BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA

THE EFFECT OF PALM STEM SAWDUST AND MANILA GRASS ON GROWTH AND COCOON PRODUCTION OF AFRICAN EARTHWORM (Eudrilus eugeniae)

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. glossocolecidae, dan lumbricidae (Khairulman dan Amri, 2009: 1-3).

LAMPIRAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. Tabel 1. Analisis pertambahan bobot cacing tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan memisahkan objek penelitian menjadi 2

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

BAB II KAJIAN TEORI. eugeniae sering disebut cacing Afrika, atau ANC (African Night Crawler).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kelangsungan Hidup

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

Transkripsi:

Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan setiap akhir bulan selama penelitian yaitu akhir bulan Agustus (Bulan 1) dan akhir bulan September (Bulan 2). Hasil penelitian pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap pertambahan biomassa cacing tanah Eudrilus eugeniae tertera pada Gambar 9. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 44.56 24.94 12.18 5.44.36 10.46 10.3 10.2 A (100% kelapa) B (100% rumput) C (25% kelapa + 75% rumput) 43.34 45.6 D (50% kelapa + 50% rumput) E (75% kelapa + 25% rumput) Bulan 1 Bulan 2 Media Perlakuan Gambar 9. Histogram Rata-Rata Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian Data pertambahan biomassa cacing tanah Eudrilus eugeniae menunjukkan hasil tertinggi pada media E pada bulan pertama, dan media A (kontrol) pada bulan ke dua. Menurut Sugiantoro (2012: 58) media pemeliharaan cacing tanah juga merupakan sumber makanan cacing tanah. 42

Media harus mengandung karbohidrat, protein, vitamin, maupun mineral sebagai sumber nutrisi cacing tanah. Berdasarkan sumber dari Department of Employment, Economic and Innovation (2004) dalam Usman (2011), komposisi kimia yang terdapat dalam batang kelapa yaitu silika 0,07%, lignin 25,1%, hemiselulosa 66,7%, pentosan 22,9%, dan pati 4,6%. Berdasarkan teori di atas, batang kelapa mengandung karbohidrat yang dapat dijadikan sumber makanan cacing tanah. Serbuk gergaji batang pohon kelapa merupakan media yang baik untuk dijadikan media pemeliharaan cacing tanah, karena selain nutrisi yang terdapat di dalamnya, serbuk gergaji batang pohon kelapa juga merupakan media yang gembur, tidak mudah memadat sehingga bisa menjaga porositas media cacing tanah, menjaga ketersediaan oksigen, dan sirkulasi udara di dalamnya. Selain itu media serbuk gergaji batang pohon kelapa juga mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air sehingga tidak mudah menjadi kering dan kehilangan tingkat kelembaban. Rata-rata pertambahan biomassa cacing terendah terdapat pada media B (100% rumput). Rata-rata biomassa cacing yang rendah pada media B (100% rumput) disebabkan oleh tekstur media B tidak gembur, cenderung lengket, menggumpal satu sama lain, dan aerasi media juga buruk. Melihat kondisi media yang seperti ini diduga nutrisi pada media juga telah hilang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Minnich (1997) bahwa, untuk memacu pertumbuhan cacing tanah dibutuhkan aerasi yang baik. Media yang terlalu padat menyebabkan ketersediaan oksigen berkurang 43

sehingga cacing tanah sulit bernafas dan akan mengganggu kesehatan dan reproduksi cacing tanah. Akibat media yang terlalu lembab dan aerasi yang buruk maka tumbuh beberapa jamur pada media B ulangan 2 dan ulangan 3. Jika membandingkan data pertambahan biomassa cacing tanah antara bulan pertama dan bulan ke dua, maka dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah pada bulan pertama lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertambahan biomassa pada bulan ke dua. Pada bulan ke dua rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah mengalami penurunan dari bulan pertama. Penurunan rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah diduga karena faktor ketersediaan nutrisi, faktor umur, dan kegiatan bereproduksi. Menurut Sugiantoro (2012: 86), seekor cacing tanah dapat menghabiskan pakan berupa bahan-bahan organik antara satu sampai dua kali lipat berat tubuhnya dalam tempo 24 jam. Berdasarkan teori tersebut maka semakin besar biomassa cacing tanah maka semakin besar pula porsi makannya. Pada bulan pertama peningkatan rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah disebabkan oleh ketersediaan nutrisi serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput yang cukup pada media. Kandungan nutrisi serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila pada bulan ke dua semakin berkurang akibat aktivitas makan cacing tanah yang meningkat. Selain dari faktor media dan nutrisi pakan cacing tanah, faktor lain yang berpengaruh adalah umur cacing tanah. Umur cacing tanah juga 44

