2 PERSEPSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DI PPN TERNATE

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN Latar Belakang

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su

IV. METODE PENELITIAN. Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

ALBACORE ISSN Volume I, No 2, Juni 2017 Hal PERSEPSI PEMANFAATAN PETA DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN SENDANG BIRU MALANG

3 METODOLOGI UMUM. Kabupaten Bengkalis. Kabupaten Indragiri Hilir

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

HALAMAN PERSETUJUAN...

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi Utara

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN ASPEK BIOLOGI CAKALANG (Katsuwonus pelamis) HASIL TANGKAPAN HUHATE di BITUNG

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SELAMAT DATANG. Peserta Training

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Produksi dan produktivitas hasil tangkapan kapal tuna hand line yang berpangkalan di Kelurahan Mawali, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

8 Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yang dicetuskan FAO tahun 1995 menyebutkan beberapa prinsip mengenai pengelolaan perikanan yang ber

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

BAB III BAHAN DAN METODE

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

MULT L IV I ARIA I T METODE RISET BISNIS

Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): , Desember 2014 ISSN

Monitoring tren dan produktivitas hasil tangkapan kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

2 KERANGKA PEMIKIRAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Y, dimana variabel X dalam penelitian ini adalah relationship marketing, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanpa memperhatikan bidang penelitian yang dikaji, mengumpulkan data

PENGGUNAAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) DALAM PENILAIAN KINERJA USAHA PERIKANAN TANGKAP PURSE SEINE DI KOTA PEKALONGAN ABSTRAK

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

USULAN REKOMENDASI DESAIN PROGRAM DAN INDUSTRIALISASI PERIKANAN TANGKAP LAUT

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dalam hal ini adalah pengguna (Dosen dan Operator) Sistem Informasi

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

5 komposisi ukuran, dan daerah penangkapan. Interaksi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi interaksi antar unit penangkapkan hand line, pumpboat, dan pole and line, interaksi antara sumberdaya ikan tuna dan cakalang, dan interaksi antara daerah penangkapan. Data/informasi yang terkait dengan interaksi tersebut antara lain produksi hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan. Persepsi nelayan dianalisis secara deskriptif dengan memetakan kondisi unit penangkapan ikan, hasil tangkapan, ukuran hasil tangkapan, metode operasi dan daerah penangkapan ikan dalam bentuk perceptual map. Dengan demikian gambaran persepsi masyarakat nelayan terhadap perikanan tuna dapat diketahui secara detail, dan hal ini dapat bermanfaat untuk mengintroduksi teknologi penangkapan tepat guna. Interaksi antara perikanan tuna dan cakalang dianalisis dengan menghitung produktivitas hand line, pumpboat, dan pole and line untuk melihat alat tangkap produktif, serta analisis statistik korelasi untuk mendiskripsikan interaksi yang terjadi antar usaha penangkapan dan interaksi antara sumberdaya ikan tuna dan cakalang. Hasil kajian interaksi ini sangat bermanfaat untuk daerah setempat, sebagai alat kontrol bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan tentang alokasi optimum upaya penangkapan ikan dan daerah penangkapan ikan, Kajian tentang persepsi dan interaksi ini juga dapat digunakan untuk memprediksi keberlanjutan ekologi, ekonomi, dan sosial nelayan dalam rangka meningkatkan optimalisasi usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate, 2 PERSEPSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DI PPN TERNATE Pendahuluan Pengelolaan perikanan berbasis masyarakat adalah sistem pengelolaan yang memanfaatkan keberadaan masyarakat nelayan untuk membantu pelaksanaan sistem pengelolaan. Namun, sistem pengelolaan ini memerlukan beberapa kajian pendahuluan untuk melihat dan menganalisis kelompok masyarakat nelayan dengan pengaruh, keterlibatan, dan kemampuannya untuk mendukung dan melaksanakan program pengelolaan perikanan yang ingin dijalankan oleh pemerintah. Salah satu kajian yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis persepsi masyarakat nelayan. Jumlah nelayan dan tenaga kerja yang beraktivitas di PPN Ternate pada tahun 27 sampai tahun 211 mengalami peningkatan rata-rata 9,1% per tahun, yaitu dari 2.37 orang pada tahun 27 menjadi 3.246 orang pada tahun 211. Pada periode ini jumlah nelayan meningkat dari 1.731 orang pada tahun 27 menjadi 2.451 orang pada tahun 211. Nelayan dan tenaga kerja yang beraktifitas di PPN Ternate meliputi nelayan ABK, tenaga unit pengolahan ikan (UPI), buruh bongkar muat ikan, dan pegawai pelabuhan, dengan prosentase dominan adalah ABK/nelayan. Persepsi dari masing-masing aktor atau stakeholder terhadap usaha penangkapan tuna dan cakalang berbeda antara satu dan lainnya. Persepsi itu sendiri adalah suatu proses memaknai dan memahami lingkungan oleh individu melalui stimulus yang masuk dan melibatkan proses

