Keragaman Sifat Agronomi dan Kandungan Pati 20 Aksesi Tanaman Garut (Maranta arundinaceae L)

dokumen-dokumen yang mirip
Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.)

Keragaman Karakter Morfologis Garut (Marantha arundinaceae L.)

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

Perbanyakan Bibit Stek Umbi dan Uji Adaptabilitas Plasma Nutfah Garut (Marantha arundinaceae L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG

Kata kunci : rimpang garut, pati garut, umur panen, industri pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN PENELITIAN

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung

KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

II. Tinjauan Pustaka A. Garut (Marantha arundinaceae) Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Zingerbales Suku :

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GARUT (Marantha arundinaceae L.)

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH INOKULASI Rhizobium japonicum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KULTIVAR KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Lampiran 1. Format uji organoleptik UJI ORGANOLEPTIK KARAKTERISTIK FLAT WAFER DARI TEPUNG KOMPOSIT KASAVA TERMODIFIKASI DENGAN BERBAGAI JENIS MOCAF

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2010 mengimpor terigu sebesar kg, untuk tahun

I. PENDAHULUAN. famili Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan) merupakan salah satu tanaman

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

HASIL. Tabel 2 Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas aksesi jarak pagar

POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

BAHAN METODE PENELITIAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN PUPUK HAYATI BIOTAMAX TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GARUT

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL LIMA VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) PADA TIGA KETINGGIAN TEMPAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakaan pada bulan Juni sampai dengan November 2015 di Lahan Percobaan Fakultas

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU ABSTRAK

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

GANYONG DAN SPIRULINA SEBAGAI PRODUK PANGAN ALTERNATIF

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi Gogo di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

Transkripsi:

Keragaman Sifat Agronomi dan Kandungan Pati 20 Aksesi Tanaman Garut (Maranta arundinaceae L) Fitrahtunnisa 1, Eka Widiastuti 1 dan Lelya Pramudyani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan E-mail : fit_biotek@yahoo.co.id Abstrak Garut merupakan bahan pangan lokal yang memiliki potensi sebagai pangan alternatif dan perlu dilestarikan guna mendukung ketahanan pangan nasional.perbanyakan tanaman garut berlangsung secara aseksual sehingga turunannya secara genetikakan sama dengan induknya. Namun perkawinan secara seksual masih mungkin terjadi karena tanaman Ggarut dapat menghasilkan bunga, yang memungkinkan terjadinya keragaman genetik.yang secara tidak langsung berdampak terhadap keragaman sifat morfologi, agronomidan kandungan patinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman sifat agronomi dan kandungan pati 20 aksesi tanaman garut (Maranta arundinaceae L.).Bahan penelitian diperoleh dari koleksi plasma nutfah sumber daya genetik Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ( BB Biogen)Bogor.Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Cikeumeuh BB Biogen sejak bulan Januari sampai November 2009.Parameter yang diamati yaitu berat umbi per rumpun, jumlah umbi per rumpun, panjang umbi, diameter umbi, dan kadar pati. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada taraf nyata 5%.denganperlakuan 20 nomor aksesi tanaman garut dan 5 ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa berat, jumlah dan panjang umbi per rumpun tanaman garut tertinggi terdapat pada nomor aksesi 667 (Lokal Malang) dengan nilai berturut-turut 1468 gr, 16 umbi, dan 24,8 cm; sedangkan diameter umbi tertinggi (8,4 cm) terdapat pada nomor aksesi 725 (Lokal Sukabumi). Kadar pati tertinggi (26,20%) terdapat pada tanaman dengan nomor aksesi 29 (Lokal Garut). Hasil ini dapat dijadikan pertimbangan bagi produsen yang memanfaatkan pati garut sebagai bahan baku baik untuk makanan maupun industri. Kata kunci :garut, kadar pati, keragaman agronomi. Pendahuluan Indonesia memiliki beragam pangan lokal yang berpotensi sebagai sumber pangan alternatif dan perlu dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan. Tanaman Garut merupakan salah satu bahan pangan lokal yang mulai dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi yang cukup baik (Djafaar dkk., 2010) Laporan Direktorat Jenderal ( Ditjen) Tanaman Pangan tahun 2009 menyebutkan, setiap 100 g tepung garut mengandung 23% pati, 355 kkal kalori, 0,7 g protein, 0,2 g lemak, 82,2 g karbohidrat, 8 mg kalsium, 22 mg fosfor, 1,5 mg besi, dan 0,09 mg vitamin B. Kandungan karbohidrat dan zat besi tepung garut lebih tinggi, dan kandungan lemaknya lebih rendah dibanding tepung terigu dan beras, sedangkan jumlah kalorinya hampir sama. Tanaman garut memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. budidaya tanaman garut cukup mudah karena tidak memerlukan pemeliharaan khusus dan dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang ternaungi. Apabila dibudidayakan secara intensif, tanaman ini dapat menghasilkan rata-rata 21 ton/ha ( Nurhayati et al., 2003). Umbi garut merupakan penghasil pati yang potensial dengan hasil pati berkisar antara 1,92 2,56 t/ha (Anonim 2009). Pati garut dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu (Djaafar 1448 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

