METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III PENDEKATAN LAPANG

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian. data melalui wawancara untuk menjelaskan hubungan yang mungkin tejadi diantara.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. bebas (X) dengan variabel terikat (Y) yang menggunakan rumus statistik. Dengan

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kuantitatif, yang dipakai untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penentuan Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

KERA GKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. yaitu untuk menganalisa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu. Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

III. METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, maka permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN

pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang menggunakan data yang sama dimana peneliti menjelaskan hubungan

METODE PENELITIAN. Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian. Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Bandung Selatan

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe explanatory reaserch.

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

METODE. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN. merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. Objek penelitian Hubungan penggunaan mesin kantor dengan efektivitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

37 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian Survei deskriptif korelasional yaitu melihat pada suatu kelompok dengan aspek yang diteliti adalah hubungan antara peubah secara mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal 1982). Rakhmat (2005) menerangkan bahwa penelitian yang bersifat menerangkan bertujuan untuk menguji adanya hubungan antar berbagai peubah yang diteliti. Peubah penelitian yang diamati terdiri dari peubah bebas, peubah antara dan peubah tidak bebas. Peubah bebas yang diteliti yaitu indikator-indikator yang dimiliki oleh petani, baik ciri yang melekat ataupun pengetahuan dan pengalaman. Peubah bebas itu antara lain: karakteristik individu petani & pemandu, karakteristik inovasi dan peubah saluran komunikasi. Peubah antara adalah partisipasi komunikasi petani dalam SL-PTT Padi dan peubah terikat berupa efektivitas komunikasi di dalam SL-PTT Padi. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Cikarawang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Pemilihan lokasi menggunakan metode purposive sampling. Sedangkan alasan penentuan lokasi tersebut adalah: (1) Kelurahan Cikarawang merupakan kelompok tani relatif baru dan berdekatan dengan kota, maka dapat diamati apakah lokasi pertanian yang berdekatan dengan kota (banyak sumber informasi) memberi pengaruh positif atau pengaruh negatif terhadap penerimaan petani dengan inovasi-inovasi pertanian, (2) secara metodologis, seluruh tahapan penelitian terpenuhi dan dapat dilakukan di Kelurahan Cikarawang dan (3) secara geografis dan ekonomis, lokasi penelitian mudah dijangkau oleh kendaraan dan tidak membutuhkan anggaran yang besar, mengakibatkan pengamatan dapat dilakukan secara intensif, seksama dan cepat. Pengumpulan data primer dan pengamatan di lapangan dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Pebruari sampai Maret 2010. Waktu pelaksanaan penelitian diawali dengan tahapan pra-survei, dan pengumpulan data penelitian.

38 Populasi dan Sampel Penelitian Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Menurut Rakhmat (2005), kumpulan obyek penelitian adalah populasi. Dalam penelitian ini populasi yang ditetapkan adalah petani di Kelurahan Cikarawang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Agar penelitian ini menghasilkan data yang akurat dan obyektif, maka populasi penelitian ini ditetapkan yaitu petani yang telah menjadi atau pernah menjadi anggota SL-PTT Padi di lokasi tersebut. Di lokasi penelitian sebenarnya ada empat kelompok tani, yaitu: kelompok tani Suka Makmur, Tani Maju, Tani Makmur dan kelompok tani Urip. Namun demikian, hasil survei awal menunjukkan bahwa baru satu kelompok yang mengikuti program SL-PTT padi, yakni kelompok tani Suka Makmur. Oleh karena itu keseluruhan sampel (responden) dalam penelitian ini diambil dari kelompok tersebut, dimana jumlah anggotanya hanya 30 (tiga puluh) orang. Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung dan data sekunder diperoleh dari deks study di perpustakaan dan instansi terkait, misalnya Dinas Pertanian Kota Bogor. Teknik pengumpulan data primer dengan mengunakan alat instrumentasi yaitu kuesioner dan wawancara mendalam yang juga telah dipersiapkan secara terstruktur. Penyusunan wawancara dalam kuesioner dilakukan secara tertutup yaitu jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner tersedia dalam pilihan, sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak mencantumkan jawaban. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu peubah atau memanipulasinya (Kerlinger 2004). Menurut Kerlinger, definisi operasional meletakkan arti dalam suatu konstruk dari suatu peubah yang diamati dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakantindakan yang perlu untuk mengukur peubah itu. Menurut Sumardjo (1999) pengukuran peubah sangat penting dilakukan untuk memberikan kesempatan pada

