Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Prosedur Analisis Biji Jarak Pagar

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 100%

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisis Minyak Jarak Pagar

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Baku Olein Sawit

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

Lampiran 1. Prosesdur analisis gas kromatigrafi olein dan biodiesel olein

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Sifat Fisiko-Kimia CPO

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif untuk mengetahui

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas. 1. Kadar Air (SNI )

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

Lampiran 2 Prosedur sintesis surfaktan APG

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB 3 METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

Transkripsi:

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46

Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit, 80 C, 2 jam Metanol 31% (v/v) Pemurnian 75 C, 1,5 jam H 2 O 2 4% (v/v) Netralisasi ph 7, 50 C, 30 menit NaOH 50% Penguapan Metanol 70 80 C Metanol Metil Ester Sulfonat (MES) Murni 47

Lampiran 3. Prosedur Analisa Bahan Baku dan Surfaktan MES 1. Uji Bilangan Asam (SNI-01-3555-1998) Timbang 19-21 ± 0.05 gram contoh biodiesel ester alkil ke dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 100 ml campuran pelarut (etanol 95 % - toluene 50 %) yang telah dinetralkan ke dalam labu Erlenmeyer tersebut. Dalam keadaan teraduk kuat, titrasi larutan isi labu Erlenmeyer dengan larutan KOH 0,1 N dalam alkohol sampai kembali berwarna merah jambu dengan intensitas yang sama seperti pada campuran pelarut yang dinetralkan diatas dan tidak berubah selama 15 detik. Kemudian catatlah volume titran yang dibutuhkan (V ml). Bilangan asam = 56,1 x V x N mg KOH/g biodiesel M keterangan : V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi (ml) N = normalitas larutan KOH dalam alkohol M = berat contoh biodiesel alkil (g) 2. Bilangan Iod (AOAC, 1995) Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,5 gram di dalam erlenmeyer 250 ml, lalu dilarutkankan dengan 10 ml kloroform atau tetraklorida dan ditambahkan dengan 25 ml pereaksi hanus. Semua bahan diatas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam. Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15 %. Iod yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat. Selanjutnya ditambahkan larutan kanji satu persen dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak Bilangan Iod = (B-S) x N x 12,69 G Keterangan : B = ml Na 2 S 2 O 3 blanko S = ml Na 2 S 2 O 3 contoh 48

N = normalitas Na 2 S 2 O 3 G = berat contoh 3. Berat Jenis (Ketaren, 1986) Piknometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang (g). Piknometer diisi air sehingga volumenya diketahui. Pinkometer dengan volume tertentu (ml) diisi sampai meluap dan tidak terbentuk udara, kemudian ditimbang berat isinya (g). Berat jenis sampel dihitung dengan rumus berikut : Berat jenis = (bobot piknometer dan sampel) (bobot pikno kosong) Volume air (ml) 4. Tegangan Permukaan Metode du Nouy (ASTM D 1331, 2000) Metode pengujian ini dilakukan untuk menentukan tegangan permukaan larutan surfaktan dengan menggunakan alat Tensiometer du Nouy. Peralatan dan wadah contoh yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu. Wadah yang digunakan biasanya terbuat dari bahan gelas dengan diameter lebih besar dari 6 cm. Wadah gelas dicuci dengan larutan chromic-sulfuric acid, kemudian dibilas dengan air destilata. Cincin platinum merupakan bagian dari alat Tensiometer, memiliki diameter 4 atau 6 cm. Sebelum digunakan, cincin dicuci terlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai dan dibilas dengan air destilata, lalu dikeringkan. Posisi alat diatur supaya horizontal dengan water pas dan diletakkan pada tempat yang bebas dari gangguan, seperti getaran, angin, sinar matahari dan panas. Larutan contoh dimasukkan ke dalam gelas dan diletakkan diatas dudukan (platform) pada Tensiometer. Suhu cairan sampel diukur dan dicatat. Selanjutnya cincin platinum dicelupkan ke dalam sampel tersebut (lingkaran logam tercelup 3-5 mm di bawah permukaan cairan), dengan cara menaikkan dudukan (platform). Skala vernier Tensiometer di set pada posisi nol dan jarum penunjuk harus berada pada posisi berimpit dengan garis pada kaca. Selanjutnya platform diturunkan perlahan, dan pada saat yang bersamaan skrup kanan diputar sedemikian rupa sehingga jarum penunjuk tetap berimpit dengan garis pada kaca. Proses ini diteruskan sampai film cairan tepat putus. Pada saat cairan putus skala dibaca dan dicatat sebagai nilai tegangan 49