dan Rahayu 2006) hingga 50 100%. Oleh karena itu, pati garut berpotensi menurunkan import terigu yang telah mencapai 4,10 juta t/tahun dengan nilai Rp3,40 triliun (Gusmaini et al.,2003). Prospek pengembangan tanaman garut cukup baik karena tidak akan berkompetisi dengan tanaman pangan utama dalam penggunaan lahan. Tanaman ini adaptif pada kondisi ternaungi sehingga cocok dikembangkan di lahan pekarangan dan di bawah tanaman perkebunan (BPS, 1990).Hal positif lainnya adalah tanaman ini adaptif tumbuh di Indonesia dan tahan terhadap penyakit, memiliki produktivitas 7 47 ton/ha dengan kandungan pati 16 18% sekalipun belum dibudidayakan secara intensif ( Fillamajor and Jukema, 1996). Umbi garut memiliki kandungan kalsium dan zat besi yang tinggi yaitu 28,0 mg da 1,7 mg tiap 100 gr, dibandingkan dengan tepung terigu sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi bagi anak-anak dan usia lanjut (Direktorat Gizi Depkes, 1989). Perbanyakan tanaman garut berlangsung secara aseksual sehingga turunannya secara genetik akan sama dengan induknya. Namun perkawinan secara seksual masih mungkin terjadi karena tanaman garut dapat menghasilkan bunga yang memungkinkan terjadinya keragaman genetik yang secara tidak langsung berdampak terhadap keragaman morfologi, agronomi dan kandungan patinya (Sastra, 2000). Karakterisasi dan informasi keragaman genetik dari aksesi-aksesi tanaman garut yang ada menjadi bagian penting untuk menunjang program pengembangan tanaman tersebut.keragaman sifat tanaman dapat disebabkan oleh keragaman genetik atau lingkungan. Sifat-sifat kuantitatif biasanya dikontrol banyak gen dan dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan sifat-sifat kualitatif biasanya sebaliknya. Keragaman genetik plasma nutfah garut yang luas berperan penting menunjang perbaikan varietas unggul garut, terutama karakter yang terkait dengan kandungan pati dan produktivitasnya (Sastra, 2003). Dari sejumlah kecil tanaman umbi-umbian, garut diidentifikasi memiliki potensi yang sangat tinggi. Akan tetapi masih sedikit informasi yang tersedia tentang persyaratan agronomis untuk mewujudkan potensi produksinya (Suja and Nayar, 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman sifat agronomi dan kandungan pati 20 aksesi tanaman garut. METODOLOGI Bahan dan Rancangan Penelitian Bahan penelitian diperoleh dari koleksi plasma nutfah sumber daya genetik Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) Bogor.Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Cikeumeuh BB Biogen sejak bulan Januari sampai bulan November 2009.Setiap aksesi ditanam sebanyak 5 tanaman (satu baris) dengan stek umbi atau rimpang dengan jarak tanam 1 m x 0,5 m, dengan luas petak 1 m x 5 m. Pengamatan terhadap karakter morfologi dilakukan setelah panen, terdiri dari berat umbi per-rumpun, jumlah umbi per-rumpun, panjang umbi dan diameter umbi. Demikian pula dengan kandungan kadar patinya. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada taraf nyata 5%.dengan perlakuan 20 nomor aksesi tanaman garut. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1449

