BAB I. Pendahuluan. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 1

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BUKU KEBIJAKAN MUTU

BAB I. Pendahuluan. Manual Sistem Penjaminan Mutu Internal 1

K E B I J A K A N M U T U A K ADEMIK FAKULTAS AGAMA ISLAM

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA

I. PENDAHULUAN 1.1. Tujuan

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BATOH BANDA ACEH

UNIVERSITAS PERJUANGAN BUKU I KEBIJAKAN SPMI

PPMI ( Pusat Penjaminan Mutu )

DOKUMEN KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI)

STMIK MUSIRAWAS Jl. Jendral Besar H.M Soeharto RT.08 Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau DOKUMEN STANDAR

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP KEBIJAKAN MUTU KEBIJAKAN SPMI

STANDAR MUTU. Program Studi S1 Teknik Elektro. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Universitas Kristen Indoneisa

BUKU MANUAL MUTU

Pedoman Budaya Mutu Universitas FOR/SPMI-UIB/PED

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL TAHUN 2014

Mutu Internal (SPMI) ditetapkan, dipenuhi, dievaluasi dan ditingkatkan mutunya dalam berbagai Standar SPMI secara berkelanjutan oleh seluruh

Kampus & Sekretariat Pendaftaran. Website :

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA

Universitas Riau. Universitas Riau. KEBIJAKAN Sistem Penjaminan Mutu Internal. KEBIJAKAN Sistem Penjaminan Mutu Internal

K E B I J A K A N S I S T E M P E N J A M I N M U T U I N T E R N A L S T I K E S H A R A P A N I B U J A M B I

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

BAB I SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

SPMI Politeknik Negeri Jakarta

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jl. Palembang-Prabumulih, km 32 Ogan Ilir Indralaya

MANUAL MUTU INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL. Hal : 1/ 30. No. Dok: LPM.02. No. Rev : 0 Berlaku: Januari 2018

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMIN MUTU INTERNAL

MANUAL MUTU AKADEMIK

RANCANGAN PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SYEKH MUHAMMAD NAFIS TABALONG

MANUAL MUTU STMIK Royal Kisaran

BUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI

KEBIJAKAN MUTU AKADEMIK

PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI. Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PENYUSUN: TIM BPMI UNP UNIVERSITAS NEGERI PADANG

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

STMIK MUSIRAWAS Jl. Jendral Besar H.M Soeharto RT.08 Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau

SALINAN KEBIJAKAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL

Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG KEBIJAKAN SPMI

Manual Mutu Akademik UNIVERSITAS SAMUDRA

Manual Mutu Pengabdian

MANUAL MUTU AKADEMIK

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI 2016

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran Ne

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

MANUAL MUTU SPMI UNIGAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MANUAL MUTU SPMI BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT

PEDOMAN Peninjauan dan Penyusunan Visi Misi di Lingkungan UIB FOR/SPMI-UIB/PED.01-00

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

2016, No Islam Negeri Batusangkar menjadi Institut Agama Islam Negeri Batusangkar dan untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan pada Institut A

2 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Repub

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebijakan Nasional Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi (Pengalaman Praktis di Universitas Warmadewa Denpasar)

KEBIJAKAN MUTU SPMI STMIK BANI SALEH

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BUKU I KEBIJAKAN SPMI

B. C. PROSEDUR PELAKSANAAN SISTEM TATA PAMONG SPMI - UBD

Bab II Model Dasar Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. KEBIJAKAN MUTU

KEBIJAKAN MUTU. PENGESAHAN Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh : Disahkan Oleh : Ka. UPT. SPMI Pembantu Ketua I Ketua STIKES

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Institut Agama Islam Negeri. Walisongo. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

MANUAL MUTU AKADEMIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNSOED-M-TPM

1.2 Dasar Hukum Dasar hukum implementasi Sistem Penjaminan Mutu (SPM) Dikti adalah UU Dikti. Didalam UU Dikti terdapat pasal-pasal yang relevan

MANUAL MUTU BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS JANABADRA YOGYAKARTA

Manual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan Undang-undang No 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPMPT) terdiri dari Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 1

2 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Pendahuluan Undang-undang No 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPMPT) terdiri dari Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan kewajiban bagi seluruh Perguruan Tinggi sesuai dengan amanat PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang selanjutnya disebut Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) yang merupakan SNP ditambah Standar Penelitian dan Standar Pengabdian kepada Masyarakat. Pelaksanaan penjaminan mutu di IAIN Walisongo Semarang bertujuan untuk mencapai visi, misi dan tujuan dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) harus berdasarkan karakteristik dan kekhasan IAIN Walisongo Semarang sendiri dan berlaku bagi segenap Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 3