6 fisik (pengindraan), fisiologi pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf sensoris dan psikologi (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak) (Saptorini 1989). Veitch dan Arkkelin (1995) dalam Yavanica (29) melanjutkan bahwa persepsi terhadap lingkungan tidak hanya sekedar proses indera yang menangkap stimuli (informasi) semata, namun persepsi juga merupakan proses menamai stimuli, melukiskan, menggambarkan serta memberikan arti bagi stimuli/dunia di sekitarnya. Oleh karena itu setiap individu memberikan arti yang berbeda terhadap stimulus meskipun berasal dari objek yang sama. Persepsi masyarakat nelayan dianggap cukup mempengaruhi keterlibatan mereka terhadap sistem pengelolaan perikanan yang akan diterapkan. Persepsi terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh usaha penangkapan tersebut terhadap masyarakat nelayan yang ada di PPN Ternate. Telah diuraikan pada bab sebelumnya, usaha penangkapan tuna belum terlalu berkembang di PPN Ternate sementara dari segi sumberdaya memungkinkan untuk dikembangkan. Persepsi yang baik terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate akan mempermudah pemerintah dalan merancang kebijakan yang tepat untuk pengelolaan sumberdaya ini. Menurut Sarwono (1999) persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktorfaktor yang terdapat dalam individu (internal) dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan di luar (eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi presepsi seseorang seperti jenis kelamin, umur, motif, tingkat pendidikan. Faktor eksternal seperti lingkungan sosial budaya (misalnya suku bangsa) dan media komunikasi dimana seseorang memperoleh informasi tentang sesuatu. Persepsi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate melibatkan pihak-pihak yang berkaitan dengan bidang tersebut antara lain nelayan/abk unit penangkapan dengan hasil tangkapan tuna, pedagang, dan pemerintah. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menilai persepsi stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate dan persepsi terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate Provinsi Maluku Utara. Studi pendahuluan dilakukan selama 1 bulan pada bulan September 212. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan selama 2 bulan, yakni pada bulan Januari-Februari 213. Persepsi nelayan terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate diperoleh dengan menilai karakteristik yang telah ditentukan terhadap kelompokkelompok responden melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Kelompok atau aktor yang menjadi responden antara lain unit penangkapan ikan dengan hasil tangkapan tuna yang terdapat di PPN Ternate, dalam hal ini hand line, pumpboat, dan pole and line; pedagang; dan pemerintah setempat. Penentuan responden dilakukan dengan sengaja (proposive sampling) yang mewakili setiap kelompok atau aktor. Responden terdiri nelayan hand line berjumlah 2 orang, nelayan pumpboat berjumlah 2 orang, nelayan pole and line

