BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat digital. Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu seperti gambar pada monitor televisi, foto sinar X, hasil CT Scan, dll. Sedangkan pada citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer [10]. Citra digital merupakan citra yang diambil berdasarkan sampling dan kuantitas tertentu sehingga citra digital ini terbentuk dari piksel-piksel yang besarnya tergantung pada besar kecilnya sampling dan nilainya (besarnya derajat keabuan) tergantung pada kuantitas. Berdasarkan pengertian ini maka model citra digital dinyatakan dalam bentuk matriks yang nilainya berupa nilai derajat keabuan. Model ini menyatakan model dari citra grayscale yaitu citra yang terdiri dari derajat keabuan tertentu [3]. Sebuah citra digital dapat mewakili oleh sebuah matriks yang terdiri dari M kolom N baris, dimana perpotongan antara kolom dan baris disebut piksel ( piksel = picture element), yaitu elemen terkecil dari sebuah citra. Piksel mempunyai dua parameter, yaitu koordinat dan intensitas atau warna. Nilai yang terdapat pada koordinat (x,y) adalah f(x,y), yaitu besar intensitas atau warna dari piksel di titik itu. Oleh sebab itu, sebuah citra digital dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut. Gambar 2.1 Matriks Citra Digital

2 7 Dimana: f(x,y) = fungsi besar intensitas citra M = indeks kolom dari matriks N = indeks baris dari matriks Berdasarkan rumus tersebut, secara matematis citra digital dapat dituliskan sebagai fungsi intensitas f (x,y), dimana harga x (baris) dan y (kolom) merupakan koordinat posisi dan f(x,y) adalah nilai fungsi pada setiap titik (x,y) yang menyatakan besar intensitas citra atau tingkat keabuan atau warna dari piksel di titik tersebut. Pada proses digitalisasi (sampling dan kuantitas) diperoleh besar baris M dan kolom N hingga citra membentuk matriks M x N dan jumlah tingkat keabuan piksel [10] Kriptografi Kriptografi (Crypthography) berasal dari bahasa Yunani yaitu dari dua suku kata Crypto dan Graphia. Crypto artinya menyembunyikan, sedangkan graphia artinya ilmu. Kriptografi, secara umum adalah ilmu dan seni untuk menjaga kerahasiaan berita yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan data, keabsahan data, integritas data, serta autentikasi data, yang dilakukan oleh seorang Kriptografer [1]. Ada empat tujuan mendasar dari ilmu kriptografi ini yang juga merupakan aspek keamanan informasi, yaitu : 1. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan adalah layanan yang digunakan untuk menjaga isi dari informasi dari siapapun kecuali yang memiliki otoritas atau kunci rahasia untuk membuka/mengupas informasi yang telah disandi. 2. Integritas Data (Data Integrity) Integritas adalah berhubungan dengan penjagaan dari perubahan data secara tidak sah. Untuk menjaga integritas data, sistem harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi manipulasi data oleh pihak-pihak yang tidak berhak, antara lain penyisipan, penghapusan, dan pensubsitusian data lain kedalam data yang sebenarnya.

3 8 3. Otentikasi (Autentication) Otentikasi adalah berhubungan dengan identifikasi/pengenalan, baik secara kesatuan sistem maupun informasi itu sendiri. Dua pihak yang saling berkomunikasi harus saling memperkenalkan diri. Informasi yang dikirimkan melalui kanal harus diautentikasi keaslian, isi datanya, waktu pengiriman, dan lain-lain. 4. Ketiadaan Penyangkalan (Non-repudiation). Ketiadaan penyangkalan adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyangkalan terhadap pengiriman/terciptanya suatu informasi oleh yang mengirimkan/membuat. [2] 2.3. Algoritma Playfair Cipher Playfair Cipher merupakan salah satu contoh algoritma klasik yang ditemukan oleh Charles Wheatstone, salah seorang Pioneer Telegraf. Kemudian algoritma ini dipopularkan oleh Lyon Playfair pada tahun Algoritma Playfair Cipher termasuk ke dalam polygram cipher [6]. Proses enkripsi dengan algoritma Playfair Cipher, dilakukan dengan mengenkripsi pasangan-pasangan huruf bukan huruf-huruf tunggal. Tujuan proses enkripsi yang dilakukan perpasangan huruf ini adalah membuat analisis yang menggunakan perhitungan frekuensi kemunculan huruf menjadi sulit. Perhitungan tersebut menjadi sulit karena frekuensi kemunculan huruf-huruf dari cipherteks yang dihasilkan oleh proses enkripsi menggunakan algoritma ini menjadi datar. Kunci yang digunakan dalam proses enkripsi, disusun di dalam sebuah bujur sangkar yang memiliki ukuran 5x5. Di dalam bujur sangkar ini akan terdapat semua alfabet namun tanpa huruf J. Untuk melakukan proses enkripsi dengan algoritma Playfair Cipher, dilakukan dengan terlebih dahulu mengisi bujur sangkar kunci. Proses pengisian bujur sangkar kunci ini dilakukan pertama-tama dengan kesepakatan pengirim pesan dan penerima pesan akan kata kunci yang akan digunakan. Kata kunci ini akan dituliskan pada bujur sangkar. Setelah itu sisa dari elemen-elemen bujur sangkar kunci yang belum diisi, akan diisi dengan alfabet A-Z tanpa huruf J yang belum ada pada bujur sangkar kunci. Sebagai contoh, misalkan kata kunci yang