39 peneliti menggunakan gejalah sosial yang diteliti dalam menyusun hipotesis, sehingga dapat menentukan tingkat hubungan dengan peubah-peubah yang lain. Berdasarkan definisi operasional dan pengukuran peubah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Karakteristik Pemandu Lapang yaitu ciri-ciri pemandu lapang yang dapat menggambarkan kemampuannya dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai pemandu SL-PTT padi. Peubah ini diukur berdasarkan penilaian petani dan hasilnya digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu: rendah, sedang dan tinggi. Pengukuran karakteristik pemandu lapang menggunakan tiga indikator berikut: a) Tingkat penguasaan materi SL-PTT Padi adalah kemampuan pemandu lapang mengatasi permasalahan yang bersifat teknis yang terjadi di lahan garapan petani dan menjawab setiap pertanyaan yang dipertanyakan petani kepada dirinya, selama melakukan kegiatan SL-PTT Padi. b) Pengalaman pemandu lapang adalah lamanya waktu seorang pemandu lapang mulai pertama kali bertugas melakukan penyuluhan pertanian sampai penelitian ini dilakukan. c) Kemampuan berkomunikasi adalah pendapat responden tentang kemampuan pemandu lapang dalam melakukan komunikasi dengan petani dalam kegiatan SL-PTT Padi. 2) Inovasi Teknologi adalah keragaan inovasi yang diajarkan di dalam SL-PTT padi dan diukur berdasarkan penilaian petani terhadap ciri-ciri inovasi yang dapat menggambarkan peluangnya untuk diadopsi. Ciri-ciri inovasi adalah karakteristik perubahan dan pembaharuan yang melekat pada teknik/teknologi yang mempengaruhi tingkat kecepatan adopsi suatu inovasi teknologi. Ciriciri inovasi adopsi teknologi terdiri dari lima macam yakni: keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan dicoba dan kemudahan diamati (Rogers 2003) a) Keuntungan relatif Keuntungan relatif adalah tingkat keuntungan (nilai tambah) ekonomi penggunaan cara baru dalam paket komponen dasar dan komponen pilihan

40 dirasakan lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan cara lama. Derajat keuntungan tersebut dapat diukur secara ekonomis tetapi faktor prestise sosial, kenyamanan dan kepuasan juga merupakan faktor penting, dengan mengkomparasikan keuntungan antara kedua jenis sarana produksi tersebut. Tingkat keuntungan ini diukur dengan kategori (1) kurang menguntungkan, (2) sama saja dan, (3). menguntungkan b) Tingkat Kesesuaian Tingkat kesesuaian adalah derajat dimana praktek dengan menggunakan sarana dalam SL-PTT padi dirasakan sebagai sesuatu yang konsisten dengan nilai nilai yang berlaku, pengalaman-pengalaman terakhir dan kebutuhan petani. Tingkat kesesuaian ini diukur dengan menggunakan angka ordinal, yaitu (1) rendah, (2) sedang dan, (3) tinggi c) Kerumitan Tingkat kerumitan adalah tinkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan, makin rumit suatu inovasi bagi seseorang maka akan makin lambat pengadopsiannya. Kriteria pengukuran dilakukan berdasarkan nilai tingkat kerumitan dengan kriteria pengukuran adalah (1). sederhana, (2) sedang dan (3) rumit. d) Dapat Dicoba Tingkat kemudahan untuk dicoba adalah derajat kemudahan pemanfaatan benih, pupuk dan pestisida untuk dicoba pada keadaan sumberdaya yang terbatas. Suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil, makin rumit suatu inovasi makin lambat pengadopsiannya dengan kriteria pengukuran yang digunakan adalah (1) mudah digunakan, (2) sedang dan (3) sulit digunakan. e) Mudah Diamati Tingkat kemudahan adalah derajat kemudahan hasil-hasil inovasi dapat dilihat dan disaksikan hasilnya oleh orang lain, sehingga mudah dikomunikasikan pada lingkungan sistem sosial masyarakat. Pengukuran dilakukan berdasarkan kriteria (1) mudah diamati, (2) Sedang dan (3) sulit diamati.