dapat menyebabkan rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah mengalami penurunan karena cacing tanah yang telah menginjak dewasa akan mengalami pertumbuhan yang lambat, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gaddie dan Douglass (1975), setelah cacing dewasa, meskipun terjadi pertumbuhan maka pertumbuhannya berlangsung lambat. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan biomassa cacing tanah adalah kegiatan reproduksi, karena untuk bereproduksi dibutuhkan energi yang berasal dari aktivitas metabolisme cacing tanah (Gaddie dan Douglass, 1975). Hal ini sesuai dengan hasil jumlah kokon dalam penelitian ini. Ketika pertambahan biomassa cacing pada bulan ke dua menurun, rata-rata produksi kokon pada bulan ke dua justru meningkat. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap pertumbuhan cacing tanah Eudrilus eugeniae maka dilakukan analisis ragam One Way Anova. Hasil analisis tertera pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Pertambahan Biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Ratarata F Sig. Antar Kelompok 8116,082 4 2029,020 48,459 * 0,000 Dalam Kelompok 827,424 20 41,871 Jumlah 8953,506 24 * ) Signifikansi p<0,01 Tabel 5 menunjukkan bahwa pada hasil uji Anova terdapat pengaruh variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap pertumbuhan cacing tanah Eudrilus eugeniae, hal ini ditunjukkan 45

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,01 yang berarti variasi media memberikan pengaruh yang sangat nyata pada pertambahan biomassa cacing tanah. Untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata pertambahan biomassa antarperlakuan maka dilakukan uji lanjut DMRT dengan taraf 5%. Hasil analisis DMRT tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Lanjut Duncan (DMRT) Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae dengan Perlakuan Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila. Nilai alfa (α) = 0.05 Media N 1 2 3 B (0% kelapa + 100% rumput) 5 9,8000 C (25% kelapa + 75% rumput) 5 35,4000 D (50% kelapa + 50% rumput) 5 53,6400 E (75% kelapa + 25% rumput) 5 55,8000 A (100% kelapa) 5 56,7400 Sig. 1,000 1,000 0,483 Hasil uji DMRT pada Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata biomassa cacing pada media kontrol (A) berbeda nyata dengan media B dan C, tetapi tidak berbeda nyata dengan media D dan E. Hal ini menunjukkan bahwa media kontrol (A), media D dan E baik untuk pertumbuhan cacing tanah. Pada media B rata-rata biomassa cacing lebih rendah dibandingkan rata-rata biomassa cacing pada media lain, ini berarti media B kurang cocok sebagai media pertumbuhan cacing tanah. 46

Jumlah Kokon B. Pengaruh Media terhadap Jumlah Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data jumlah kokon cacing tanah dilakukan setiap akhir bulan selama penelitian yaitu akhir bulan Agustus (Bulan 1) dan akhir bulan September (Bulan 2). Hasil penelitian pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap jumlah kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae tertera pada Gambar 10. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 27.8 20.6 A (100% kelapa) 2.4 1.8 B (100% rumput) 23.8 34.2 C (25% kelapa + 75% rumput) 37.2 91 D (50% kelapa + 50% rumput) 28 64.4 E (75% kelapa + 25% rumput) Bulan 1 Bulan 2 Media Perlakuan Gambar 10. Histogram Rata-Rata Jumlah Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian. Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah kokon tertinggi terdapat pada media D, yaitu 37,2 butir pada bulan pertama dan 91 butir pada bulan ke dua. Rata-rata jumlah kokon terendah terdapat pada media B, yaitu 1,8 butir pada bulan pertama dan 2,4 butir pada bulan ke dua. Mashur (2001) menyatakan bahwa produksi kokon dipengaruhi oleh jenis media atau pakan serta faktor-faktor lingkungan seperti ph, kelembaban, dan suhu media. Jenis media, kandungan nutrisi media atau pakan sangat mempengaruhi produksi kokon. Rata-rata jumlah 47

