33 3.1 Perkembangan Perusahaan BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. Serayu Makmur Kayuindo yang berkedudukan di Banjarnegara didirikan pada tanggal 11 November 1999 berdasarkan akta notaries No. 14 yang dibuat di hadapan notaris Lenie S. Hardjatno Loebis, SH., notaris di Semarang. Akta tersebut kemudian disempurnakan dengan akta No. 15 tanggal 11 November 1999 yang dibuat di hadapan notaries yang sama. Akta pendirian perusahaan telah di sahkan oleh Menteri Hukum dan Perundang undangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor C-16207.HT.01.04.TH 2000 tanggal 02 Agustus 2000. Beberapa pasal anggaran dasar telah mengalami perubahan dan terakhir berdasarkan akta notaries Lenie S Hardjatno Loebis, SH., nomor 52 tanggal 31 Agustus 2001 mengenai perubahan modal disetor. Sesuai dengan pasal 3 (tiga) anggaran dasarnya, maksud dan tujuan perusahaan adalah sebagai berikut : a. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang industri pengolahan kayu b. Memasarkan hasil produksi perseroan ke pasaran dalam negeri dan luar negeri selaku produsen eksportir c. Menjalankan usaha - usaha lainnya baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan usaha tersebut di atas. Dalam tahun 2001 usaha yang telah aktif dijalankan perusahaan adalah dalam bidang industri pengolahan kayu. Berdasarkan akta perubahan tanggal 31 Agustus 2001 No. 52 dari notaris Lenie S. Hardjanto Loebis, SH., modal dasar perseroan adalah 4.000.000.000 yang terbagi atas 4.000
34 lembar saham, masing-masing saham bernilai nominal 1.000.000. Dari modal dasar perseroan tersebut telah disetor penuh sebesar 4.000.000.000. Pengolahan kayu yang dilakukan adalah mengolah kayu dari kayu gelondongan jenis Albasia menjadi kayu lapis (plywood). Industri biasa lazim disebut industri pengolahan kayu plywood. Perusahaan memulai usahanya dengan lebih kurang 200 orang karyawan. Sampai Bulan September 2005, tercatat lebih kurang terdapat 1000 pekerja. Sampai sekarang perusahaan terus memproduksi plywood dan terus didistribusikan baik domestik sampai ekspor. Permintaan yang ada terus sepanjang tahun membuat industri tersebut hampir tidak pernah kurang permintaan akan produknya. Berdasarkan pendapat Sukirno (2002, P316) ciri pasar oligopoli adalah menghasilkan barang standard. Maka dari itu industri pengolahan kayu di atas kita kategorikan sebagai pasar oligopoli. 3.2 Kondisi Bisnis Perusahaan Dalam penelitian ini akan terlihat kekuatan persaingan PT Serayu Makmur Kayuindo, dengan melihat 5 kekuatan Porter (5 Porter Forces) menurut Michael E Porter. 5 kekuatan tersebut adalah Potential Entrants (pemain baru potensial), Buyers (pembeli), Substitute (barang pengganti), Suppliers (pemasok), Industry Competitors (pesaing industri). Untuk menggolongkan kelima kekuatan yang dimaksud Porter, masih ada lagi beberapa indikator dari tiap kekuatan yang perlu manjadi catatan, sehingga akan tampak jelas kondisi bisnis perusahaan.
35 Pendatang Baru Potensial PT Jakarta Multiplex PT Kayulapis Indonesia CV Agatha CV Cakrawala UD Hero Kekuatan Tawar Ancaman Pemasok Pesaing Pembeli PT Subaya Baru PT Serauja Jaya Kekuatan Tawar Ancaman CV Tassa Jaya CV Kalingga Jaya PT Albasi Parahyangan Substitusi PT Cahaya Sakti Furintraco Maka sesuai dengan batasan Porter di atas, kondisi bisnis diuraikan sebagai berikut : 1. Supplier (pemasok) Pemasok cukup banyak mengetahui informasi tentang keberadaan industri tersebut sehingga tidaklah sulit bagi mereka untuk mencari pembeli bahan baku tersebut. Ada akses yang cukup mudah melalui info media cetak seperti buku telepon, selain banyak pula pencarian bahan baku yang terus menerus oleh industri padat karya tersebut. Begitu banyaknya kebutuhan industri perkayuan, tercatat Tahun 2004 tercatat, sebanyak 130 industri perkayuan membutuhkan kayu bulat sekitar 4,9 juta meter kubik per tahun.