41 3) Karakteristik Petani Karakteristik petani adalah ciri-ciri yang melekat pada diri petani dan ditetapkan dengan sebanyak lima karakteristik, yaitu umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan garapan, dan status petani yang, masing-masing dapat diuraikan berikut ini: a) Umur adalah lama hidup responden dihitung sejak tahun kelahiran sampai waktu penelitian dilakukan, diukur dalam satuan tahun dengan pembulatan keulang tahun terdekat. b) Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal yang pernah diikuti responden sampai dengan penelitian dilakukan dalam satuan tahun. c) Pengalaman usahatani adalah lamanya responden berusahatani padi dalam satuan tahun, sejak mulai berusaha sampai saat penelitian ini. d) Status petani adalah posisi petani terhadap lahan usahatani padinya, diukur dengan menggunakan skala nominal dan dikategorikan sebagai petani (1) pemilik, (2) penggarap dan (3) buruhtani dan penggarap e) Luas lahan garapan adalah luas area yang digarap petani untuk berusaha tani padi dalam satuan hektar. 4) Saluran Komunikasi Saluran komunikasi dilihat dari beberapa indikator diantaranya adalah: jenis media waktu dan tempat pelaksanaan: (a) Jenis media Jenis media adalah media yang digunakan dalam SL-PTT Padi yang terdiri dari media tercetak, elektronik dan tatap muka langsung (brosur, majalah, buku panduan, dan praktek lapang). Tingkat kemudahan petani dalam menerima informasi berdasarkan jenis media komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi SL-PTT padi diukur berdasarkan kategori: (1) sulit dipahami, (2) dapat dipahami, dan (3) mudah dipahami. (b) Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan yang dimaksudkan di sini adalah waktu dimana proses komunikasi tersebut berlangsung. Mengingat kegiatan harian petani

42 peserta SL-PTT padi telah terjadwalkan, sehingga kegiatan yang sarat komunikasi, seperti pertemuan, diskusi dan temu lapang juga telah ditentukan. Kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan dimaksud sangat mempengaruhi daya serap petani peserta terhadap permasalahan yang dibicarakan dan atau didiskusikan. Untuk mengukur tingkat kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut, maka dibuat beberapa kategori, yaitu: (1) kurang sesuai, (2) sesuai, dan (3) sangat sesuai. c). Tempat Pelaksanaaan Tempat pelaksanaaan adalah tempat petani peserta SL-PTT melakukan suatu kegiatan rutin seperti pertemuan, diskusi, temu lapang dan praktek lapang. Kesesuaian tempat pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut sangat mempengaruhi tingkat kehadiran serta kemampuan memahami permasalahan yang dibicarakan atau didiskusikan. Untuk mengukur tingkat kesesuaian tempat pelaksanaan kegiatan dimaksud, dibuat beberapa kategori, meliputi: (1) kurang sesuai, (2) sesuai, dan (3) sangat sesuai. 5) Keefektivan Komunikasi Keefektivan komunikasi dalam SL-PTT Padi adalah perubahan perilaku yang terjadi pada diri seorang petani setelah menerima suatu informasi melalui partisipasinya dalam SL-PTT Padi yang diukur dengan skala ordinal. Pengukuran menggunakan tiga indikator perilaku mencakup perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif). dan tindakan (konatif). a) Aspek kognitif adalah tingkat pengetahuan responden tentang teknologi inovatif yang didiseminasikan dalam sekolah lapang SL-PTT padi sebagai pesan. Dikategorikan dalam ukuran (1) rendah, (2) sedang, (3) tinggi. b) Aspek afektif adalah sikap responden terhadap teknologi inovatif yang dikomunikasikan dalam sekolah lapang SL PTT Padi, dikategorikan dengan ukuran (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi. c) Aspek konatif adalah tindakan responden untuk menggunakan teknologi inovatif yang diberikan. Tindakan diukur berdasarkan dilaksanakan atau