permukaan. Pengukuran dilakukan paling sedikit dua kali. Kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan dapat dilakukan dengan menambahkan konsentrasi surfaktan sebanyak 10 persen (dalam air). Nilai tegangan permukaan setelah ditambahkan surfaktan diukur kembali. Kemudian dibandingkan nilai tegangan permukaan air sebelum dan sesudah ditambahkan surfaktan. 5. Tegangan Antar Muka (ASTM D 1331, 2000) Metode penentuan tegangan antarmuka sama dengan pengukuran tegangan permukaan. Untuk pengukuran cairan yang mengandung dua fase yang berbeda, yaitu fase larut dalam air (aqueous) dan fase tidak larut dalam air (nonaqueous), dilakukan beberapa tahapan. Fase aqueous (air) dimasukkan terlebih dahulu ke dalam wadah gelas, kemudian dicelupkan cincin platinum kedalamnya (lingkaran logam tercelup 3-5 mm di bawah permukaan cairan), setelah itu secara hati-hati fase nonaqueous (xilen) ditambahkan diatas fase aqueous sehingga sistem terdiri dari dua lapisan. Kontak antara cincin dan fase nonaqueous sebelum pengukuran harus dihindari. Setelah tegangan antarmuka mencapai ekuilibrium, yaitu benarbenar terbentuk dua lapisan terpisah yang sangat jelas, pengukuran dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan pengukuran tegangan permukaan. Kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan antar muka dilakukan pada campuran air dengan xylene (1:1), konsentrasi surfaktan yang ditambahkan adalah 10 persen (dalam campuran xylene-air). Nilai tegangan antar muka antara air dengan xylene setelah ditambahkan surfaktan diukur kembali. Kemudian dibandingkan nilai tegangan antar muka antara sebelum dan sesudah ditambahkan surfaktan. 6. Kadar Air (SNI 01-3555-1998) Cawan alumunium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Bobot cawan kemudian ditimbang. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobotnya, kemudian dipanaskan di dalam oven suhu 105 C selama 1-2 jam. Cawan berisi sampel dikeluarkan dan 50

didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Pemanasan dan penimbangan diulangi sampai diperoleh bobot tetap. Kadar air (%) = m 1 -m 2 x 100 m 1 m 1 = bobot sampel (g) = bobot sampel setelah pemanasan (g) m 2 7. Bilangan Penyabunan (SNI-01-3555-1998) Timbang 4-5 gram contoh biodiesel ester alkil ke dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 50 ml larutan KOH alkoholik. Sambungkan labu erlenmeyer dengan kondensor berpendingin udara dan didihkan sampai contoh tersabunkan sempurna selama 1 jam. Larutan yang diperoleh harus homogen dan homogen. Setelah labu dan kondensor cukup dingin, lepaskan kondensor dari labu, tambahkan 1 ml larutan indikator fenolftalein ke dalam labu, dan titrasi isi labu dengan HCl 0.5 N sampai warna merah jambu hilang. Lakukan hal yang sama untuk blanko tanpa penambahan sampel. Nilai bilangan penyabunan dapat dirumuskan sebagai berikut : Bilangan penyabunan = 56.1 (A-B) x N mg KOH/g biodiesel M Keterangan : A = volume HCl 0.5 N untuk titrasi blanko B = volume HCl 0.5 N untuk titrasi contoh N = normalitas HCl 8. Pengukuran ph (BSI, 1996) Metode ini digunakan untuk menganalisa derajat keasaman (ph) surfaktan anionik, kationik, nonionik dan amfoterik. Nilai ph dari larutan contoh ditentukan dengan pengukuran potensiometrik menggunakan elektroda gelas dan ph-meter komersial. Alat ph-meter disiapkan dan dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan buffer ph 4,0 dan 9,0. Elektroda kemudian dibilas dengan air bebas CO 2 yang memiliki ph antara 6,5 sampai 7,0. Selanjutnya elektroda dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur. Nilai ph dibaca pada ph-meter, 51

