HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PANTUN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIBERUT SELATAN ARTIKEL ILMIAH R. DEVIANTI M SIRIRUI NIM. 09080354 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PANTUN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1SIBERUT SELATAN Oleh R. Devianti M Sirirui 1, Aruna Laila 2, Silvia Marni 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi pertama siswa kesulitan menuangkan ide, pikiran, dan gagasan ke dalam tulisan khususnya pantun, Kedua, kurangnya pemahaman siswa terhadap karya sastra seperti pantun. Ketiga, kurangnya fasilitas sekolah dalam menyediakan bacaan yang bernilai sastra seperti pantun. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan kemampuan memahami pantun dengan kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan korelasional. Populasi penelitian ini siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan jumlah siswa dikurangi 30 orang untuk diberikan tes uji coba. Teknik pengambilan sampel yang digunakan sample random sampling atau secara acak. Sampel penelitian berjumlah 30 orang (15% dari populasi perkelas). Dari hasil penelitian diketahui kemampuan memahami pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan berada pada kualifikasi cukup 59,3 pada rentangan 56-65%. Kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan berada pada kualifikasi lebih dari cukup berada pada rentangan 66-75%. Jadi dapat disimpulkan hasil uji hipotesis membuktikan tidak adanya hubungan antara memahami pantun dengan menulis pantun, karena nilat t hitung sebesar 0,459 lebih kecil dibandingkan r tabel pada (0,459<2,04). Kata Kunci: Hubungan kemampuan, memahami pantun, menulis pantun
THE RELATIONSHIP TOWARD STUDEN S ABILLITY OF RHYM UNDERSTANDING BETWEEN RHYME WRITING STUDEN S ABLILITY AT SEVENTH GRADE STUDEN S OF SMP NEGERI 1 SOUNTH SIBERUT By R. Devianti M Sirirui 1, Aruna Laila 2, Silvia Marni 3 3) The Studen s STKIP PGRI West Sumatera 4) 3) Lecturer Program Study Of Education In Indonesia Departement STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACT The background of this research is the first students diffcuit to express ideas, thoughts, and arguments to writing of rhymes in particular. Second, the student s lack of understanding literary like of rhyme. Third, the lack of school facilities in providing valuable reading literature like of rhyme. The purpose of the research to describe about the relationship to achievement student s rhyme between toward student s thyme writing abillty at seventh grade student s of SMP Negeri 1 Sount Siberut. The kind of this type of research is quantitative research to used method descriptive correlational approach. This research population at class seventh grade student s of SMP Negeri 1 South Siberut thirty person to reduced the number of students have given test. The technique sampling used sample random sampling or random. Study sample has thirty person (15% from the smaller class population). Result of this research can revealed of ability to rhyme understanding at seventh grade students of SMP Negeri 1 South Siberut is at 59.3 sufficient qualification on the range 56-65%. The ability to rhyme writing of seventh grade students of SMP Negeri 1 South Siberut is the qualification more than enough to range of 66-75%. The conclution of the result So hypothesis test can not to prove the absence of relationship of rhyme unders tes t 0,459 is smaller than table between the quatrain by writing a table r (0.459 <2.04). Key words: Relationship capability, understanding of rhyme, and rhyme writing
PENDAHULUAN Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang untuk memperoleh informasi. Dengan membaca siswa dapat memperluas wawasan yang selanjutnya dapat mempengaruhi kemampuan menulis siswa. Kegiatan membaca diharapkan menjadi suatu kegemaran dan kebiasaan sehingga menjadi suatu kebutuhan yang perlu dipenuhi. Agar seimbang kemampuan membaca mesti dipadukan dengan kemampuan menulis. Keterampilan menulis mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya (menyimak, berbicara, dan membaca) terutama kemampuan membaca. Dari kemampuan atau keterampilan membaca seseorang akan mampu memahami suatu bacaan, maka secara tidak langsung orang tersebut mempunyai keterampilan membaca meskipun belum bisa ditentukan tingkat keterampilan tersebut. Dengan kata lain, jika siswa sudah mampu memahami suatu bacaan, maka siswa yang akan berusaha meluangkan waktu untuk membaca dan lebih menggali lagi makna yang terkandung di dalam bacaan seperti dalam membaca puisi Khususnya membaca pantun. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia di SMPN 1 Siberut Selatan, pada hari Selasa, 22 Oktober 2013, diperoleh informasi bahwa pembelajaran menulis pantun sudah diajarkan, tetapi dalam pelaksanaannya kemampuan menulis pantun siswa belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa masih banyak siswa yang tidak berminat dalam menulis khususnya pantun walaupun sudah ada usaha yang dilakukan pihak sekolah seperti menyediakan mading (majalah dinding) untuk meningkatkan kemampuan siswa. Mading (majalah dinding) yang dikelola oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), sebagai tempat untuk menyalurkan tulisan. Hambatan yang sering dialami dalam kemampuan menulis adalah menuangkan ide. Meskipun sebenarnya ide itu didapat dari mana saja, misalnya dari pengalaman sendiri, cerita dari orang lain, peristiwa alam, atau pun dari khayalan, namun kenyataannya menulis tetap dianggap tidak mudah. Rendahnya pemahaman pantun siswa juga ikut mempengaruhi kemampuan menulis pantun siswa. Bacaan yang berisi sastra terutama pantun, tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk siswa. Hal ini dapat dilihat dari kunjungan siswa ke perpustakaan yang hampir tiap hari selalu sepi atau sedikit. Menurut penuturan beberapa siswa mengaku malas ke perpustakaan karena beberapa alasan diantaranya menurut mereka membaca buku adalah hal yang membosankan serta waktu istirahat yang singkat bukanlah waktu yang cukup untuk membaca. Rumusan masalah penelitian ini memiliki tiga tujuan berikut. Pertama, mendeskripsikan kemampuan memahami pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Kedua, mendeskripsikan kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Ketiga, mendeskripsikan hubungan kemampuan memahami pantun dengan kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Menurut Santoso (2013:9), pantun berasal dari patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti petuntun. Umumnya, pantun terdiri dari empat larik (empat baris), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola-pola a-b-a-b dan a-a-a-a. Pantun memiliki ciri-ciri yang berbeda dari bentuk yang lain. Sari, (2012:239), ciri-ciri pantun sebagai berikut: (1) satu bait terdiri dari empat baris, (2) setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, (3) rima akhir berpola a-b-a-b, (4) baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi. Menurut Santoso (2013:9), menyebutkan bahwa ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut, Pertama, setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata. Kedua, bersajak akhiran dengan pola a-b-a-b. Ketiga, satu bait terdiri dari empat empat baris. Menurut Jamila (2013), langkah-langkah menulis pantun adalah (1) tentukan jenis-jenis pantun, (2) kemudian buatlah isi pantun terlebih dahulu pada baris ketiga dan keempat, (3) lalu buatlah sampiran di atas isi pantun yang memiliki huruf akhir yang sama dengan huruf akhir pada akhir kata yang berisi isi ( dengan catatan huruf akhir-akhir baris pertama sama dengan huruf akhir baris ketiga dan huruf akhir baris kedua sama dengan huruf akhir baris keempat).
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan korelasi, karena data penelitian ini berupa angka-angka (Arikunto, 2006:12).penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2014 di SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan yang terdaftar pada tahun 2013/2014 sebanyak 218 orang yang terdiri dari 7 kelas. Karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, perlu dilakukan penyampelan. Teknik yang digunakan adalah propotional random sampling yaitu, sampel yang terdiri dari sub-sub sampel diambil secara acak berdasarkan proporsi jumlah siswa per kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:134), apabila subyek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil seluruhnya, apabila subjeknya lebih dari 100 maka diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Sampel yang diambil berjumlah 30 orang siswa. Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel bebas yang dilambangkan dengan huruf X dan variabel terikat yang dilambangkan dengan dengan huruf Y. Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah kemampuan memahami pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Dari variabel tersebut diperoleh data yang mencakup dua hal yaitu (1) memahami pantun yang diambil berdasarkan tes objektif, (2) kemampuan menulis pantun berdasarkan hasil unjuk kerja. Instrumen dalam penelitian ini ada dua yaitu (1) tes objektif (kemampuan memahami pantun), dan (2) tes unjuk kerja (kemampuan menulis pantun ). Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut pertama, menjelaskan kepada siswa tentang materi yang akan diteliti, yaitu pantun dan contoh pantun. Kedua, memberikan tes memahami pantun berupa tes objektif (pilihan ganda). Ketiga, memberikan tes unjuk kerja menyuruh siswa menulis pantun yang teleh ditentukan yaitu pantun remaja jenis pantun perpisahan. HASlIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat kemampuan memahami pantun siswa pada indikator struktur kemampuan siswa berada pada kategori cukup (C) dengan tingkat capaian responden sebesar 58,6% berada pada rentangan 56-65% pada skala 10. Pada indikator persajakan kemampuan siswa berada pada kategori lebih dari cukup (LdC), pada indikator nilai-nilai pantun kemampuan siswa berada pada kategori hampir cukup (HC) dengan tingkat capaian responden sebesar 54,1% berada pada rentangan 46-55% pada skala 10. Dan secara keseluruhan kemampuan siswa dalam memahami pantun berada pada kategori cukup (C) dengan tingkat capaian responden sebesar 59,3, berada pada rentangan 56-65% pada skala 10. Kemampuan memahami pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan pada indikator kemampuan memahami struktur pantun tergolong hampir cukup (HC) dengan rata-rata 54 berada pada rentangan 46-55% pada skala 10, Tingkat kemampuan memahami pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan pada indikator struktur persajakan tergolong lebih dari cukup (LDC) dengan rata-rata 69,63 pada rentangan 66-75% pada skala 10, kemampuan memahami pantun siswa pada indikator nilai-nilai pantun tergolong hampir cukup (HC) dengan nilai rata-rata 54 berada pada rentangan 46-55% pada skala 10. 1. Kemampuan Memahami Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan Kemampuan memahami pantun pada indikator kemampuan memahami struktur pantun, 1 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi baik sekali (3,33%), 5 siswa pada kualifikasi baik (16,7%), 8 orang siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (26,7%), 5 orang siswa pada kualifikasi cukup (16,7%), 5 orang siswa pada kualifikasi hampir cukup (16,7%), 6 orang siswa pada kualifikasi kurang (20%). Kemampuan memahami pantun pada indikator kemampuan memahami persajakan pantun, 2 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi sempurna (6,67%), 6 orang siswa pada kualifikasi baik sekali (20%), 7 siswa pada kualifikasi baik (23,3%), 8 orang siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (26,7%), 3 orang siswa pada kualifikasi
cukup (10%), 2 orang siswa pada kualifikasi kurang (6,67%), 2 orang siswa pada kualifikasi kurang sekali (6,67%). 1 orang siswa pada kualifikasi buruk (3,33). Berdasarkan hasil analisis nilai kemampuan memahami pantun siswa untuk indikator kemampuan memahami nilai-nilai pantun, 2 orang siswa mendapat nilai tertinggi bearda pada kualifikasi baik (6,67%), 6 orang siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (20%), 7 siswa pada kualifikasi cukup (23,3%), 4 orang siswa pada kualifikasi hampir cukup (13,3), 8 orang siswa pada kualifikasi kurang (26,7%), 3 orang siswa pada kualifikasi kurang sekali (10%). Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami pantun berada pada kategori cukup. Secara umum, skor yang cenderung ditempati siswa berada pada frekuensi 61.3 dengan tingkat capaian 61.3%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa secara umum kemampuan siswa dalam memahami pantun berada pada kategori cukup. Hal ini dapat terjadi kemungkinan kurang pahamnya siswa dalam memahami struktur pantun, persajakan dalam pantun, ciri-ciri pantun, dan lain sebagainya. Dilihat dari kemampuan siswa dalam memahami pantun pada indikator memahami struktur pantun 1 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi baik sekali (3,33%), 5 siswa pada kualifikasi baik (16,7%), 8 orang siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (26,7%), 5 orang siswa pada kualifikasi cukup (16,7%), 5 orang siswa pada kualifikasi hampir cukup (16,7%), 6 orang siswa pada kualifikasi kurang (20%). Nilai rata-rata pada indikator kemampuan memahami struktur pantun adalah 54 % dan berada pada kualifikasi hampir cukup. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa masih belum paham dan kurang mengerti dalam memahami pantun. Sedangkan pada indikator persajakan nilai rata-rata pada indikator kemampuan memahami struktur pantun adalah 69,63 % dan berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Dari hasil analisis data tersebut dapat di pahami bahwa siswa masih belum paham tentang persajakan dalam pantun. Pada indikator memahami pantun nilai rata-rata pada indikator kemampuan memahami nilai-nilai pantun adalah 54.03 % dan berada pada kualifikasi hampir cukup. Dari hasil analisis tersebut dapat di pahami bahwa siswa belum mengerti dan belum paham tentang nilai-nilai yang terdapat dalam pantun.. 2. Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis pantun pada indikator menulis jumlah suku kata pantun 8 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi sempurna (26,7%), 20 siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (66,7%), dan 3 orang siswa pada kualifikasi kurang sekali (6,67%). Nilai rata-rata pada indikator kemampuan menulis jumlah suku kata pantun adalah 73,33 % dan berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Kemampuan siswa dalam menulis pantun pada indikator menulis persajakan/rima dalam pantun 19 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi sempurna (63,3%), 7 siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (23,3%), dan 4 orang siswa pada kualifikasi kurang sekali (13,3%). Nilai rata-rata pada indikator kemampuan menulis persajakan/rima pantun adalah 83,33 % dan berada pada kualifikasi baik. Kemampuan siswa dalam menulis pantun pada indikator menulis sampiran dan isi dalam pantun 11 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi sempurna (36,7%), 11 siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (36,7%), dan 8 orang siswa pada kualifikasi kurang sekali (26,7%). Nilai rata-rata pada indikator kemampuan menulis sampiran dan isi pantun adalah 70 % dan berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis pantun berada pada kategori lebih dari cukup. Secara umum, skor yang cenderung ditempati siswa berada pada frekuensi 204 dengan tingkat capaian 75%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa secara umum kemampuan siswa dalam menulis pantun berada pada kategori lebih dari cukup. Hal ini kemungkinan kurang pahamnya siswa tentang cara penulisan pantun. Pada indikator menulis jumlah suku kata pantun 8 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi sempurna (26,7%), 20 siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (66,7%), dan 3 orang siswa pada kualifikasi kurang sekali (6,67%). Nilai rata-rata pada indikator kemampuan menulis jumlah suku kata pantun adalah 73,33 % dan berada pada kualifikasi lebih dari cukup.
Pada indikator menulis persajakan/rima dalam pantun 19 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi sempurna (63,3%), 7 siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (23,3%), dan 4 orang siswa pada kualifikasi kurang sekali (13,3%). Nilai rata-rata pada indikator kemampuan menulis persajakan/rima pantun adalah 83,33 % dan berada pada kualifikasi baik. Kemampuan siswa dalam menulis pantun pada indikator menulis sampiran dan isi dalam pantun 11 orang siswa mendapat nilai tertinggi berada pada kualifikasi sempurna (36,7%), 11 siswa pada kualifikasi lebih dari cukup (36,7%), dan 8 orang siswa pada kualifikasi kurang sekali (26,7%). Nilai rata-rata pada indikator kemampuan menulis sampiran dan isi pantun adalah 70 % dan berada pada kualifikasi lebih dari cukup. 3. Hubungan Kemampuan Memahami Pantun Siswa dengan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa hubungan kemampuan mamahami pantun dengan kamampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan sebesar, < yaitu < t tabel (0,459 < 2,04), Hal ini berarti t tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan memahami pantun dengan kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Tabel hasil analisis hubungan kemampuan memahami pantun dengan menulis pantun R n-2 t hitung t table P 95% 0,081 28 0,459 2,04 KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum kemampuan siswa dalam memahami pantun tergolong pada kategori cukup. Berdasarkan hasil analisis data dapat dilihat bahwa secara keseluruhan tingkat capaian responden sebesar 59.3%. Secara umum kemampuan siswa dalam menulis pantun tergolong pada kategori lebih dari cukup. Berdasarkan hasil analisis data dapat dilihat bahwa secara keseluruhan tingkat capaian responden sebesar 75 %. Hubungan kemampuan memahami pantun dengan kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP N 1 Siberut Selatan tidak terdapat hubungan yang signifikan diperoleh dengan derajat kebebasan (n-2) dan taraf signifikan 95% yaitu sebesar 2,04 antara memahami pantun dengan kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan. Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti menyarankan hal sebagai berikut. Pertama, kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 1 Siberut Selatan sebaiknya lebih banyak memberikan latihan membaca dan menulis kepada siswa. Kedua, pihak sekolah diharapkan memberikan sarana dan prasarana yang dapat mengembangkan bakat dan minat siswa dalam membaca atau memahami khususnya memahami pantun. Ketiga, siswa sebaiknya menambah pengetahuan tentang memahami dan menulis serta memperbanyak latihan membaca dan menulis, khususnya membaca dan menulis pantun.
KEPUSTAKAAN Abdurrahman dan Ellya Ratna. 2009. Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. (Buku Ajar). Padang: FBSS UNP. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta. Jamila,Maryam. 2013. Menulis Pantun. (online) http://www geogle.com/menulis Pantun Maryam Jamila Personal Wibsite.htm.diakses pada tanggal 22 Januari 2014. Sontoso, Joko. 2013. Pantun Puisi Lama Melayu dan Peribahasa Indenesia. Yogyakarta: Araska..