7 berjumlah 2 orang, pedagang dan pengumpul berjumlah 2 orang, dan pemerintah setempat berjumlah 6 orang. Data yang diperoleh dari responden antara lain jumlah hasil tangkapan, jumlah ABK, daerah penangkapan ikan, nilai jual, dan lama hari operasi. Selain melalui pengisian kuesioner dan wawancara, data dalam penelitian ini juga diperoleh melalui survei dan pengamatan langsung di lapangan. Survei dilakukan untuk memperoleh data dan informasi lebih detail mengenai potensi sumberdaya ikan dan perkembangan usaha penangkapan tuna dan cakalang di lokasi penelitian. Survei kepada ketiga jenis upaya penangkapan ikan tuna dan cakalang yakni hand line, pumpboat, dan pole and line. Selain data survei juga diperoleh data statistik PPN Ternate yang terdiri dari data times series produksi dan data unit penangkapan tuna dan cakalang. Persepsi nelayan di PPN Ternate dianalisis secara deskriptif dengan memetakan kondisi unit penangkapan ikan, volume hasil tangkapan, ukuran hasil tangkapan, armada penangkapan ikan, teknologi penangkapan yang merupakan alat bantu nelayan dalam proses penangkapan seperti fish finder dan sonar, nilai jual hasil tangkapan, permintaan pasar dan daerah penangkapan ikan dalam bentuk perceptual map. Perceptual map merupakan salah satu peubah ganda yang dapat digunakan untuk menentukan posisi suatu objek relatif terhadap obyek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. Perceptual map disebut juga Multidimensional Scalling (MDS). MDS berhubungan dengan pembuatan map untuk menggambarkan posisi obyek dengan obyek lain berdasarkan kemiripan obyek-obyek tersebut. Ross (211) mengemukakan bahwa perceptual map digunakan untuk mengelompokkan stakeholder apakah memiliki persepsi yang sama atau berbeda. Keunggulan pendekatan berdasar atribut yang digunakan pada perceptual map adalah lebih mudah membuat penamaan dimensi. Pendekatan berdasar atribut meminta responden untuk memeringkatkan jawaban. Analisis yang digunakan untuk perceptual map adalah analisis diskriminan. Analisis diskriminan adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk memprediksi probabilitas obyekobyek yang menjadi milik dua atau lebih kategori yang benar-benar berbeda yang terdapat dalam satu variabel tergantung (dependen) didasarkan pada beberapa variabel bebas (independen). Simamora (25) mengemukakan bahwa analisis diskriminan merupakan teknik yang akurat untuk memprediksi seseorang termasuk dalam kategori apa, dengan catatan data yang dilibatkan terjamin akurasinya. Analisis diskriminan digunakan dengan variabel dependen kategoris (skala ordinal atau nominal) dan variabel independen skala metrik (interval dan rasio). Churchill (25) melanjutkan bahwa variabel dependen yang digunakan adalah pertanyaan yang diajukan dan variabel independen adalah jawaban dari pertanyaan. Pengujian menggunakan analisis diskriminan berganda dibantu dengan menggunakan software SPSS 16.. Hasil analisis atau output dari SPSS tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif. Adapun langkah-langkah analisis dengan menggunakan SPSS 16. adalah: 1) Menentukan skala likert (1-3) untuk setiap variabel sumberdaya ikan dan teknologi penangkapan ikan tuna di PPN Ternate seperti pada Tabel 2.1.

8 Tabel 2.1 Variabel dan skala likert dalam menentukan persepsi aktor. N Variabel Skala 1 Sumberdaya ikan tuna - Volume hasil tangkapan 1. Berkurang 2. 3. Meningkat - Ukuran hasil tangkapan 1. Lebih kecil 2. 3. Lebih besar - Nilai jual 1. Menurun 2. 3. Meningkat - Permintaan Pasar 1. Menurun 2. 3. Meningkat 2 Teknologi usaha penangkapan tuna - Peningkatan jumlah armada penangkapan tuna 1. Tidak 2. 3. Ya - Peningkatan teknologi penangkapan tuna 1. Tidak 2. 3. Ya - Kondisi daerah penangkapan tuna 1. Semakin dekat 2. 3. Semakin jauh 2) Menentukan persamaan deskriminan dengan menggunakan SPSS 16 untuk menghasilkan perceptual map yang terdiri dari empat kuadran kartesius. Bentuk dan makna dari kuadran dapat dilihat sebagai berikut (Hadiwijaya. 211) Kepentingan - Y = Y Kuadran A Kuadran C Kuadran B Kuadran D = - X X Pelaksanaan Gambar 2.1 Diagram kartesius perceptual map