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap 20 aksesi tanaman garut menunjukkan bahwa secara kualitatif 20 aksesi tersebut tidak menunjukkan keragaman yang berarti. Ada satu aksesi yaitu No. 575 lokal Lebak (Jawa Barat) yang memiliki warna daun yang berbeda yaitu belang hijau dan putih (variegata), sedangkan aksesi lainnya berwarna hijau polos (Gambar 1),namun secara kuantitatif terdapat keragaman yang cukup tinggi (Tabel 1). Menurut Fillamajor dan Jukema (1996), ada sekitar 23 spesies garut dari genus Marantha. Garut yang banyak ditanam di Indonesia adalah Marantha arundinacea. Garut jenis ini memiliki umbi besar dan tidak terlalu dalam menembus ke dalam tanah, dan dikenal sebagai jenis sembawa. Marantha linearis daunnya bergaris-garis, mempunyai umbi kecil panjang dan masuk ke dalam tanah, dan dikenal sebagai jenis chili. Gambar 1.Kiri : tanaman garut varietas variegata/chili (lokal Lebak) Kanan : tanaman garut varietas biasa Tabel 1. Rata-rata berat umbi, jumlah umbi, panjang umbi, diameter umbi, dan kadar pati 20 aksesi tanaman garut. PARAMETER No. Aksesi NAMA AKSESI Berat Umbi/ (gr) Jumlah Umbi/ (buah) Panjang Diameter Kadar Pati (%) 27 Tasikmalaya 840 defg 8.80 cdef 18.20 efg 7.70 ab 21.70 ab 28 Wonosari 698 fg 7.00 cdef 18.60 defg 7.30 bc 16.50 bcd 29 Garut 596 g 5.40 def 20.60 abcdef 7.40 bc 26.20 a 58 Karawang 770 efg 4.80 ef 20.00 bcdef 7.50 abc 18.40 b 59 Banyumas 888 cdefg 8.20 cdef 19.40 cdef 7.80 ab 16.40 bcd 380 Purworejo 1182 abcde 10.80 bc 19.60 cdef 7.40 bc 25.40 a 387 Banjarnegara 1190 abcde 6.20 cdef 20.20 bcdef 6.80 bcd 18.60 b 403 Banyumas 656 g 5.60 def 17.20 fg 6.60 cd 11.70 def 421 Subang 628 g 5.40 def 22.40 abcde 7.70 ab 19.90 b 439 Banyumas 976 bcdefg 8.20 cdef 21.40 abcdef 7.40 bc 12.60 cde 478 Brebes 758 efg 8.60 cdef 21.40 abcdef 6.90 bcd 17.80 bc 1450 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