4 9 disetujui oleh pengirim dan penerima pesan adalah CHARLES, maka akan dibentuk bujur sangkar kunci seperti berikut: Gambar 2.2 Contoh Kunci Bujur Sangkar Matriks 5x5 Playfair Cipher Setelah bujur sangkar kunci diisi, proses enkripsi dilanjutkan dengan proses pengaturan pesan yang akan dienkripsi. Proses pengaturan pesan ini adalah sebagai berikut : 1. Huruf J yang terdapat pada pesan diubah dengan huruf I. 2. Kemudian, tulis pesan dalam pasangan-pasangan huruf atau bigram. 3. Bila ada pasangan huruf yang memiliki huruf yang sama, sisipkan huruf Z di tengahnya. 4. Bila jumlah huruf pada pesan ganjil, tambahkan pada akhir pesan huruf Z. Contoh proses pengaturan pesan enkripsi : Gambar 2.3 Proses Pengaturan Enkripsi Playfair Cipher Setelah proses pengaturan pesan dilakukan, akan dilakukan algoritma enkripsi pada pesan yaitu dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Dua huruf yang terdapat pada baris yang sama di dalam bujur sangkar kunci, akan dienkripsi menjadi huruf yang berada di kanannya. 2. Dua huruf yang terdapat pada kolom yang sama di dalam bujur sangkar kunci, akan dienkripsi menjadi huruf yang berada di bawahnya.

5 10 3. Jika dua huruf tidak berada pada baris maupun kolom yang sama di dalam bujur sangkar kunci, maka huruf pertama akan dienkripsi menjadi huruf yang terletak pada perpotongan antara baris huruf pertama dengan kolom huruf kedua. Sedangkan huruf kedua akan dienkripsi menjadi huruf yang terletak pada titik sudut keempat dari persegi panjang yang dibentuk dari tiga huruf yang telah digunakan. Untuk dekripsi tinggal dilakukan kebalikan dari enkripsi, seperti diuraikan sebagai berikut: 1. Memisahkan pesan menjadi digraph. 2. Satu per satu dicocokkan ke dalam tabel. Gambar 2.4 Proses Pengaturan Enkripsi Playfair Cipher Kebalikan dari enkripsi, huruf pertama digraph dimasukkan ke tabel sebelah kanan dan huruf keduanya diposisikan di sebelah kiri (atau memasukkan huruf pertama di persegi atas dan huruf kedua di persegi bawah bagi two-square versi vertikal). 3. Dicari perpotongan dari huruf tersebut. Jika kedua huruf terletak dalam baris yang sama, digeser ke kiri. Jika berada di baris berbeda, huruf pesan asli sejajar dengan pesan hasil enkripsi. 4. Mencari periode (jika pesan dibagi ke dalam beberapa periode) untuk menemukan plaintext yang memiliki makna.

6 11 Pada penelitian ini metode sandi playfair akan diimplementasikan untuk menyandikan sebuah citra. Hal ini dimungkinkan mengingat sebuah citra dapat direpresentasikan dalam sebuah matriks yang berisi bilangan-bilangan bulat seperti yang digunakan pada matrik kunci pada metode playfair cipher. Proses enkripsi yang dikembangkan untuk data citra dilakukan dengan menggunakan pasangan bilangan yang mewakili intensitas warna dari citra. Citra yang digunakan dalam pengujian penelitian ini dibatasi pada citra dengan format bmp 24 bit dengan tingkat kontras dan kedetilan yang berbeda untuk membandingkan hasil enkripsi citra. Matriks kunci yang digunakan untuk metode playfair cipher adalah matrik berordo 16 x 16. Langkah-langkah enkripsi adalah sebagai berikut : 1. Bentuk matriks bujur sangkar yang akan menjadi kunci dengan jumlah disesuaikan dengan semesta pembicaraan yang digunakan sebagai dasar. Misalkan pada citra yang mempunyai derajad keabuan 256 maka kunci yang akan digunakan untuk menyandikan citra adalah matriks bujur sangkar dengan ukuran 16 x 16 dengan nilai elemennya adalah bilangan bulat acak antara 0 sampai dengan Ciphering menggunakan setiap pasangan intensitas citra dalam plainteks untuk masing-masing kanal warna. Plainteks dibagi dalam blok-blok dimana setiap blok berisi 2 piksel (m1 dan m2) pada masing-masing baris untuk setiap kanal warna. 3. Proses ciphering pada masing-masing kanal warna dilakukan dengan cara : a. jika m1 dan m2 terdapat pada baris yang sama dalam matriks kunci maka c1 diambil dari 1 piksel sebelah kanan m1, c2 diambil dari 1 pixel sebelah kanan m2 pada matriks kunci. b. jika m1 dan m2 terdapat pada kolom yang sama dalam matriks maka c1 dan c2 masing-masing diambil dari 1 piksel dibawah m1 dan m2 pada matriks kunci. c. jika m1 dan m2 berbeda baris dan kolom dalam matriks kunci maka c1 diambil dari pertemuan baris piksel m1 dan kolom m2, dan c2 diambil dari pertemuan baris m2 dan kolom m1 pada matrik kunci. d. Jika m1 = m2 maka cipherteks adalah c1=m1 dan c2=m2.