43 tidak teknologi inovatif dalam sekolah lapang SL-PTT Padi, dikategorikan dalam ukuran (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi. 6) Partisipasi Komunikasi petani dalam SL-PTT Padi Partisipasi komunikasi petani dalam hal ini berkaitan dengan semua kegiatan dimana terjadi proses komunikasi antara petani peserta SL-PTT (sebagai penerima inovasi) dengan pihak-pihak terkait (aparat desa dan kecamatan, pemandu lapang, penyuluh pertanian, KCD serta POPT (pengamat organisme pengganggu tanaman). Kegiatan-kegiatan dimaksud meliputi: a) Participatory Rural Appraisal (PRA) Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses pemilihan atau perakitannya didasarkan pada hasil analisis potensi, kendala dan peluang atau dikenal dengan PRA. Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar, jika hasil PRA memprioritaskan penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama di wilayah setempat. Secara singkat alur perakitan komponen teknologi PTT dapat digambarkan sebagai berikut: PRA Identifikasi masalah Pemilihan komponen teknologi PTT (Rakitan teknologi spesifik lokasi) Gambar 6. Bagan pelaksanaan PRA Dalam penelitian ini, tingkat partisipasi petani dalam proses komunikasi SL-PTT dikelompokkan dalam beberapa tingkatan, yaitu: (1) hadir pasif, (2) hadir aktif bertanya, (3) aktif bertanya dan memberikan masukan/ saran.

44 a. Pertemuan Pertemuan yang dilakukan dalam SL-PTT padi adalah pertemuan rutin dan pertemuan khusus. Pertemuan rutin adalah pertemuan yang dilaksanakan pada persiapan pelaksaann SL-PTT padi. Pertemuan segera melaksakan SL- PTT. Pertemuan persiapan dilakukan di tingkat desa, di tingkat kecamatan, dan pertemuan di tingkat kelompok tani, di mana pertemuan ini membahas tentang persiapan pelaksanaan SL-PTT, yaitu di tingkat desa membahas tentang pemilihan desa untuk dijadikan Desa penyelenggara SL-PTT padi, pemilihan lahan 25 hektar, satu ha LL (laboratorium lapang), bahan dan alat belajar. Pertemuan dilakukan di tingkat desa karena diperlukan dukungan dari aparat desa dan pejabat kecamatan, pertemuan di kecamatan mengikutsertakan Camat, KCD (kantor cabang dinas), POPT (pengamat organisme pengganggu tanaman) dan penyuluh. Pertemuan di tingkat desa mengikutsertakan perangkat desa, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian, POPT, ketua Gapoktan, ketua kelompok tani, ketua P3K, dan tokoh wanita. Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan dilakukan empat atau lima minggu sebelum SL-PTT padi dimulai. Selain itu ada pula pertemuan pelaksanaan, yang diamati adalah umur tanaman, aktivitas pengelolaan hama dan penyakit tanaman padi dan kemungkinan terjadinya anomali iklim. Pertemuan di tingkat kelompok tani adalah pembagian kelompok menjadi sub kelompok yang terdiri dari 20-30 petani. Pertemuan ini dilaksanakan dua atau tiga minggu sebelum SL-PTT padi dimulai. Selain pertemuan pada tahap persiapan juga dilaksanakan pertemuan sebagai pelaksanaaan SL-PTT padi. Karena pada pelaksanaan sudah melakukan proes belajar maka yang dilakukan dalam pertemuan ini adalah melakukan PRA untuk melihat potensi, kendala, dan peluang. Pertemuan berikutnya pada saat pengolahan tanah, pembuatan persemaian, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanaman padi dalam fase anakan maksimum, promordia, bunting, berbunga, pengisian bulir, panen, dan pascapanen. Pertemuan khusus dilakukan apabilah terjadi sesuatu yang mendesak misalnya ada kerusakan saluran irigasi dan adanya seranan hama pada tanaman padi. Proses belajar setiap harinya adalah enam jam.

