PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: PENGARUH PEMANASAN SARI BUAH JERUK TERHADAP TINGKAT KEHILANGAN VITAMIN C

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan) UNTUK EKSPOR

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN DAYA SAING JERUK SIAM GIANYAR MELALUI PERBAIKAN TEKNIK BUDIDAYA DAN APLIKASI SERUM DARAH HEWAN

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Anonim (2011), produksi tomat Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

FORMULASI SARI BUAH JERUK PONTIANAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PENDAHULUAN. proses pengolahannya permen terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan keadaan iklim, Indonesia hanya memiliki dua musim. yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Astawan & Andreas, 2008). ataupun buah import yang sudah mulai banyak dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

SELAI DAN JELI BUAH 1. PENDAHULUAN

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA)

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. padat dan sering menjadi pelengkap untuk makan roti, dan dibuat inovasi

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Penambahan Dekstrin Terhadap Kadar Vitamin C Dalam Pengolahan Bubuk Sari Jeruk Instan dengan Metode foam-mat drying. Oleh : Tamrin 1.

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tumbuh berbagai macam flora, termasuk buah-buahan. Banyak

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN Bogor, 2006

PEMANFAATAN BUAH JERUK SIAM SEBAGAI PRODUK OLAHAN SARI BUAH Wayan Trisnawati *) dan Dian Adi A. Elisabeth *) ABSTRAK Jeruk siam (citrus nobilis var. microcarpa) merupakan anggota jeruk keprok yang berasal dari Siam (Muangthai). Jeruk siam saat ini banyak diminati, sekitar 60% konsumen lebih menyukai jeruk siam dibandingkan jenis jeruk lainnya. Pada saat musim panen raya produksi biasanya melimpah sehingga harga rendah, bila hal ini tidak diatasi maka banyak buah yang tidak termanfaatkan dengan baik. Untuk mencegah terbuang bahan segar dapat diatasi dengan pengolahan produk, salah satunya produk olahan sari buah. Desa Selulung Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli merupakan salah satu sentra pengembangan jeruk siam di Bali. Proses pengolahan dilakukan di lahan petani pada bulan Juli sampai Oktober 2005 dan analisa kimia dilakukan di laboratorium Universitas Udayana. Kombinasi perlakuan terdiri dari 2 (dua) perlakuan yaitu konsentrasi gula dan asam sitrat dengan 3 (tiga) ulangan. Data dianalisa statistik dengan rancangan RAK faktorial yang dilanjutkan dengan uji beda DMRT 5%. Perlakuan penambahan gula dan asam sitrat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan kandungan kimia pada sari buah jeruk. Dimana dengan semakin tingginya konsentrasi gula dan asam sitrat yang ditambahkan maka semakin rendah kandungan TSS (total zat padat terlarut), vitamin C, total gula dan total asam. Preferensi panelis pada penambahan 150 gr gula dan 1 gr asam sitrat terhadap warna, flavor dan rasa manis memberikan hasil terbaik dengan skor masing-masing 4.18; 3.86; dan 3.53. Konsentrasi gula (150 gr) dan asam sitrat (1 gr) merupakan hasil terbaik pada produk olahan sari buah jeruk dengan kandungan TSS : 25.47 %brix ; vitamin C : 28.99 mg/100gr ; total gula : 7.07 %bb dan total asam 0.16 %bb. Kata kunci : Jeruk, olahan dan sari buah PENDAHULUAN Jeruk siam merupakan anggota jeruk keprok, termasuk buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C disamping vitamin-vitamin dan zat-zat mineral lainnya (Anonim, 1987). Diantara berbagai jenis jeruk, jeruk siam yang paling banyak mendapat perhatian, dimana diperkirakan pangsa pasar jeruk siam saat ini sekitar 60% dari semua jenis jeruk. Lidah konsumen jeruk rasanya sudah akrab dengan cita rasa jeruk siam yang lebih populer dengan sebutan jeruk pontianak (Anonim, 2003). Kondisi pertumbuhan tanaman jeruk adalah pada iklim sub tropika, dengan suhu rata-rata 20 o C, dimana pertumbuhannya memerlukan banyak sinar matahari dan cukup air tanah atau air pengairan. Curah hujan yang dibutuhkan agak tinggi atau termasuk iklim basah. Kelembaban udara antara 50-85%. *) Balai Pengkajjian Teknologi Pertanian Bali