7 12 Sebagai contoh proses enkripsi citra dengan playfair cipher adalah sebagai berikut: a. Lakukan proses transformasi warna sehingga nilai RGB tiap piksel terpisah menjadi komponen Red, Green dan Blue (untuk citra warna). Tetapi untuk citra grayscale tidak perlu dilakukan proses transformasi warna. b. Kemudian untuk citra warna, masing-masing komponen warna (Red, Green, Blue) dibagi menjadi blok plainteks yang terdiri dari 2 piksel untuk setiap baris pada setiap komponen warna. Sebagai contoh untuk komponen Red diperoleh matriks citra pada baris 1 s.d 256 dan kolom 1 s.d 256 seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2.5 Contoh Potongan Matriks Untuk Komponen Warna Merah Hasil Digitalisasi Citra Maka blok plainteks ke-1 diambil dari komponen citra pada baris 1 kolom 1 dan 2 yaitu: Tabel 2.1 Blok Plainteks ke Blok plainteks ke-2 diambil dari komponen citra pada baris 1 kolom 3 dan 4 yaitu: Tabel 2.2 Blok Plainteks ke Dan seterusnya sampai dengan baris ke 256. c. Pilih matriks kunci berukuran 16 x 16 dengan elemen nilainya antara 0 sampai dengan 255 dengan posisi acak.

8 13 Gambar 2.6 Potongan Matriks Untuk Komponen Warna Merah Hasil Digitalisasi Citra d. Gantikan tiap blok plainteks dengan nilai piksel pada matriks kunci dengan menggunakan aturan yang telah dijelaskan di atas. Misal kunci yang digunakan seperti terlihat pada tabel 2.1 dan blok plainteks yang digunakan adalah blok plainteks ke-1 yaitu 139 dan 175. Pada tabel 2.1 terlihat bahwa posisi nilai 139 dan 175 berbeda baris dan kolom seperti terlihat pada Gambar 2.4, sehingga cipherteks menggunakan aturan ke-3. Dari Gambar 2.4, maka didapat: untuk plainteks 139 digantikan dengan nilai 241, dan plainteks 175 digantikan dengan nilai 118. Langkah tersebut dilakukan pada semua blok plainteks untuk semua komponen warna. Untuk langkah dekripsi dilakukan dengan langkah yang sama dengan proses enkripsi. Sedangkan langkah-langkah untuk proses dekripsi caranya adalah sebagai berikut: 1. Sama dengan proses enkripsi yaitu menggunakan matriks kunci yang sama untuk proses enkripsi. 2. Proses ciphering dilakukan dengan cara: Jika c1 dan c2 terdapat pada baris yang sama dalam matriks kunci maka m1 diambil dari 1 piksel sebelah kiri c1, m2 diambil dari 1 pixel sebelah kiri c2 pada matriks kunci. a. Jika c1 dan c2 terdapat pada kolom yang sama dalam matriks maka m1 dan m2 masing-masing diambil dari 1 piksel diatas m1 dan m2 pada matriks kunci. b. Jika c1 dan c2 berbeda baris dan kolom dalam matriks kunci maka m1 diambil dari pertemuan baris c1 dan kolom c2, dan m2 diambil dari pertemuan baris c2 dan kolom c1 pada matriks kunci. c. Jika c1 = c2 maka plainteks adalah adalah m1=c1 dan m2=c2.

9 Gambar 2.7 Potongan Matriks Citra Cipherteks Misalkan pasangan kunci c1 dan c2 adalah 139 dan 175 dengan posisi berbeda baris dan kolom, maka plainteks diambil dari nilai piksel pertemuan baris c1 dan kolom c2 dan diperoleh plainteks 241 dan 118. Selanjutnya gantikan nilai 118 dengan 175 dan 139 dengan 241 sebagai plainteks. [9] 2.4. Algoritma ElGamal Algoritma ElGamal merupakan salah satu algoritma modern yang ditemukan oleh Taher ElGamal pada tahun Algotma Enkripsi ElGamal merupakan algoritma enkripsi yang menggunakan kunci asimetris untuk kunci publiknya di mana kunci publik ini berbasis pertukaran kunci Diffie-Hellman [6]. Keamanan pada algoritma ElGamal terletak pada perhitungan logaritma diskrit yang sulit. Properti-properti dari algoritma ElGamal ini adalah : 1. p merupakan bilangan prima dan bersifat tidak rahasia. 2. g merupakan bilangan acak di mana g < p. 3. x adalah kunci privat yang merupakan bilangan acak di mana x < p. 4. y adalah kunci publik yang diperoleh dari hasil perhitungan g x mod p dan bersifat tidak rahasia. 5. m adalah pesan yang akan dienkripsi. 6. a dan b merupakan cipherteks yang bersifat tidak rahasia. a. Algoritma pembangkitan kunci ElGamal dilakukan sebagai berikut : 1. Memilih bilangan prima p secara sembarang. 2. Memilih dua bilangan acak yaitu bilangan g dan x yang memenuhi syarat g < p dan 1 x p Menghitung y dengan rumus : y = g x mod p

