BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Statistical Process Control

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Statistical Process Control

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

Alat dan Teknik Meningkatkan Mutu. idyst 1

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

HISTOGRAM DAN DIAGRAM PARETO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Kualitas. Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain :

2. 7 Tools of Quality 3. New 7 Tools of Quality

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data primer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut.

BAB 5 ASPEK MUTU PRODUK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

Bab 2 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen operasi merupakan salah satu dari tiga fungsi utama pada

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

management is defined as the design, operation, and improvement of the system that

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, baik industri dalam skala besar dan menengah, maupun dalam skala

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industri menjadi semakin ketat, terutama sejak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Berikut adalah pendapat para ahli mengenai kualitas: H.L. Gilmore: Kualitas adalah suatu kondisi di mana produk sesuai dengan desain atau spesifikasi tertentu. William W. Scherkenbach: Kualitas ditentukan oleh konsumen, konsumen ingin produk atau jasa dalam seluruh kehidupannya pada suatu harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut. J.M. Juran : Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. Ross Hohnson & William C Winchell: Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang berkaitan dengan kemampuannya memeenuhi kebutuhan atau kepuasan. W. Edward Deming : Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan kosumen sekarang dan pada masa mendatang. Philip B Crsoby : Kualitas merupakan kesesuaian dan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness. 8

9 A.V. Feigenbaum : Kualitas merupakan keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture dan maintenance melalui mana produk atau jasa dalam pemakaian akan sesuai degan harapan pelanggan. David L. Goutsch & Stanley Davis : Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yana berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi apa yang diharapkan. Dari beberapa pendapat tersebut di atas, secara garis besar kualitas adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa ang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 2.2. Tujuan Pengendalian Kualitas Untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai tuntutan kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality conttol) atas aktivitas yang dijalani. Dari pengendalian kualitas yang berdasarkan inspeksi dengan penerimaan produk yang memenuhi syarat dan penolakan yang tidak memenuhi syarat sehingga banyak bahan, tenaga dan waktu yang terbuang, muncul pemikiran untuk menciptakan sistem yang dapat mencegah timbulnya masalah mengenai kuallitas agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi. Istilah kualitas tidak terlepas dari manajemen kualitas yang mempelajari setiap area dari manajemen operasi dari perencanaan lini produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus menerus. Berikut ini dijelaskan mengenai sangat pentingnya istilah kuialitas

10 bagi suatu organisasi atau perusahaan. 2.2.1. Reputasi perusahaan Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang berkualitas akan mendapat predikat sebagai perusahaan yang mengutamakan kualitas. Oleh karena itu perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan mendatkan nilai lebih di mata konsumen. Karena nilai lebih itulah maka perusahaan tersebut di percaya konsumen. 2.2.2. Penurunan biaya Untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini di karenakan perusahaan berorientasi pada kepuasan konsumen, yaitu berdasarkan jenis, tipe, waktu dan jumlah yang produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Jadi tidak ada pemborosan yang terjadi yang harus dibayar mahal oleh perusahaan. Sehingga pendapat bahwa quality has no cost dapat dicapai dengan tidak menghasilkan produk atau jasa yang tidak dibutuhkan pelanggan. 2.2.3. Peningkatan pangsa pasar Pangsa pasar akan meningkat bila minimal biaya bisa tercapai, sehingga harga dapat ditekan walau kualitas tetap menjadi yang utama. Hal-hal inilah yang mendorong konsumen untuk membeli dan membeli lagi produk atau jasa tersebut hingga pangsa pasar menjadi meningkat.

11 2.2.4. Pertanggungjawaban produk Dengan semakin meningkatnya kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, maka perusahaan akan semakin bertanggung jawab tehadap desain, proses dan pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu pihak perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya begitu besar hanya untuk memberikan jaminan terhadap produk yang ditawarkannya. 2.2.5. Dampak Internasional Bila perusahaan mampu memberikan produk yang berkualitas, maka selain dikenal pasar lokal, produk yang ditawarkian juga akan dikenal dan diterima dipasar internasional. Hal ini akan menimbulkan kesan yang baik terhadap perusahaan tersebut. 2.2.6. Penampilan produk atau jasa Kualitas akan membuat produk atau jasa dikenal dan hal ini akan membuat perusahaan tersebut juga dikenal dan dipercaya masyarakat luas. Dengan demikian tingkat kepercayaan pelanggan dan masyarakat umumnya akan bertambah dan perusahaan tersebut akan lebih dihargai. Hal ini akan menimbulkan fanastisme tertentu dari konsumen terhadap produk produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. 2.2.7. Kualitas yang dirasakan Persaingan yang saat ini bukan lagi masalah harga melainkan kualitas produk. Hal inilah yang mendorong konsumen untuk mau membeli produk dengan harga