Pada kebun jeruk yang berhawa lembab mengakibatkan penguapan air dari buah rendah, hal ini menyebabkan buah berkulit tipis, daging buah halus, air buah lebih banyak dan rasanya lebih enak (Anonim, 1987). Tiap jenis buah jeruk memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda, misalnya jeruk keprok siam dengan ciri buah bulat, berkulit licin, mudah dikupas (Sarwono, 1986). Sedangkan jeruk manis dengan ciri-ciri buah agak kasar, kulit tebal dan sukar dikupas (AAK, 1989). Perkembangan teknik budidaya dan cara penanggulangan hama penyakit, diharapkan dapat meningkatkan produksi buah jeruk. Peningkatan produksi tanpa disertai dengan penanganan pasca panen yang tepat berakibat pada jatuhnya harga, sehingga merugikan petani. Sebagai sentra pengembangan tanaman jeruk siam Bali adalah di Desa Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dengan luas wilayah 597 ha, terletak pada ketinggian tempat 1100-1200 m dpl sangat sesuai untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Pada saat musim panen raya (bulan September sampai Oktober) harga buah rendah, sehingga banyak buah yang terbuang terutama untuk buah yang kecil-kecil (afkir). Penanganan pasca panen pada saat musim panen raya untuk mencegah banyaknya buah yang terbuang dan jatuhnya harga dapat dilakukan dengan cara pengawetan, baik dalam bentuk segar maupun olahan. Dengan melakukan pengawetan diharapkan dapat mempermudah penanganan dan dapat menutupi kekurangan produksi di luar musim. Upaya penanganan buah jeruk dengan melakukan pengolahan, salah satunya adalah pengolahan buah menjadi sari buah. Sari buah adalah merupakan larutan inti daging buah yang diencerkan, sehingga memiliki cita rasa yang sama dengan buah aslinya (Satuhu, 1996). Proses pengolahan produk sari buah umumnya masih dilakukan secara sederhana. Sari buah yang dihasilkan masih bersifat keruh dan mengandung endapan, akibat tingginya kadar pektin buah. Berdasarkan tingkat kekeruhan maka dikenal dua jenis sari buah, yaitu sari buah jernih dan sari buah keruh. Dimana sari buah jeruk termasuk golongan sari buah keruh karena mengandung kadar pektin yang tinggi (Astawan, 1991). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi penambahan gula dan asam sitrat pada sari buah jeruk siam Bali sehingga menghasilkan sari buah jeruk dengan formula yang sesuai dengan selera konsumen. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada sentra tanaman jeruk, di Desa Selulung, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli pada bulan Juli sampai Oktober 2005. Kombinasi perlakuan terdiri dari 2 (dua) perlakuan yaitu konsentrasi gula, masing-masing : (1) 100 gr/l; (2) 150 gr/l; (3) 200 gr/l; dan asam sitrat, masing-masing : (1) 1 gr/l ; (2) 2,5 gr/l; (3) 3 gr/l; dengan 3 (tiga) ulangan. Data dianalisa statistik dengan rancangan RAK faktorial yang dilanjutkan dengan uji beda DMRT 5%. Pengolahan produk dilakukan di lahan petani dengan melibatkan petani secara langsung, sedangkan analisa laboratorium dilakukan di laboratorium Universitas Udayana. Analisa dilakukan terhadap total asam, total gula, vitamin C, TSS dan organoleptik. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pengolahan sari buah dimaksudkan sebagai penganekaragaman pangan, meningkatkan nilai ekonomi, memperpanjang masa simpan dan mempertahankan atau memperbaiki mutu gizi buah. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dengan memeras buah, baik disaring ataupun tidak, yang tidak mengalami fermentasi dimana merupakan minuman segar yang langsung diminum. Sari buah sebagai salah satu minuman yang cukup disukai karena praktis, enak dan menyegarkan serta bermanfaat bagi kesehatan dengan kandungan vitamin yang tinggi (Hidayat dan Wike Agustin, 2005). Hampir semua buah bisa diolah menjadi minuman sari buah, namun campuran (formula) penambahan gula dan asam sitrat tidak sama untuk setiap buah. Gula merupakan bahan tambahan pada pengolahan makanan yang berfungsi untuk memperbaiki cita rasa sekaligus sebagai bahan pengawet alami dengan tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Pada minuman ringan seperti sari buah, fungsi gula adalah untuk memberikan rasa manis, memberikan nilai kalori, memberikan bentuk dan rasa pada mutu minuman yang dihasilkan (Hidayat dan Wike Agustin, 2005). Asam sitrat memiliki bentuk kristal atau serbuk putih, dengan ciri-ciri mudah larut dalam air,