9 Keterangan: A. Menunjukan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, dimana faktor tersebut dianggap penting tetapi belum dilaksanakan sebagaimana kehendak para aktor. B. Menunjukan faktor-faktor penting yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, dan sudah dilaksanakan sesuai dengan keinginan para aktor, maka wajib dipertahankan. C. Menunjukan faktor yang kurang berpengaruh terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, maka lembaga tidak perlu menfokuskan diri untuk melaksanakannya. D. Menunjukan faktor-faktor yang kurang berpengaruh terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, tetapi telah dilaksanakan sesuai keinginan para aktor, maka hal ini dianggap berlebihan. 3) Mengiterpretasikan hasil dari perceptual map Hasil Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Tuna di PPN Ternate Persepsi terhadap sumberdaya tuna di PPN Ternate meliputi volume hasil tangkapan, ukuran hasil tangkapan, nilai jual, dan permintaan pasar. Persepsi terhadap sumberdaya tuna di PPN Ternate dilakukan terhadap 86 responden yang dibagi dalam 5 grup atau biasa disebut dengan aktor berdasarkan profesi yaitu grup 1 terdiri dari nelayan pancing ulur (hand line) berjumlah 2 responden, grup 2 terdiri dari nelayan pancing ulur dengan sistem perahu katir (pumpboat) berjumlah 2 responden, grup 3 terdiri dari nelayan huhate (pole and line) dengan jumlah 2 responden, grup 4 terdiri dari pedangang berjumlah 2 responden, dan grup 5 yang terdiri dari pegawai dinas-dinas terkait berjumlah 6 responden. Mengenai volume hasil tangkapan, nelayan hand line dan pemda berpendapat bahwa volume hasil tangkapan tuna di PPN Ternate untuk 5 tahun terakhir meningkat. Responden nelayan pumpboat sebanyak 75% dan pedagang sebesar 85% berpandapat bahwa produksi tuna mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir, sisanya berpendapat bahwa hasil produksi tuna tetap tiap tahunnya selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Sedangkan untuk nelayan pole and line 35% berpendapat hasil tangkapan tuna yang didaratkan tetap, 6% berpendapat semakin sedikit volume tuna, dan hanya 5% yang berpendapat hasil tangkapan tuna mengalami peningkatan pada 5 tahun terakhir. Hal yang menarik terkait dengan persepsi stakeholder terhadap volume prosuksi tuna dalam penelitian ini adalah persepsi nelayan hand line, nelayan pumpboat, pedagang dan pemda memiliki pola yang sama terhadap volume produksi, yaitu terjadi peningkatan produksi tuna dalam 5 tahun terakhir. Sementara itu, persepsi nelayan pole and line terhadap volume produksi tuna justru menurun, berbeda dengan persepsi stakeholder lainnya (nelayan hand line, nelayan pumpboat, pedagang, dan pemda) yang menyatakan bahwa volume produksi tuna di PPN Ternate dalam 5 tahun terakhir meningkat. Persepsi para aktor dapat dilihat lebih jelas pada grafik yang terdapat pada Gambar 2.2.

1 Persentase (%) 12 1 8 6 4 2 N. Handline N. Pumpboat N. Pole and Pedagang line Pemerintah Berkurang Meningkat Gambar 2.2 Persepsi kelompok aktor terhadap volume hasil tangkapan tuna di PPN Ternate Mengenai ukuran hasil tangkapan, seluruh nelayan hand line (1%) berpendapat ukuran tuna yang didaratkan di PPN Ternate tetap selama 5 tahun terakhir. Sebanyak 7% nelayan pumpboat menjawab ukuran tuna yang ditangkap semakin besar dan 3% berpendapat ukurannya tetap. Nelayan pole and line sebanyak 5% menjelaskan bahwa tuna hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Ternate selama 5 tahun terakhir tetap, 45% berukuran semakin kecil, dan 5% memberikan pendapat bahwa ukuran tuna semakin semakin besar. Untuk pedagang, 25% resonden menjawab bahwa ukurannya lebih besar dan 75% responden menjawab ukuran tuna yang didaratkan tetap. Pemda memiliki 83% pendapat bahwa tuna hasil tangkapan berukuran lebih besar dan hanya 17% yang berpendapat ukurannya tetap. Hal menarik yang diperoleh adalah hanya kelompok nelayan pole and line yang menyatakan bahwa ukuran hasil tangkapan tuna di PPN Ternate selama 5 tahun terakhir semakin kecil. Sebagian besar nelayan hand line, nelayan pumpboat, dan pemda berpendapat bahwa ukuran hasil tangkapan tuna semakin besar. Sementara itu persepsi berbeda juga dinyatakan dari kelompok nelayan pumpboat, pole and line dan pedagang yang menyebutkan bahwa ukuran hasil tangkapan tuna tetap selama 5 tahun terakhir. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3. Persentase (%) 12 1 8 6 4 2 N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pedagang Pemerintah Lebih Kecil Lebih besar Gambar 2.3 Persepsi kelompok aktor terhadap ukuran hasil tangkapan tuna di PPN Ternate