unsur yang terlibat dalam penyelengaraan Kegiatan Pendidikan di IAIN Walisongo Semarang. Syarat utama berjalannya penjaminan mutu adalah komitmen pimpinan dan seluruh pemangku kepentingan untuk membuat dan menjalankan kebijakan SPMI. Komitmen ini ditunjukkan dengan adanya kebijakan mutu yang digunakan sebagai dasar bagi seluruh kegiatan di IAIN Walisongo Semarang dalam rangka mencapai visi yaitu menjadi Universitas Riset Terdepan Berbasis pada Kesatuan Ilmu Pengetahuan untuk Kemanusiaan dan Peradaban. Kebijakan Mutu IAIN Walisongo Semarang mencakup : 1. Kebijakan mutu input (dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, sarana prasarana dan sumber daya pendukung lainnya). 2. Kebijakan mutu proses kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. 3. Kebijakan mutu output lulusan dan hasil kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. 4. Kebijakan mutu outcome yang bermanfaat bagi pembangunan masyarakat baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. 4 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Bertitik tolak pada hal tersebut, Rektor IAIN Walisongo Semarang menetapkan kebijakan mutu yang bertujuan: 1. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan sekaligus pengendalian bagi setiap unit kerja dalam merencanakan program kerja dan anggaran, monitoring dan evaluasi, serta perbaikan secara terus menerus. 2. Sebagai rujukan bagi seluruh sivitas akademika dan tenaga kependidikan IAIN Walisongo Semarang yang merupakan pemangku kepentingan internal dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan peran masing-masing. 3. Sebagai landasan dan arah dalam menentukan standar mutu, standar operational prosedur, pelaksanaan, pengendalian dan peningkatan penjaminan mutu IAIN Walisongo Semarang. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 5

6 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

BAB II Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Perguruan Tinggi Islam Riset Terdepan Berbasis pada Kesatuan Ilmu Pengetahuan untuk Kemanusiaan dan Peradaban. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 7

8 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran VISI Perguruan Tinggi Islam Riset Terdepan Berbasis pada Kesatuan Ilmu Pengetahuan untuk Kemanusiaan dan Peradaban. MISI 1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran IPTEKS berbasis kesatuan ilmu pengetahuan untuk menghasilkan lulusan professional dan berakhlak al-karimah; 2. Meningkatkan kualitas penelitian untuk kepentingan Islam, ilmu dan masyarakat; 3. Menyelenggarakan pengabdian yang bermanfaat untuk pengembangan masyarakat; 4. Menggali, mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai kearifan local; 5. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai lembaga dalam skala regional, nasional, dan internasional; 6. Mewujudkan tata pengelolaan kelembagaan profesional berstandar internasional. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 9

TUJUAN 1. Melahirkan lulusan yang memiliki kapasitas akademik dan profesional dengan keluhuran budi yang mampu menerapkan dan mengembangkan kesatuan ilmu pengetahuan; 2. Mengembangkan riset dan pengabdian kepada masyarakat yang kontributif bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dalam beragama, berbangsa dan bernegara. 10 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

BAB III Ruang Lingkup Kebijakan Mutu Kebijakan Mutu IAIN Walisongo Semarang meliputi seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan, baik akademik maupun non akademik. Kebijakan mutu diterapkan mulai dari input, proses, output sampai keluaran/outcome. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 11

12 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Ruang Lingkup Kebijakan Mutu Kebijakan Mutu IAIN Walisongo Semarang meliputi seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan, baik akademik maupun non akademik. Kebijakan mutu diterapkan mulai dari input, proses, output sampai keluaran/outcome. A. RINCIAN KEBIJAKAN MUTU 1. Kebijakan mutu diarahkan pada penyelenggaraan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan dinamika nasional dan kemajuan IPTEKS 2. Kebijakan mutu mensyaratkan pengelolaan pendidikan yang senantiasa melakukan peningkatan mutu secara berkesinambungan dan berkelanjutan dengan menjaga terpeliharanya siklus pengelolaan pendidikan tinggi. 3. Pelaksanaan kebijakan mutu bidang akademik dirancang berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) dan riset dengan fokus pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered learning). Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 13

