PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

dokumen-dokumen yang mirip
SERTIFIKASI BENIH KENTANG DI INDONESIA

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

VARIETAS BARU BAWANG MERAH DALAM BENTUK BIJI DAN SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH

Produksi Benih Kentang ( Solanum tuberosum L.)

VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

Agency (JICA), telah menghasilkan produk benih. kebutuhan benih berkualitas di Jawa Barat terus meningkat. Pada tahun 2007 stok benih kentang G 4

TEKNIS PERBANYAKAN DAN SERTIFIKASI BENIH KENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Pengembangan Kentang di Negara Asia (Ringkasan Jawaban terhadap Kuisioner UNECE )

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.130/D/11/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kentang

No. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

Investasi Industri Perbenihan Kentang Menguntungkan (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek teknis

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Direktur, Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr Sc

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR TETAP PENGEMBANGAN KENTANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN:

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur, Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr Sc. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perbenihan Hortikultura

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Teknologi Produksi Ubi Jalar

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

PERKEMBANGAN PEMULIAAN SAYURAN TAHAN CEKAMAN BIOTIK. Balitsa

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

BALITSA & WUR the Netherlands,

SISTEM PENGAWASAN PEREDARAN BENIH SECARA BERJENJANG, TERPADU DAN BERKELANJUTAN Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2016

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia.

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR : 45 TAHUN : 2000 SERI : D NO.39 GUBERNUR BALI KEPUTUSAN GUBERNUR BALI NOMOR 154 TAHUN 2000

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

Varietas Unggul Baru (VUB) Kentang Menjawab Kebutuhan Bahan Baku Olahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

2013, No I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

Transkripsi:

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 Kentang merupakan unggulan kelima besar dari komoditas sayuran utama yang dikembangkan di Indonesia, yaitu di provinsi : Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat. Kentang digunakan sebagai penunjang program diversifikasi pangan dalam usaha pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, yaitu berupa keripik (chip), kentang goreng (steak), puree, tepung dan pati. Tingginya permintaan kentang di Indonesia dapat dijadikan peluang bagi produsen untuk memenuhi ketersediaan kentang bermutu di masingmasing kawasan kentang di Indonesia. Produktivitas kentang di Indonesia masih relatif rendah, yaitu kurang lebih 16 ton/ha. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya ketersediaan bermutu di masingmasing kawasan kentang di Indonesia, dan sebagian petani masih rendah menggunakan kentang bermutu. Ketersediaan kentang bermutu di Indonesia baru terpenuhi sekitar 31 % dari total kebutuhan, yaitu 125.000 ton. Dalam rangka percepatan ketersediaan kentang bermutu di Indonesia, maka dibuatlah Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 20/Kpts/SR.130/IV/2014, tentang Teknis Perbanyakan dan Sertifikasi Benih Kentang Bermutu (dimulai dari kelas Benih Penjenis (BS), Benih Dasar (BD/ G0), Benih Pokok (BP/G1), dan Benih Sebar (BR). Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini, Pedoman Sertifikasi Benih Hortikultura Nomor : 01/Kpts/SR.130/2012 yang terkait dengan kentang dinyatakan tidak berlaku. Beberapa petani di Pangalengan dan Garut provinsi Jawa Barat telah melakukan demonstrasi unggul dengan menggunakan kentang bermutu yang dipadukan dengan SOP teknologi budidaya kentang, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kentang antara 35 40 ton/ha. Persyaratan yang harus dipenuhi perbanyakan dan sertifikasi kentang bermutu, yaitu : BS (Benih Inti)/ BD (G0)/ BP (G1)/ BR (G2), adalah sebagai berikut : 1. Produsen Benih Penjenis dapat melaksanakan kerjasama dengan Pemilik Varietas untuk mendapatkan Delegasi Legalitas dengan membuat Nota Kesepahaman diantara kedua belah pihak. Sedangkan produsen BD/ BP/ BR harus memiliki sertifikat kompetensi