PARAMETER No. Aksesi NAMA AKSESI Berat Umbi/ (gr) Jumlah Umbi/ (buah) Panjang Diameter Kadar Pati (%) 504 Tanatoraja 600 g 5.40 def 21.80 abcde 7.00 bcd 17.40 bc 563 Bogor 938 bcdefg 9.80 bcd 22.20 abcde 7.80 ab 12.60 cde 575 Lebak 686 g 4.60 f 14.40 g 6.20 d 6.60 f 625 Cilacap-1 1236 abcd 8.80 cdef 23.60 abc 7.70 ab 6.70 f 626 Cilacap-2 1364 ab 7.20 cdef 18.00 efg 7.10 bcd 16.90 bcd 667 Malang 1468 a 16.00 a 24.80 a 7.40 bc 7.30 ef 705 Kulonprogo 1120 abcdef 13.60 ab 22.80 abcd 7.50 abc 8.7 ef 705a Kulonprogo 1208 abcd 9.80 bcd 20.60 abcdef 7.20 bc 16.50 bcd 725 Sukabumi 1294 abc 9.60 bcde 24.40 ab 8.40 a 9.60 ef Keterangan : Angka dalam kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5%. Aksesi Malang mempunyai berat umbi (1468 gr), jumlah umbi (16 umbi), dan panjang umbi (24,80cm) tertinggi dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan aksesi yang lain. Sedangkan berat umbi, jumlah umbi, panjang umbi, diameter umbi dan kandungan pati terrendah dimiliki oleh garut aksesi lokal Lebak. Untuk diameter umbi terbesar (8,4 cm) dimiliki oleh garut aksesi lokal Sukabumi.Keragaman visual morfologis dan agronomis dari semua aksesi diduga merupakan refleksi dari perubahan aktivitas enzim yang disebabkan oleh adanya migrasi pada tingkat kromosom secara acak, hilangnya kromosom, atau terjadinya kerusakan sentrometrik. Sarjiman dan Djafaar (2007) menyatakan bahwa garut varietas chili/variegata memberikan hasil umbi rendah karena varietas ini mempunyai daun yang bergaris putih sehingga jumlah klorofil hijau kurang dari 100%.Karena itu, varietas chili kurang baik terkena naungan karena penerimaan radiasi matahari kurang maksimal. Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara parameter agronomi dengan kadar pati maka dilakukan analisa korelasi antara masing-masing parameter agronomi dengan kadar pati (Tabel 2). Tabel 2. Korelasi antara parameter agronomi dengan kadar pati 20 aksesi garut. AKSESI KADAR PATI (%) BUR (gr) PARAMETER AGRONOMI JUR (umbi) PU (cm) DU (cm) Tasikmalaya 21.7 840 8.8 18.2 7.7 Wonosari 16.5 698 7 18.6 7.3 Garut 26.2 596 5.4 20.6 7.4 Karawang 18.4 770 4.8 20 7.5 Banyumas 16.4 888 8.2 19.4 7.8 Purworejo 25.4 1182 10.8 19.6 7.4 Banjarnegara 18.6 1190 6.2 20.2 6.8 Banyumas 11.7 656 5.6 17.2 6.6 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1451