10 15 Hasil dari pembangkitan kunci ElGamal ini adalah : Kunci publik : triple <y, g, p> Kunci privat : pasangan <x, p> b. Algoritma enkripsi dilakukan sebagai berikut : 1. Menyusun pesan menjadi blok-blok m1, m2, dst di mana nilai setiap blok berada pada selang [0, p-1]. 2. Memilih bilangan acak k yang memenuhi syarat 1 k p Blok-blok yang telah disusun, masing-masing dienkripsi dengan menggunakan rumus : a = g x mod p dan b = y k m mod p Pasangan dari a dan b merupakan cipherteks untuk blok pesan. Dengan demikian, dapat diketahui apabila ukuran cipherteks yang dihasilkan dari proses ini akan menjadi dua kali lipat ukuran pesannya. Sebagai contoh suatu file citra yang memiliki format piksel 24 bit, maka hasil dari pemrosesan menggunakan program Sistem Kriptografi ElGamal akan dibandingkan dengan hasil pemrosesan dengan cara perhitungan. Berikut ini merupakan hasil analisa dari proses enkripsi yang mengambil nilai masukan yaitu suatu file yang memiliki ukuran luas citra 200 x 300 dengan asumsi nilai R, G, B seperti pada Gambar 2.7. Gambar 2.8 Contoh Nilai RGB Citra Digital Nilai tersebut adalah asumsi nilai RGB dari setiap piksel, sehingga diperoleh nilai x dan y misal untuk posisi f (1,1) = ( ); f (2,1) = ( ); f(1,300) = ( ), dengan nilai kunci publik p =317, g =299, y =256,

11 16 serta bilangan acak k =2. Sehingga dari hasil masukan tersebut dapat dihitung nilai-nilai sebagai berikut. a = g k mod p = mod p = 7 Blok pesan yang diilustrasikan pada Gambar 2.4 kemudian dihitung dengan menggunakan rumus b = y k m mod p, dengan mengambil salah satu koordinat sebagai contoh yaitu koordinat f (202,300) memiliki intensitas R =200,G =100, B =255. b (R) = * 200 mod 317 = * 200 mod 317 = mod 317 = 201 b (G) = * 100 mod 317 = * 100 mod 317 = mod 317 = 259 b (B) = * 255 mod 317 = * 255 mod 317 = mod 317 = 74 Jadi nilai RGB pada koordinat f (202,300) setelah mengalami proses enkripsi adalah (201, 259, 74), sedangkan nilai a dan b adalah pasangan ciphertext. Sehingga dari hasil perhitungan tersebut dapat disusun nilai RGB ciphertext seperti Gambar 2.8. Gambar 2.9 Nilai RGB Ciphertext

12 17 c. Algoritma Proses Dekripsi Proses dekripsi menggunakan kunci pribadi x dan p untuk mendekripsi a dan b menjadi plaintext m dengan persamaan: (ax) -1 = a p-1-x mod p (1) m =b*a x mod p (1) Sehingga plaintext dapat ditemukan kembali dari pasangan ciphertext a dan b. (ax) -1 = a p-1-x mod p... (1) m =b*a x mod p... (2) Sehingga plaintext dapat ditemukan kembali dari pasangan ciphertext a dan b. Pada proses dekripsi berikut ini mengambil nilai koordinat f (202,300) pada file citra yang sebelumnya telah dienkripsi pada Gambar 6 dengan nilai R =201, G =259, B =74, kunci private = 152, p= 317 dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) maka proses dekripsi dilakukan seperti berikut. (ax) -1 = a mod 317 = mod 317 = 42 m(r) = b*a x mod p = 201 * 42 mod 317 = 200 m(g) = b/ax mod p = 259 * 42 mod 317 = 100 m(b) = b/ax mod p = 74 * 42 mod 317 = 255 Setelah proses dekripsi dilakukan dapat disusun kembali titik koordinat f (202,300) menjadi ( ). Berikut ini adalah susunan nilai RGB plaintext suatu file setelah dilakukan proses dekripsi [11].