12 tinggi dengan kualitas yang tinggi pula. Tetapi kualitas mempunyai banyak dimensi yang bersifat subyektif. Oleh karena itu yang dimaksud dengan kualitas bukan hanya kualitas produk itu sendiri, melainkan kualitas secara menyeluruh (Total Quality). Total Quality merupakan suatu pendekatan untuk melaksanakan bisnis yang berusaha memaksimumkan persaingan organisasi melalui perbaikan secara menyeluruh dalam kualitas produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan. 2.3. Konsep Kualitas pada Industri Manufaktur Secara umum dapat di katakan bahwa kualitas produk atau jasa itu akan diwujudkan bila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada kepuasaan konsumen. Apabila dikatakan secara rinci, kulitas memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen dan perspektif konsumen, dimana bila kedua perspektif tersebut dipadukan, maka akan dapat dicapai kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang di kenal sebagai kesesuaian untuk digunakan oleh konsumen. Menurut Roberts Russel (1966) perspektif kualitas tersebut dapat digambarkan seperti gambar 2.1. The Meaning of Quality Producer-s Perspective Consumer's Perspective Production Quality of Conformance Quality of Design - Conformance to Specification - Quality Characteristic - Cost - Price Marketing Fitness to consumer Use Gambar 2.1. Dua Perspektif Kualitas

13 Apabila kita perhatikan, maka kedua perspektif tersebut akan bertemu pada satu kata Fitness to Consumer Use. Kesesuaian untuk digunakan tersebut merupakan kesesuaian antara konsumen dengan produsen, sehingga dapat membuat suatu standard yang disepakati bersama dan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kedua belah pihak. Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Bahkan yang terbaik adalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan pada proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses (work in proses) sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki. Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar mahal karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaaan ulang. 2.4. Pengertian Seven Tools Seven Tools adalah tujuh alat perbaikan mutu yang digunakan pada kegiatan siklus quality control. Alat alat ini sebagai alat bantu yang bermanfaat untuk memetakan lingkup persoalan, menyusun data dalam diagram diagram agar lebih mudah untuk di pahami, menelusuri berbagai penyebab persoalan dan memeperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan. Kemampuan seven tools yang dasyat dalam mengemukakan fakta atau fenomena inilah yang menyebabkan para pakar dalam setiap proses kegiatan mutu sangat tergantung kepada alat alat bantu ini. Meskipun demikian keberhasilan

14 dalam menggunakan seven tools sangat dipengaruhi akan seberapa masif pengetahuan si pengguna akan alat bantu yang dipakainya. Semakin baik pegetahuan yang dimiliki akan semakin tepat dalam memilih alat bantu yang digunakan. Itulah sebabnya ada 2 hal pokok yanag perlu menjadi pedoman sebelum menggunakan seven tools yaitu : Efisien (tepat), artinya ketepatan dalam memilih alat bantu yang sesuai dengan karakteristik dengan persoalan yang akan dibahas. Efektif (benar), artinya bahwa penggunaan alat bantu tersebut dilakukan dengan benar, sehingga persoalan tersebut menjadi lebih jelas, mudah dimengerti dan memberikan peluang untuk diperbaiki. Adapun seven tools tersebut adalah: 2.4.1. Lembar Pengamatan (Check Sheet) Alat bantu ini sangat tepat digunakan sebagai alat untuk pengumpul data antara lain seperti mencatat waktu pengamatan, permasalahan yang dicari dan jumlah cacat pada setiap permasalahan. Akan tetapi tidak cukup memenuhi syarat bila digunakan untuk menganalisa, karena data yang dikumpulkan adalah data fenomena atau fakta yang sedang terjadi atau berlangsung. Mengingat bahwa check sheet digunakan pada saat proses berlangsung, maka hal terpenting yang harus menjadi perhatian adalah bagan atau kerangka formulir untuk pengisian data. Bagan harus disiapkan sedemikian rupa agar pengisian data dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, tetapi juga mampu memuat seluruh data yang diperlukan. Jadi lembar pengamatan digunakan untuk: a. Membedakan antara opini dan fakta. Kita sering berpikir bahwa kita tahu