Subang 19.9 628 5.4 22.4 7.7 Banyumas 12.6 976 8.2 21.4 7.4 Brebes 17.8 758 8.6 21.4 6.9 Tanatoraja 17.4 600 5.4 21.8 7 Bogor 12.6 938 9.8 22.2 7.8 Lebak 6.6 686 4.6 14.4 6.2 Cilacap 6.7 1236 8.8 23.6 7.7 Cilacap 16.9 1364 7.2 18 7.1 Malang 7.3 1468 16 24.8 7.4 Kulonprogo 8.7 1120 13.6 22.8 7.5 Kulonprogo 16.5 1208 9.8 20.6 7.2 Sukabumi 19.6 1294 9.6 24.4 8.4 Koef. Korelasi -0.23-0.3-0.08 0.25 Keterangan : BUR = Berat umbi per rumpun JUR = Jumlah umbi per rumpun PU = Panjang umbi DU = Diameter umbi Dari hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara berat umbi, jumlah umbi, panjang umbi dan diameter umbi (parameter agronomi) terhadap kadar pati garut. Hal ini terlihat pada aksesi Malang yang memiliki nilai parameter agronomi tertinggi dibandingkan dengan aksesi lainnya namun memiliki kadar pati yang rendah (7,3%) yang hampir sama dengan kadar pati terrendah pada aksesi Lebak (6,6%). Sebaliknya pada aksesi Garut memiliki kadar pati tertinggi (26,2%) namun tidak diikuti oleh nilai parameter agronomi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sastra (2003) yang menyatakan bahwa karakter yang terkait dengan kandungan pati dan produktivitas tinggi ditentukan oleh keragaman genetik plasma nutfah garut yang pada akhirnya berperan dalam menunjang perbaikan varietas unggul. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi produsen yang memanfaatkan pati garut sebagai bahan baku baik untuk makanan maupun industri. Produsen yang memanfaatkan pati sebagai bahan baku utama produksinya dapat menggunakan garut aksesi lokal Garut, sedangkan produsen yang mengutamakan pemanfaatan tepung garut sebagai bahan bakunya dapat menggunakan garut dengan berat umbi yang tinggi seperti yang dimiliki oleh aksesi lokal Malang atau Cilacap. Kesimpulan Dari hasil pnelitian dapat disimpulkan bahwa umbi garut aksesi lokal Malang memiliki nilai parameter agronomi tertinggi dibandingkan dengan 19 aksesi lainnya yaitu berat umbi (1468 gr), jumlah umbi (16), dan panjang umbi (24,8 cm) sedangkan untuk parameter diameter umbi tertinggi dimiliki oleh garut aksesi lokal Sukabumi ( 8,40 cm).parameter agronomi tidak berkorelasi terhadap kadar pati garut. Garut aksesi lokal Garut memiliki kadar pati tertinggi (26,2%) namun tidak didukung oleh parameter agronomi yang tinggi. 1452 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Diversifikasi tanaman kakao muda dengan garut. http://www.ipard.com/ penelitian/penelitian_kakao.asp. [29-06-2012]. Biro Pusat Statistik, 1990, Survey pertanian produksi tanaman pangan dan sayuran di Indonesia Tahun 1990.BPS 1994.p: 184-204. Djafaar, T.F., Sarjiman, Arlina. B.P., 2010.Pengembangan budidaya tanaman garut dan teknologi pengolahannya untuk mendukung ketahanan pangan. Jurnal Litbang Pertanian. 29 (1) : 25-33. Fillamajor, F.C. and J. Jukema. 1996. Marantha arundinacea L. In :Plant Resources of South- East Asia. 9. Plant yielding non-seed carbohydrates. Prosea, Bogor. Gusmaini, Sudiarto, dan H. Nurhayati. 2003. Pengaruh macam bahan tanaman terhadap pertumbuhan produksi umbi-umbian dan pati garut. Jurnal Ilmiah Pertanian IX(1): 13 21 Gokuryoku. Persada. Nurhayati, H., Sudiarto, Gusmaini, dan M. Rahardjo. 2003. Daya hasil umbi-umbian dan pati beberapa aksesi garut (Marantha arundinacea L.) pada beberapa tingkat naungan. Jurnal Ilmiah Pertanian IX (2): 17-25. Sarjiman dan T.F. Djaafar. 2007. Uji adaptasi beberapa jenis tanaman garut di lahan pekarangan di Kabupaten Bantul. unpublish, 15 hlm. Sastra, D.R. 2000. Identifikasi keragaman genetik tanaman garut (Marantha arundinacea L.) berdasarkan marka agronomi.www.iptek.net.id/ind/pustaka_pangan/pdf/seminar.../pdf.../garut.pdf. [28-06- 2012]. Sastra, D.R. 2003. Analisis keragaman genetik Marantha arundinacea L. berdasarkan penanda molekuler RAPD. J. Sains dan Teknologi Indonesia 5(5):209-218. Suja.G and T.V.R. Nayar, 2005. Effect of plant density and mulching on growth and yield of arrowrrot (Marantha arundinacea L.). Madras Agric J. 92 (1-3) : 149-153. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1453