BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Data Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa foto dijital berwarna ITB2-05.bmp dan ITB2-06.bmp yang diambil dengan kamera small format Nikon Colpix dengan resolusi 24 cm. Sumber data pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Foto Dijital ITB2-05.bmp dan ITB2-06.bmp 3.3. Proses Pengamatan Citra Area kajian perhitungan korelasi dilakukan pada citra foto udara yang bertampalan. Area pertampalan tersebut dibagi ke dalam sembilan bagian seperti terlihat pada Gambar 3, yang masing-masing bagiannya terdiri dari dua sampel percobaan, baik untuk area homogen maupun area heterogen, sehingga setiap bagian terdiri atas 4 sampel percobaan, 2 sampel homogen, dan 2 sampel heterogen Pada setiap bagian dilakukan percobaan pencocokan citra menggunakan lima pasangan SCA dan CP, yaitu: SCA (11x11) piksel dan citra penscarian masing-masing CP (21x21) piksel, CP (31x31) piksel, CP (41x41) piksel, CP (51x51) piksel, CP (61x61) piksel. Secara keseluruhan, total percobaan dilakukan terhadap 180 sampel yang terdiri dari sembilan area pertampalan yang masing-masing terdiri dari 2 sampel area homogen dan 2 sampel area heterogen, seperti terlihat pada Gambar 3.3. 27
Gambar 3.3. Area pertampalan percobaan Gambar 3.4. Pasangan Titik Sekawan Pada Sub Citra Acuan (SCA) Pada Foto Kiri Dan Citra Pencarian (CP) Pada Foto Kanan 28
Pasangan titik sekawan pada Sub Citra Acuan (SCA) pada foto kiri dan Citra Pencarian (CP) pada foto kanan diperlihatkan oleh Gambar 3.4. Dari Gambar 3.4 dapat dijelaskan proses pengamatan citra sebagai berikut: Penentuan Posisi SCA Titik Tengah SCA ditentukan kemudian SCA ditentukan ukuran sebesar 11X11 piksel untuk kesembilan area pertampalan, baik untuk area homogen maupun heterogen. Penentuan Posisi CP Yang Dianggap Benar Titik Tengah CP yang posisinya sama dengan titik tengah SCA dicari dengan secara pengamatan stereo yang dilakukan oleh operator yang berpengalaman. Titik Tengah CP hasil pengamatan stereo ini kemudian dijadikan posisi yang dianggap benar sebagai acuan validasi. Data Posisi Titik Tengah CP yang dianggap benar disajikan pada tabel 3.1. dan 3.2. Tabel 3.1. Posisi titik tengah CP yang dianggap benar pada area homogen frame sampel kolom baris 1 1 126 153 2 171 484 2 1 552 244 2 741 419 3 1 1171 162 2 1240 352 4 1 382 689 2 254 839 5 1 738 715 2 648 960 6 1 1060 675 2 1113 910 7 1 271 1221 2 315 1422 8 1 772 1080 2 801 1288 9 1 1107 1162 2 1068 1429 Tabel 3.2. Posisi titik tengah CP yang dianggap benar pada area heterogen 29
frame sampel kolom baris 1 1 373 164 2 325 442 2 1 812 224 2 554 486 3 1 1217 206 2 1128 500 4 1 229 659 2 399 736 5 1 548 771 2 831 863 6 1 1180 890 2 1044 839 7 1 282 1200 2 294 1317 8 1 596 1249 2 838 1380 9 1 1064 1097 2 1170 1278 Inisialisasi Awal Posisi CP Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai pendekatan posisi CP untuk semua ukuran mask CP (21x21) piksel, CP (31x31) piksel, CP (41x41) piksel, CP (51x51) piksel, CP (61x61) piksel, sedemikian rupa sehingga area SCP berada dalam SCAkupan area CP Penghitungan Nilai Korelasi Sub Citra Acuan dan Citra pencarian dikorelasikan menggunakan metode korelasi nilai rata-rata kanal yang diberi bobot (weighted channel mean value), sehingga didapatkan nilai korelasinya Perataan histogram (Histogram ) SCA dan CP Masing-masing kanal R, G, dan B SCA dan CP diekualisasi, sehingga penyebaran brightness value masing-masing SCA dan CP berubah Penghitungan Nilai Korelasi Setelah Proses Perataan histogram (Histogram ) Citra Acuan dan Citra pencarian yang telah melalui proses perataan histogram (Histogram ) dikorelasikan menggunakan metode korelasi nilai rata-rata kanal yang diberi bobot (weighted channel mean value), sehingga didapatkan nilai korelasinya 30