13 18 Gambar 2.10 Nilai RGB Plaintext 2.5. Analisis Perbandingan Algoritma Playfair Cipher dan ElGamal Algoritma Playfair Cipher merupakan algoritma klasik yang masih sangat sering digunakan pada era sekarang. Hal ini dikarenakan keamanan yang terletak pada bujur sangkar kunci dan juga pada cara enkripsi yang menggunakan pasangan-pasangan huruf sehingga menyulitkan analisis dengan menggunakan perhitungan frekuensi kemunculan huruf. Sedangkan algoritma ElGamal merupakan algoritma modern yang cukup sering digunakan pada kriptografi. Hal ini dikarenakan algoritma ini memiliki keamanan yang terletak pada perhitungan logaritma diskrit. Dengan menganalisis keduanya, maka diharapkan akan dapat diketahui keunggulan dan kekurangan masing-masing metode dan dapat dibandingkan mana algoritma yang terbaik yang lebih baik digunakan dalam proses kriptorgrafi citra. Pada penelitian Setyaningsih, penyandian citra diimplementasikan untuk menyandikan sebuah citra yang dapat direpresentasikan dalam sebuah matriks yang berisi bilangan-bilangan bulat seperti yang digunakan pada matrik kunci pada metode playfair cipher. Proses enkripsi yang dikembangkan untuk data citra dilakukan dengan menggunakan pasangan bilangan yang mewakili intensitas warna dari citra [9]. Berdasarkan hasil penelitian Tamam, Taufiq et al., algoritma ElGamal diimplementasikan untuk menyandikan sebuah citra berdimensi 202 x 300 piksel. Pada penelitian ini sebagai langkah awal yang harus dilakukan adalah proses generate key yaitu dengan memasukkan nilai batas random antara nilai 15 sampai 300. Nilai batas random yang telah dimasukkan tersebut kemudian digunakan untuk membangkitkan nilai prima (p), nilai (g), nilai (x). Selanjutnya pada proses enkripsi yaitu pemasukkan password untuk mengambil nilai kunci publik (p, g, y) dari dalam

14 19 basis data yang merupakan hasil dari proses generate key. Langkah selanjutnya yaitu mengambil citra plaintext dengan tipe bitmap. Hasil proses enkripsi dilakukan perbandingan ukuran file citra sebelum maupun sesudah mengalami proses enkripsi dalam satuan byte dengan tipe data Este [11].

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi yang begitu pesat dan memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dan saling bertukar informasi secara jarak jauh, baik antar kota,

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM KEAMANAN INFORMASI

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM KEAMANAN INFORMASI ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM KEAMANAN INFORMASI TEKNIK - TEKNIK PENYANDIAN ENKRIPSI DAN DESKRIPSI DATA (PART - I) TERMINOLOGI Kriptografi (cryptography) adalah merupakan ilmu dan seni untuk menjaga

Lebih terperinci

K i r p i t p o t g o ra r f a i

K i r p i t p o t g o ra r f a i Kriptografi E-Commerce Kriptografi Kriptografi, secara umum adalah ilmu dan seni untuk menjaga kerahasiaan berita[bruce Schneier Applied Cryptography]. Selain pengertian tersebut terdapat pula pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi 2.1.1. Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cryto dan graphia. Crypto berarti rahasia dan graphia berarti

Lebih terperinci

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA ABSTRAK ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA Makalah ini membahas tentang pengamanan pesan rahasia dengan menggunakan salah satu algoritma Kryptografi, yaitu algoritma ElGamal. Tingkat keamanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Bilangan Teori bilangan adalah cabang dari matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti sekalipun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani criptos yang artinya adalah rahasia, sedangkan graphein artinya tulisan. Jadi kriptografi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kryptos yang berarti tersembunyi dan graphein yang berarti menulis. Kriptografi adalah bidang ilmu yang mempelajari teknik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB Imam Ramadhan Hamzah Entik insanudin MT. e-mail : imamrh@student.uinsgd.ac.id Universitas Islam Negri Sunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, crypto dan graphia. Crypto berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan). Menurut terminologinya, kriptografi

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Syaukani, (2003) yang berjudul Implementasi Sistem Kriptografi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi. 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa yunani yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Bilangan 2.1.1 Keterbagian Jika a dan b Z (Z = himpunan bilangan bulat) dimana b 0, maka dapat dikatakan b habis dibagi dengan a atau b mod a = 0 dan dinotasikan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. (Cryptography is the art and science of keeping messages secure) Crypto berarti secret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi (cryprography) berasal dari bahasa Yunani : cryptos artinya secret (rahasia), sedangkan graphein artinya writing (tulisan). Jadi, kriptografi berarti

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengiriminan pesan teks, adakalanya pengirim maupun penerima pesan tidak ingin orang lain mengetahui apa isi pesan tersebut. Dengan perkembangan ilmu komputasi

Lebih terperinci

Algoritma Enkripsi Playfair Cipher

Algoritma Enkripsi Playfair Cipher Algoritma Enkripsi Playfair Cipher, 1137050073 Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Asrama Yonzipur 9 egiandriana@student.uinsgd.ac.id Abstrak Kriptografi adalah ilmu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Kriptografi 2.. Definisi Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi di mana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh

Lebih terperinci

TUGAS KRIPTOGRAFI Membuat Algortima Sendiri Algoritma Ter-Puter Oleh : Aris Pamungkas STMIK AMIKOM Yogyakarta emali:

TUGAS KRIPTOGRAFI Membuat Algortima Sendiri Algoritma Ter-Puter Oleh : Aris Pamungkas STMIK AMIKOM Yogyakarta emali: TUGAS KRIPTOGRAFI Membuat Algortima Sendiri Algoritma Ter-Puter Oleh : Aris Pamungkas STMIK AMIKOM Yogyakarta emali: arismsv@ymail.com Abstrak Makalah ini membahas tentang algoritma kriptografi sederhana