tidak berbau, rasa asam, jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai selanjutnya terbakar menjadi arang. Pemberian asam sitrat pada minuman sari buah bertujuan untuk memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, sebagai pengawet dan dapat mempercepat inversi gula dalam minuman (Hidayat dan Wike Agustin, 2005). Untuk mengetahui konsentrasi gula dan asam sitrat yang sesuai pada produk olahan sari buah jeruk siam Bali dilakukan beberapa kombinasi perlakuan, dimana hasil rata-rata analisa kimia sari buah jeruk pada beberapa kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata hasil analisa kimia sari buah jeruk Siam di Desa Selulung, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, 2005 No Perlakuan TSS Vitamin C Total Gula Total Asam (% brix) (mg/100g) (% bb) (% bb) 1 P1 (100:1) 20.33 a 30.72 a 6.03 ab 0.20 ab 2 P2 (100: 2,5) 25.07 a 27.22 a 4.84 ab 0.24 a 3 P3 (100:3) 23.13 a 23.78 ab 4.89 ab 0.24 a 4 P4 (150:1) 25.47 a 28.99 a 7.07 a 0.16 bc 5 P5 (150:2,5) 22.93 a 24.83 ab 6.87 a 0.20 ab 6 P6 (150:3) 16.09 a 30.29 a 6.43 ab 0.23 a 7 P7 (200:1) 16.37 a 18.33 b 6.08 ab 0.15 c 8 P8 (200:2,5) 18.55 a 25.81 a 7.06 a 0.17 bc 9 P9 (200:3) 15.36 a 29.79 a 4.58 b 0.18 bc Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5% Hasil analisa sidik ragam terhadap TSS (total padatan terlarut) menunjukkan bahwa diantara perlakuan tidak berbeda nyata (Tabel 1). Persentase TSS tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan P4 (gula 150 gr/liter : asam sitrat 1 gr/liter). Sedangkan TSS terendah terlihat pada perlakuan P9 (gula 200 gr/liter : asam sitrat 3 gr/liter). Analisa sidik ragam terhadap vitamin C, total asam dan total gula menunjukkan perbedaan yang nyata pada produk olahan sari buah jeruk siam Bali. Terjadi perbedaan kandungan vitamin C yang nyata pada perlakuan P1 dengan P7, pada P1 dengan penambahan gula 100 gr/liter memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi (30.72 mg/100 gr) dibandingkan dengan perlakuan P7 dengan kadar vitamin C rendah (18.33 mg/100 gr). Menurut Winarno (1988) kondisi ini disebabkan karena sifat vitamin C yang mudah rusak, dimana vitamin C mudah larut dalam air dan mudah teroksidasi oleh panas. Pada proses pengolahan sari buah, dengan semakin tinggi konsentrasi gula yang ditambahkan maka produk akan semakin pekat, sehingga waktu yang diperlukan untuk melarutkan gula pada bahan semakin lama. Pada kondisi ini maka vitamin C yang bersifat mudah teroksidasi oleh panas akan lebih banyak yang menguap. Penambahan gula ke dalam bahan bertujuan untuk memberikan rasa manis, karena adanya pengenceran pada produk olahan sari buah. Perlakuan penambahan gula sebesar 150 gr/liter, asam sitrat 1 gr/liter memberikan total gula tertinggi (7.07 %bb) dibandingkan dengan penambahan gula 200 gr/liter, asam sitrat 3 gr/liter (4.58 %bb). Kombinasi asam sitrat 1 gr/liter mampu memberikan kombinasi kemanisan yang tepat dan dapat mempercepat inversi gula kedalam minuman dibandingkan bila konsentrasi yang lebih tinggi dari 1gr/liter (Hidayat dan Wike Agustin, 2005). Semakin tinggi konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan pada konsentrasi gula yang lebih tinggi, maka semakin tinggi total asam pada minuman sari buah. Penambahan asam sitrat bertujuan untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman), walaupun seperti kita ketahui dalam buah jeruk itu sendiri sudah mengandung asam (Winarno, 1988). Pada proses pembuatan sari buah nenas oleh Suyanti dan Sabari (1991), dimana dengan semakin banyak asam yang ditambahkan cenderung semakin kurang disukai karena sari buah yang dihasilkan menjadi semakin masam. Rata-rata nilai kesukaan panelis terhadap produk sari buah jeruk terhadap warna, flavor, rasa manis, rasa di mulut dan penerimaan secara keseluruhan adalah bebeda nyata, seperti pada Tabel 2. Preferensi panelis terhadap warna, flavor dan penerimaan secara keseluruhan pada olahan sari buah pada perlakuan 150 gr gula dan 1 gr asam sitrat memberikan skor tertinggi 4.18 (suka sampai sangat suka); 3.86 (biasa sampai suka) dan 3.48 (biasa sampai suka). Sedangkan rasa manis dan rasa