pembacaan dilakukan setelah angka stabil. Elektroda kemudian dibilas kembali dengan air bebas CO 2. Pengukuran dilakukan dua kali. Apabila dari dua kali pengukuran nilai yang terbaca mempunyai selisih lebih dari 0,2 maka harus dilakukan pengulangan pengukuran termasuk kalibrasi. 9. Kadar Bahan Aktif Metode Epthone Timbang 1 gram sampel dan tambahkan dengan 30 ml aquades. Panaskan larutan tersebut pada suhu 100 C sampai larut. Setelah larut, dinginkan kemudian tambahkan 3 tetes indikator fenolfthalein. Selanjutnya lakukan titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai menghasilkan warna merah muda. Catat volume titran yang terpakai untuk titrasi (A ml). Encerkan larutan setelah titrasi dengan 1 liter aquades. Ambil larutan yang sudah diencerkan sebanyak 5 ml ke dalam gelas ukur. Tambahkan 3 ml metilen biru dan 10 ml larutan kloroform campuran. Titrasi dengan larutan N- cetylpyridium chloride. Catat volume titran yang terpakai (B ml). Kadar bahan aktif dirumuskan sebagai berikut. Bahan aktif = B ml kationik x faktor kationik x BM x 100 % Gr sampel x 4.95 Keterangan : B = ml titran N-cetylpyridium chloride Faktor kationik = 1.9801 BM = Bobot molekul MES 52

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Permukaan MES A. Rekapitulasi Data Nilai Tegangan Permukaan dalam Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Perlakuan Tegangan Permukaan (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan A1B1 37.00 37.50 37.25 A1B2 37.75 37.75 37.75 A1B3 39.50 38.50 39.00 A1B4 39.00 39.35 39.17 A1B5 38.25 38.65 38.45 A1B6 40.00 42.00 41.00 A2B1 36.60 36.00 36.30 A2B2 36.95 36.00 36.45 A2B3 36.00 37.10 36.55 A2B4 37.25 37.45 37.35 A2B5 37.10 38.05 37.57 A2B6 37.20 38.00 37.60 A3B1 32.50 32.75 32.62 A3B2 35.65 36.15 35.90 A3B3 36.10 35.75 35.92 A3B4 36.40 36.80 36.60 A3B5 35.00 37.05 36.02 A3B6 37.10 37.45 37.27 Keterangan : A1 : Suhu 70 C A2 : Suhu 80 C A3 : Suhu 90 C B1 : Lama Pemanasan 1 hari B2 : Lama Pemanasan 2 hari B3 : Lama Pemanasan 3 hari B4 : Lama Pemanasan 4 hari B5 : Lama Pemanasan 5 hari B6 : Lama Pemanasan 6 hari 53

B. Analisa Ragam (ANOVA) Nilai Tegangan Permukaan MES Akibat Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Sumber F- F- Tabel db JK RJK Variasi Hitung 0.05 0.01 Suhu (Ai) 2 56.258 28.129 69.802** 3.55 6.01 Lama 5 34.884 6.977 17.313** 2.77 4.25 Pemanasan (Bj) Interaksi (AiBj) 10 11.835 1.183 2.397 2.41 3.51 Error 18 7.254 0.403 Total 35 110.231 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata (α = 0.05) ** : Berpengaruh Sangat Nyata (α = 0.01) C. Hasil uji Duncan untuk faktor Suhu Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan A3 (90 C) 12 35.7250 A A2 (80 C) 12 36.9750 B A1 (70 C) 12 38.7708 C D. Hasil uji Duncan untuk faktor Lama Pemanasan Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan B1 (1 hari) 6 35.3917 A B2 (2 hari) 6 36.7083 B B3 (3 hari) 6 37.1583 BC B5 (5 hari) 6 37.3500 BC B4 (4 hari) 6 37.7083 C B6 (6 hari) 6 38.6250 D Huruf pengelompokkan Duncan yang sama menunjukkan fakor tidak berbeda nyata Huruf pengelompokkan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata 54

Lampiran 5. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Permukaan MES dalam kondisi Salinitas A. Rekapitulasi data Tegangan Permukaan MES dalam kondisi Salinitas Perlakuan Tegangan Permukaan (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan C1 34.75 34.10 34.42 C2 35.2 35.95 35.57 C3 36.2 36.00 36.10 B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Permukaan MES Akibat kondisi Salititas Sumber F- F- Tabel db JK RJK Variasi Hitung 0.05 0.01 Salinitas (Ci) 2 2.936 1.468 8.593 9.55 30.30 Error 3 0.512 0.171 Total 5 3.448 55