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis III.1.1 Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, keamanan dalam berteknologi merupakan hal yang sangat penting. Salah satu cara mengamankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang File citra sebagai salah satu bentuk data digital saat ini banyak dipakai untuk menyimpan photo, gambar, ataupun hasil karya dalam format digital. Bila file-file tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kriptografi mempunyai peranan penting dalam dunia komputer. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI. Kriptografi mempunyai peranan penting dalam dunia komputer. Hal ini BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi mempunyai peranan penting dalam dunia komputer. Hal ini disebabkan karena banyaknya informasi rahasia yang disimpan dan dikirimkan melalui media-media

Lebih terperinci

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL Deny Adhar Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Medan Jln. Kol. Yos. Sudarso Km. 6,5 No. 3A Medan adhar_7@yahoo.com Abstrak SQLite database

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari cara-cara mengamankan informasi rahasia dari suatu tempat ke tempat lain [4]. Caranya adalah dengan menyandikan informasi

Lebih terperinci

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi JURNAL DUNIA TEKNOLOGI INFORMASI Vol. 1, No. 1, (2012) 20-27 20 Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keamanan dan kerahasiaan data merupakan salah satu aspek penting dari suatu sistem informasi. Dalam hal ini, sangat terkait dengan betapa pentingnya informasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Kunci Nirsimetris ElGammal dan RSA pada Citra Berwarna

Perbandingan Algoritma Kunci Nirsimetris ElGammal dan RSA pada Citra Berwarna Perbandingan Algoritma Kunci Nirsimetris ElGammal dan RSA pada Citra Berwarna Whilda Chaq - 13511601 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL Deny Adhar Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Medan Jln. Kol. Yos. Sudarso Km. 6,5 No. 3A Medan adhar_7@yahoo.com Abstrak SQLite database

Lebih terperinci

: IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI ELGAMAL UNTUK FILE CITRA 2 DIMENSI

: IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI ELGAMAL UNTUK FILE CITRA 2 DIMENSI KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya secret (rahasia), sedangkan gráphein artinya writing (tulisan), jadi kriptografi berarti secret

Lebih terperinci

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K 2. Landasan Teori Kriptografi Kriptografi berasal dari kata Yunani kripto (tersembunyi) dan grafia (tulisan). Secara harfiah, kriptografi dapat diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi atau tulisan yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA Rachmansyah Budi Setiawan NIM : 13507014 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi merupakan metode untuk mengirimkan pesan rahasia sehingga hanya penerima pesan yang dimaksud dapat menghapus, menyamarkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Secara umum data dikategorikan menjadi dua, yaitu data yang bersifat rahasia dan data yang bersifat tidak rahasia. Data yang bersifat tidak rahasia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kemajuan teknologi informasi saat ini, semakin memudahkan para pelaku kejahatan komputer (cyber crime), atau yang sering disebut dengan istilah cracker,

Lebih terperinci

Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam bidang kriptografi(arjana, et al. 2012):

Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam bidang kriptografi(arjana, et al. 2012): BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 akan membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai steganografi, kriptografi, algoritma Least Significant

Lebih terperinci

ALGORITMA LOGICAL CIPHER

ALGORITMA LOGICAL CIPHER ALGORITMA LOGICAL CIPHER Latar Belakang Kerahasiaan dan keamanan saat melakukan pertukaran data adalah hal yang sangat penting dalam komunikasi data, baik untuk tujuan keamanan bersama, maupun untuk privasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam bentuknya yang konvensional di atas kertas. Dokumen-dokumen kini sudah disimpan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, penjelasan, dan teorema yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang diberikan diantaranya adalah definisi

Lebih terperinci

Penerapan Metode End Of File Pada Steganografi Citra Gambar dengan Memanfaatkan Algoritma Affine Cipher sebagai Keamanan Pesan

Penerapan Metode End Of File Pada Steganografi Citra Gambar dengan Memanfaatkan Algoritma Affine Cipher sebagai Keamanan Pesan Penerapan Metode End Of File Pada Steganografi Citra Gambar dengan Memanfaatkan Algoritma Affine Cipher sebagai Keamanan Pesan 1) Achmad Fauzi STMIK KAPUTAMA, Jl. Veteran No. 4A-9A, Binjai, Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Istilah steganografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu steganos yang berarti penyamaran atau penyembunyian dan graphein yang berarti tulisan. Jadi, steganography

Lebih terperinci

BAB Kriptografi

BAB Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yakni kata kriptos dan graphia. Kriptos berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan). Kriptografi merupakan

Lebih terperinci

ENKRIPSI AFFINE CIPHER UNTUK STEGANOGRAFI PADA ANIMASI CITRA GIF

ENKRIPSI AFFINE CIPHER UNTUK STEGANOGRAFI PADA ANIMASI CITRA GIF JIMT Vol. 9 No. 1 Juni 2012 (Hal. 89 100) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X ENKRIPSI AFFINE CIPHER UNTUK STEGANOGRAFI PADA ANIMASI CITRA GIF S. Hardiyanti 1, S. Musdalifah 2, A. Hendra