15 masalah atau sebab pokok mana yang paling penting. Lembar periksa membantu untuk membuktikan atau menggugurkan opini tersebut. b. Mengumpulkan data mengenai seberapa sering suatu persoalan terjadi. Tujuan utama lembar periksa adalah untuk membantu mentabulasi sejumlah kejadian dari masalah atau sebab tertentu. c. Mengumpulkan data mengenai jenis persoalan yang terjadi. Lembar periksa membantu memecah masalah data menjadi katagori yang berbeda seperti sebab sebab, persoalan dan lain lain. Berikut adalah langkah-langkah bagaimana membuat lembar pengamatan: 1. Langkah pertama : Memperjelas sasaran pengukuran Awal terbaik untuk memulai pengumpulan data adalah dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan antara lain pertanyaan sebagai berikut: a. apa masalahnya? b. Mengapa data harus dikumpulkan? c. Siapa yang akan menggunakan informasi yang dikumpulkan dan informasi apa yang sebetulnya mereka inginkan. Misalnya per departemen, per hari, per shift, per mesin, dll. d. Siapa yang akan mengumpulkan data? 2. Langkah ke dua: Mengidentifikasi apa yang akan diukur Dimulai dengan memberi judul Lembar Periksa. Judul tersebut harus menerangkan kepada pembaca apa yang sedang mereka lihat. Misalnya seperti keluhan bulan Juni, permintaan servis minggu ke..., alasan terlambat kerja bulan ini, dan lain lain. Berikutnya tuliskan hanya hal hal spesifik yang akan diukur pada bagian kiri lembar periksa ke arah bawah. Misalnya

16 mengukur keluhan pelanggan, katagori yang sesuai antara lain pengiriman terlambat, pengemudi yang kasar, penagihan yang tidak sesuai, dan lain lain. 3. Langkah ke tiga: Menentukan waktu atau tempat yang akan di ukur Tentukan apakah pengumpulan informasi berdasarkan waktu misalnya berapa banyak kejadiannya per jam atau lper hari, atau berdasarkan tempat atau keduanya. Misalnya berapa banayak terjadi di Departemen A setiap hari, jumlah cacat dari mesin B per jam, kecelakaan per lokasi atau per bulan. 4. Langkah ke empat: Mengumpulkan data Mulailah mengumpukan data atas hal hal yang di ukur. Catat setiap peristiwa langsung pada lembar periksa. Karena akurasi sangat penting saat mengumpulkan data (karena keputusan di buat berdasarkan data ini), maka jangan menunda mencatat informasi hingga akhir hari karena mungkin kita akan lupa. 5. Langkah ke lima: Menjumlahkan data Jumlahkan semua kejadian setiap kategori yang diukur misalnya, berapa banyak kita terlambat mengirim minggu ini, berapa banyak cacat yang dihasilkan per mesin hari ini, dll. Berikut contoh gambar lembar periksa: Keluhan Pelanggan Departemen Pengiriman Minggu Pertama Bulan Juni 199X Juma Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu Jenis Keluhan t Total 1/6/xx 2/6/xx 3/6/xx 4/6/xx 6/6/xx 5/6/xx Pengiriman I I II I II II 8 terlambat Pengemudi Kasar Penagihan tidak sesuai II I III I 7 IIII IIIII IIII III IIIII III 24

17 Salah kirim III I II III III 12 Total 10 8 11 8 9 5 Gambar 2.2. Contoh Lembar Periksa / Lembar Pengamatan 2.4.2. Diagram Pareto Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia bernama Vilvredo Pareto pada tahun 1879 dan kemudian digunakan oleh Dr. M Juran dalam bidang pengendalian mutu. Alat bantu ini biasa digunakan untuk menganalisa suatu fenomena, agar dapat diketahui hal-hal yang prioritas dari suatu fenomena tersebut. Maka istilah Pareto biasanya identik dengan Priority. Pada suatu diagram Pareto akan dapat diketahui, bahwa suatu faktor merupakan faktor prioritas dibandingkan faktor-faktor (minimal 4 faktor) lainnya, karena faktor tersebut berada pada urutan terdepan, tertinggi atau terbanyak pada deretan faktor yang dianalisa. Melalui dua diagram Pareto yang diperbandingkan akan dapat dilihat perubahan seluruh atau sebagian faktor faktor yang sedang diteliti, pada kondisi yagn berbeda. Diagram Pareto juga dapat juga digunakan untuk menentukan pangkal persoalan berdasarkan analisa yagn masif, dengan mempertimbangkan beberapa sudut pandang. Misalnya ada 4 persoalan yang dihadapi yaitu A, B, C dan D. Bila ditinjau dari frekuensi kejadian, ternyata persoalan C yang paling sering terjadi, tetapi bila ditinjau dari akibatnya secara finansial, ternyata persoalan A yang paling merugikan bila tidak segera diatasi. Tetapi bila dilihat dari segi energi yang dibuang, mungkin persoalan B yang paling menonjol. Berdasarkan tinjauan-tinjaun inilah,