kokon tertinggi pada media D disebabkan karena kombinasi nutrisi dari kedua media lebih baik untuk reproduksi cacing tanah dibandingkan media serbuk gergaji batang pohon kelapa saja atau media rumput manila saja. Telah disebutkan di atas bahwa serbuk gergaji batang pohon kelapa mengandung karbohidrat, karbohidrat dibutuhkan oleh cacing tanah sebagai nutrisi untuk proses metabolisme cacing tanah. Menurut Garsetiasih (2005: 37), rumput manila mengandung protein sebanyak 14,38%. Berdasarkan teori tersebut maka pada kombinasi kedua media terdapat karbohidrat dan protein sebagai nutrisi cacing tanah. Hasil penelitian Catalan (1981), melaporkan bahwa pakan untuk cacing tanah ada dua golongan, yaitu bahan pakan untuk penggemukkan dan bahan pakan untuk reproduksi. Bahan pakan untuk reproduksi harus mengandung cukup protein karena asam-asam amino dari protein bahan tersebut diperlukan untuk pembentukan gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina dari cacing tanah. Hal ini menunjukkan nutrisi media D baik untuk perkembangbiakan cacing tanah karena mengandung protein yang cukup dari kandungan rumput manila. Selain dari segi nutrisi, tekstur media D juga gembur sehingga baik untuk reproduksi cacing tanah. Penggunaan rumput manila sebagai kombinasi media menyebabkan aerasi media menjadi lebih baik, karena dengan menggunakan rumput manila media tidak mudah memadat. Namun penggunaan rumput manila yang tidak diimbangi dengan serbuk gergaji batang pohon kelapa menyebabkan aerasi pada media buruk, media 48

terlalu lembab, menggumpal, dan lengket, hal ini terjadi pada media B sehingga menyebabkan banyak cacing tanah yang mati dan keluar dari media. Gambar 12 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kokon pada bulan kedua lebih banyak daripada rata-rata jumlah kokon pada bulan pertama. Hal ini diduga karena pada bulan pertama cacing tanah belum mencapai aktivitas reproduksi yang optimal dan nutrisi yang diperoleh lebih diutamakan untuk pencapaian biomassa badan dewasa. Hal ini sesuai dengan penelitian Brata (2003) yang menunjukkan bahwa kokon yang dihasilkan pada fase awal reproduksi masih dalam jumlah yang sedikit. Peningkatan jumlah kokon diikuti oleh penurunan pertambahan biomassa cacing tanah. Peningkatan jumlah kokon diduga akan terus bertambah jika waktu penelitian ditambah. Hal ini dikarenakan cacing tanah Eudrilus eugeniae masih aktif untuk bereproduksi. Menurut Viljoen dan Reinecke (1989), produksi kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae dimulai dalam waktu 24 jam setelah kopulasi dan terus berlanjut hingga 300 hari. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap jumlah kokon maka dilakukan uji Kruskal-Wallis seperti yang tertera pada Tabel 7. 49

Tabel 7. Hasil Uji Kruskal-Wallis Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Jumlah Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Jumlah kokon Chi-Square 21,083 Df 4 Asymp. Sig 0,000 Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji Kruskal-Wallis pengaruh variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap jumlah kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,01 yang berarti bahwa variasi media memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae. C. Pengaruh Media terhadap Bobot Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data bobot kokon dilakukan 2 kali yaitu pada akhir bulan Agustus (Bulan 1) dan akhir bulan September (Bulan 2). Rata-rata bobot kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Bobot Kokon (miligram) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae pada Setiap Media Perlakuan Selama Penelitian. Rata-rata Bobot Kokon (mg) Media Bulan 1 Bulan 2 A (100% kelapa) 9,177 ± 0.00027 9,179 ± 0,00053 B (0% kelapa + 100% rumput) 9,23 ± 0.00033 9,153 ± 0,00019 C (25% kelapa + 75% rumput) 9,245 ± 0.00030 9,059 ± 0,00018 D (50% kelapa + 50% rumput) 9,135 ± 0.00019 9,109 ± 0,00022 E (75% kelapa + 25% rumput) 9,088 ± 0,00035 8,971 ± 0,00026 50

Rata-rata bobot kokon yang terdapat pada Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata bobot kokon pada ke 5 media tidak terlalu berbeda. Ratarata bobot kokon hampir sama pada tiap perlakuan yaitu 8,971 miligram sampai 9,245 miligram. Bobot kokon dipengaruhi oleh jenis cacing, setiap jenis cacing mempunyai ukuran kokon yang berbeda dan rata-rata bobot kokon yang berbeda pula. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap bobot kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae maka dilakukan analisis ragam One Way Anova. Hasil analisis tertera pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Bobot Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-rata F Sig. Antar Kelompok 0,000 4 0,000 0,560 0,694 Dalam Kelompok 0,000 20 0,000 Jumlah 0,000 24 Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji One Way Anova bobot kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae memiliki nilai signifikansi sebesar 0,694. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,01 maka dapat dikatakan bahwa variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap bobot kokon. 51