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA Rachmansyah Budi Setiawan NIM : 13507014 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Defenisi Citra Menurut (T. Sutoyo, dkk; 2009 : 8), Citra adalah suatu representasi (gambaran), atau imitasu dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekam data

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya, yang berjudul Pembelajaran Berbantu komputer Algoritma Word Auto Key Encryption (WAKE). Didalamnya memuat mengenai langkah-langkah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HILL CIPHER UNTUK KRIPTOGRAFI PADA CITRA DIGITAL. Muhammad Rizal 1), Afdal 2)

PENGGUNAAN METODE HILL CIPHER UNTUK KRIPTOGRAFI PADA CITRA DIGITAL. Muhammad Rizal 1), Afdal 2) PENGGUNAAN METODE HILL CIPHER UNTUK KRIPTOGRAFI PADA CITRA DIGITAL Muhammad Rizal 1), Afdal 2) Program Studi Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera Utara Jl. dr. Mansur No. 9 Padang Bulan, Medan

Lebih terperinci

ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER

ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER Arifin Luthfi P - 13508050 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL

PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IV, Nomor:, Agustus 23 ISSN : 23-9425 PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL Harry Suhartanto Manalu (9259) Mahasiswa

Lebih terperinci

Beberapa Algoritma Kriptografi Klasik. Haida Dafitri, ST, M.Kom

Beberapa Algoritma Kriptografi Klasik. Haida Dafitri, ST, M.Kom Beberapa Algoritma Kriptografi Klasik Haida Dafitri, ST, M.Kom Playfair Cipher Termasuk ke dalam polygram cipher. Ditemukan oleh Sir Charles Wheatstone namun dipromosikan oleh Baron Lyon Playfair pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 17 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang dibahas dalam skripsi ini, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian

Lebih terperinci

Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman. Metrilitna Br Sembiring 1

Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman. Metrilitna Br Sembiring 1 Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman Metrilitna Br Sembiring 1 Abstrak Elliptic Curve Cryptography (ECC) pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman.

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN Mohamad Ray Rizaldy - 13505073 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung, Jawa Barat e-mail: if15073@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom.,M.Kom

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom.,M.Kom DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi Gentisya Tri Mardiani, S.Kom.,M.Kom KRIPTOGRAFI Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, crypto dan graphia. Crypto berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan)[10]. Beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Kriptografi Menggunakan Algoritma CryptMT Pada Data Citra Artikel Ilmiah

Perancangan dan Implementasi Kriptografi Menggunakan Algoritma CryptMT Pada Data Citra Artikel Ilmiah Perancangan dan Implementasi Kriptografi Menggunakan Algoritma CryptMT Pada Data Citra Artikel Ilmiah Peneliti: Erik Wijaya(672011140) Magdalena A. Ineke Pakereng, M.Kom. Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi semakin memudahkan penggunanya dalam berkomunikasi melalui bermacam-macam media. Komunikasi yang melibatkan pengiriman dan penerimaan

Lebih terperinci

KEAMANAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RIVEST CODE 4 (RC4) DAN STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL

KEAMANAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RIVEST CODE 4 (RC4) DAN STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL INFORMATIKA Mulawarman Februari 2014 Vol. 9 No. 1 ISSN 1858-4853 KEAMANAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RIVEST CODE 4 (RC4) DAN STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL Hendrawati 1), Hamdani 2), Awang Harsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kerahasiaan pesan atau data yang dimiliki oleh seseorang merupakan hal penting dalam pengiriman pesan agar pesan tersebut hanya dapat diberikan oleh orang tertentu saja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Ditinjau dari segi terminologinya, kata kriptografi berasal dari bahasa Yunani yaitu crypto yang berarti secret (rahasia) dan graphia yang berarti writing (tulisan).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi digunakan sebagai alat untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan informasi. Karena itu kriptografi menjadi ilmu yang berkembang pesat, terbukti dengan banyaknya

Lebih terperinci

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi Gentisya Tri Mardiani, S.Kom KRIPTOGRAFI Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. Para pelaku atau

Lebih terperinci

Reference. William Stallings Cryptography and Network Security : Principles and Practie 6 th Edition (2014)

Reference. William Stallings Cryptography and Network Security : Principles and Practie 6 th Edition (2014) KRIPTOGRAFI Reference William Stallings Cryptography and Network Security : Principles and Practie 6 th Edition (2014) Bruce Schneier Applied Cryptography 2 nd Edition (2006) Mengapa Belajar Kriptografi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi dimana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh seseorang yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Key Words Tanda Tangan Digital, , Steganografi, SHA1, RSA

I. PENDAHULUAN. Key Words Tanda Tangan Digital,  , Steganografi, SHA1, RSA Analisis dan Implementasi Tanda Tangan Digital dengan Memanfaatkan Steganografi pada E-Mail Filman Ferdian - 13507091 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Folder Sebuah directory (folder) adalah seperti ruangan-ruangan (kamar-kamar) pada sebuah komputer yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dari berkas-berkas (file).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi Veren Iliana Kurniadi 13515078 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN METODE LSB

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN METODE LSB IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN METODE LSB Rian Arifin 1) dan Lucky Tri Oktoviana 2) e-mail: Arifin1199@gmail.com Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Salah satu cara

