15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri. Penggunaan sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras menunjukkan tendensi makin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu di Indonesia yang didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentra produksi jagung di Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun meluas ditanam di luar Pulau Jawa. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012). Sumatera Utara merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung di Indonesia. Berikut ini merupakan tabel luas panen, hasil per hektar dan produksi jagung menurut angka tetap (ATAP) Sumatera Utara tahun 2010, 2011 dan 2012.
16 Tabel 1.1 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Menurut Angka Tetap (ATAP) 2010, Angka Tetap (ATAP) 2011 dan Angka Tetap (ATAP) 2012 Sumatera Utara Komoditas Uraian Satuan ATAP 2010 Sumber: ATAP 2011 ATAP 2012 Jagung Luas Panen Ha 274.822 255.291 243.098 Hasil/Hektar Kw/Ha 50,13 50,71 55,41 Produksi Ton 1.377.718 1.294.645 1.347.006 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010; Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (http://www. sumut.bps.go.id); Laporan Pemantauan dan Analisis Produksi dan Ketersediaan Pangan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2012 naik 52.361 ton dari angka tetap tahun 2011 dengan meningkatnya produktivitas tanaman petani. Produksi jagung tahun 2012 mencapai 1.347.006 ton naik 52.361 ton dari angka tetap (ATAP) tahun 2011 yang masih 1.294.645 ton. Kenaikan itu dipicu naiknya produktivitas tanaman petani dari tahun 2011 sebesar 50,71 kuintal per hektar menjadi 55,41 kuintal per hektar. Seharusnya dengan produktivitas yang naik cukup besar, produksi bisa lebih banyak lagi. Namun, terhalang oleh luas panen jagung yang menurun. Pada ATAP tahun 2012 luas panen sebesar 243.098 hektar lebih rendah dibanding dari ATAP tahun 2011 yang mencapai 255.291 hektar. Produksi jagung di Kabupaten Dairi menunjukkan perkembangan. Hal ini diperlihatkan oleh meningkatnya produksi jagung secara signifikan dari 146,6 ribu ton tahun 2009 menjadi 148,07 ribu ton pada tahun 2010. Rata-rata luas panen jagung selama tahun 2008-2010 adalah sekitar 108,7 hektar (BPS Dairi, 2011).
17 Namun dalam harga jual, tidak menunjukkan hal yang menggembirakan. Banyaknya impor membuat harga jagung petani menjadi menurun. Harga jagung bulan Juni 2012 sebesar Rp 1.700 per kilogram (Muary, 2012). Harga ini berada di bawah harga referensi daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012. Jumlah impor jagung di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 Jumlah Impor Jagung di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2011 No Tahun Impor (Ton) 1 2009 102.475,113 2 2010 118.524.00 3 2011 286.360,00 4 2012 216.859,00 Sumber: Impor Komoditi Jagung Tahun 2009 2012 Dinas Pertanian Sumatera Utara Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah impor jagung di Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Impor tertinggi sejak tahun 2009-2011 terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 286.360 ton. Tingginya impor jagung tentunya akan mempengaruhi harga jagung di provinsi Sumatera Utara terutama harga jual di tingkat produsen. Ketidakstabilan harga jagung di tingkat produsen mengakibatkan pemerintah melakukan upaya perbaikan harga jual petani. Hal ini sebagai upaya agar petani tidak semakin rugi akibat harga jual yang rendah. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyiapkan harga referensi daerah (HRD) jagung sebagai standar
