BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Alur Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Alur Pemecahan Masalah
87 Studi kepustakaan dilakukan yakni dengan mempelajari pengetahuan teoritis dan non teoritis yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak diteliti. Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data-data pendukung dengan cara menggunakan cross-sectional, yaitu pengumpulan data yang hanya dilakukan sekali. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati lingkungan sekitar. Misalnya, lingkungan kampus, perkantoran, pertokoan, supermarket, dan lain-lain. Dan juga dilakukan observasi dengan cara mengumpulkan data melalui buku buku, literature, diktat, serta sumber data lainnya. Teknik sampling/ teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004: 77). Pada teknik sampel ini digunakan sampling aksidental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2004: 77). Data yang didapat merupakan data kualitatif (Sugiyono, 2004: 13), yaitu data yang diangkakan. Dimana data kualitatif yang didapat tersebut diubah menjadi data kontinum yaitu data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil pengukuran (Sugiyono, 2004: 15). Data kontinum yang digunakan berupa data interval yaitu data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak (Sugiyono, 2004: 15). Skala yang didapat dari data-data tersebut berupa skala likert, yaitu skala yang digunakan
88 untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2004: 86). Proses pengembangan produk terdiri dari enam tahap (fase) yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 15-17): 0. Perencanaan produk merupakan proses awal dari pengembangan produk. Output dari proses ini adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan. 1. Fase pertama pada pengembangan produk yaitu pengembangan konsep. Pada fase pengembangan konsep membutuhkan lebih banyak koordinasi dibandingkan fungsi-fungsi lainnya. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses mengikuti urutan kebiasaan yang sama persis, menyelesaikan suatu kegiatan sebelum kegiatan berikutnya dimulai. Praktisnya, kegiatan awal-akhir mungkin tumpang tindih dalam waktu, serta proses interaksi sering diperlukan. Perulangan ini umumnya dinamakan iterasi. Proses awal-akhir pada pengembangan produk, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 18-19): Identifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan.
89 Penetapan spesifikasi target. Dimana langkah ini merupakan terjemahan dari kebutuhan pelanggan menjadi kebutuhan secara teknis. Output dari langkah ini adalah adalah suatu daftar speksifikasi target. Setiap spesifikasi terdiri dari suatu metrik (besaran), serta nilai-nilai batas dan ideal untuk besaran tersebut Penyusunan konsep yang menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pemilihan konsep. Dimana, pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis dan secara berturut-turut dieleminasi untuk mengidentifikasikan konsep yang paling menjanjikan. Pengujian konsep, yaitu satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan pelanggan telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasikan beberapa kelemahan yang harus diperbaiki selama proses pengembangan selanjutnya. Penentuan spesifikasi akhir. Spesifikasi target yang telah dientukan diawal proses ditinjau kembali setelah proses dipilih dan diuji. Pada titik ini, tim harus konsisten dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan batasan-batasan pada konsep itu sendiri, batasan-batasan yang diidentifikasikan melalui permodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya dan kinerja.
90 Analisis produk-produk pesaing. Pemahaman mengenai produk pesaing adalah penting untuk penentuan posisi produk baru yang berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang kaya untuk rancangan produk dan proses produksi. Analisis pesaing dilakukan untuk mendukung banyak kegiatan awal-akhir. Permodelan dan pembuatan prototype. Setiap tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan banyak bentuk model dan prototype. Hal ini mencakup, antara lain model pembuktian konsep, yang akan membantu tim pengembangan dalam menunjukkan kelayakan: model hanya bentuk dapat ditunjukkan pada pelanggan untuk mengevaluasi keergonomisan dan gaya, sedangkan model lembar kerja adalah untuk pilihan teknis. 2. Fase kedua pada proses ini adalah perancangan tingkatan sistem.. Fase ini mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistemsubsistem serta komponen-komponen. Output dari fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir. 3. Fase kedua pada proses ini adalah perancangan detail. Perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk: gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan
91 peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk. 4. Pengujian dan perbaikan. Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. 5. Produksi awal. Pada fase ini produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari fase ini adalah untuk melantik tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan pada produksi awal kadangkadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang timbul. Perahlian dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Terakhir, kesimpulan dan saran. Dimana kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari tujuan penelitian dan berdasarkan pada uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu (Sugiyono, 2004: 312). Sedangkan saran yang diberikan pada laporan harus didasarkan pada data hasil penelitian, dan dalam hal ini didasarkan pada kesimpulan (Sugiyono, 2004: 313).