36 kubik per tahun. Namun kenyataannya, industri kayu tersebut hanya mampu memenuhi bahan baku sekitar 1,4 juta meter kubik per tahun. Hal tersebut, sebenarnya telah terjadi cukup lama, sehingga satu-satunya cara mendapatkan bahan baku adalah bersaing untuk mendapatkannya dengan cara menetapkan harga yang lebih tinggi untuk menarik pemasok. Harga yang lebih tinggi tadi akhirnya membuat pemasok berpikir akan margin profit yang diperoleh dengan men-supply lebih kepada pembeli yang bersedia membayar lebih tinggi Dalam hal jumlah pemasok sebenarnya cukup banyak. Hal ini berarti pembeli, industri perkayuan dapat berpindah dari satu pemasok ke pemasok lainnya. Namun, karena besarnya permintaan daripada penawaran tetap saja pilihan pemasok jatuh pada harga beli yang lebih tinggi. Untuk berpindah memasok pembeli satu ke pembeli lainnya tidaklah memakan biaya yang cukup signifikan, karena jarak tempuh yang tidak sampai memakan biaya besar. Untuk daerah Banjarnegara dimana terdapat pabrik pengolahan kayu PT Serayu Makmur Kayuindo, pemasok jumlahnya cukup banyak, tidak terkonsentrasi pada satu tempat, walau demikian untuk mendapatkan bahan baku log tetap berlaku hal yang seperti dijelaskan di atas. 2. Potential Entrants ( Pemain Baru Potensial) Memasuki industri perkayuan, seperti yang dijalankan oleh perusahaan dalam penelitian ini, bukanlah hal yang cukup sulit. Secara skala ekonomi, semakin banyak pertambahan produksi akan menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi murah. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah penggunaan bahan baku log yang berdiameter lebih besar akan menghasilkan profit yang lebih besar ketimbang sebaliknya. Sebab, walaupun secara harga lebih mahal, namun hasil kayu lapis yang diperoleh lebih banyak dalam kuantitasnya. Untuk bahan baku log yang dimaksud dapat berupa log dengan ukuran 40-up (40 ke atas).
37 Dalam Brand Equity, pemain baru tidak memiliki keunggulan dalam hal tersebut. Sebab produk yang ditawarkan hampir tidak melihat dari segi merek. Untuk memasuki industri tersebut, dibutuhkan modal lebih kurang 10 Milyar dan akses pembeli dari kayu olahan berupa kayu lapis tersebut cukup mudah. Permintaan akan barang tersebut ada terus sepanjang tahun. Untuk lebih jelas tentang pembeli dari barang industri tersebut akan dijelaskan pada salah satu kekuatan Porter yaitu Buyer (Pembeli). Akses ke sumber daya industri pun cukup mudah. Industri bukanlah membutuhkan teknologi tinggi, namun padat karya. Secara hukum, tidak ada batasan ataupun larangan dari pemerintah untuk masuk dalam industri tersebut. Semua pengusaha biasanya tergabung dalam APKINDO (Asosiasi Pengusaha Kayu Indonesia). 3. Substitute (Barang Pengganti) Barang pengganti di sini bisa dibagi menjadi 2, yaitu barang pengganti sejenis dan barang pengganti tidak sejenis. Barang pengganti sejenis yaitu barang yang tetap berbahan sama yaitu kayu. Kayu di sini dalam arti berkambium. Maka Rotan, bamboo kita tidak kategorikan sejenis. Untuk pengganti sejenis berbahan sama, kita dapat kategorikan lagi menjadi 2 jenis, yaitu kayu yang sama persis jenis nya dengan yang digunakan perusahaan yaitu kayu Albasia pula. Cukup banyak perusahaan yang menggunakan kayu tersebut. Kategori kedua pengganti berbahan sama, namun jenis kayunya berbeda. Contohnya kayu Meranti, Borneo, Gaharu, Jambo, Jati dsb. Barang pengganti yang tidak sejenis, yaitu barang dengan bahan selain kayu tadi, yaitu besi dan plastik. Kedua bahan ini dapat menggantikan posisi industri kayu. Hasil pengolahan kayu yang berupa kayu lapis ini sebenarnya digunakan untuk bahan material bangunan dan meubel. Dari kegunaan untuk kedua hal tersebut ada kemungkinan bagi kedua bahan baik besi maupun plastic menjadi pengganti, terutama meubel.
