TINGKAT KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK SETELAH MENDAPATKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 1 DUA KOTO KABUPATEN PASAMAN (StudiDeskriptifAnalitisPadaSemuaPesertaDidikyang TelahMendapatkanLayananKonselingPerorangan di SMA Negeri I Dua Koto KabupatenPasaman) Oleh: Fauzan FitriaKasih Rahma Wira Nita Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research describe levels of students independencegot individual counseling insenior High School 1 Duo Koto KabupatenPasaman. Research purpose is: 1).Todescribe levels of self-conscious to students independent gotindividual counseling2). To describelevels of students independencecarefully gotindividual counseling3). To describe levels of independence, students individualitygotindividual counseling 4). To describelevels of independent toward student s independence gotindividual counseling.this descriptive research that took all students for population who followed individual counseling. This use purposive random sampling and percentage formula to data analysis. Research results can be described like: 1). Levels of Students independence got individual counseling in high category can be seen from level of self-conscious from percentage 68.3%.2). Levels of Students independence gotindividual counseling in high category can be seen from levels closely from percentage67,14% 3). Levels of Students independence gotindividual counseling in high categorycan be seen from level of individuality from percentage 63,79%. 4). Levels of Students independence gotindividual counseling in high categorycan be seen from level of self from percentage 68,46%. Fromresearch result, researcher suggest for supervising teacher tostreamline individual counseling to achieve level of independenceintact. Keywords; the level of independence, individual counseling, student PENDAHULUAN Manusiasebagaimakhluksosialdalam kehidupansehari-hari harus mengambi lkeputusan, keputusan yang baik dan benar tidak lepas dari sikap mandiri seseorang. Nilai kemandirian juga dapat dilihat dari sejauh mana orang mempunyai inisiatif untuk suatu pengembangan, baik bagi dirinya maupun orang lain. Situasi kehidupan
dewasa ini sudah semakin kompleks, subjek didik akan selalu dihadapkan pada situasi dan dinamika kehidupan yang terus berubah dan berkembang. Usaha pendidikan yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk memperbaiki dan mengembangkan kemandirian menjadi sangat penting agar peserta didik memiliki nilai kemandirian. Menurut Sunaryo Kartadinata (Mohammad Ali, 2011: 108) gejala yang dapat menjauhkan peserta didik dari kemandirian dipaparkan sebagai berikut: 1. Ketergantungan disiplin pada control luar dan bukan karena niat sendiri yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah kepada perilaku formalistic dan ritualistic serta tidak konsisten, situasi seperti ini akan menghambat pembentukan etos kerja dan etos kehidupan sebagai salah satu cirri serta kualitas sumber daya kemandirian manusia 2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup, ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian masih rendah. 3. Sikaphidup yang konformistik tanpa adanya pemahaman kompromistik dengan mengorbankan prinsip. Gejala mitos bahwa segala sesuatu bias diatur merupakan indikasi adanya ketidakjujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah. Berdasarkan observasi pada hari Senin 8 Oktober2012 di SMA Negeri 1 Dua Koto Kabupaten Pasamaan, ada banya khal yang perlu menjadi catatan penting, antara lain masih ditemukan peseta didik yang kurang menghargai guru sebagai pendidik, aktivitas bolos dan absen yang sering dilakukan dan melanggar peraturan sekolah baik dari segi berpakaian ataupun kedisiplinan. Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan guru pembimbing bahwa layanan yang sering dilakukan adalah layanan konseling perorangan, sekitar 70% dari jumlah peserta didik yang bermasalah sudah perorangan. Namun, tujuan dari layanan konseling perorangan belum dapat tercapai sesuai dengan harapan. Indikasi yang terlihat seperti adanya peserta didik yang tidak mampu menentukan sikap perorangan, tidak mampu melakukan penilaian diri dan tidak bias mengambil keputusan atau menentukan pilihan perorangan. Hal ini menunjukkan tidak berkembangnya kemandirian peserta didik setelah mendapatkan layanan konseling perorangan.