11 Persepsi nilai jual dari tiap aktor dari masing-masing grup tidak terlalu jauh berbeda, seluruhnya (1%) kelompok nelayan hand line, pumpboat, pedagang dan pemda mengungkapkan bahwa nilai jual tuna yang didaratkan di PPN Ternate 5 tahun terakhir yakni periode 27-211 meningkat. Sedangkan di kelompok nelayan pole and line sebanyak 65% responden menjawab nilai jual tuna meningkat, 3% memberi pendapat bahwa nilai jual tuna tetap, dan 5% menjawab nilai jual tuna menurun. Dari hasil ini bisa dilihat bahwa kelompok nelayan hand line, nelayan pumpboat, sebagian besar nelayan pole and line, pedagang dan pemda memiliki persepsi yang sama yaitu nilai jual tuna di PPN Ternate meningkat dalam 5 tahun terakhir. Meskipun untuk kelompok nelayan pole and line juga berpendapat bahwa nilai jual tuna tetap dan sebagian kecil menyatakan nilai jual tuna menurun. Persepsi stakeholder lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4. Persentase (%) 12 1 8 6 4 2 N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pedagang Pemerintah Menurun Meningkat. Gambar 2.4 Persepsi kelompok aktor terhadap nilai jual ikan tuna di PPN Ternate Permintaan pasar akan sumberdaya ikan tuna yang didaratkan di PPN Ternate selama 5 tahun terakhir menurut para aktor yang barasal dari kelompok nelayan hand line, pumpboat, dan pemda 1% meningkat. Untuk kelompok nelayan pole and line 8% aktor berpendapat permintaan pasar tuna meningkat, 15% tetap, dan 5% menurun. Sedangkan untuk kelompok pedagang, 95% responden berpendapat permintaan pasar terhadap tuna meningkat dan 5% tetap sama untuk periode 5 tahun terakhir. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa kelompok nelayan hand line, nelayan pumpboat, dan pemda berpendapat bahwa terjadi peningkatan permintaan pasar tuna. Sebagian besar kelompok nelayan pole and line dan pedagang juga berpendapat permintaan pasar tuna meningkat. Namun terdapat sebagian kecil nelayan pole and line yang berpendapat permintaan pasar tuna tetap dan menurun. Begitu pun untuk pedagang, terdapat sebagian kecil pedagang yang berpendapat bahwa permintaan pasar tuna tetap untuk 5 tahun terakhir. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5.

12 Persentase (%) 12 1 8 6 4 2 N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pedagang Pemerintah Menurun meningkat Gambar 2.5 Persepsi kelompok aktor terhadap permintaan pasar ikan tuna di PPN Ternate Hasil dari persepsi para aktor yang telah diuraikan di atas, dapat dipetakan dalam perseptual map sebagaimana disajikan pada Gambar 2.6. Perceptual map pada Gambar 2.6 menunjukan bahwa terjadi persamaan persepsi dari para aktor usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Persepsi stakeholder cenderung sama dan terletak di kuadran B. Hal ini berarti faktor-faktor atau atribut yang bersangkutan dengan sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate yakni volume produksi, ukuran hasil tangkapan, nilai jual dan permintaan pasar merupakan faktor penting yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Faktor-faktor ini telah berkembang dengan baik dan harus ditingkatkan. Meskipun begitu ada beberapa aktor yang mempunyai persepsi yang berbeda, yaitu beberapa faktor penting belum dilaksanakan sesuai dengan kehendak aktor. Hal ini dilihat dari adanya persepsi stakeholder yang terletak di kuadran A. 5 4 3 2 1-2 -1-1 1 2 3 4 5-2 -3 Handline pumpboat Pole and line Pemerintah Gambar 2.6 Perceptual map sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate

13 Persepsi terhadap Perkembangan Teknologi Usaha Penangkapan Tuna di PPN Ternate Persepsi terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate meliputi peningkatan jumlah armada penangkapan tuna, perningkatan teknologi penangkapan, dan daerah penangkapan ikan. Persepsi stakeholder terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate dilakukan pada 66 responden yang dibagi pada 4 grup. Grup 1 terdiri nelayan pancing ulur (hand line) kapasitas 3 GT berjumlah 2 responden, grup 2 terdiri dari nelayan pancing ulur (hand line) dengan sistem perahu katir (pumpboat) berjumlah 2 responden, grup 3 terdiri dari nelayan huhate (pole and line) berjumlah 2 responden, grup 4 yang terdiri dari pegawai dinas-dinas terkait berjumlah 6 responden. Persepsi stakeholder mengenai peningkatan jumlah armada penangkapan tuna yang ada di PPN Ternate sangat beragam. Kelompok nelayan hand line dengan %tase 1% berpendapat jumlah armada tuna semakin meningkat. Nelayan pumpboat yang berpendapat jumlah armada tuna di PPN Ternate meningkat hanya sebanyak 4% responden sisanya 6% berpendapat jumlahnya tetap. Sebanyak 35% responden yang berasal dari kelompok nelayan pole and line berpendapat bahwa jumlah armada meningkat, dan 65% berpendapat jumlahnya tetap. Responden yang berasal dari kelompok pemda berjumlah 33% berpendapat jumlah armada meningkat dan 67% jumlahnya tetap. Kondisi umum yang ditemukan terkait dengan persepsi stakeholder terhadap armada penangkapan adalah seluruh nelayan handline berpendapat bahwa armada penangkapan tuna meningkat. Sebagian besar nelayan pumpboat, nelayan pole and line dan pemda justru berpendapat bahwa jumlah armada penangkapan tuna cenderung tetap dan hanya sebagian kecil yang berpendapat meningkat. Persentase persepsi para aktor terhadap peningkatan jumlah armada penangkapan tuna di PPN Ternate dapat dilihat pada gambar 2.7. Persentese (%) 12 1 8 6 4 2 N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pemerintah Menurun Meningkat Gambar 2.7 Persepsi kelompok aktor terhadap peningkatan armada penangkapan tuna di PPN Ternate Teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh masing-masing unit penangkapan ikan berbeda-beda begitu pun persepsi para aktor. Seluruh (1%) aktor yang berasal dari kelompok nelayan hand line memiliki pendapat terjadi peningkatan teknologi penangkapan ikan di PPN Ternate untuk 5 tahun terakhir. Sebanyak 45% persepsi aktor dari kelompok nelayan pumpboat berpendapat terjadi peningkatan teknologi penangkapan ikan dan 55% aktor berpendapat tidak

14 terjadi peningkatan teknologi atau tetap. Sebanyak 35% responden dari kelompok nelayan pole and line berpendapat bahwa teknologi penangkapan mengalami peningkatan, 55% tidak terjadi peningkatan atau tetap selama 5 tahun terakhir dan 1% responden berpendapat teknologi penangkapan ikan di PPN Ternate justru menurun. Persepsi aktor dari kelompok pemda sebanyak 83% meningkat dan 17% tidak terjadi peningkatan teknologi penangkapan ikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.8. Uraian di atas menunjukan bahwa kelompok nelayan handline dan pemda memiliki persepsi yang relatif sama, yaitu bahwa teknologi penangkapan tuna cenderung meningkat. Sedangkan untuk kelompok nelayan pumpboat dan nelayan pole and line memiliki persepsi yang relatif sama, yaitu teknologi penangkapan cenderung tetap walaupun ada sebagian kecil dari mereka yang berpendapat bahwa teknologi pennagkapan tuna di PPN Ternate meningkat. 12 Persentase (%) 1 8 6 4 2 N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pemerintah Menurun Meningkat Gambar 2.8 Persepsi kelompok aktor terhadap peningkatan teknologi penangkapan tuna di PPN Ternate Mengenai daerah penangkapan ikan untuk stakeholder dari kelompok nelayan hand line seluruhnya (1%) berpendapat penangkapan tuna dilakukan di daerah penangkapan yang sama atau tetap. Kelompok nelayan pumpboat sebanyak 6% responden berpendapat daerah penangkapan tuna semakin jauh dan sisanya sebanyak 4% responden berpendapat daerah penangkapan tidak berubah atau tetap selama 5 tahun terakhir. Persepsi kelompok nelayan pole and line sebanyak 6% mempunyai daerah penangkapan yang sama atau tetap dan 4% berpendapat daerah penangkapan semakin jauh. Sementara untuk kelompok pemda memiliki persepsi yang lebih moderat yaitu 5% responden berpendapat daerah penangkapan semakin jauh dan 5% lagi berpendapat daerah penangkapan tuna yang didaratkan di PPN Ternate selama 5 tahun terakhir tetap. Persentase persepsi stakeholder terhadap kondisi daerah penangkapan tuna di PPN Ternate dapat dilihat pada Gambar 2.9. Uraian diatas menunjukan bahwa, sebagian besar nelayan pumpboat telah mampu memperluas daerah penagkapan ke perairan yang lebih jauh dari fishing base, sedangkan nelayan pole and line hanya sebagian kecil yang mampu melakukan ekspansi daerah penangkapan, sementara nelayan handline belum mampu melakukan ekspansi daerah penangkapan ikan.