18 dapat diambil kesimpulan manakah dari ke empat faktor tersebut yang akan menjadi prioritas persoalan untuk ditindak lanjuti. Singkatnya diagram Pareto ini digunakan bila: a. Untuk memilih suatu masalah atau proses untuk diperbaiki yaitu masalah yang paling sering terjadi. Tetapi jangan lupa bahwa masalah yang paling sering terjadi tidak selalu berarti masalah yang harus dipecahkan terlebih dahulu. b. Untuk mengevaluasi upaya perbaikan yang telah dibuat, menunjukkan apakah benar-benar meningkat atau tidak. c. Untuk mengidenifikasi distribusi dari sebab-sebab suatu masalah, yaitu memprioritaskan sebab-sebab dari yang paling penting hingga yang paling tidak penting. Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat diagram Pareto: 1. Langkah Pertama: Mengidentifikasi kategori masalah atau sebab yang akan dibandingkan Dimulai dengan mengatur masalah atau sebab ke dalam sejumlah kategori. Batasi daftar yang panjang ke dalam jumlah yang lebih bisa di tangani seperti delapan kategori atau kurang. Misalnya jika mengukur sebabsebab mengapa datang terlambat ke kantor selama periode waktu tertentu, kategori yang mungkin antara lain : terlalu sibuk, macet, ketiduran, bertengkar dengan pasangan atau anak, dan lain-lain. Informasi ini dapat diperoleh dari Lembar Pengamatan, Diagaram Sebab Akibat, Laporan Data dan lain-lain.

19 2. Langkah Kedua: memilih suatu satuan pengukuran standard dan periode waktu untuk dipelajari Pengukuran yang dipilih akan tergantung pada situasi, bisa saja berupa ukuran seberapa sering sesauatu tejadi seperti cacat produk, kesalahan, berlebihan atau luber, biaya terlalu tinggi dan lain-lain, seberapa sering sering alasan disebutkan dalam survei sebagai sebab suatu masalah, atau pengukuran yang spesifik dari volume atau ukuran. 3. Langkah ke tiga : Mengumpulkan dan meringkas data Dimulai dengan membuat table tiga kolom, masing-masing kolom diberi judul kategori kesalahan, frekuensi, dan persentase dari total. Hal-hal dalam kolom kategori kesalahan mencakup jenis-jenis kesalahan atau sebab-sebab kesalahan yang berbeda. Informasi ini dapat diperoleh langsung dari lembar periksa. Dibawah lo;om frekuensi dituliskan total setiap kategori. Lalu bagi lah setiap angka pada kolom frekuensi dengan nilai total pengukuran. Perhitungan ini akan memberikan persentase dari total. Kategori Kesalahan Frekuensi Persen dari Total Tanda baca 20 44% Pengetikan huruf 17 27% Ejaan 12 16% Terlambat 5 11% Nomor halaman 1 2% Total 45 100% Gambar 2.3. Contoh Menyusun Tabel Data