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1)Tingkat tingkat sadar diri setelah mendapatkan Negeri 1 Dua Koto Kabupaten Pasaman 2) pada aspek tingkat saksama setelah medapatkan layanan konseling KabupatenPasaman 3)Tingkat tingkat individualistis setelah Kabupaten Pasaman 4)Tingkat tingkat mandiri setelah mendapatkan Negeri 1 Dua Koto Kabupaten Pasaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Tingkat tingkat sadar diri setelah mendapatkan Negeri 1 DuaKoto Kabupaten Pasaman 2) pada aspek tingkat saksama setelah KabupatenPasaman 3) Tingkat kemandirianpesertadidikpadaaspektingkat individualistissetelahmendapatkanlayana nkonselingperorangan di SMA Negeri 1 Dua Koto KabupatenPasaman 4)Tingkat kemandirianpesertadidikpadaaspektingkat mandirisetelahmendapatkanlayanankonse lingperorangan di SMA Negeri 1 Dua Koto KabupatenPasaman. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik yang telah mengikuti layanan konseling perorangan di SMA N 1 Dua Koto, sebanyak 188 orang. Sampel yang diambil sebanyak 25% yaitu sebanyak 47 orang sesuai dengan pendapat Suaharsimi Arikunto (2002: 107). Adapun cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling. Teknik analis data yang digunakan adalah persentase untuk mengungkapkan aspek yang diteliti. Data yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan deskriptif analisis. Langkah-langkah yang dilakukan analisis data dan klasifikasi data menggunakan rumus persentase. Setelah data dianalisis dengan rumus persentase, maka dilakukan penafsiran terhadap perolehan hasil penelitian.untuk menafsirkan tingkat kemandirian peserta didik setelah perorangan, ditafsirkan dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Surhasimi Arikunto (2008:244) sebagai berikut:
76-100% : SangatTinggi 56-75% : Tinggi 40-55% : CukupTinggi 0-39% : Rendah HASIL PENELITIAN Hasil penelitian secara umum tentang tingkat kemandirian peserta didik perorangan dikategorikan tinggi dengan persentase 66,80%. sadar diri dapat dikategorikan tinggi dengan persentase 68,30%. saksama dapat dikategorikan tinggi dengan persentase 67,05%. individualitas dapat dikategorikan tinggi dengan persentase 63,79%. mandiri dapat dikategorikan tinggi dengan persentase 68,06%. 1. Tingkat SadarDiri Masrun (Zakiyah, 2005: 163) mengemukakan bahwa kemampuan menyadari diri dan mengambil inisiatif, merupakan tahapan perkembangan kemandirian awal, yaitu mempunyai kesadaran untuk melakukan perubahan dan menyesuaikan diri terhadap situasi dan peranan. 2. Tingkat Saksama Menurut Desmita, (2010:185) kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan bertindak atas dasar nilai yang benar serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan raguragu. 3. Tingkat Individualitas Bahara (Parker, 2008: 108) mengemukakan bahwa kemandirian adalah suatu kondisi dimana individu yang berani mengambil keputusan yang dilandasi oleh pemah aman melalui segala konsekuensi dari tindakannya, sehingga kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu, yang diperolehkan melalui proses individualisasi yaitu proses realisasi kemandirian dan proses menuju kesempurnaan.
4. Tingkat Mandiri LaFreniere (Parker, 2000: 26) menyatakan bahwa kemandirian juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat keputusan dengan bebas dan tanpa tergantung berlebihan pada orang lain. KESIMPULAN Sesuai dengan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan mengenai tingkat kemandirian peserta didik setelah Kabupaten Pasaman, yaitu: 1) Pada tingkat sadar diri dapat dikategorikan tinggi. 2)Pada tingkat saksama dapat dikategorikan tinggi. 3) Pada tingkat individualitas dapat dikategorikan tinggi. 4)Pada tingkat mandiri dapat dikategorikan tinggi SARAN Bagi guru pembimbing, lebih mengefektifkan pelaksanaan layanan konseling perorangan agar tercapai pengembangan tingkat kemandirian peserta didik yang utuh, khususnya pada aspek individualitas agar dapat membentuk pribadi yang lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, serta mampu membedakan antara kemandirian dengan ketergantungan. Saran bagipeneliti selanjutnya, agar melakukan penelitan dengan instrumen yang berbeda karena peserta didik merasa bosan mengisi angket yang banyak item pernyataannya. KEPUSTAKAAN Ali, Mohammad &Asrori, Mohammad. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, Surhasimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosda karya. Parker, Deborah K 2006 Menumbukan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta Prestasi Pustakarya Yusuf, AMuri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang : FIP UNP Zakiyah 2005. Memberi Dorongan Positif Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.