4. Pelaksanaan kebijakan mutu non-akademik dirancang berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang meliputi pengelolaan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, administrasi dan keuangan. 5. Pengendalian atau evaluasi mutu terhadap penyelenggaraan pendidikan yang melibatkan bidang akademik dan non akademik dilakukan secara periodik dan berkesinambungan dalam rangka percepatan pencapaian visi IAIN Walisongo Semarang. B. PELAKSANA KEBIJAKAN Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal ini dilaksanakan oleh seluruh pengelola di semua tingkatan unit kerja yaitu tingkat Institut, fakultas, prodi, jurusan, laboratorium, pascasarjana, lembaga, pusat, biro dan unit pelaksana teknis lainnya. C. MODEL MANAJEMEN PELAKSANAAN SPMI Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dirancang, dilaksanakan, dikendalikan dan ditingkatkan mutunya secara berkelanjutan dengan menggunakan model menajemen kendali mutu PDCA (Plan, Do, Check, Action). Model PDCA memuat 4 14 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Kaizen / continous improvement (empat) langkah proses kendali mutu meliputi (1) perencanaan (plan) (2) pelaksanaan (do), (3) evaluasi (check), dan (4) tindakan penyempurnaan (action) yang akan menghasilkan kaizen atau peningkatan mutu berkelanjutan (continuous improvement) Model manajemen kendali mutu PDCA dapat digambarkan sebagai berikut : Plan : Penetapan Standar mutu Do : Pelaksanaan Standar mutu Cek : Pengendalian Standar mutu Audit : Pelaaksanaan Standar Mutu Action : Indentifikasi Pemenuhan standar Mutu Peningkatan Standar mutu Kaji Ulang : Pemenuhan standar mutu Dintegrasikan pada peoses PDCA berikutnya Gambar III.1 Model Manajemen PDCA Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 15

Implementasi model PDCA dalam pengelolaan penjaminan mutu di IAIN Walisongo Semarang tersebut diatur dalam empat tahap sebagai berikut : 1. Perencanaan. Dalam tahap ini Rektor menetapkan perencanaan (plan) berupa tujuan yang akan dicapai melalui strategi yang dituangkan dalam kebijakan mutu dengan berbagai standar mutu serta serangkaian aktivitas dalam rangka penyusunan sistem penjaminan mutu internal. 2. Pelaksanaan. Dalam tahap ini seluruh tingkatan unit kerja baik akademik maupun non akademik yang meliputi tingkat Institut, fakultas, prodi, jurusan, laboratorium, pascasarjana, lembaga, pusat, biro dan unit pelaksana teknis lainnya harus melaksanakan (do) aktivitas sesuai dengan standar mutu, standar operational prosedur (SOP) dan formulir (borang/perform) yang ditetapkan. 16 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

3. Pengendalian. Dalam tahap ini seluruh unit kerja harus melakukan evaluasi (check) untuk menilai kinerja unitnya setiap akhir semester dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan. Setelah monitoring dan evaluasi, selajutnya dilakukan audit internal oleh Auditor Internal IAIN Walisongo Semarang. Pada tahap ini seluruh unit kerja harus bersikap terbuka, kooperatif dan siap diperiksa oleh tim auditor internal. Audit internal dilakukan minimal satu kali setahun, direkam, kemudian berdasarkan hasil temuan dan rekomendasi tim auditor dilaporkan kepada pimpinan unit terkait dan Rektor. 4. Pengembangan. Berdasarkan rekomendasi dari tim auditor, pimpinan unit terkait dan Rektor membuat keputusan tentang langkah atau tindak lanjut yang harus dilakukan. Bila hasil audit menunjukkan bahwa standar mutu yang ditetapkan belum atau tidak tercapai, maka harus segera dilakukan kaji ulang kemudian diintegrasikan pada standar mutu berikutnya. Bila hasil audit telah mencapai standar, maka proses perencanaan pada siklus Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 17

berikutnya harus ditingkatkan sehingga menghasilkan kaizen atau peningkatan mutu berkelanjutan (continuous improvement). Keempat tahapan tersebut dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap aktivitas penyelenggaraan pendidikan di IAIN Walisongo Semarang terjamin mutunya dan setiap unit kerja selalu melaksanakan evaluasi untuk menemukan kekuatan dan kelemahannya sehingga dapat dilakukan perubahan ke arah peningkatan mutu secara berkelanjutan. Dalam proses penjaminan mutu, model PDCA digunakan sebagai pengendalian kualitas penjaminan mutu. Pada prinsipnya seluruh unit kerja di lingkungan IAIN Walisongo Semarang harus melandasi pola pikir dan pola tindak dengan memprioritaskan mutu. Tujuannya adalah untuk memberikan kepuasan pada stakeholder dan digunakan oleh seluruh program studi di IAIN Walisongo Semarang untuk mengikuti proses akreditasi oleh BAN-PT. D. NILAI DASAR PELAKSANAAN SPMI Nilai Dasar penjaminan mutu internal IAIN Walisongo Semarang adalah: 1. Akuntabilitas 2. Transparansi 18 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

3. Kualitas 4. Kebersamaan 5. Manfaat 6. Kesetaraan 7. Kemandirian 8. Efektifitas 9. Efisiensi E. STRATEGI PELAKSANAAN SPMI Strategi yang diterapkan IAIN Walisongo Semarang dalam pelaksanaan SPMI di seluruh tingkatan adalah sebagai berikut : 1. Melibatkan secara aktif seluruh unit kerja di tingkat Institut, fakultas, prodi, jurusan, laboratorium, pascasarjana, lembaga, pusat, biro dan unit pelaksana teknis lainnya dalam seluruh tahapan implementasi SPMI mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, sampai dengan tahap pengembangan. 2. Melibatkan organisasi profesi, alumni, dunia usaha, pemerintah dan stakeholders lainnya sebagai pengguna lulusan, khususnya pada tahap perencanaan SPMI. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 19