20 4. Langkah ke empat : Menggambar sumbu horisontal dan vertikal Dimulai dengan menggambarkan sumbu horisontal. Gambar satu garis dari kiri ke kanan pada selembar kertas. Buat garis cukup panjang sehingga semua kategori dapat dituliskan dibawahnya. Tuliskan kategori dalam urutan yang menurun dengan kategori paling sering terjadi diletakkan di sisi paling kiri. Berikan judul sumbu. Judul tersebut harus bisa mengatakan pada pembaca apa yang mereka lihat, misalnya sebab-sebab terlambat msasuk kantor, jenis-jenis keluhan pelanggan dll. Selanjutnya gambarkan garis vertikal dari titik paling kiri sumbu horisontal ke atas. Garis menunjukkan frekuensi setiap kategori. Buatlah skala sedemikian rupa sehingga angka pada puncak sumbu sedikit lebih tinggi ketimbang angka frekuensi tertinggi. Beri judul juga pada sumbu. Sekali lagi judul tersebut harus bisa mengatkan kapada pembaca apa yang mereka lihat yaitu frekuensi kejadian. Gambarkan sumbu vertikal lain pada sisi sebelah kanan sumbu horisontal. Garis tersebut menunjukkan skala persentase dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga titik jumlah kejadian pada sisi kiri sesuai dengan persentase yang berkaitan di sisi kanan. 5. Memetakan Batang-Batang bagan Pareto Langkah terakhir adalah memetakan data dengan cara menggambarkan serangkaian batang-batang dengan ktinggian yang semakin berkurang dari kiri ke kanan, menggunakan skala frkeuensi pada sumbu vertikal kiri. Berikut adalah contoh Diagram Pareto:

21 25 Frekuensi Kejadian 20 15 10 5 0 Tanda baca Pengetikan huruf Ejaan Terlambat Nomor halaman Kategori Kesalahan Gambar 2.4. Contoh Diagram Pareto 6. Langkah ke enam : Tindak Lanjut Kini bagan mudah dibaca dan dimengerti, bisa membantu untuk memutuskan apa yang pertama kali harus ditangani. Akan tetapi hanya karena suatu persoalan paling sering terjadi, tidak berarti menuntut perhatian terbesar. Pertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Persoalan apa yang membuat perbedaan terbesar bagi pelanggan? b. Berapa biaya untuk memperbaiki persoalan tersebut? c. Berapa biaya jika tidak memperbaiki persoalan tersebut? Ingat, meskipun data seperti di atas mengarah ke hal tertentu, pelanggan lah yang harus memberitahu apa yang pertama-tama harus diperbaiki. Lanjutkan pengumpulan dan pemetaan data untuk membuktikan temuan awal ini dan juga untuk mengevaluasi setiap perubahan perbaikan yang dibuat.

22 Prioritas menurut Diagram Pareto 1. Tanda baca (44%) Prioritas Menurut Konsumen 1. Pengiriman terlambat 2. Pengetikan huruf (27%) 3. Ejaan (16%) 4. Pengiriman Terlambat (11%) 5. Nomor halaman salah (2%) Gambar 2.5. Contoh Menentukan Langkah Tindak Lanjut Dari Diagram Pareto Meskipun data yang ada menyoroti satu temuan yaitu persoalan terbesar adalah kesalahan tanda baca, namun pandangan pelanggan sangat jauh berbeda yaitu kirimkan bahan-bahan kepada kami tepat waktu. Misalnya gagal memenuhi tepat waktu, akibatnya pertemuan harus dijadwal ulang, jam kerja bertambah, dan lainlain. Kesalahan ini tidak lah sering, namun jika terjadi, pelanggan akan mengalami masalah berat. Berdasarkan analisa inilah maka fokus perbaikan di tujukan kepada pengiriman yang terlambat yang menjadi prioritas. 2.4.3. Histogram Dikenal juga sebagai Graifk Distribusi Frekuensi, yaitu salah satu grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari suatu kelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standard mutu yang sama, tetapi bila penyebaran datanya semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi tersebut pada kelompok tersebut

23 kurang bermutu, sebaliknya bila semakin sempit sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena mendekati spesifikasi yang ditetapkan. Agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produksi, perlu dilakukan pengolahan data yang akurat terlebih dahulu, mulai dari pengumpulan data tidak kurang dari 50 sampel, yaitu jumlah yang dianggap dapat memenuhi populasi yang diamati. Pengolahan data pada Histogram menjadi sangat penting, terutama dalam menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta. Secara umum Histogram dipergunakan untuk memantau pengembangan produk baru, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi pengendalian proses, hasil penjualan, dan sebagainya. Singkatnya Histogram digunakan untuk: a. Membuktikan atau menyelidiki apakah suatu persoalan benar-benar terjadi. Histogram berfungsi sebagai indikator masalah, dan dengan penyelidikan lebih lanjut dapat dibuktikan sumber atau sebab masalah tersebut. b. Alat untuk menyampaikan distribusi data atau membuat gambar variasi dalam suatu proses. Menggunakan Histogram selagi bekerja sama dalam kelompok merupakan cara yang efektif untuk menjamin pemahaman informasi. c. Untuk melacak perubahan dalam variasi proses sepanjang waktu misalnya dengan menggunakan Histogram awal sebagai dasar, dan membuat yang baru untuk mengukur perubahan setelah melakukan