38 Apabila dilihat secara harga, baik plastik maupun besi ada kemungkinan keduanya menjadi pengganti. Untuk mengganti Albasia dari bahan kayu pun mungkin sekali, karena masih ada bahan yang lebih murah dari kayu tersebut. 4. Buyers (Pembeli) Pembeli dalam hal ini tidak memiliki bargaining power yang cukup kuat. Permintaan yang sering terjadi serta kuantitas yang banyak, juga banyaknya pembeli sehingga pembeli lemah dalam hal tersebut. Kebutuhan akan kayu tersebut ada sepanjang tahun dan cukup banyak. Uniknya di sini, tidak ada persaingan dalam perebutan pangsa pasar oleh para produsen kayu, hal tersebut terjadi karena kemampuan produksi tidak mampu mencapai kuantitas yang dibutuhkan pasar. Dari sisi pembeli, untuk mendapatkan barang seringkali harus indent. Hal ini sangat sering terjadi pada PT Serayu Makmur Kayuindo. Apabila pembeli tidak mendapatkan barang, dengan mudah dapat berpindah mencari produsen plywood lainnya. Substitusi untuk bahan sejenis cukup banyak serta harga yang lebih murah untuk bahan berkualitas lainnya cukup banyak. Memang dalam pemakaiannya, penggunaan plywood masih tetap banyak. Dalam hal selera, belum muncul keinginan yang cukup signifikan untuk mengganti bahan bangunan kayu menjadi besi maupun plastik. 5. Rivalry (Persaingan) Tidak ada persaingan dalam perebutan pangsa pasar, seperti yang diuraikan di atas. Satu-satunya yang menjadi persaingan adalah perebutan salah satu faktor produksi yaitu sumber daya alam berupa kayu gelondongan yang disebut sebagai bahan baku log.
39 3.3 Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan Sumber : PT Serayu Makmur Kayuindo Gambar 3.3 Struktur PT Serayu Makmur Kayuindo
40 1. President Director Menyusun perencanaan usaha ke depan untuk kemajuan perusahaan Mengkoordinasi kerja organisasi melalui Direktur Operasional dan Direktur Keuangan Menyelenggarakan rapat bersama para Direktur maupun para Manajer 2. Operational Director Membuat rincian proyeksi biaya operasional ke depannya Mengepalai Banjar Factory Manager dan Cirebon Factory Manager Mengkoordinasi sejumlah produksi permintaan pasar melalui Banjar Factory Manager dan Cirebon Factory Manager Menentukan kapasitas produksi yang harus dilakukan oleh pabrik untuk tiap jenis produk Menentukan besarnya karyawan yang bekerja serta alokasi sumber daya 3. Finance Director Menyusun perencanaan berikut alokasi keuangan perusahaan atas proyek-proyek yang sedang berjalan maupun akan dijalankan perusahaan Mengalokasikan segala pengeluaran yang telah menjadi kesepakatan bersama dalam rapat bersama untuk keperluan operasional perusahaan Mengepalai Finance Manager dan Factory Manager
41 Memegang keuangan perusahaan serta mengeluarkannya untuk keperluan operasional sesuai dengan perencanaan yang telah diketahui para direktur sekalian 4. Banjar Factory Manager Mengepalai Production Manager, HR Manager, LPPIC Manager dan Engineering Manager Mengkoordinasi sinergi antara bagian HR, LPPIC, Engineering dengan bagian Produksi Merotasi para pekerja yang berada di bawah struktur nya Menentukan banyaknya jumlah maksimal minimal rekrut pekerja di pabrik 5. Cirebon Factory Manager Mengepalai Production Manager, HR Manager, LPPIC Manager dan Engineering Manager Mengkoordinasi sinergi antara bagian HR, LPPIC, Engineering dengan bagian Produksi Merotasi para pekerja yang berada di bawah struktur nya Menentukan banyaknya jumlah maksimal minimal rekrut pekerja di pabrik 6. Production Manager Mengepalai Production Superintendent A/B dan Packing Superintendent A/B Mengkoordinasi kerja production line pabrik setiap harinya Mengkoordinasi unitnya untuk memproduksi sesuai dengan permintaan Bekerjasama dengan LPPIC Manager dalam hal persediaan bahan baku produksi