3. Melakukan studi banding ke berbagai Perguruan Tinggi yang telah dengan baik mengimplementasikan SPMI dan menjalankan audit internal dan eksternal. 4. Melakukan pelatihan, lokakarya, seminar secara terstruktur dan terencana untuk bidang akademik dan non akademik bagi seluruh pejabat struktural dan staf administrasi dan secara khusus melakukan pelatihan auditor internal. 5. Melakukan sosialisasi tentang fungsi dan tujuan SPMI, standar-standar mutu, standar operational prosedur dan formulir (borang/performa) kepada para sivitas akademika dan tenaga kependidikan secara periodik. F. SIKLUS MANAJEMEN PELAKSANAAN SPMI Pelaksanaan SPMI dengan model PDCA di IAIN Walisongo diawali dengan satu siklus kegiatan penjaminan mutu dalam waktu satu tahun atau satu kalender akademik dan diikuti oleh siklus yang sama pada tahun-tahun berikutnya dengan model manajemen kendali mutu PDCA. Implementasi satu siklus penjaminan mutu dikendalikan dan dikoordinasikan secara konsisten dan terus menerus di seluruh tingkat, yaitu institut, fakultas, prodi, jurusan, laboratorium, pascasarjana, lembaga, pusat, biro dan unit pelaksana teknis. 20 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Satu Siklus kegiatan penjaminan mutu terdiri atas 7 (tujuh) komponen sebagai berikut : STANDAR MUTU PELAKSANAAN PENINGKATAN STANDAR MUTU BARU MONOTORING benchmarking KAJI ULANG AUDIT INTERNAL EVALUASI Gambar III.2. Siklus Manajemen SPMI IAIN Walisongo Semarang Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 21

Standar Mutu, Standar mutu digunakan sebagai pedoman pencapaian sasaran mutu di tingkat institut, fakultas, prodi, jurusan, laboratorium, pascasarjana, lembaga, pusat, biro dan unit pelaksana teknis yang dilengkapi dengan standar operational prosedur dan formulir (borang/performa) SPMI. Pelaksanaan Merupakan implementasi sistem pejaminan mutu internal (SPMI) di seluruh tingkat yaitu institut, fakultas, prodi, jurusan, laboratorium, pascasarjana, lembaga, pusat, biro dan unit pelaksana teknis dengan mengacu pada standar mutu, SOP dan formulir (borang/performa) yang telah ditetapkan. Monitoring Merupakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan SPMI yang dilakukan oleh unit kerja setingkat di atasnya, dengan tujuan agar pelaksanaan SPMI tidak menyimpang dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Monitoring dilakukan secara paralel atau bersamaan dengan pelaksanaan standar mutu. 22 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Evaluasi Merupakan kegiatan penilaian hasil pelaksanaan yang dilaksanakan oleh masingmasing unit kerja sendiri, untuk mengukur ketercapaian dan kesesuaian hasil pelaksanaan dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Selanjutnya dilaporkan pimpinan unit terkait kepada Rektor. Audit Internal Merupakan kegiatan pemeriksaan di seluruh tingkatan unit kerja untuk verifikasi kesesuaian hasil evaluasi dengan pelaksanaan SPMI, yang dilakukan setiap akhir tahun akademik oleh auditor internal. Hasil temuan dan rekomendasi Tim Audit Internal dilaporkan kepada pimpinan unit terkait dan Rektor untuk kemudian dikaji ulang. Kaji ulang Merupakan kegiatan analisis temuan audit internal, yang hasilnya dijadikan dasar untuk tindakan koreksi dan perbaikan siklus berikutnya, dalam upaya peningkatan mutu berkelanjutan (Continuous Quality Improvement). Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 23

Bila dalam satu siklus, standar yang ditentukan sebelumnya belum tercapai, maka siklus selanjutnya tetap mengacu pada standar sebelumnya. Bila standar yang ditetapkan telah tercapai, maka dirumuskan kembali standar mutu baru yang lebih tinggi, melalui benchmarking. 24 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

BAB IV Struktur Organisasi Penjaminan Mutu Pasal 61 PMA nomor 17 tahun 2013 menyebutkan bahwa Lembaga Penjaminan Mutu mempunyai tugas mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, menilai dan mengembangkan mutu penyelenggaan kegiatan akademik. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 25