24 perbaikan proses. Penyusunan Histogram terdiri dari enam langkah utama: a. Mengumpulkan dan mentabulasi data. b. Menghitung kisaran dan lebar interval. c. Menggambar sumbu horisontal dan vertikal. d. Mentabulasi data menurut interval. e. Memetakan data. f. Menganalisis Histogram Melalui gambar Histogram yang ditampilkan, akan dapat diprediksi hal-hal sebagai berikut: Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten, artinya seluruh faktor faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, atau bisa dikatakan variasi dari rata-rata pengukuran adalah terkendali dan bisa ditangani. Gambar 2.6. Histogram Distribusi Normal Histogram ke dua menunjukkan suatu proses yang miring ke kiri. Ini menunjukkan sesuatu terjadi dalam proses sehingga menghasilkan sekelompok pengukuran pada sisi paling kiri skala. Hal ini disebabkan oleh

25 ketidak konsistenan dalam proses, seperti adanya karyawan baru yang bekerja lebih lama untuk menyelesaikan tugas (jika waktu penyelesaian yang diukur), ketidak konsistenan prosedur dan lain-lain. Jika Histogram menunjukkan kecondongan ke kiri atau ke kanan, telusuri titik-titik data pada akhir kemiringan tersebut untuk menemukan pola umum atau sebab-sebab potensial yang terjadi. Gambar 2.7. Histogram Distribusi Condong ke Kiri Histogram ke tiga menggambarkan suatu proses dengan sekelompok ukuran pada ujung-ujung yang saling berlawanan (distribusi bimodal). Ini menunjukkan ketidak konsistenan yang cukup serius dalam suatu proses. Penggunaan rata-rata untuk mengukur kinerja proses akan sia-sia, karena sebagian besar pengukuran berada dibawah atau di atas rata-rata. Gambar 2.8. Distribusi Bimodal

26 2.4.4. Scatter Diagram Untuk melihat hubuingan (korelasi) dari dua macam data variable yang di amati diwujudkan sebagai koefisien korelasi yang ditunjukkan oleh keeratan hubungan antara dua variable tesrebut, sekaligus dapat digunakan untuk membangun suatu fungsi yang sesuai untuk memperoleh pemecahan yang lebih akurat. Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua faktor proses yang mempengarushi proses dengan kualitas produk. Pada sumbu x terdapat nilai dari variable independen, sedangkan pada sumbu y menunjukkan nilai dari variabel independen. Selain itu tehnik yang dilakukan pun ada dua pilihan yaitu pemeriksaan 100% yang berarti perusahaan menguji bahan baku yang datang, seluruh produk selama masih dalam proses atau seluruh produk jadi yang telah dihasilkan. Atau dengan menggunakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada sebagian produk yang diambil secara random sebagai sampel pengujian. 12 10 8 Y 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 12 14 X Gambar 2.9. Contoh Scatter Diagram Hubungan Positif

27 X 14 12 10 Y 8 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 12 14 X Gambar 2.10. Contoh Scatter Diagram Hubungan Negatif X 14 12 10 Y 8 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 12 14 X Gambar 2.11. Contoh Scatter Diagram Tidak ada Hubungan Singkatnya Diagram Tebar berguna untuk: a. Untuk menentukan jenis hubungan yang ada antara dua variable yaitu bisa hubungan positif, hubungan negatif, mungkin positif, mungkin negatif atau tidak ada hubungan. b. Menentukan hubungan sebab akibat yang mungkin antara dua variable misalnya, semakin banyak kita melatih karyawan, maka semakin berhasil perbaikan proses yang dilakukan. c. Untuk membuktikan serta menunjukkan adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel. Gunakan diagram tebar sebagai alat