42 Mengambil keputusan untuk memproduksi pilihan jenis produk sesuai dengan kapasitas perencanaan agar sesuai dengan kapabilitas produksi serta efisiensi dan efektivitas 7. HR Manager Mengatur sistem kerja para karyawan Mengatur sistem perekrutan para karyawan Melakukan analisa jabatan perusahaan Merekrut dan memberhentikan karyawan sesuai permintaan manajer yang mengepalai bagian tertentu Memindahkan pekerja dari satu bagian ke bagian lain 8. LPPIC (Log, Planinng, Production and Internal Control) Manager Melakukan perencanaan produksi berdasarkan log yang didapat di lapangan serta melakukan kontrol internal Bekerjasama dengan Engineering Manager dalam hal penyediaan Spareparts mesin Bekerjasama dengan Manager Produksi dalam hal perencanaan dan control persediaan bahan baku produksi Mengepalai LPPIC Superintendent, Log Supervisor, Finish Goods Warehouse Supervisor dan Spareparts & Production Material Warehouse Menentukan jumlah persediaan pada gudang barang jadi maupun gudang bahan baku & Spareparts
43 9. Engineering Manager Mengepalai Engineering Superintendent, Administrative Engineering, Log Supervisor, Automotive Supervisor dan Boiler Supervisor Mengawasi penggunaan mesin-mesin pabrik Mengatur segala perbaikan maupun perawatan mesin-mesin Bekerjasama dengan LPPIC Manager dalam penyediaan Spareparts mesin Menentukan penggunaan mesin dari seluruh mesin yang dimiliki perusahaan Menentukan penggantian spareparts mesin 10. Finance Manager Mengepalai Banjar Cashier dan Cirebon Cashier Mengawasi penggunaan dana alokasi pada Cashier Melakukan perencanaan keuangan untuk operasional harian pabrik perbulannya Menentukan alokasi persediaan tunai ke kasir 11. Account Manager Mengepalai Factory Accountant dan Head Office Accountant Mengumpul kan semua laporan pembelian sampai penjualan dari semua bagian kemudian menjadikannya laporan keuangan menyeluruh Meminta laporan keuangan dari Factory Accountant dan Head Office Accountant 12. Production Superintendent A/B Mewakili Production Manager apabila tidak terdapat di tempat
44 Membantu Production Manager dalam koordinasi produksi Weweng Mengawasi Supervisor yang bertugas di lapangan 13. Pack Superintendent A/B Mengawasi pack dari barang agar berjalan dengan baik Memastikan tidak ada kesalahan tingkatan (Grade) dalam kayu lapis Mencatat pula Kuantitas tingkatan yang tersedia dan keluar dari pabrik Mengatur pekerja yang bertugas melakukan Packing 14. HR Superintendent Mengepalai Payroll Supervisor dan Administration & General Affair Supervisor Membantu Manager dalam tugasnya melakukan sejumlah perekrutan dan alokasi pekerja 15. LPPIC Superintendent Membantu tugas LPPIC Manager Mencatat segala keperluan yang telah direncanakan LPPIC Melaporkan persediaan yang dimiliki di gudang penyimpanan Meminta laporan keluar masuknya material, Spareparts dan Log 16. Engineering Superintendent A/B Membantu tugas Manager Mencatat segala keperluan Spareparts