26 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Struktur Organisasi Penjaminan Mutu A. SEJARAH SINGKAT LEMBAGA PENJAMINAN MUTU IAIN Walisongo secara resmi berdiri pada hari Senin Wage tanggal 6 April 1970 melalui Keputusan Menteri Agama RI (KH. M. Dachlan) No. 30 dan 31 tahun 1970. Pada awal berdirinya, Pendidikan Tinggi Agama Islam ini memiliki 5 fakultas, yang tersebar di berbagai kota di Jawa Tengah, yakni Fakultas Dakwah di Semarang, Fakultas Syari ah di Bumiayu, Fakultas Syari ah di Demak, Fakultas Ushuluddin di Kudus dan Fakultas Tarbiyah di Salatiga. Namun demikian, ide dan upaya perintisannya telah dilakukan sejak tahun 1963, melalui pendirian fakultas-fakultas Agama Islam di beberapa daerah tersebut yang dilakukan secara sporadis oleh para ulama sebagai representasi pemimpin agama dan para birokrat santri. Keberadaan IAIN Walisongo pada awalnya tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan riil masyarakat santri di Jawa Tengah akan terselenggaranya lembaga pendidikan tinggi yang menjadi wadah pendidikan pasca pesantren. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Jawa Tengah adalah daerah yang memiliki basis pesantren yang sangat besar. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 27

Dengan demikian di satu sisi lembaga pendidikan tinggi ini harus mampu memposisikan diri sebagai penerus tradisi pesantren, sementara di sisi lain ia harus memerankan diri sebagai lembaga pendidikan tinggi yang melakukan diseminasi keilmuan, sebagaimana layaknya perguruan tinggi. Berdasarkan spirit tersebut, terlihat bahwa IAIN Walisongo memiliki perbedaan latar belakang sejarah pendirian dengan IAIN Sunan Kalijaga dan IAIN Jakarta (keduanya sekarang telah berubah menjadi UIN). Dua IAIN yang disebut terakhir ini lahir atas good will pemerintah, sedang IAIN Walisongo lahir didasarkan pada kebutuhan riil umat Islam di Jawa Tengah untuk memiliki suatu perguruan tinggi Islam yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat. Pendiriannya betul-betul muncul dari bawah dan atas inisiatif tokoh-tokoh agama Jawa Tengah yang kemudian direspon secara positif oleh elemenelemen masyarakat lainnya. Para pendiri IAIN ini secara sadar memberi nama Walisongo. Nama besar ini menjadi symbol sekaligus spirit bagi dinamika sejarah perguruan tinggi agama Islam terbesar di Jawa Tengah ini dalam pergulatan meneruskan tradisi dan cita-cita Islam inklusif ala walisongo yang secara terus menerus menjadi rujukan yang terbuka bagi dilakukannya tafsir ulang dalam dunia pemikiran ke-islaman yang diolah secara cerdas 28 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

dan kritis dalam bentangan panjang continuity and change. Spirit inilah yang dikembangkan menuju IAIN Walisongo sebagai center of excellence perguruan tinggi agama Islam di Indonesia. Tata laksana organisasi dan kelembagaan IAIN Walisongo mengacu pada Peraturan Menteri Agama RI Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN Walisongo dan disempurnakan dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 82 tahun 2013 tentang Perubahan atas PMA Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN Walisongo. Susunan organisasi IAIN Walisongo terdiri dari dua organ utama, yaitu organ pengelola dan organ pertimbangan dan pengawasan. Organ pengelola terdiri atas Rektor dan Pembantu Rektor, Fakultas, Pascasarjana, Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan, Lembaga dan Unit Pelaksanan Teknis. Fakultas terdiri atas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Syari ah, Dakwah dan Komunikasi, Ushuluddin serta Ekonomi dan Bisnis Islam. Lembaga terdiri atas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dan Lembaga Penjaminan Mutu. Adapun organ pertimbangan dan pengawasan terdiri atas Dewan Penyantun, Senat Institut dan Senat Fakultas. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 29

Sementara itu, penjaminan mutu di IAIN Walisongo lahir, tidak saja karena tuntutan perundang-undangan yang mengharuskan setiap lembaga pendidikan tinggi memiliki sistem penjaminan mutu, kan tetapi juga karena adanya dorongan internal untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang semakin berkualitas dan berdaya saing tinggi. IAIN dituntut mampu mengantarkan setiap lulusannya menjadi lulusan yang mampu bersaing dengan para lulusan dari berbagai perguruan tinggi tersebut. Bahkan, dalam memasuki era globalisasi dan pasar bebas, IAIN dituntut mampu menyiapkan lulusanlulusan yang memiliki daya saing global yang kuat. Dalam konteks inilah lembaga penjaminan mutu menempati posisi sentral dalam mengawal sistem penjaminan mutu IAIN Walisongo. Lembaga atau unit yang secara khusus bertanggung jawab sebagai pelaksana teknis penjaminan mutu adalah Lembaga Penjaminan Mutu atau disingkat LPM. Lembaga ini merupakan pelaksana teknis yang penyempurnaan pusat atau unit sebelumnya. Pada tanggal 25 September 2003, Rektor IAIN Walisongo Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A mengukuhkan pembentukan UPMA (Unit Peningkatan Mutu Akademik) yang mempunyai tugas melakukan peninjauan kurikulum agar mampu berkembang selaras dengan tuntutan zaman, disain pembelajaran dan metode pengajaran, serta peningkatan 30 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