45 Tingkat partisipasi komunikasi petani dalam pertemuan-pertemuan diukur berdasarkan beberapa kategori, yaitu: (1) hadir pasif, (2) hadir aktif bertanya, dan (3) hadir aktif bertanya dan memberi saran. b. Praktek Lapang Praktek lapang dalam program SL-PTT padi dilaksanakan di petak laboratorium lapang (LL) dan petak sekolah lapang (SL). Kegiatan di LL adalah berupa percontohan dari komponen teknologi yang dianjurkan untuk dapat diterapkan oleh petani. Semua kegiatan LL dipandu oleh pemandu lapang. Aplikasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh di LL dilaksanakan oleh setiap petani peserta di lahan garapan mereka masing-masing dalam lingkup area sekolah lapang (SL). Semua anggota kelompok tani diwajibkan melakukan pengamatan terhadap kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanamannya. Aspek yang diamati adalah kondisi cuaca, keadaan air, populasi hama dan musuh alaminya, tingkat kerusakan tanaman, tingkat kehijauan warna daun padi dengan BWD, jumlah anakan, dan tinggi tanaman. Jumlah rumpun yang diamati disarankan paling sedikit 20 rumpun. Pencatatan dimaksudkan untuk merekam perubahan yang terjadi akibat penerapan teknologi yang sementara diterapkan. Tingkat partisipasi petani dalam praktek lapang diukur dengan kategori (1) tidk melakukan, (2) melakukan tetapi tidak memahami, (3) melakukan dan memahami. c. Diskusi Setiap hari petani peserta SL-PTT padi melakukan diskusi sub kelompok dan diskusi pleno, masing-masing waktunya satu jam. Diskusi sub kelompok adalah proses analisis terhadap hasil pengamatan lapangan dari setiap subkelompok yang kemudian dipresentasikan (diplenokan) atas sub-kelompok. Partisipasi petani dalam diskusi diukur berdasarkan kategori berikut: (1) hadir pasif, (2) hadir aktif bertanya, (3) aktif bertanya dan membeir saran.

46 d. Temu Lapang Petani Temu lapang petani adalah media komunikasi antara petani peserta SL-PTT dengan aparat dari instansi terkait, petani non-sl-ptt dan masyarakat tani pada umumnya. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan PTT dan alih teknologi kepada masyarakat di sekitar lokasi SL-PTT. Dalam kegiatan ini, petani peserta SL-PTT memperkenalkan proses pelaksanaan SL-PTT, hasil kajian, analisis agroekosistem, organisasi kelompok taninya dan mengupayakan terjadinya diskusi dilapangan. Tingkat partisipasi komunikasi petani dalam kegiatan ini diukur berdasarkan beberapa kategori, yaitu: (1) hadir pasif, (2) hadir aktif bertanya, dan (3) hadir aktif bertanya dan memberi penjelasan dan pemahaman. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun & Effendi 2006). Cara yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan validitas konstrak, yaitu menyusun tolok ukur operasional dari suatu kerangka konsep dan teori. Materi kuesioner disesuaikan dengan konsep dan teori yang dikemukakan oleh para ahli, selain itu melakukan konsultasi intensif dengan berbagai narasumber yang dinilai menguasai materi yang ada dalam kuesioner tersebut. Titik berat dari uji validitas adalah validitas isi, yang dapat ditentukan berdasarkan: (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang telah diukur tersebut, (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang digunakan ( Kerlinger 2004). Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan bahwa agar kuesioner memiliki uji validitas yang tinggi, maka daftar pertanyaan harus disusun dengan cara: (1) mendefinisikan secara operasional berbagai konsep yang diukur, telah ditulis oleh para ahli dan literatur, (2) melakukan uji coba alat pengukur atau kuesioner tersebut pada sejumlah responden, (3) mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan (4) menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi (product moment Pearson).