Lampiran 6. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Permukaan MES dalam kondisi Kesadahan A. Rekapitulasi data Tegangan Permukaan MES dalam kondisi Kesadahan Perlakuan Tegangan Permukaan (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan D1 35.25 35.00 35.12 D2 36.30 36.50 36.40 D3 37.00 37.65 37.32 B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Permukaan MES Akibat kondisi Kesadahan Sumber Variasi db JK RJK F- Hitung F- Tabel 0.05 0.01 Kesadahan (Di) 2 4.841 2.420 19.759* 9.55 30.30 Error 3 0.367 0.122 Total 5 5.208 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata (α = 0.05) ** : Berpengaruh Sangat Nyata (α = 0.01) C. Hasil uji Duncan untuk faktor Kesadahan Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan D1 (100 ppm) 2 35.1250 A D2 (300 ppm) 2 36.2500 B D3 (500 ppm) 2 37.3250 B Huruf pengelompokkan Duncan yang sama menunjukkan fakor tidak berbeda nyata Huruf pengelompokkan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata 56

Lampiran 7. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Antarmuka MES A. Rekapitulasi Data Nilai Tegangan Antarmuka dalam Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Perlakuan Tegangan Antarmuka (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan A1B1 17.15 18.40 17.77 A1B2 18.20 18.90 18.55 A1B3 18.90 18.90 18.90 A1B4 19.10 19.00 19.05 A1B5 19.35 19.20 19.27 A1B6 19.00 20.45 19.72 A2B1 15.30 15.50 15.40 A2B2 18.15 18.00 18.07 A2B3 18.40 18.20 18.30 A2B4 18.40 18.30 18.35 A2B5 18.50 18.40 18.45 A2B6 20.00 19.10 19.55 A3B1 18.05 18.00 18.02 A3B2 18.80 18.35 18.57 A3B3 18.90 19.20 19.05 A3B4 19.25 20.00 19.62 A3B5 20.05 20.80 20.42 A3B6 20.70 20.90 20.80 B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Antarmuka MES Akibat Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Sumber db JK RJK F- F- Tabel Variasi Hitung 0.05 0.01 Suhu (Ai) 2 11.896 5.948 32.542** 3.55 6.01 Lama 5 30.280 6.056 33.133** 2.77 4.25 Pemanasan (Bj) Interaksi 10 4.847 0.485 2.652* 2.41 3.51 (AiBj) Error 18 3.290 0.183 Total 35 50.312 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata (α = 0.05) ** : Berpengaruh Sangat Nyata (α = 0.01) 57

C. Hasil uji Duncan untuk faktor Suhu Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan A2 (80 C) 12 18.0208 A A1 (70 C) 12 18.8792 B A3 (90 C) 12 19.4167 C D. Hasil uji Duncan untuk faktor Lama Pemanasan Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan B1 (1 hari) 6 17.0667 A B2 (2 hari) 6 18.4000 B B3 (3 hari) 6 18.7500 BC B4 (4 hari) 6 19.0083 CD B5 (5 hari) 6 19.3833 D B6 (6 hari) 6 20.0250 E Huruf pengelompokkan Duncan yang sama menunjukkan fakor tidak berbeda nyata Huruf pengelompokkan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata 58

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Antarmuka MES dalam kondisi Salinitas A. Rekapitulasi data Tegangan Antarmuka MES dalam kondisi Salinitas Perlakuan Tegangan Permukaan (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan C1 16.80 15.70 16.25 C2 18.05 18.00 18.02 C3 19.15 19.20 19.17 B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Antarmuka MES Akibat kondisi Salititas Sumber Variasi db JK RJK F-Hitung F- Tabel 0.05 0.01 Salinitas (Ci) 2 8.686 4.343 21.447* 9.55 30.30 Error 3 0.608 0.203 Total 5 9.293 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata (α = 0.05) ** : Berpengaruh Sangat Nyata (α = 0.01) C. Hasil uji Duncan untuk faktor Salinitas Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan C1 (10000 ppm) 2 16.2500 A C2 (20000 ppm) 2 18.0250 B C3 (30000 ppm) 2 19.1750 B Huruf pengelompokkan Duncan yang sama menunjukkan fakor tidak berbeda nyata Huruf pengelompokkan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata 59

Lampiran 9. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Antarmuka MES dalam kondisi Kesadahan A. Rekapitulasi data Tegangan Antarmuka MES dalam kondisi Kesadahan Perlakuan Tegangan Antarmuka (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan D1 18.00 16.80 17.40 D2 18.35 18.20 18.27 D3 19.00 18.90 18.95 B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Antarmuka MES Akibat kondisi Kesadahan Sumber F- Tabel db JK RJK F-Hitung Variasi 0.05 0.01 Kesadahan (Di) 2 2.416 1.208 4.922 9.55 30.30 Error 3 0.736 0.245 Total 5 3.152 60