2. Produsen memiliki fasilitas pendukung perbanyakan sesuai kelas yang akan dihasilkan (BS/ BD/ BP/ BR), serta gudang sesuai persyaratan yang telah ditetapkan 3. Mempunyai SDM yang kompeten di bidangnya 4. Mempunyai sumber dari varietas yang telah terdaftar untuk peredaran, lebih tinggi dari kelas yang akan dihasilkan, jumlah sumber harus memenuhi jumlah perbanyakan, sumber harus disertai dengan surat keterangan untuk BS, Label Putih untuk BD, Label Ungu untuk BP dan Label Biru untuk BR 5. Memiliki dan memahami SOP perbanyakan dan sertifikasi sesuai kelas yang akan dihasilkan. 6. Beberapa persyaratan perbanyakan kentang bermutu setiap kelas adalah sebagai berikut : Persyaratan a. Benih Sumber b. Perbanyakan di c. Tersedia SOP Perbanyakan Kelas Benih BS BD (G0) BP (G1) BR Benih Inti atau Planlet/Stek/Umbi Benih G0 Benih G1, atau kelas planlet mikro disertai Label yang lebih tinggi (G0) Terdapat Surat keterangan Putih, atau disertai dengan Surat terpasang BS disertai Label Putih atau keterangan surat Label Ungu, atau keterangan Rekomendasi yang yang terpasang terpasang Laboratorium Rumah kasa Rumah kasa Lahan penangkaran kultur jaringan bebas NSK jaringan dan layu bakteri, & peralatannya, irigasi, media Aphid dengan media tanam steril Kemiringan lahan < MS0 dan kontak 30 % perbanyakan In vitro dan planlet (Subkultur) Rumah kasa peralatannya untuk perbanyakan setek planlet, umbi mikro dengan media tanam steril Benih Penjenis jaringan listrik dan irigasi, paranet Bak isi media steril (konvensional), dan/atau bak tanam aeroponik instalasi nutrisi tanaman sesuai rekomendasi langsung dengan dasar tanah Rotasi tanam : 3 musim tanam ditanami selain famili solanaceae, 3 musim tanam diberokan, lahan diberokan selama 1 2 musim tanam dilanjutkan 1 2 musim tanam selain tanaman solanaceae Lahan diisolasi dengan menggunakan border yang lebih tinggi Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

d e dan sertifikasi Kemasan dengan bahan yang kuat Legalitas Planlet dalam botol ditempatkdan dalam dos Setek di tempatkan box plastik dengan alas kertas Surat keterangan dari pemilik/kuasa dari pemilik varietas (Delegasi Legalitas melalui MOU) 1.000 knol, dengan waring dan/ atau peti Label Putih Legalitas berupa nomor seri label dan stempel Label terpasang 500 knol (25 kg), ukuran seragam atau campuran dari beberapa ukuran, dengan waring dan/ atau peti Label Ungu, legalitas berupa nomor seri label dan stempel, dan label terpasang 25 kg, dengan ukuran seragam dengan waring dan/ atau peti Label Biru Legalitas berupa nomor seri label dan stempel Label terpasang Hasil perbanyakan kentang bermutu yang dihasilkan harus lulus pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan pertanaman, dan pemeriksaan umbi di gudang oleh Petugas Pengawas Benih Tanaman dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura setempat, serta memenuhi Persyaratan Teknis Minimal (PTM). Persyaratan Teknis Minimal Benih Kentang dapat dilihat tabel di bawah ini Tabel1. Persyaratan Teknis Minimal Benih Kentang No. Parameter Satuan Kelas Benih G0 G1 G2 1 LAPANG a Campuran varietas lain % 0*) 0,0 0,0 b Penyakit Jumlah tanaman yang terserang OPT (paling banyak) Virus (PLRV, PVX, PVY) % 0*) 0,0 0,1 Penyakit layu bakteri (Ralstonia % 0*) 0,1 0,5 Solanacearum) Nematoda Sista Kuning (NSK) (Globodera, sp) % 0*) 0*) 0*) c Pengelolaan lapang **) 2 UMBI DI GUDANG a Kesehatan umbi Jumlah umbi terserang :

Busuk coklat dan busuk lunak (maks) % 0*) 0,0 0,3 Commod scab, Black Scurf, Powdery scab, % 0*) 0,5 3,0 Late blight (infeksi ringan) (maks) Busuk kering (maks) % 0*) 0,1 1,0 Kerusakan oleh penggerek umbi % 0*) 0,5 1,0 (Phthorimaea operculella) Nematoda bintil akar (maks) (infeksi ringan) % 0*) 0,5 3,0 b Campuran varietas lain (maks) % 0*) 0,0 0,0 c Kerusakan mekanis (maks) % 0*) 0,5 3,0 Catatan : 0*) Tidak ada (Nihil secara visual) **) Pengelolaan lapang 1 Apabila pengelolaan lapang tidak baik, seperti banyak volunteer, gulma yang menjadi sumber penyakit, sisasisa roguing yang masih berada di lapangan dan aphid sebagai vektor virus yang tidak dikendalikan, lahan mengandung NSK maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan 2 Jika pemeriksaan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan karena serangan hawar daun, kerusakan mekanis/ kimia daun, kerusakan berat oleh serangga, dan/ atau pertumbuhan tanaman yang merana, maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan bawah ini Keragaan perbanyakan kentang bermutu dapat dilihat gambar di Gambar 1. Perbanyakan Kultur jaringan di laboratorium Gambar 2. Perbanyakan setek di rumah kasa Gambar 3. Planlet hasil kultur jaringan diuji Elisa Gambar 4. Perbanyakan G0 di rumah kasa

Gambar 5. Perbanyakan G1 di rumah kasa Gambar 6. Perbanyakan G2 di lapangan Untuk itu, masingmasing Diperta Provinsi kawasan kentang di di Indonesia harus sudah membuat program percepatan ketersediaan kentang bermutu dengan melibatkan semua steakholder peran kentang yang terkait dalam perbanyakan dan sertifikasi kentang bermutu. Oleh : Sri Lestari Utami, Fungsional PBT Madya, Direktorat Peran Hortikultura