D. Pengaruh Media terhadap Indeks Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Rata-rata indeks kokon dalam penelitian diukur pada akhir bulan ke dua saja. Rata-rata indeks kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae pada penelitian ini tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Indeks Kokon (%) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae pada Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila. Rata-rata Media Indeks kokon (%) A (100% kelapa) 63,49 ± 6,13076 B (0% kelapa + 100% rumput) 61,85 ± 3,78799 C (25% kelapa + 75% rumput) 63,34 ± 1,77831 D (50% kelapa + 50% rumput) 62,85 ± 6,17226 E (75% kelapa + 75% rumput) 62,58 ± 5,95329 Hasil pengukuran terhadap indeks kokon pada kelima media cenderung sama yaitu berkisar antara 61,8-63,4%. Indeks kokon adalah nilai persentase hasil perbandingan lebar kokon dengan panjang kokon. Semakin tinggi angka indeks kokon maka bentuk kokon akan semakin bulat. Semakin rendah angka indeks kokon maka bentuk kokon akan semakin lonjong. Berdasarkan rata-rata indeks kokon yang didapat maka peneliti menyimpulkan bahwa bentuk kokon pada penelitian ini cenderung lonjong. Menurut Stephenson (1930), bentuk kokon bervariasi antarspesies cacing tanah, bentuknya bermacam-macam; bulat, bentuk lemon, atau lonjong dan melancip pada ujungnya. Warna kokon bermacam-macam; putih, kuning, atau coklat. Terjadi perubahan warna setelah kokon menetas, secara bertahap berubah menjadi coklat. Menurut Viljoen & Reinecke (1989), kokon Eudrilus eugeniae berwarna gelap, bentuknya 52

tidak beraturan, seperti lemon dan meruncing pada ke dua ujungnya, tekstur kokon berserat, rata-rata kokon berukuran 6 x 3 mm. Untuk menguji pengaruh variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap indeks kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae maka dilakukan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Indeks Kokon (%) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-rata F Sig. Antar Kelompok 8,558 4 2,139 0,083 0,987 Dalam Kelompok 514,545 20 25,727 Jumlah 523,102 24 Hasil uji One Way Anova pengaruh variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap indeks kokon memiliki nilai signifikansi 0,987, nilai signifikansi ini lebih dari 0,01 maka dapat dikatakan bahwa variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap indeks kokon cacing tanah Eudrilus Eugeniae. E. Kondisi Lingkungan Saat Penelitian Berlangsung. Kondisi lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu media ( o C), ph media, dan kelembaban media (%). Pengukuran suhu, ph, dan kelembaban media dilakukan setiap 2 hari sekali. 53

Suhu ( o C) a. Suhu Media ( o C) Hasil pengukuran suhu media pemeliharaan cacing tanah Eudrilus eugeniae selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini. 27.5 27 26.5 26 25.5 25 24.5 24 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu ke A (100%serbuk gergaji kelapa) B (100% rumput) C (25% serbuk gergaji kelapa + 75% rumput) D (50% serbuk gergaji kelapa + 50% rumput) E (75% serbuk gergaji kelapa + 25% rumput) Gambar 11. Histogram Suhu Media Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian. Suhu rata-rata media pemeliharaan selama penelitian yaitu 25-27,2 o C. hal ini sesuai dengan teori yang didapatkan. Menurut Loehr., dkk., (1985) dalam Jorge Dominguez., dkk., (2001) cacing Eudrilus eugeniae dapat hidup pada suhu tertinggi yaitu 29 ºC dan tumbuh optimal pada suhu 25 ºC. Menurut Rukmana, (2008: 82) suhu yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon berkisar antara 15-25 o C, tetapi suhu yang sedikit di atas 25 o C masih cocok untuk pertumbuhan cacing tanah namun harus diimbangi dengan naungan dan kelembaban yang memadai. Maka ketika pengukuran media mencapai 27 o C, media langsung ditambah kelembabannya dengan menyiramkan sedikit air pada media melalui goni penutup media. Suhu media juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Ketika suhu lingkungan rendah disebabkan oleh hujan maka suhu media 54

ph juga rendah. Ketika suhu lingkungan panas dan beberapa hari tidak hujan maka suhu media juga akan tinggi. b. ph Media. Hasil pengukuran ph media pemeliharaan cacing tanah Eudrilus eugeniae selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu ke A (100%serbuk gergaji kelapa) B (100% rumput) C (25% serbuk gergaji kelapa + 75% rumput) D (50% serbuk gergaji kelapa + 50% rumput) E (75% serbuk gergaji kelapa + 25% rumput) Gambar 12. Histogram ph Media Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian. Hasil pengukuran ph media pada ke lima media selama penelitian ini yaitu mempunyai rata-rata ph 6,8-7. ph tanah berkaitan dengan ketersediaan bahan organik dan unsur hara (pakan) cacing tanah. ph yang ideal untuk pemeliharaan cacing tanah yaitu 6,5-7,2. Cacing tanah sangat sensitif terhadap kadar keasaman tanah. Tanah dengan ph asam dapat mengganggu pertumbuhan dan daya reproduksi cacing tanah, karena ketersediaan bahan organik dan unsur hara relatif terbatas (Sugiantoro, 2012: 61). 55