47 Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Singarimbun & Effendi 2006). Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur. Sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Besar kecilnya suatu pengukuran dapat diketahui dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan hasil pengukuran yang kedua. Arikunto (1998) menyatakan bahwa reliabilitas instrumen menunjukkan tingkat keterpercayaan suatu alat mengumpulkan data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu instrumen dikatakan baik, apabila instrumen tersebut tidak akan bersifat tendensius, dan tidak mengarahkan responden untuk memilih jawabanjawaban tertentu. Untuk mencapai reliabilitas alat ukur yang maksimal dilakukan penyempurnaan instrumen melalui pengujian terhadap 30 responden dengan menggunakan rumus split-half reliability test atau uji reliabilitas teknik belah dua, yakni dengan membagi butir pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner tersebut menjadi dua belahan. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut: nndimana : R tot = 2(r.tt)/1+r.tt R.tot adalah angka koefisien reliabilitas keseluruhan item r.tt adalah angka korelasi belahan pertama dan belahan ke dua Berdasarkan hasil analisis terhadap instrument yang digunakan dengan menggunakan SPSS 16 terhadap seluruh instrument, dapat di simpulkan bahwa sebagian besar item instrument valid karena memiliki nilai total corrected item lebih besar dari r tabel (0.632). Instrument yang memiliki nilai validitas yang rendah dilakukan berbaikan terhadap redaksional dan konten dari instrument tersebut. Uji realibilitas terhadap insrument yang digunakan menunjukan bahwa semua item instrument memiliki koefisien alpha dari Cronbach yang tinggi. Dari

48 hasil analisis terhadap instrument ini maka dapat disimpulkan kuesioner ini reliable atau layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil uji dari reliabilitas terhadap kuesioner adalah sebagai berikut: Tabel 1 Koefisien Cronbach alhpa hasil uji coba kuesioner Peubah Penelitian Koefisien Cronbach Alfa Penguasaan Materi 0,842 Pengalaman 0,902 Kemampuan Berkomunikasi 0,925 Keuntungan Relatif 0,944 Kesesuaian 0,890 Kerumitan 0,909 Dapat Dicoba 0,845 Dapat Diamati 0,966 Waktu Pelaksanaan 0,893 Tempat Pelaksanaan 0,861 Jenis Media 0,950 Partisipasi 0,951 Kognitif 0,943 Afektif 0,940 Konatif 0,943 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data penelitian adalah bertujuan menjawab masalah dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan, dilakukan dengan menggunakan teknik analisis sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan peubah (sebagian besar karakteristik internal dan eksternal) dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan sebaran nilai responden dengan menggunakan sebaran normal. 2) Untuk mendeskripsikan sebagian karakteristik internal, karakteristik eksternal, sikap dan tingkat partisipasi responden terhadap penerimaan kelompok dalam kegiatan SL-PTT Padi: (Oppenheim 1992), ini dikategorikan: (a). rendah, (b). sedang, (c). tinggi. Data yang terkumpul ditabulasikan dengan distribusi frekuensi dan analisis secara deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antar peubah dilakukan

49 analisis inferensial, berupa analisis hubungan dengan koefisien korelasi τ - Kendal. τ = A - B N (N-1) 2 Keterangan: τ = Koefisien korelasi Tau Kendal yang besarnya (-1 < 0 < 1) A = Jumlah rangking atas B = Jumlah rangking bawah N = Jumlah sampel