kualitas dosen. Selain itu, UPMA bertugas merancang konsep pengembangan akademik dan profesionalisme dosen untuk meningkatkan mutu akademik para lulusan IAIN Walisongo. Pasal 112 Statuta No. 59 Tahun 2003 yang membidani lahirnya UPMA, menyebutkan, ada lima tugas pokok yang ditangani UPMA, yaitu: 1. Mengembangkan kurikulum IAIN Walisongo; 2. Mendesain proses belajar mengajar; 3. Meningkatkan kemampuan mengajar dosen; 4. Melakukan kajian tentang metode mengajar yang baru dan inovatif; 5. Melakukan kajian yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu akademik serta melakukan evaluasi kegiatan dan menyusun laporan kegiatan. Selanjutnya, berdasarkan Statuta no. 38/2008, fungsi UPMA digantikan oleh PPMA (Pusat Penjaminan Mutu Akademik). Ayat 4 pasal 68 statuta tersebut menyatakan bahwa fungsi PPMA adalah mengukur mutu hasil pendidikan, mendiagnosa kelemahankelemahan proses pendidikan, dan membantu jurusan dalam meningkatan mutu pendidikan. Selanjutnya dalam Statuta IAIN Tahun 2011, ayat (2) pasal 75, disebutkan bahwa tugas PPMA ini adalah merencanakan, mengendalikan, mempertahankan, dan Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 31

meningkatkan mutu akademik institut menjadi lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas dan dan memiliki daya saing. Keputusan Rektor IAIN Walisongo Nomor 13 tahun 2012 tentang Pedoman Akademik Program Sarjana (S1) dan Diploma 3 (D3) IAIN Walisongo, disebutkan bahwa keberadaan PPMA memiliki dua fungsi, yakni 1) Sebagai internal warning system bagi IAIN Walisongo agar semua proses akademik berjalan secara berkualitas; 2) Membantu program studi dan institut dalam menyiapkan akreditasi eksternal. Dalam perkembangannya, tanggungjawab teknis penjaminan mutu dikordinasikan oleh Lembaga Penjaminan Mutu. Hal ini sejalan dengan lahirnya Undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan dalam rangka peningkatan mutu penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan tinggi dilakukan penataan kembali organisasi dan tata kerja IAIN Walisongo. Menteri Agama RI melalui Peraturan Menteri Agama RI nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN Walisongo dan Peraturan Menteri Agama RI nomor 82 tahun 2013 tentang Perubahan atas PMA nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN Walisongo menegaskan bahwa proses penyelenggaraan mutu akademik diiain Walisongo dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu. 32 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Pasal 61 PMA nomor 17 tahun 2013 menyebutkan bahwa Lembaga Penjaminan Mutu mempunyai tugas mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, menilai dan mengembangkan mutu penyelenggaan kegiatan akademik. Dalam melaksanakan tugasnya, LPM menyelenggarakan fungsi: 1. Pelaporan penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran, serta pelaporan; 2. Pelaksanaan pengembangan mutu akademik; 3. Pelaksanaan pengawasan, pemantauan dan penilaian mutu akademik; dan 4. Pelaksanaan administrasi Lembaga. Dalam melaksanakan tugas LPM dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh seorang sekretaris, dan Kasubag Tata Usaha. Selain itu, LPM memiliki dua kepala pusat yaitu kepala Pusat Pengembangan Standar Mutu dan Kepala Pusat Audit dan Pengendalian Mutu. Kedua pusat tersebut mempunyai tugas mengembangkan standar mutu akademik dan melaksanakan audit dan pengendalian mutu akademik. B. LEMBAGA PENJAMINAN MUTU IAIN WALISONGO 1. Dasar Hukum a. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 33

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; BAB III pasal 51, 52 dan 53 tentang Penjaminan Mutu; c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional; d. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN Walisongo tentang Lembaga Penjaminan Mutu; e. Surat Keputusan Rektor IAIN Walisongo Nomor: In/06.0/R/KP.07.5/1568/2013 tentang Pengangkatan Ketua Lembaga Penjaminan Mutu dan Kepala-kepala pada LPM. 2. Visi, Misi dan Tujuan LPM IAIN Walisongo a. Visi : Membangun budaya mutu yang mampu mengantarkan IAIN Walisongo menuju Universitas Riset Terdepan untuk Kemanusiaan dan Peradaban b. Misi : 1. Menyusun standar dan sistem penjaminan mutu internal IAIN Walisongo 2. Melaksanakan audit dan evaluasi internal terhadap mutu akademik secara bertahap dan berkelanjutan. 34 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

3. Melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap unit-unit di IAIN Walisongo yang berkaitan dengan penjaminan mutu. 4. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka penguatan penjaminan mutu. c. Tujuan 1. Menetapkan pedoman dan standar Sistem Penjaminan Mutu Internal yang representatif; 2. Memberikan saran dan rekomendasi perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat dan program pengembangan akademik lainnya; 3. Mendampingi persiapan program studi untuk akreditasi nasional dan internasional; 4. Membangun jejaring dengan lembaga, instansi dan pihak terkait untuk pengembangan penjaminan mutu yang berdayaguna dan berhasil guna. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 35

3. Skema Implementasi SPMI IAIN Walisongo Dalam implementasinya, SPMI di IAIN Walisongo dikoordinir oleh Ketua LPM. Secara struktural LPM memiliki unit pelaksana sampai pada level manajemen paling bawah. Di Tingkat Fakultas, dibentuk Gugus Penjaminan Mutu (GPM) yang tugas dan fungsinya melekat (embeded) dengan tugas dan fungsinya di unit kerja masing-masing. Penjaminan mutu di tingkat jurusan dikendalikan oleh Gugus Kendali Mutu (GKM) yang bekerja pada struktur organisasi di jurusan masing-masing. 36 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Berikut ini posisi SPMI dalam struktur organisasi IAIN Walisongo adalah sebagai berikut: PMI DALAM STRUKTURIAIN WALISONGO REKTOR SENAT INSTITUT LEMBAGA PENJAMINAN GUGUS PENJAMINAN MUTU DEKAN FAKULTAS SENAT FAKULTAS GUGUS KENDALI MUTU KAJUR / KAPRODI Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 37

Adapun struktur organisasi Lembaga Penjaminan Mutu IAIN Walisongo sebagai berikut : STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU IAIN WALISONGO REKTOR SENAT INSTITUT LEMBAGA WAKIL WAKIL WAKIL SEKRETARIS PUSAT PENGEMBANGAN STANDAR MUTU PUSAT AUDIT DAN PENGENDALIAN MUTU BIRO AUAK SUBBAG TU STAFF 38 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

BAB V Standar Mutu Standar mutu IAIN Walisongo mencakup aspek-aspek kegiatan akademik dan non akademik. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 39

40 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Standar Mutu Standar mutu IAIN Walisongo mencakup aspek-aspek kegiatan akademik dan non akademik. Dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal, IAIN Walisongo menetapkan tujuh (7) standar mutu (BAN-PT) yang diintegrasikan dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) seperti diamanatkan oleh UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencakup: A. Standar: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi Berisi kerangka dasar yang memberi arahan pada program studi dalam perumusan dan pelaksanaan tugas pokoknya. Kerangka dasar dimaksud meliputi visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi pencapaiannya. Kerangka dasar di atas dijabarkan oleh setiap program studi berdasarkan pada rumusan fakultas dan institut, sehingga standar dimaksud berkontribusi pada pencapaian visi institusi secara keseluruhan. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 41

B. Standar Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu Standar ini berisi kaidah-kaidah pokok yang mengatur bagaimana sebuah unit/program studi dikelola berdasarkan pada prinsip-prinsip good university governance (GUG) yang mengedepankan efektifitas, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas. C. Standar Mahasiswa dan Lulusan Meliputi sejumlah ukuran pokok yang dapat menjadi indikator berjalannya suatu proses pembelajaan secara efektif dan sekaligus juga menjadi cerminan dari kualitas mahasiswa atau lulusan IAIN Walisongo. Standar ini harus dirumuskan pada semua level pengelolaan akademik, dengan prinsip yang berada pada level tertinggi menjadi ukuran minimal. D. Standar Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang mendukung proses akademik dan administrasi harus memenuhi syarat kualifikasi minimal. Bagi para dosen pemenuhan kualifikasi pendidikan minimal, jabatan fungsional dan profesi (sertifikasi) harus menjadi yang utama. Disamping itu, rasio jumlah dosen terhadap mahasiswa dan sebaran perbidang ilmu juga 42 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

menjadi standar yang harus diperhatikan. Demikian juga, tenaga kependidikan harus memiliki kompetensi yang mendukung berjalannya seluruh proses administrasi secara efektif dan efisien. E. Standar Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana Akademik Input, proses dan atmosfir proses pembelajaran harus mendukung terbentuknya output (lulusan) yang memenuhi KKNI. Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan paradigma kesatuan ilmu yang disesuaikan dengan dinamika masyarakat; proses akademik dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmu pendidikan dengan dukungan suasana akademik yang kondusif bagi tercapainya hasil maksimal. F. Standar Pembiayaan, Prasarana, Sarana, dan Sistem Informasi Standar pembiayaan harus didasarkan pada kebutuhan unit yang dicerminkan lewat dokumen perencanaan yang memuat target kinerja. Prasarana dan sarana belajar harus memenuhi standar belajar berdasarkan paradigma competence based learning (CBL). Sistem informasi berbasis information and communication technology (ICT) harus Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 43