15 Persentase (%) 12 1 8 6 4 2 N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pemerintah Semakin dekat Semakin jauh Gambar 2.9 Persepsi kelompok aktor terhadap kondisi daerah penangkapan tuna di PPN Ternate Persepsi stakeholder terhadap teknolog usaha penangkapan tuna di PPN Ternate secara keseluruhan digambarkan dalam perceptual map yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Perceptual map yang terdapat pada Gambar 2.1 menunjukan bahwa persepsi dari seluruh aktor tentang perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate adalah sama. Perkembangan jumlah armada penangkapan tuna, peningkatan teknologi penangkapan dan daerah penangkapan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Ketiga faktor ini sudah berkembang dengan baik dan harus tetap ditingkatkan. 5 4 3 2 1-2 -1-1 1 2 3 4 5-2 -3 Handline pumpboat Pole and line Pemerintah Gambar 2.1 Perceptual map perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate

16 Pembahasan Persepsi pelaku-pelaku usaha penangkapan tuna di PPN Ternate dapat dijadikan landasan dalam mewujudkan visi bersama dalam mencapai kegiatan perikanan berkelanjuan. Persepsi stakeholder terhadap volume produksi ikan tuna memberikan bukti di lapangan selain data statistik yang dimiliki PPN Ternate. Berdasarkan data statistik PPN Ternate menyatakan bahwa volume produksi tuna meningkat pada tahun 211 sebesat 31,47% dari produksi tuna pada hahun 21. Volume produksi tuna di PPN Ternate pada tahun 21 sebesar 28,8 ton menjadi 436,2 ton pada tahun 211 (Statistik PPN Ternate, 211). Perbedaan persepsi yang signifikan terjadi pada grup 3. Hal ini berbeda dengan persepsi grup lainya (1,2,4 dan 5). Perbedaan ini terjadi karena aktor grup 3 merupakan nelayan huhate (pole and line) yang melakukan penangkapan dengan target utama adalah cakalang, sementara tuna merupakan hasil tangkapan sampingan (by catch). Penurunan jumlah hasil tangkapan tuna oleh nelayan pole and line dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, memberikan dampak positif terhadap jumlah hasil tangkapan tuna yang layak tangkap. Abdullah et al. (211) menyatakan bahwa produksi tuna di Kota Ternate meningkat sebesar 43,4% dimulai dari periode tahun 25 (6,6 ton) sampai tahun 29 (2.193,65 ton). Tuna di PPN Ternate didaratkan oleh hand line dan pumpboat. Tuna yang didaratkan merupakan tuna dewasa dengan ukuran rata-rata 1 sampai 1,5 m. Ukuran panjang tuna dewasa, menurut Fishbase (213) adalah 15 cm dengan maksimal panjang 239 cm. Hal ini berbeda dengan hasil tangkapan tuna oleh pole and line, dimana ukuran panjangnya adalah 15 sampai 3 cm (baby tuna). Kondisi ini tidak hanya terjadi di PPN Ternate, tetapi juga terjadi di wilayah perairan Pelabuhanratu, dimana tuna hasil tangkapan pancing ulur (hand line) berukuran lebih besar berkisar antara 12,5 sampai 156 cm (Mertha et al. 25). Nilai jual dan permintaan pasar merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi. Semakin banyak permintaan pasar maka nilai jual akan semakin tinggi. Meningkatnya permintaan pasar terhadap tuna di PPN Ternate pada tahun 212 berdampak pada peningkatan nilai jual tuna (Tabel 2.2). Peningkatan permintaan pasar terhadap tuna terindikasi diakibatkan dari kesadaran masyarakat yang mulai menyukai tuna untuk dikonsumsi. Abdullah et al. (211), menjelakan jika peningkatan produksi tuna Kota Ternate meningkat pada tahun 25 sampai tahun 29 sebesar 86,92% dengan nilai yang diperoleh sebesar Rp 3 milyar (25) menjadi Rp 28,52 milyar (29). Kondisi ini menunjukan bahwa program revitalisasi tuna yang dilakukan PPN Ternate berjalan seperti yang diharapkan. Tabel 2.2 Produksi dan nilai produksi tuna di PPN Ternate tahun 27-211 Tahun Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp x 1) 27 11 1.17 28 213 2.781 29 365 4.826 21 28,8 5.41 211 436,2 7.971.468 Sumber: Laporan statistik PPN Ternate (211)