18 pembelian dari petani dengan mencari masukan dari berbagai pihak, termasuk kalangan pengusaha pakan ternak. Berdasarkan surat keputusan (Ketapang SUMUT, 2012), disebutkan bahwa Harga Referensi Daerah Jagung adalah harga minimum pembelian jagung di tingkat petani yang disepakati sebesar biaya produksi ditambah margin/keuntungan petani sebesar 30% (tiga puluh persen). Landasan kesepakatan Harga Referensi Daerah Jagung tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara adalah : 1) Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung nasional dengan produksi ± satu juta ton/tahun. 2) Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa perusahaan pakan ternak berskala besar yang membutuhkan bahan baku jagung sebanyak 750.000-800.000 ton/tahun. 3) Petani produsen, pelaku tata niaga dan perusahaan pakan ternak dapat bersinergi dalam meningkatkan pembangunan perekonomian di Provinsi Sumatera Utara Maksud dan tujuan disepakatinya Harga Referensi Daerah (HRD) jagung di Provinsi Sumatera Utara adalah untuk menjadi acuan bagi petani produsen dan pelaku tata niaga jagung sehingga tidak merugikan petani. Dari kesepakatan tersebut maka ditetapkanlah Harga Referensi Daerah (HRD) jagung di Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut:
19 Tabel 1.3 Ketetapan Harga Referensi Daerah (HRD) Jagung Sumatera Utara Tahun 2008-2012 Tahun Mulai Berlaku HRD Jagung Peraturan Gubernur (Rp/Kg) (Pergub) 2008-2011 29 Agustus 1.600 No. 23 Tahun 2008 2012 20 Maret 2.133 No. 188.44 Tahun 2012 Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Harga Referensi Daerah (HRD) Jagung Sumatera Utara tahun 2008 sebesar Rp 1600/Kg pipilan kering mengalami peningkatan di tahun 2012 sebesar 24,98% menjadi Rp 2133/Kg pipilan kering. Adapun standart mutu jagung yang diharapkan adalah sebagai berikut (Ketapang SUMUT, 2012): a. Kadar air 17 %. b. Aflatoxin maksimal 50 ppb. c. Tidak berjamur. d. Kotoran, biji rusak/mati, campuran dan lain-lain maksimal 3 %. Artinya adalah bahwa terdapat standart mutu yang digunakan dalam pemberlakuan harga referensi harga (HRD) jagung. Persentasi kandungan air yang terdapat pada jagung pipil minimal 17% dengan kadar aflatoxin atau racun yang terkandung dalam jagung pipil maksimal 50 ppb dan tidak boleh berjamur dengan kotoran, biji rusak/mati, campuran dan lain-lain maksimal 3%. Kabupaten Dairi sebagai salah satu daerah sentra produksi jagung di Sumatera Utara mengalami fluktuasi harga dalam pemasarannya. Berikut ini disajikan grafik fluktuasi harga jual petani jagung pipil kering di Kabupaten Dairi.
20 Grafik 1.1: Fluktuasi Harga Jual Petani Jagung Pipil di Kabupaten Dairi Tahun 2008-2010 3000 Y 2500 2000 1500 1000 2008 2009 2010 500 0 X Sumber: Statistik Produsen Sektor Pertanian di Sumatera Utara Tahun 2008, 2009 dan 2010, Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa harga jual petani jagung pipil kering di Kabupaten Dairi berfluktuasi. Pada periode tahun 2008-2010, rata-rata harga jual petani jagung pipil di Kabupaten Dairi tertinggi berada pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 2238,06/Kg. Pada tahun 2009, harga jual petani menurun dengan rata-rata harga jual sebesar Rp 2006,95 dan tahun 2010 kembali mengalami peningkatan dengan rata-rata harga jual petani sebesar Rp 2168,75. Besarnya harga jual yang diterima oleh petani tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani.
21 Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian tentang penetapan kebijakan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara dan dampaknya terhadap harga jual, dan pendapatan petani di Kabupaten Dairi. 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana perbedaaan antara harga referensi daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual petani (harga aktual) tahun 2012? 2) Bagaimana dampak penetapan harga referensi daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis perbedaan harga referensi daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual petani (harga aktual) tahun 2012. 2) Untuk menganalisis dampak penetapan harga referensi daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani.
22 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sebagai bahan informasi bagi petani dalam meningkatkan harga jual dan pendapatan. 2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan terutama kebijakan harga jagung sehingga tercapai swasembada jagung dan diversifikasi pangan dalam usaha peningkatan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. 3) Sebagai bahan referensi bagi pihak yang membutuhkan khususnya kalangan akademis yang akan mengadakan penelitian selanjutnya