dikembangkan menjadi tulang punggung (back bone) baik dalam proses akademik, manajemen dan proses komunikasi pada umumnya. G. Standar Penelitian, Pengabdian Pada Masyarakat, dan Kerjasama Penelitian dan pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan memperhatikan pola ilmiah pokok IAIN Walisongo, kebutuhan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha serta pengembangan ilmu. Penelitian dan pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan berasaskan keadilan keterlibatan dosen melalui mekanisme kompetisi. Kerjasama dibangun atas dasar kesepahaman untuk mencapai manfaat bagi kedua belah pihak. Setiap standar mutu yang ditetapkan dilengkapi dengan standard operating procedure (SOP). SOP merupakan suatu mekanisme yang harus dilalui untuk melakukan suatu aktivitas atau proses dari seluruh isi standar mutu yang telah ditetapkan. SOP disusun untuk meningkatkan efektifitas kinerja seluruh unit dalam melaksanakan aktivitas sesuai dengan kebijakan mutu dan standar mutu yang ditetapkan dan sebagai sarana mengkomunikasikan pelaksanaan aktivitas seusai dengan kebijakan dan standar mutu 44 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

yang telah ditetapkan, serta untuk melakukan penilaian terhadap proses dan pengendalian aktivitas. SOP disusun dalam bentuk modul yang disesuaikan dengan peruntukannya untuk keperluan pelaksanaan standar mutu agar seluruh unit kerja di tingkat institusi, fakultas, jurusan, prodi, lembaga, pusat, biro dan unit lainnya paham tentang apa yang harus dilakukan untuk mengendalikan standar mutu yang telah ditetapkan agar isi standar dapat dipenuhi. Dalam tahapan SOP diperlukan suatu formulir (borang/proforma). Formulir (borang/proforma) merupakan berbagai dokumen tertulis untuk melaksanakan standar mutu dan standar operational prosedur yan telah ditetapkan. Formulir (borang/proforma) disusun dengan tujuan: 1) alat untuk mencatat atau merekam seluruh pelaksanaan aktivitas baik bidang akademik maupun non akademik di seluruh unit kerja IAIN Walisongo; 2) alat untuk mencatat atau merekam temuan dari ketidakseuaian pelaksanaan standar mutu dengan isi standar yang ditetapkan; 3) alat untuk mencatat dan merekam seluruh tindakan pejabat yang berwenang dalam melakukan monitoring, evaluasi, audit internal dan kaji ulang. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 45

46 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

BAB VI Penutup Kebijakan ini adalah suatu komitmen IAIN Walisongo untuk melaksanakan SPMI secara terarah dalam rangka mencapai visi, namun perubahan kebijakan bisa dilakukan sesuai dengan perubahan visi, kebutuhan pemangku kepentingan atau adanya perubahan perundang-undangan yang berlaku. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 47

48 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Penutup Kebijakan mutu ini hendaknya dijadikan acuan oleh seluruh unit kerja di tingkat Institut, Fakutas, Jurusan, Prodi, Program Pasca Sarjana, Lembaga, Pusat, Unit Pelaksana Teknis dan Biro dalam merancang, menyusun, melaksanakan, memonitoring, mengevaluasi atau mengendalikan serta mengaudit secara internal berbagai standar mutu yang telah ditetapkan dengan berbagai perangkat standar operational prosedur (SOP) dan formulir (borang/proforma). Untuk itu pimpinan IAIN Walisongo mengajak peran serta seluruh pihak di IAIN Walisongo baik akademik maupun non akademik untuk berkomitmen melaksanakan penjaminan mutu sesuai dengan tugas, fungsi, peran dan tanggungjawabnya masing-masing, dalam rangka percepatan mencapai visi, misi dan tujuan perguruan tinggi. Kebijakan ini adalah suatu komitmen IAIN Walisongo untuk melaksanakan SPMI secara terarah dalam rangka mencapai visi, namun perubahan kebijakan bisa dilakukan sesuai dengan perubahan visi, kebutuhan pemangku kepentingan atau adanya perubahan perundang-undangan yang berlaku. Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 49

50 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo

Daftar Pustaka Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi 2008. Buku 2. Standar dan Prosedur Akreditasi Sarjana. BAN-PT, Depdiknas Directorat General of Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-1010 Pedoman Pengelolaan Standar Mutu Perguruan Tinggi, 2006, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional. Penjaminan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi, 2003. Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Sistem Penjaminan Mutu Internal, 2010, Bahan Pelatihan, Tim Pengembang SMI-PT-Direkorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional. Rencana Strategis IAIN Walisongo Semarang 2011-2015 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo 51

Roadmap IAIN Walisongo Semarang 2011 2025 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi 52 Kebijakan SPMI IAIN Walisongo