Kelembaban (%) c. Kelembaban Media. Hasil pengukuran kelembaban media pemeliharaan cacing tanah Eudrilus eugeniae selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini. 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu ke A (100%serbuk gergaji kelapa) B (100% rumput) C (25% serbuk gergaji kelapa + 75% rumput) D (50% serbuk gergaji kelapa + 50% rumput) E (75% serbuk gergaji kelapa + 25% rumput) Gambar 13. Histogram Kelembaban Media Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian. Rata-rata kelembaban media pada penelitian ini yaitu 40-60%. Hal ini sesuai dengan kriteria syarat hidup cacing tanah yang dikemukakan oleh Rukmana (2008: 28), bahwa kelembaban ideal untuk cacing tanah yaitu 42-60%. Dari kelima media tersebut media yang paling sulit untuk mengatur kelembabannya yaitu media B. Rata-rata kelembaban media B lebih besar daripada media A, C, D, dan E yaitu 53,3-60%. Meskipun kelembaban media B masih termasuk kelembaban ideal menurut Rukmana, namun pada penelitian ini kelembaban 53,3-60% untuk media rumput terlalu basah. Kelembaban pada media B tidak merata, hal ini disebabkan pada bagian atas permukaan media cenderung lebih cepat kering namun bagian dasar media ternyata sudah lembab, dan pada media yang bagian atas permukaan sudah lembab maka bagian bawah media 56

akan sangat basah. Tekstur media B juga menggumpal dan lengket. Pertumbuhan cacing pada media ini terganggu oleh munculnya jamur yang tumbuh pada media, hal ini terjadi pada media B ulangan 2, dan 3. Hal ini disebabkan karena media terlalu basah sehingga jamur tumbuh pada beberapa media. F. Kualitas Media Setelah Pemeliharaan. Hasil uji kandungan C/N rasio media pemeliharaan pada awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kandungan C/N Rasio pada Media Awal dan Akhir Penelitian C-organik (%) N-Total (%) C/N Rasio Media Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir A (100% kelapa) 54,67 54,92 0,491 1,16 111,55 47,42 B (100% rumput) 42,14 24,48 1,11 3,06 37,83 8,00 C (25% kelapa + 75% rumput) 40,81 33,52 0,42 0,84 97,16 39,90 D (50% kelapa + 50% rumput) 38,87 37,18 0,47 1,02 82,70 36,45 E (75% kelapa + 25% rumput) 33,32 32,99 0,45 1,41 74,04 23,40 Hasil uji kandungan C/N rasio menunjukkan bahwa C/N total pada semua media menunjukkan penurunan. Penurunan ini dikarenakan adanya penurunan konsentrasi C-organik dan peningkatan konsentrasi N total. Menurut Parmelee (1990), cacing tanah berperan dalam menurunkan C/N rasio bahan organik, dan mengubah nitrogen tidak tersedia menjadi nitrogen tersedia setelah dikeluarkan menjadi kotoran (kascing). 57

Berdasarkan pengamatan kondisi fisik memperlihatkan adanya perubahan pada warna media. Pada awal penelitian media pemeliharaan cacing tanah (kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila) berwarna oranye kehijauan. Tetapi selama konsumsi berlangsung terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman dan tekstur media menjadi lebih halus dan lebih remah. Hal ini mungkin karena proses pengomposan yang semakin matang. Kematangan kompos dapat diindikasikan dengan semakin menurunnya C/N rasio. C/N rasio menunjukkan substrat yang mudah untuk didekomposisi (Afriansyah, 2010). C/N rasio pada media C, D, dan E baik untuk vermicomposting. Menurut Djuarnani (2005), nisbah C/N yang baik untuk vermicomposting adalah 20-40%. C/N rasio yang terdapat pada media menggambarkan proses dekomposisi yang dilakukan oleh cacing. Semakin banyak bahan organik yang terdekomposisi, semakin rendah C/N rasio. Limbah media ini selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena kaya akan kandungan zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. 58

59