45 Mengurus pembelian Spareparts 17. Banjar Cashier Memegang sejumlah kas kecil Membuat laporan keluar masuknya keuangan Mengeluarkan kas untuk pembayaran Gaji harian pekerja harian serta pembelian keperluan bahan baku 18. Cirebon Cashier Memegang sejumlah kas kecil Membuat laporan keluar masuknya keuangan Mengeluarkan kas untuk pembayaran Gaji harian pekerja harian serta pembelian keperluan bahan baku 19. Factory Accountant Mencatat keuangan perusahaan berkaitan dengan kegiatan keuangan, biaya dsb yang terjadi di pabrik Meminta laporan keluar masuk kas maupun biaya lainnya dari bagian Packing, Engineering, LPPIC dan produksi 20. Head Office Accountant Membuat laporan Keuangan yang dikumpulkan dari data Factory Accountant Meminta laporan keuangan Factory Accountant
46 21. Rotary Line Supervisor Memastikan tersedianya jumlah mesin Rotary untuk mengerjakan kayu yang akan diproses kemudian Melakukan pemeriksaan akan mesin rotary yang telah dipakai Memberikan mesin Rotary yang rusak kepada bagian engeeneering untuk diperbaiki Mengkoordinasi kerja para operator mesin Mengatur kerja dari Operator Mesin dan pekerja mesin 22. Hotpress Supervisor Mengkoordinasi kerja para operator mesin Melakukan pemeriksaan mesin hotpress yang telah dipakai Mengatur sistem kerja hotpress agar dapat berjalan dengan lancar Mengatur kerja dari Operator Mesin dan pekerja mesin 23. Glue Supervisor Mengkoordinasi proses pengeleman kayu menjadi kayu lapis Meng estimasi kuantitaslem yang tersedia dan lem yang diperlukan untuk pross tersebut Mengawasi kerja para buruh yang melaksanakan tugas tersebut Mengatur kerja dari Operator Mesin dan pekerja mesin 24. Blockboard Supervisor
47 Bertanggung jawab atas pembuatan BlockBoard Mengatur kerja dari Operator Mesin dan pekerja mesin 25. Balken Supervisor Bertanggung jawab atas pembuatan Balken Mengatur kerja dari Operator Mesin dan pekerja mesin 26. Packing Supervisor Mengatur tugas Packing hasil produksi Barang jadi Mengatur tata letak Packing di Pabrik Mengkoordinir para pekerja harian yang dialokasikan untuk membantu tugas supervisor 27. Grading Supervisor Mengawasi tingkatan plywood (kayu lapis) yang diproduksi Menentukan tingkatan plywood dan mengelompokkannya 28. Payroll Supervisor Mengurusi penggajian dan upah harian para pekerja Menggaji para pekerja harian 29. Administration and General Affair Supervisor
48 Mencatat masuk keluarnya karyawan pabrik Mengkoodinir staf untuk mencatat bagian-bagian tertentu dan shift tertentu pekerja melakukan aktivitasnya 30. Log Supervisor Melakukan penerimaan log masuk Menginspeksi log yang masuk ke Pabrik Mengurusi pengadaan log Menghentikan masuknya log apabila gudang penyimpanan sampai melebihi kapasitas 31. Finish Goods Warehouse Supervisor Mengatur penyimpanan barang jadi mengatur para pekerja harian yang dialokasikan untuk membantu tugas supervisor 32. Spareparts & Production Material Warehouse Supervisor Mengatur penyimpanan Spareparts dan bahan baku Mengatur urutan bahan baku log yang dipakai untuk produksi Menentukan bahan baku yang dipakai terlebih dahulu 33. Maintenance Supervisor Mengurusi perawatan semua mesin-mesin yang digunanakan untuk berproduksi
49 Memperbaiki serta mengganti Spareparts mesin 34. Automotive Supervisor Mengurusi mesin pengangkut barang beserta truk pengangkut bahan baku Memastikan mesin berfungsi baik Mengatur pekerja harian dalamm pengoperasian mesin 35. Booiler Supervisor Mengawasi penggunaan mesin tersebut oleh para staf Bertanggung jawab atas pengeringan kayu yang telah di lem Mengatur pekerja harian dalam pengoperasian mesin 36. Engineering Administration Membuat laporan penggunaan serta keadaan mesin yang digunakan termasuk laporan penggunaan spareparts Meminta segala bukti belanja kepada Engineering manager