dimulut skor tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan gula 200 gr dan asam sitrat 3 gr. Penerimaan secara keseluruhan terhadap produk olahan sari buah pada penambahan gula 150 gr dan asam sitrat 1 gr memberikan skor tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi ini bisa memberikan hasil yang terbaik dengan memodifikasi gula dan asam sitrat sehingga menghasilkan cita rasa yang baik. Tabel 2. Rata-Rata hasil uji preferensi panelis terhadap olahan sari buah jeruk Siam di Desa Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Buleleng, 2005 Penerimaan Rasa Rasa di No Perlakuan Warna Flavor Secara Manis mulut Keseluruhan 1 P1 (100:1) 3.53 ab 3.42 ab 2.55 b 2.45 bc 3.02 ab 2 P2 (100: 2,5) 2.83 b 2.56 c 2.55 b 2.48 bc 2.75 ab 3 P3 (100:3) 2.88 b 2.52 c 2.61 b 2.37 c 2.71 b 4 P4 (150:1) 4.18 a 3.86 a 3.53 a 3.18 ab 3.48 a 5 P5 (150:2,5) 3.47 ab 3.29 abc 2.97 ab 2.75 abc 3.16 ab 6 P6 (150:3) 3.67 ab 3.33 abc 2.89 ab 2.62 abc 3.32 ab 7 P7 (200:1) 3.46 ab 2.94 bc 2.67 b 2.46 bc 2.80 ab 8 P8 (200:2,5) 2.77 b 2.73 bc 3.15 ab 2.72 abc 2.75 ab 9 P9 (200:3) 3.6 ab 3.28 abc 3.60 a 3.31 a 3.19 ab Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5% Perlakuan terbaik berdasarkan uji kimia dan uji organoleptik adalah pada perlakuan P4 (150 gr gula : 1 gr asam sitrat). Dengan kombinasi ini memberikan TSS, vitamin C dan total gula yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada uji organoleptik, penilaian terhadap warna, flavor, rasa manis dan penerimaan secara keseluruhan menghasilkan skor tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

KESIMPULAN Kombinasi beberapa perlakuan pada produk sari buah jeruk untuk menghasilkan produk yang paling baik berdasarkan uji fisik dan uji organoleptik, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil uji kimia terhadap vitamin C, total asam dan total gula menunjukkan perbedaan yang nyata, sedangkan terhadap total padatan terlarut (TSS) tidak berbeda nyata. 2. Preferensi panelis terhadap warna, flavor, rasa manis, rasa di mulut dan penerimaan secara keseluruhan berbeda nyata. 3. Perlakuan terbaik berdasarkan uji kimia dan organoleptik, adalah pada perlakuan P4 (150 gr gula : 1 gr asam sitrat). Dengan kombinasi ini memberikan TSS, vitamin C dan total gula yang tidak berbeda nyata. Tetapi juga pada uji organoleptik penilaian terhadap warna, flavor, rasa manis dan penerimaan secara keseluruhan memberikan skor tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1987. Bercocok Tanam Jeruk Siam di Kecamatan Kalimantan Barat. Depatemen Pertanian. Balai Informasi Pertanian. Kalimantan Barat Anonim. 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Tim Penulis PS. Penebar Swadaya. AAK. 1989. Bertanam Buah-Buahan. Penerbit Kanisius. Jakarta. Astawan, M dan Mita Wahyuni A. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Adademika Pressindo. Hidayat, N dan Wike Agustin Prima, D. 2005. Minuman Berkarbonasi Dari Buah Segar. Trubus Agrisarana. Sarwono, B. 1986.Pengemasan dan Pengangkutan Jeruk Valensia (Citrus sinensis L. Osbeck) dengan Mobil. Jurnal Hortikultura 1(2) : 49-53.1991. p.49. Satuhu Suyanti. 1997. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Suyanti dan Sabari, S. 1991. Pengaruh Pengenceran Sari Buah, Penambahan Gula dan Asam Sitrat, Tingkat Kematangan dan Bahan Penstabil terhadap Mutu Sari Buah Nenas Palembang. Balai Penelitian Hortikultura Solok. Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Jakarta.