Pembandingan Nilai Korelasi SCA Dan CP Sebelum Dan Setelah Proses Histogram Nilai korelasi antara SCA dan CP sebelum dan setelah proses ekualisasi dibandingkan untuk mengetahui nilai korelasi mana yang lebih besar / lebih baik. Pembandingan Pergeseran Posisi Terhadap Posisi Yang Dianggap Benar Setelah Proses Korelasi Antara Sebelum Dan Setelah Proses Histogram Langkah terakhir adalah menghitung resultan pergeseran posisi hasil korelasi terhadap posisi yang dianggap benar pada langkah C 2 R = x + y 2 dimana : R = resultan pergeseran posisi piksel x = pergeseran posisi piksel kolom y = pergeseran posisi piksel baris Resultan pergeseran posisi sebelum dan setelah proses histogram ekualisasi dibandingkan nilainya. Nilai resultan pergeseran posisi yang paling kecil merupakan indikator bahwa posisi tersebut paling mendekati posisi yang dianggap benar 3.4. Data Hasil Pengamatan Dari percobaan yang dilakukan terhadap 180 sampel yang terdiri dari sembilan area pertampalan yang masing-masing terdiri dari 2 sampel area homogen dan 2 sampel area heterogen, yang masing-masing menggunakan lima pasangan SCA dan CP, yaitu: SCA (11x11) piksel dan citra pencarian masing-masing CP (21x21) piksel, CP (31x31) piksel, CP (41x41) piksel, CP (51x51) piksel, CP (61x61) piksel, diperoleh hasil berupa: Nilai korelasi sebelum dan setelah proses ekualisasi Resultan pergeseran posisi terhadap posisi yang dianggap benar sebelum dan setelah ekualisasi 3.4.1. Contoh Data Hasil Pengamatan Pada Area Homogen 31
Contoh data hasil berupa nilai korelasi dan resultan pergeseran posisi pada area homogen diperlihatkan pada table 3.1 dan 3.2 sedangkan grafiknya diperlihatkan pada Gambar 3.6 dan 3.7. Pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.6 terlihat bahwa pada frame 1 sampel 1 area homogen, peningkatan nilai korelasi setelah dilakukan histogram ekualisasi tidak terlalu besar, bahkan beberapa ukuran mask mengalami penurunan nilai korelasi. Tabel 3.1. Contoh Data Nilai Korelasi Frame 1 Sampel 1 Pada Area Homogen Nama Citra Ukuran Mask CP (piksel) Nilai Korelasi Sebelum Nilai Korelasi Setelah Nilai Korelasi Setelah Total 1 21X21 0,4638 0,3986 0.4647 2 31X31 0,1175 0,1196 0.0988 3 41X41 0,3683 0,3917 0.3676 4 51X51 0,4129 0,4083 0.4254 5 61X61 0,3061 0,5093 0.4254 Perbandingan Nilai Korelasi Area Homogen Frame 1 Sampel 1 nilai korelasi 0,6 0,4 0,2 0 21A 31A 41A 51A 61A ukuran mask nilai korelasi sebelum ekualisasi nilai korelasi setelah ekualisasi Gambar 3.6. Grafik Perbandingan Nilai Korelasi Area Homogen Frame 1 Sampel 1 32
Pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.7 terlihat bahwa pada frame 1 sampel 1 area homogen, ada tiga percobaan yang setelah dilakukan histogram ekualisasi, tingkat keakuratannya tetap yaitu pada ukuran mask CP 21x21, 41x41, dan 51x51, sedangkan dua percobaan lagi yaitu pada ukuran mask CP 31x31 dan 61x61 tingkat keakuratannya menurun seiring meningkatnya resultan pergeseran posisi. Tabel 3.2. Contoh Data Resultan Pergeseran Posisi Frame 1 Sampel 1 Nama Citra Ukuran Mask CP (piksel) Resultan Pergeseran Posisi Sebelum (piksel) Resultan Pergeseran Posisi