Peningkatan nilai produksi tuna, tidak hanya disebabkan oleh perubahan presepsi masyarakat tentang konsumsi tuna. Hal lain yang terindikasi mempengaruhi peningkatan nilai produksi antara tuna dengan cakalang adalah permintaan pasar nasional. Abdullah et al. (211) mengemukakan, tingginya persentase nilai produksi tuna dibandingkan cakalang maupun layang di Kota Ternate dipengaruhi oleh pasar utama dari ketiga jenis ikan ini. Trondsen (21) melanjutkan bahwa nilai pasar dapat ditingkatkan dengan kegiatan pemasaran. Salah satu pasar utama tuna selain dijual di Kota Ternate, sebagian besar dipasarkan di luar daerah yakni dipasarkan ke Bitung Provinsi Sulawesi Utara, Konsep perikanan berkelanjutan menurut Satria (24) memiliki tiga aspek penting yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial. Namun dalam suatu sistem pengelolaan, maka faktor teknis memiliki pengaruh yang sama dengan ketiga aspek penting diatas. Faktor teknis yang dimaksud yaitu armada penangkapan dan teknologi penangkapan ikan, sementara untuk faktor ekologi berkaitan dengan daerah penangkapan. Persepsi masing-masing kelompok aktor sangat beragam. Jumlah responden dari total aktor yang menyatakan terjadi peningkatan jumlah armada tuna di PPN Ternate dalam kurun waktu 5 tahun terakhir adalah 37 orang (56%) dan 29 responden (44%) menyatakan tidak terjadi penambahan. Data statistik PPN Ternate menyebutkan bahwa peningkatan jumlah terjadi pada armada penangkapan tuna di tahun 21 sampai tahun 211. Jumlah armada penangkapan tuna pada tahun 21 untuk hand line sebanyak 5 unit menjadi 62 unit. Persepsi dari aktor di grup 3 (Gambar 2.6) yang sebagian besar berpendapat tidak terjadi peningkatan dikarenakan responden di grup tersebut adalah nelayan unit penangkapan huhate (pole and line). Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing ulur (hand line) tidak terlalu diperhatikan. Salah satu faktor yang menyebabkan persepsi nelayan pole and line cenderung seperti itu karena untuk armada pole and line sendiri justru mengalami penurunan unit penangkapannya. Data statistik PPN Ternate menunjukan bahwa pada tahun 21 terdapat 52 unit armada pole and line, jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 211 menjadi 5 unit. Sementara untuk para responden di grup 1, 2, dan 4 merupakan para pelaku utama dalam pemanfaatan sumberdaya tuna di PPN Ternate sehingga cenderung memiliki persepsi yang sama yaitu terjadi peningkatan jumlah armada penangkapan. Astarini et al. (211) mengemukanan bahwa Kota Ternate yang merupakan bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715 berdasarkan laporan dari DKP dan LIPI (21) masih dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan nelayan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangangan perikanan berbasis Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) hand line dan pole and line masih dimungkinkan untuk penambahan unit penangkapan. Penambahan unit penangkapan hand line dan pole and line bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tingkat pemanfaatannya baru mencapai 41,83%. Komposisi optimal untuk masing-masing unit sebanyak 751 unit pancing ulur (hand line) dan 33 unit huhate (pole and line) (Astarini et al 211). Informasi mengenai daerah penangkapan ikan sangat dibutuhkan untuk mengetahui keberhasilan operasi penangkapan ikan. Informasi ini dapat mempermudah nelayan dari tiap unit penangkapan untuk memaksimalkan upaya 17