28 penelusur yang membuktikan secara visual bahwa hubungan tersebut terus berlanjut. 2.4.5. Grafik Kendali (Control Chart) Adalah sebuah alat bantu berupa grafik yang akan menggambarkan stabilitas suatu proses kerja. Melalui gambaran tersebut akan dapat dideteksi, apakah proses tersebut berjalan dengan baik ( stabil ) atau tidak? Grafik pengendali terkadang disebut sebagai Shewhart Control Charts, karena grafik ini pertama kali dibuat oleh Walter A Shewhart. Nilai dari karakteristik kualitas yang dimonitor, digambarkan sepanjang sumbu y, sedangkan sumbu x menggambarkan sampel atau subgroup dari karakteristik kualitas tersebut. Semua karakteristik tersebut di namakan variable dimana nilai numeriknya dapat diketahui. Sedangkan atribut adalah karakteristik kualitas yang ditunjukkan dengan jumlah produk cacat, jumlah ketidak sesuaian dalam satu unit, serta jumlah cacat per unit. terdapat tiga baris pada grafik pengendalai. Centre line (CL) atau garis tengah adalah garis yung menunjukkan nilai rata rata dari karakteristik kualitas yang di plot pada grafik. Upper Control Limit (UCL) atau batas pengendali atas dan Lower Limit Control (LCL) atau batas pengendali bawah digunakan untuk membuat keputusan mengenai proses. Jika terdapat data yang berada diluar batas pengendali atas dan batas pengendali bawah serta pola data tidak acak atau random maka dapat diambil kesimpulan bahwa data berada diluar kendali statistik. Peta kendali adalah peta yang menunjukan batas-batas yang dihasilkan oleh suatu proses dengan tingkat kepercayaan tertentu.

29 Jadi singkatnya Grafik Kendali digunakan untuk: a. Membuat penggambaran visual dari kinerja proses, menyajikan gambar kinerja proses yang dapat digunakan sebagai alat penelusuran proses. b. Menginterpretasikan data suatu proses dengan cara membuat gambar batasan-batasan variasi yang diperbolehkan. c. Secara objektif menentukan apakah suatu proses berada dalam kendali statistik atau dikatakan suatu diluar kendali jika suatu titik data jatuh diluar batas kendali. d. Membedakan antara variasi karena sebab khusus, yaitu terjadinya sesuatu yang jelas bukan merupakan bagian dari proses. Dan variasi karena sebab biasa yaitu perubahan yang tidak disengaja yang telah menyatu dengan proses. 2.4.5.1.Bagan Pemilihan Peta Kendali Berbagai peta-peta control dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan seperti ditunjukkan melalui diagram alir penggunaan peta-peta control dalam gambar dibawah ini.

30 Tentukan Karakteristik Kualitas Sesuai Keinginan Pelanggan Apakah Data Variable? Tidak Apakah Data Atribut Berbentuk Proporsi atau Persentase? Tidak Apakah Data Atribut berbentuk Banyaknya ketidak sesuaian? Ya Ya Ya Apakah Proses Homogen atau Proses Batch Seperti Industri Kimia? Tidak Apakah ukuran Contoh Konstant? Tidak Apakah ukuran Contoh Konstant? Tidak Ya Ya Ya Gunakan Peta Kontrol Individual X-MR Gunakan Peta Kontrol X- Bar, R Gunakan Peta Kontrol p atau np Gunakan Peta Kontrol p Gunakan Peta Kontrol c atau u Gunakan Peta Kotnrol u Gambar 2.12. Diagram Alir Penggunaan Peta-Peta Kendali a. Peta Pengendali p dan np Peta kendali p atau np digunakan untuk mengetahui apakah apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang diisaratkan. Untuk peta pengendali p dan np digunakan bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama, maka kita dapat menggunakan peta np, namun bila sample yang diambil tidak tetap jumlahya atau memang perusahaan tersebut melakukan 100% inspeksi, maka kita harus menggunakan peta pengendali p.

31 b. Peta Pengendali c dan u Peta pengendali ini digunakan untuk mengadakan pengujian terhadap jumlah kesalahan pada satu produk. Bedanya untuk jumlah sampel yang konstan dapa digunakan peta pengendali c atau u, tetapi bila sampel yang diambil bervariasi atau memang seluruh produk yang dihasilkan akan diuji maka pengendali u saja yang digunakan. Dibawah sajikan formula untuk penghitungan CL, UCL dan LCL untuk ke empat peta kendali di atas. Statical Term Centre Limit Chart p np u c CLp = Σx CLnp = Σnp CL u = Σx CLc = Σc Σk k Σk k Upper Control Limit p (1 - p) λ UCL p = p + 3 n UCL np = np + 3 np (1 - p) UCL u = λ+ 3 k UCL c = λ+ 3 λ Lower Control Limit p (1 - p) λ LCL p = p - 3 n LCL np = np + 3 np (1 - p) UCL u = λ - 3 k UCL c = λ - 3 λ Gambar 2.13. Rumus Formula Peta Kendali Atribut