Setelah (piksel) 1 21X21 2,828427125 2,828427125 2 31X31 26,87005769 26,87005769 3 41X41 34,40930107 30,88689042 4 51X51 44,82186966 44,20407221 5 61X61 60,80296045 51,88448708 Perbandingan Resultan Pergeseran Posisi Area Homogen Frame 1 Sampel 1 resultan pergeseran posisi 100 50 0 21A 31A 41A 51A 61A ukuran mask resultan pergeseran posisi sebelum ekualisasi resultan pergeseran posisi setelah ekualisasi Gambar 3.7. Grafik Perbandingan Resultan Pergeseran Posisi Area Homogen Frame 1 Sampel 1 3.4.2. Contoh Data Hasil Pengamatan Pada Area Heterogen 33
Contoh data hasil berupa nilai korelasi dan resultan pergeseran posisi pada area heterogen diperlihatkan pada tabel 3.3 dan 3.4 sedangkan grafiknya diperlihatkan pada Gambar 3.8 dan 3.9. Pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.8 terlihat bahwa pada frame 1 sampel 1 area heterogen, di semua percobaan, nilai korelasi mengalami penurunan setelah dilakukan histogram ekualisasi Tabel 3.3. Contoh Data Nilai Korelasi Frame 1 Sampel 1 Nama Citra Ukuran Mask CP Nilai Korelasi Sebelum Nilai Korelasi Setelah 1 21X21 0,8117 0,7151 2 31X31 0,8117 0,7151 3 41X41 0,8117 0,7151 4 51X51 0,8117 0,7151 5 61X61 0,8117 0,7151 Perbandingan Nilai Korelasi Area Heterogen Frame 1 Sampel 1 nilai korelasi 0,85 0,8 0,75 0,7 0,65 21A 31A 41A 51A 61A ukuran mask nilai korelasi sebelum ekualisasi nilai korelasi setelah ekualisasi Gambar 3.8. Grafik Perbandingan Nilai Korelasi Area Heterogen Frame 1 Sampel 1 34
Pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.9 terlihat bahwa pada frame 1 sampel 1 area heterogen, di semua percobaan terjadi penurunan resultan pergeseran posisi setelah dilakukan histogram ekualisasi, yang berarti tingkat keakuratan posisi setelah dilakukan histogram ekualisasi meningkat. Tabel 3.4. Contoh Data Resultan Pergeseran Posisi Frame 1 Sampel 1 Nama Citra Ukuran Mask CP (piksel) Resultan Pergeseran Posisi Sebelum (piksel) Resultan Pergeseran Posisi Setelah Skualisasi (piksel) 1 21X21 2,236067977 1 2 31X31 2,236067977 1 3 41X41 2,236067977 1 4 51X51 2,236067977 1 5 61X61 2,236067977 1 Perbandingan Resultan Pergeseran Posisi Area Heterogen Frame1 Sampel 1 resultan pergeseran posisi 4 2 0 21A 31A 41A 51A 61A ukuran mask resultan pergeseran posisi sebelum ekualisasi resultan pergeseran posisi setelah ekualisasi Gambar 3.9. Grafik Perbandingan Resultan Pergeseran Posisi Area Heterogen Frame 1 Sampel 1 Dari 180 sampel data, maka secara keseluruhan diperoleh hasil tingkat keberhasilan pencocokan citra serta tingkat keakuratan posisi yang indikatornya ialah semakin kecil resultan pergeseran posisi dari posisi yang dianggap benar, maka posisi semakin akurat yang seperti ditunjukkan pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6. 35
Tabel 3.5. Tingkat keberhasilan pencocokan citra dan tingkat keakuratan posisi pada area homogen tingkat keberhasilan pencocokan citra sebelum ekualisasi (nilai korelasi>0,7)(%) tingkat keberhasilan pencocokan citra setelah ekualisasi (nilai korelasi>0,7) (%) penurunan resultan pergeseran posisi dari sebelum ke setelah diekualisasi(%) 16.17 11.11 23.33 Tabel 3.6. Tingkat keberhasilan pencocokan citra dan tingkat keakuratan posisi pada area heterogen tingkat keberhasilan pencocokan citra sebelum ekualisasi (nilai korelasi>0,7)(%) tingkat keberhasilan pencocokan citra setelah ekualisasi (nilai korelasi>0,7) (%) penurunan resultan pergeseran posisi dari sebelum ke setelah diekualisasi(%) 91.11 82.22 12.22 36