati 2 JURUSAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis Parameter yang diamati pada hasil pertumbuhan tanaman kubis terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca, University Farm,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. (Merr)) merupakan salah satu tanaman yang banyak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas (Ananas comosus L. (Merr)) merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemukan di hampir semua daerah di Indonesia karena mudah dibudidayakan di lahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Anakan Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach (R 1 ), rumput Setaria spachelata (R 2 ), rumput Brachiaria brizantha (R 3 ),
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat
Lebih terperinciEKSPLORASI AGEN ANTAGONIS DISEKITAR PERAKARAN TANAMAN KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI KABUPATEN ROKAN HULU
JURNAL PENELITIAN PERTANIAN UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN EKSPLORASI AGEN ANTAGONIS DISEKITAR PERAKARAN TANAMAN KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRACT Yuliana Susanti. Exploration
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai
23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai PGPR sebagai rizobakteria memberikan pengaruh tertentu terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang diujikan di rumah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.
Lebih terperinciKAJIAN MIKROBA RIZOSFER DI KAWASAN PERTANIAN ORGANIK KEBUN PERCOBAAN CANGAR PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 51 KAJIAN MIKROBA RIZOSFER DI KAWASAN PERTANIAN ORGANIK KEBUN PERCOBAAN CANGAR Restu Rizkyta Kusuma, Luqman Qurata Aini, dan Luthfiyyah Khoirunnisaa 1) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu komoditas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu komoditas yang bersifat multiguna dan banyak diminati oleh masyarakat, khususnya di Indonesia, saat ini tomat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam jumlah banyak nitrogen dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel termasuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan dalam penelitian ini tersusun atas lima taraf perlakuan. Dalam setiap perlakuan terdapat lima kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama
Lebih terperinciTabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.
4 Tinggi tanaman kumulatif dikonversi menjadi LADKT (luasan area di bawah kurva perkembangan tinggi tanaman) menggunakan rumus sama seperti perhitungan LADKP. KB dihitung dengan rumus (Sutopo 2002): Perhitungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai [Glycine max (L.) Merril] merupakan komoditas strategis di Indonesia. Oleh karena itu, upaya untuk berswasembada kedelai tidak hanya bertujuan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di Indonesia masih banyak mengandalkan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro Hasil pengamatan pada perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak buah mengkudu memberikan memberikan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tahap Laboratorium 1. Uji Kemampuan Isolat a. Tempat dan Waktu Penelitian Uji kemampuan 40 isolat bakteri dilaksanakan di laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah, Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan dan pemberian berbagai macam pupuk hijau (azolla, gamal, dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini terdiri dari dua kegiatan yaitu pengujian kadar lengas tanah regosol untuk mengetahui kapasitas lapang kemudian dilakukan penyiraman pada media tanam untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter
Lebih terperinci