32 50 45 Titik diluar batas kendali 40 UCL = 45 Persentase Kesalahan 35 30 25 P = 25 20 15 10 LCL =10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanggal Kejadian Gambar 2.14 Contoh Peta Kendali 2.4.6. Fish Bone Diagram Ini adalah satu-satunya alat bantu yang menggunakan data verbal (non numerical) atau data kualitatif dalam penyajiannya. Fish Bone Diagram disebut juga Ishikawa Diagram karena pertama kali dikenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943. Diagram ini terdiri dari sebuah panah horizontal yang panjang dengan deskripsi masalah. Penyebab penyebab masalah digambarkan dengan garis radial dari garis panah yang menunjukkan masalah. Alat bantu ini menggambarkan tentang suatu kondisi penyimpangan mutu yang dipengaruhi oleh bermacam-macam penyebab yang saling berhubungan. Berbeda dengan alat-alat bantu lainnya, karena penggunaannya akan lebih efektif bila dilakukan dalam bentuk kelompok, sehingga alat bantu ini seringkali identik dengan kegiatan kelompok. Disamping itu, manfaat optimum diperoleh bila

33 Fish Bone Diagram mampu menampilkan akar-akar penyebab masalah sesungguhnya terhadap suatu penyimpangan atau ketidakbermutuan. Kegunaan Fish Bone Diagram ini adalah: 1. Mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah atau pokok persoalan dengan cara mudah dimengerti dan rapi, caranya yaitu memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, money, dsb. 2. Menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, money, lingkungan dsb. 3. Menyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber sumber variasi, dan bisa digunakan pula untuk team ata individu tentang proses serta prosedur saat ini atau yang baru. Berikut langkah langkah untuk membuat Fish Bone Diagram : a. Mengidentifikasi akibat. b. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. c. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. d. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. e. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin.

34 Tempat tidak ada prosedur Prosedur Jumlah komputer tidak cukup yang tetap Prosedur tidak mengikuti Berantakan tidak ada tempat Ketinggalan jaman Rumit menampung informasi Data terlambat Rumit tidak ada kebijakan yang tetap Tidak Tidak ada yang Data tidak jalan Mati bertanggung Lambat lengkap jaw ab Sistem Kebijakan Manusia Data terlambat Laporan Anggaran akhir bulan terlambat Gambar 2.15. Diagram Fish Bone, fokus pada sebab-sebab pokok 2.4.7 Affinity Diagram. Suatu masalah apabila keadaan normatif tidak dapat tercapai, secara sederhana persoalan didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana keinginan tidak cocok dengan kenyataan. Merupakan tehnik yang sering menggunakan dari hasil brainstorming untuk mengorganisasikan informasi sehingga mudah dipahami untuk mengadakan perbaikan proses. Affinity Diagram digunakan untuk alat perencanaan apabila ingin: a. Menambahkan struktur pada suatu pokok persoalan yang besar dan rumit. Diagram Affinitas merupakan metode sumbang saran yang terstruktur yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas yang lebih kompleks dan lebih besar seperti mengembangkan suatu pernyataan misi atau visi. b. Memecah pokok persoalan yang rumit ke dalam katagori-kategori

35 yang mudah dimengerti. Suatu pokok persoalan atau masalah bisa saja terdiri atas beberapa sub persoalan atau terlalu besar sehingga perlu dipecah menjadi beberapa bagaian yang lebih bisa ditangani. c. Memperoleh kesepakatan atas suatu pokok persoalan atau situasi. Jika gagasan digali secara perorangan, Diagram Afinitas merupakan alat yang berguna untuk menjamin bahwa semua anggota team memiliki suara yang sama. Berikut adalah langkah-langkah bagaimana membuat Diagram Afinitas: a. Menyatakan pokok persoalan atau masalah yang akan diselesaikan. b. Mengumpulkan gagasan atas persoalan yang telah ditentukan. c. Mengumpulkan kartu-kartu atau kertas tempel. d. Mengatur kartu atau kertas tempel ke dalam kelompok yang saling berkaitan. e. Menciptakan sebuah judul untuk setiap kelompok. Tanggapan Tindak Lanjut Layanan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gambar 2.16. Contoh Diagram Afinity, kelompokkan gagasan dan beri nama setiap kelompok