Lebih terperinci

Cryptography. Lisa Anisah. Abstrak. Pendahuluan. ::

Cryptography. Lisa Anisah. Abstrak. Pendahuluan. :: Cryptography Lisa Anisah Lanisah16@gmail.com :: Abstrak Cryptography adalah suatu ilmu seni pengaman pesan yang dilakukan oleh cryptographer. Cryptanalysis adalah suatu ilmu membuka ciphertext dan orang

Lebih terperinci

Modifikasi Playfair Chiper Dengan Kombinasi Bifid, Caesar, dan Transpositional Chiper

Modifikasi Playfair Chiper Dengan Kombinasi Bifid, Caesar, dan Transpositional Chiper Modifikasi Playfair Chiper Dengan Kombinasi Bifid, Caesar, dan Transpositional Chiper Indra Mukmin Jurusan Teknik Informatika ITB, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, email: if16082@students.if.itb.ac.id Abstraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring berkembangnya zaman, diikuti juga dengan perkembangan teknologi sampai saat ini, sebagian besar masyarakat melakukan pertukaran atau saling membagi informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi. 2.1.1. Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dewasa ini telah berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk bidang komunikasi. Pada saat yang sama keuntungan

Lebih terperinci

Kriptografi untuk Huruf Hiragana

Kriptografi untuk Huruf Hiragana Kriptografi untuk Huruf Hiragana Nabilah Shabrina Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia if8087@if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Algoritma Monoalphabetic Cipher Dengan Algoritma One Time Pad Sebagai Pengamanan Pesan Teks

Analisa Perbandingan Algoritma Monoalphabetic Cipher Dengan Algoritma One Time Pad Sebagai Pengamanan Pesan Teks Analisa Perbandingan Algoritma Monoalphabetic Cipher Dengan Algoritma One Time Pad Sebagai Pengamanan Pesan Teks Romindo Politeknik Ganesha Medan Jl. Veteran No. 194 Pasar VI Manunggal romindo4@gmail.com

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI- DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA

KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI- DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI- DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA Daryono Budi Utomo, Dian Winda Setyawati dan Gestihayu Romadhoni F. R Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaringan komputer di masa kini memungkinan kita untuk melakukan pengiriman pesan melalui jaringan komputer. Untuk menjaga kerahasiaan dan keutuhan pesan

Lebih terperinci

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman)

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman) Media Informatika Vol. 9 No. 2 (2010) PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman) Dahlia Br Ginting Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan data, keabsahan data, integritas

Lebih terperinci

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Andreas Dwi Nugroho (13511051) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

Super-Playfair, Sebuah Algoritma Varian Playfair Cipher dan Super Enkripsi

Super-Playfair, Sebuah Algoritma Varian Playfair Cipher dan Super Enkripsi Super-Playfair, Sebuah Algoritma Varian Playfair Cipher dan Super Enkripsi Gahayu Handari Ekaputri 1) 1) Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Kemajuan cara berpikir manusia membuat masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah satu alat bantu penting dalam peradaban

Lebih terperinci

Penerapan ECC untuk Enkripsi Pesan Berjangka Waktu

Penerapan ECC untuk Enkripsi Pesan Berjangka Waktu Penerapan ECC untuk Enkripsi Pesan Berjangka Waktu Dinah Kamilah Ulfa-13511087 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

MAKALAH KRIPTOGRAFI KLASIK

MAKALAH KRIPTOGRAFI KLASIK MAKALAH KRIPTOGRAFI KLASIK Disusun Oleh : Beny Prasetyo ( 092410101045 ) PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS JEMBER 2011 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Kriptografi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi atau Cryptography berasal dari kata kryptos yang artinya tersembunyi dan grafia yang artinya sesuatu yang tertulis (bahasa Yunani) sehingga kriptografi

Lebih terperinci

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Evan 13506089 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16089@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Secara umum steganografi merupakan seni atau ilmu yang digunakan untuk menyembunyikan pesan rahasia dengan segala cara sehingga selain orang yang dituju, orang lain

Lebih terperinci

RANCANGAN KRIPTOGRAFI HYBRID KOMBINASI METODE VIGENERE CIPHER DAN ELGAMAL PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA

RANCANGAN KRIPTOGRAFI HYBRID KOMBINASI METODE VIGENERE CIPHER DAN ELGAMAL PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA RANCANGAN KRIPTOGRAFI HYBRID KOMBINASI METODE VIGENERE CIPHER DAN ELGAMAL PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA Bella Ariska 1), Suroso 2), Jon Endri 3) 1),2),3 ) Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI RIVEST SHAMIR ADLEMAN (RSA) DAN VIGENERE CIPHER PADA GAMBAR BITMAP 8 BIT

IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI RIVEST SHAMIR ADLEMAN (RSA) DAN VIGENERE CIPHER PADA GAMBAR BITMAP 8 BIT IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI RIVEST SHAMIR ADLEMAN (RSA) DAN VIGENERE CIPHER PADA GAMBAR BITMAP 8 BIT Andro Alif Rakhman Teknik Informatika S1, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci