BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil Wawancara. Kecamatan Jatiasih

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

Lampiran 1. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2003

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sektor pajak semakin besar dan semakin penting artinya untuk membiayai

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN. III.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian Kecamatan Bantar Gebang, Kecamatan. Jatiasih, dan Kecamatan Bekasi Utara

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat,

Lampiran 1. Hasil Analisis Skalogram Tahun 2003

BAB III PENYAJIAN DATA. 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta. pusat yang sebagian besar hasilnya (90%) diserahkan kembali kepada daerah yang

WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK

PANDUAN MUSRENBANG KELURAHAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerimaan Ketetapan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan di

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d.

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari pembahasan bab terdahulu, diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu:

KETUA PENGADILAN AGAMA BEKASI. SURAT KEPUTUSAN Nomor: W10-A19/090/SK/HK.05/I/2016

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

: Tugas dari Petugas pemungut pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan sebagaimana dimaksud pada diktum kedua adalah: 1. Bupati Banyuwangi,

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DAERAH STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai segala kebutuhannya. Tidak terkecuali

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System.

Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Taman Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo SKRIPSI

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN I : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR : 53 TAHUN 2011 TANGGAL: 30 DESEMBER 2011 SISTEM DAN PROSEDUR ADMINISTRASI PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-dasar atau prinsip pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah nilai

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kewenangan untuk mengelola potensi daerah dalam rangka menggali

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap. Target Penerimaan PBB TA.

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB III PEMBAHASAN. 1. Efektifitas pajak restoran ditinjau dari potensi Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

a. Menetapkan kebijakan daerah di bidang pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah; b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan pendapatan PBB; c. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

2015, No Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indone

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

1 of 6 02/09/09 11:59

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 20 TAHUN 2016

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja Pelaksanaan APBD

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 54 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. tanggal 1 Januari 1986 berdasarkan UU No. 12 Tahun Kemudian UU ini

Disusun Oleh: NURUL MARKHUMAH A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MALUKU TENGGARA

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi Sebagai salah satu wujud pelaksanaan otonomi daerah, maka Pemerintah Kota Bekasi terus berupaya mengelola sumber-sumber penerimaan daerah secara maksimal guna meningkatkan penerimaan daerah yang nantinya dipergunakan untuk membiayai belanja daerah. PBB merupakan salah satu penerimaan di Kota Bekasi yang cukup potensial untuk membiayai pembangunan daerah. Untuk mengetahui seberapa besar penerimaan PBB di wilayah Kota Bekasi dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel IV.1 Penerimaan PBB di Wilayah Kota Bekasi Tahun Anggaran 2008-2010 No. Tahun Target Realisasi Laju Pertumbuhan 1 2007 76.150.000.000 78.090.399.728-2 2008 91.646.190.000 88.704.941.381 13,59% 3 2009 114.393.705.000 103.206.703.494 16,35% 4 2010 115.785.319.000 118.888.401.287 15,19% Sumber : Dispenda Kota Bekasi, data diolah Dari tabel di atas pada tahun 2008 sampai dengan 2010 realisasi Pajak Bumi dan Bangunan mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2008 laju pertumbuhan PBB mencapai 13,59% yaitu dari Rp 78.090.399.728 pada tahun 2007 menjadi Rp 88.704.941.381 pada tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh realisasi pendapatan yang melebihi target karena adanya pengembangan Kota Bekasi sehingga tingkat penjualan tanah dan bangunan meningkat. Pada tahun berikutnya yakni tahun 2009 laju 49

pertumbuhan PBB juga masih mengalami kenaikan, hingga mencapai 16,35% dengan total Rp 103.206.703.494. Hal ini disebabkan terealisasinya tunggakan PBB dan adanya insentif dari Pemerintah Pusat karena keberhasilan PBB tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 Realisasi PBB mengalami penurunan, hingga mencapai 15,19% yaitu dengan total Rp 118.888.401.287 karena adanya tunggakan PBB pada tahun 2009 yang masih belum tertagih pada hingga tahun 2010. Dengan kata lain apabila dihitung kenaikan realisasi PBB dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 memiliki rata-rata laju pertumbuhan PBB Wilayah Kota Bekasi yaitu sebesar 15,04%. Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Kota Bekasi pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 perlu dikontrol agar tidak terjadi tunggakan PBB di tahun-tahun pajak berikutnya yang menyebabkan laju pertumbuhan Pajak Bumi dan Bangunan menurun. IV.2 Kontribusi PBB Terhadap Pendapatan Daerah Kota Bekasi Berdasarkan hasil analisis penerimaan PBB, dapat disimpulkan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi telah berhasil dalam realisasi Pajak Bumi dan Bangunan sesuai atau lebih dari target yang ditelah ditentukan. Berikut ini adalah besarnya Pendapatan Daerah Kota Bekasi pada tahun 2008 sampai dengan 2010: 50

Tabel IV.2 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bekasi Tahun Anggaran 2008-2010 Tahun Realisasi Pendapatan Daerah Laju Pertumbuhan 2008 1.235.060.641.143-2009 1.480.482.397.875 19,87% 2010 1.582.441.084.727 6,89% Sumber : Dispenda Kota Bekasi, data diolah Dapat diketahui laju pertumbuhan pendapatan daerah pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan. Pada tahun 2008 realisasi pendapatan daerah sebesar Rp 1.2355.060.641.143 menjadi Rp 1.480.482.397.875 pada tahun 2009 dengan persentase sebesar 19,87%. Tahun 2010 realisasi sebesar Rp 1.582.441.084.727 dengan laju pertumbuhan sebesar Rp 6,89%, penurunan tersebut diakibatkan sumbersumber pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah mengalami penurunan. Untuk melihat seberapa besar kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Daerah dapat dilihat sebagai berikut: Tabel IV.3 Kontribusi PBB Terhadap Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2008-2010 Tahun Realisasi Penerimaan PBB Realisasi Pendapatan Daerah Kontribusi PBB 2008 88.704.941.381 1.235.060.641.143 7,18% 2009 103.206.703.494 1.480.482.397.875 6,97% 2010 118.888.401.287 1.582.441.084.727 7,51% Sumber : Dispenda Kota Bekasi, data diolah Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 7,51% dan terendah pada tahun 2009 yakni sebesar 51

6,97% yang dinilai sangat kurang atau rendah. Hal ini dikarenakan Pajak Bumi dan Bangunan termasuk dalam dana perimbangan yang merupakan pajak pusat dimana masih terdapat bagian yang harus dibagi dengan pemerintah pusat. Selain itu Pajak Bumi dan Bangunan merupakan bagian terkecil dari kelompok dana bagi hasil pajak, oleh karena itu kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Daerah termasuk kurang efektif. Padahal jika dilihat dari penerimaan pendapatan daerah, kontribusi terbesar penyumbang total pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan. Dengan kata lain seharusnya sumbangan atau manfaat yang diberikan oleh Pajak Bumi dan Bangunan Kota Bekasi terhadap Pendapatan Daerah dinilai baik. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis, kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Kota Bekasi terhadap pendapatan daerah dinilai sangat kurang dengan rata-rata hanya mencapai 7,22% per tahun. Dengan diberlakukannya UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai aktif diberlakukan di Kota Bekasi pada tahun 2013, membawa perubahan yang cukup signifikan khususnya pada sektor PBB. PBB yang selama ini pengaturannya dilakukan dalam UU Nomor 12 Tahun 1994, maka dengan diberlakukannya UU PDRD menjadi bagian dari pajak daerah khususnya untuk Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan. Dari segi substansi pajak, pada hakikatnya kewenangan pemajakan atas tanah dan bangunan merupakan hak dari pemerintah daerah dimana tanah dan bangunan tersebut berada atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hak pemajakan PBB sektor pedesaan dan perkotaan sejatinya berada pada pemerintah daerah bukan pada pemerintah pusat. Hal ini pun sudah disadari dan dipahami dengan sangat baik oleh pemerintah pusat dimana sebagian besar hasil pungutan PBB dikembalikan lagi ke daerah melalui mekanisme Dana Bagi Hasil Pajak dalam APBN. Bahkan 9% penerimaan PBB yang merupakan biaya pungut sebagian 52

besar juga kembali disalurkan ke daerah. Sehingga dapat dikatakan meskipun mekanisme pemungutan PBB sebelum diberlakukan UU PDRD berada di tangan pemerintah pusat, namun hasil pungutannya kembali disalurkan ke daerah melalui mekanisme APBN. Kebijakan UU PDRD ini adalah potensi kenaikan pendapatan daerah. IV.3 Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah sebagai berikut: Tabel IV.4 Pembagian Hasil Penerimaan PBB Kota Bekasi Tahun 2008 sampai dengan 2010 Tahun Realisasi Pusat (10%) Kab/Kota (64,8%) Propinsi 16,2% Pemungutan 9% 2008 88.704.941.381 8.870.494.138 57.480.802.015 14.370.200.504 7.983.444.724 2009 103.206.703.494 10.320.670.349 66.877.943.864 16.719.485.966 9.288.603.314 2010 118.888.401.287 11.888.840.129 77.039.684.034 19.259.921.008 10.699.956.116 Sumber : Dispenda Kota Bekasi, data diolah Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Kota Bekasi pada tahun 2008 sampai dengan 2010 cenderung naik dari tahun ke tahun baik untuk Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Biaya Pemungutan. Rata- rata Laju Pembagian Hasil Penerimaan PBB Kota Bekasi Tahun 2008-2010 adalah sebesar 15,04%. Berdasarkan hal tersebut maka pengeluaran PBB mempunyai manfaat dan dampak yang nyata terhadap masyarakat. 53

IV.4 Tingkat Pencapaian PBB di Kota Bekasi Kota Bekasi merupakan daerah yang pengenaan PBBnya termasuk dalam sektor pedesaan dan perkotaan. Sektor pedesaan dan perkotaan adalah objek Pajak Bumi dan Bangunan yang salah satunya meliputi kawasan industri dan pemukiman. Untuk mengetahui tingkat pencapaian Pajak Bumi dan Bangunan maka harus membandingkan antara realisasi penerimaan PBB dengan target yang sesungguhnya ingin dicapai. Berikut disajikan target, realisasi dan tingkat pencapaian PBB tahun 2008 sampai dengan tahun 2010: Tabel IV.5 Tingkat Pencapaian Penerimaan PBB Kota Bekasi Tahun Anggaran 2008 No. Kecamatan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Bantar Gebang 3.882.463.970 4.071.290.076 104,86% 2 Bekasi Utara 7.310.091.760 7.512.429.151 102,77% 3 Medan Satria 8.459.342.769 8.559.019.085 101,18% 4 Rawalumbu 7.652.732.792 7.487.383.495 97,84% 5 Pondok Melati 4.038.014.960 3.919.245.879 97,06% 6 Pondok Gede 9.629.323.088 9.287.056.297 96,45% 7 Bekasi Timur 7.594.471.334 7.274.595.444 95,79% 8 Jati Sampurna 5.697.129.929 5.451.809.587 95,69% 9 Jatiasih 7.011.182.171 6.695.047.485 95,49% 10 Bekasi Barat 6.447.749.654 6.118.517.543 94,89% 11 Mustika Jaya 4.966.445.947 4.562.304.525 91,86% 12 Bekasi Selatan 10.757.241.626 9.185.420.612 85,39% Sumber : Dispenda Kota Bekasi, data diolah Berdasarkan Tabel IV.5 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008, Kecamatan Bantar Gebang merupakan Kecamatan yang paling besar tingkat pencapaian Pajak Bumi dan Bangunannya yaitu sebesar 104,86%, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar Rp 4.071.290.076 dengan target yang direncanakan sebesar Rp 54

3.882.463.97. Sedangkan diurutan terendah pada Kecamatan Bekasi Selatan yaitu sebesar 85,39% dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar Rp 9.185.420.612 dengan target yang direncanakan sebesar Rp 10.757.241.616. Tabel IV.6 Tingkat Pencapaian Penerimaan PBB Kota Bekasi Tahun Anggaran 2009 No. Kecamatan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Medan Satria 11.297.859.281 11.333.927.290 100,32% 2 Bantar Gebang 4.764.395.134 4.772.077.955 100,16% 3 Bekasi Selatan 13.434.273.954 13.454.387.369 100,15% 4 Bekasi Barat 8.175.549.141 7.465.767.998 91,32% 5 Bekasi Timur 9.360.036.041 8.498.929.413 90,80% 6 Bekasi Utara 9.292.896.674 8.227.748.450 88,54% 7 Jati Sampurna 6.942.319.492 5.982.284.330 86,17% 8 Rawalumbu 9.658.193.673 8.253.447.304 85,46% 9 Mustika Jaya 6.160.551.199 5.209.644.722 84,56% 10 Jati Asih 8.892.221.105 7.362.829.846 82,80% 11 Pondok Melati 5.166.306.120 4.242.317.777 82,12% 12 Pondok Gede 11.886.589.590 9.353.525.270 78,69% Sumber : Dispenda Kota Bekasi, data diolah Berdasarkan Tabel IV.6 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 Kecamatan Medan Satria merupakan Kecamatan yang Tingkat Pencapaian PBBnya paling besar yakni sebesar 100,32%, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar Rp 11.333.927.281 dengan target yang direncanakan sebesar Rp 11.297.859.281. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Bantar Gebang sebesar 100,16%. Sedangkan diurutan terendah yaitu Kecamatan Pondok Gede dengan tingkat pencapaian sebesar 78,69%, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar RP 9.353.535.270 dengan target yang direncanakan sebesar Rp 11.886.589.590. 55

Tabel IV.7 Tingkat Pencapaian Penerimaan PBB Kota Bekasi Tahun Anggaran 2010 No. Kecamatan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Bekasi Timur 9.798.500.341 10.684.473.039 109,04% 2 Bekasi Utara 9.636.552.716 10.215.680.960 106,01% 3 Medan Satria 11.278.533.875 11.698.312.094 103,72% 4 Bantar Gebang 5.269.757.546 5.442.715.369 103,28% 5 Bekasi Barat 8.175.549.141 8.150.424.203 99,69% 6 Bekasi Selatan 14.129.981.219 13.894.362.174 98,33% 7 Mustika Jaya 6.922.214.073 6.739.212.811 97,36% 8 Jati Sampurna 8.251.594.015 7.562.578.483 91,65% 9 Rawalumbu 10.951.071.303 10.022.255.579 91,52% 10 Pondok Melati 5.757.260.992 5.248.977.017 91,17% 11 Pondok Gede 13.137.300.546 11.101.838.546 84,51% 12 Jatiasih 10.819.262.650 9.116.173.706 84,26% Sumber : Dispenda Kota Bekasi, data diolah Berdasarkan Tabel IV.7 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 Kecamatan Bekasi Timur merupakan kecamatan yang paling besar tingkat pencapaian PBBnya yaitu sebesar 109,04%,, dimana realisasi penerimaan PBB sebesar Rp 10.684.473.039 dengan target yang direncanakan sebesar Rp 9.798.500.341. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Bekasi Utara sebesar 106,01%. Sedangkan diurutan terakhir yaitu Kecamatan Jatiasih dengan tingkat pencapaian sebesar 84,26%, dimana realisasi penerimaan PBB sebesar Rp 9.116.173.706 dengan target yang direncanakan sebesar Rp 9.798.500.341. IV.5 Tinjauan Target dan Realisasi Penerimaan PBB di Kota Bekasi Berdasarkan hasil analisis dari 12 kecamatan tersebut, Kecamatan Bantar Gebang, Medan Satria, dan Mustika Jaya adalah kecamatan yang wilayahnya didominasi 56

oleh kawasan industri. Sedangkan kecamatan lainnya rata-rata merupakan daerah yang didominasi oleh pemukiman dan pertokoan. Kecamatan Bantar Gebang selalu berada di urutan 4 besar sebagai Tingkat Pencapaian PBB tertinggi. Hal ini disebabkan karena biasanya wajib pajak di kawasan industri lebih taat membayar pajak. Sedangkan kecamatan yang daerahnya didominasi oleh kawasan pemukiman salah satunya yaitu Kecamatan Jatiasih dan Kecamatan Bekasi Utara. Kecamatan Jatiasih tingkat pencapaian PBBnya selalu berada diurutan 4 terendah, dan Kecamatan Bekasi Utara Tingkat Pencapaian PBBnya berada diurutan 3 tertinggi. Sehingga tidak hanya kawasan industri saja yang lebih taat membayar pajaknya, kawasan pemukiman juga tidak menutup kemungkinan taat membayar pajak. IV.5.1 Tinjauan Target dan Realisasi Penerimaan PBB di Wilayah Kecamatan Bantar Gebang Kecamatan Bantar Gebang merupakan kecamatan yang wilayahnya berada di kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Daerah ini juga banyak berdiri industriindustri, baik industri lokal maupun non-lokal dibandingkan kawasan pemukimannya. Hal ini sangat memacu tingginya kepatuhan dalam pembayaran PBB. Karena tingkat kesadaran wajib pajak di kawasan industri biasanya lebih baik dibandingkan kawasan lainnya seperti pemukiman. Untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi PBB yang telah dicapai atas target, berikut ini adalah tabel-tabel target,realisasi dan tingkat pencapaian penerimaan PBB di Kecamatan Bantar Gebang tahun 2008 sampai dengan 2010: 57

Tabel IV.8 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Kecamatan Bantar Gebang Tahun Anggaran 2008-2010 Tahun Target Realisasi Tingkat Pencapaian 2008 3.882.463.970 4.071.290.076 104,86% 2009 4.764.395.134 4.772.077.956 100,16% 2010 5.269.757.546 5.442.715.369 103,28% Sumber : Kecamatan Bantar Gebang, data diolah Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 target penerimaan PBB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dan target tersebut dapat dicapai dengan maksimal bahkan melebihi target yang direncanakan. Pada tahun 2008 tingkat pencapaian PBB sebesar 104,86%. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat pencapaiannya menurun menjadi 100,16% namun masih mencapai target yang direncanakan. Dan pada tahun 2010 tingkat pencapaiannya naik menjadi 103,28%. Dengan kata lain apabila dihitung rata-rata tingkat pencapaian PBB Kecamatan Jatiasih dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sebesar 102,76%. Dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 target yang telah ditetapkan selalu tercapai. Hal ini disebabkan karena wilayah Bantar Gebang merupakan wilayah industri dimana tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB lebih tinggi dibandingkan dengan pemukiman biasa. Penyerahan SPPT kepada wajib pajak dengan tepat waktu juga menjadi penyebab baiknya penerimaan PBB di Kecamatan Bantar Gebang. Sosialisasi juga sangat penting kepada masyarakat, oleh karena itu selalu diadakan rapat mingguan yang dilakukan secara keliling ke kelurahan-kelurahan maupun di kecamatan, sehingga dapat diketahui sampai sejauh 58

mana PBB sudah terealisasi. Kecamatan membagikan tugas ke tiap kelurahan untuk melakukan penagihan dan ditunjuk juga koordinator untuk memantau setiap lurahnya. Namun Kecamatan Bantar Gebang juga memiliki kendala dalam penagihan PBBnya. Di antaranya adalah masih adanya SPPT ganda, sehingga target penerimaan PBB menjadi lebih besar, tetapi masalah ini tidak terlalu banyak sehingga tidak mempengaruhi pencapaian target. Selain itu juga ada beberapa SPPT yang tidak diketahui alamatnya dengan jelas atau salah alamat, sehingga membingungkan petugas penagih dalam menyampaikan SPPTnya. Kendala berikutnya yaitu adanya perumahan Pekerjaan Umum yang tidak dihuni lagi oleh pemiliknya. Penyebab lain yang juga pernah di temukan yaitu kesalahan pada perhitungan luas tanah dan bangunan, sehingga banyak wajib pajak yang keberatan untuk membayar PBBnya karena dianggap tidak sesuai dengan besarnya PBB yang sebenarnya. Wajib Pajak wilayah Kecamatan Bantar Gebang juga jarang yang membayarkan PBBnya langsung ke Bank, tapi membayarnya pada saat opsir (operasi sisir) yang dilakukan petugas penagih setiap hari Sabtu di RW-RW sekitar sehingga memudahkan wajib pajak dalam membayar pajaknya. Pada dasarnya kesadaran dan pemahaman wajib pajak di wilayah Bantar Gebang sangat tinggi sehingga memudahkan untuk melakukan penagihan PBB. Kecamatan Bantar Gebang terdiri dari 4 kelurahan dimana untuk Buku I sampai Buku III yang jumlah PBBnya kurang dari Rp 2.000.000 ditagih oleh kelurahan sedangkan untuk Buku IV dan Buku V yang jumlah PBBnya diatas Rp 2.000.000 ditagih oleh kecamatan. Setiap kelurahan memiliki target dan realisasi PBB yang berbeda. Berikut ini tabel target, realisasi, dan tingkat pencapaian penerimaan PBB Buku I 59

sampai dengan Buku V Kecamatan Bantar Gebang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010: Tabel IV.9 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Bantar Gebang Tahun Anggaran 2008 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Kec. Bantar Gebang* 2.648.509.460 2.696.699.292 101,82% 2 Kel. Ciketing Udik 262.491.588 287.712.107 109,61% 3 Kel. Sumur Batu 269.678.171 284.125.911 105,36% 4 Kel. Cikiwul 328.522.376 402.114.082 122,40% 5 Kel. Bantar Gebang 373.262.375 400.638.684 107,33% Total 3.882.463.970 4.071.290.076 104,86% Sumber : Kecamatan Bantar Gebang, data diolah *)Buku IV dan V Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2008 yang terbesar terdapat di Kecamatan Bantar Gebang, yaitu sebesar Rp 2.696.699.292, hal ini disebabkan karena Kecamatan Bantar Gebang melakukan penagihan untuk nominal PBB di atas Rp 2.000.000 sehingga penerimaan PBBnya pun besar. Sedangkan untuk penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kelurahan Sumur Batu, yaitu sebesar Rp 284.125.911. Namun jika dilihat dari hal pencapaian target, maka yang terbesar terdapat di Kelurahan Ciketing Udik dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 262.491.588 dengan realisasi sebesar Rp 287.712.107. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai adalah sebesar 109,61% dari target penerimaan. Sedangkan pencapaian target yang terkecil yaitu terdapat di Kecamatan Bantar Gebang, dimana target penerimaan PBB adalah 60

sebesar Rp 2.648.509.406 dengan realisasi sebesar Rp 2.696.699.292. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai sebesar 101,82%. Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2008 sepenuhnya mencapai target, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 104,86% dari target penerimaan PBB. Tabel IV.10 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Bantar Gebang Tahun Anggaran 2009 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Kec. Bantar Gebang* 3.083.623.860 3.087.009.052 100,11% 2 Kel. Ciketing Udik 331.529.753 333.249.111 100,52% 3 Kel. Sumur Batu 365.145.109 365.927.287 100,21% 4 Kel. Cikiwul 498.664.210 499.995.514 100,27% 5 Kel. Bantar Gebang 485.432.202 485.896.992 100,10% Total 4.764.395.134 4.772.077.956 100,16% Sumber : Kecamatan Bantar Gebang, data diolah *) Buku IV dan V Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2009 yang terbesar terdapat di Kecamatan Bantar Gebang, yaitu sebesar Rp 3.087.009.052. Sedangkan untuk penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kelurahan Ciketing Udik, yaitu sebesar Rp 333.249.111. Namun jika dilihat dari hal pencapaian target, maka yang terbesar terdapat di Kelurahan Ciketing Udik dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 331.529.753 dengan realisasi sebesar Rp 333.249.111. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai adalah sebesar 100,52% dari target penerimaan. Sedangkan pencapaian 61

target yang terkecil yaitu terdapat di Kelurahan Bantar Gebang, dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 485.432.202 dengan realisasi sebesar Rp 485.896.992. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai sebesar 100,10%. Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2009 sepenuhnya mencapai target dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 100,16% dari target penerimaan PBB, walaupun cenderung menurun dibandingkan tahun 2008. Tabel IV.11 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Bantar Gebang Tahun Anggaran 2010 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Kec. Bantar Gebang 3.584.096.848 3.697.952.623 103,18% 2 Kel. Ciketing Udik 377.511.177 390.860.113 103,54% 3 Kel. Sumur Batu 352.143.249 364.246.673 103,44% 4 Kel. Cikiwul 489.053.294 498.454.471 101,92% 5 Kel. Bantar Gebang 466.952.978 491.201.489 105,19% Total 5.269.757.546 5.442.715.369 103,28% Sumber : Kecamatan Bantar Gebang, data diolah *)Buku IV dan V Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2010 yang terbesar terdapat di Kecamatan Bantar Gebang, yaitu sebesar Rp 3.697.952.623. Sedangkan untuk penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kelurahan Sumur Batu, yaitu sebesar Rp 364.246.673. Namun jika dilihat dari hal pencapaian target, maka yang terbesar terdapat di Kelurahan Bantar Gebang dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 466.952.978 dengan realisasi sebesar Rp 491.201.489. Ini berarti realisasi penerimaan 62

yang tercapai adalah sebesar 105,19% dari target penerimaan. Sedangkan pencapaian target yang terkecil yaitu terdapat di Kecamatan Bantar Gebang, dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 3.584.096.848 dengan realisasi sebesar Rp 3.697.952.623. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai sebesar 103,18%. Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2010 sepenuhnya mencapai target dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 103,28% dari target penerimaan PBB. Berikut ini di sajikan grafik untuk mengetahui tingkat pencapaian penerimaan PBB per kelurahan di Kecamatan Bantar Gebang secara keseluruhan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010: Grafik IV.1 Tingkat Pencapaian Penerimaan PBB Per Kelurahan di Bantar Gebang Tahun Anggaran 2008 sampai 2010 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan penerimaan PBB mengalami fluktuasi. Namun setiap tahunnya seluruh kelurahan di Kecamatan Bantar Gebang 63

mencapai target bahkan lebih dari target yang direncanakan. Pada tahun 2009 terjadi penurunan pencapaian target, hal ini disebabkan karena target SPPT yang diberikan pemerintah meningkat cukup besar tapi tidak seluruhnya dapat di tagih. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala bagi Kecamatan Bantar Gebang untuk mencapai target PBBnya. Banyaknya industri yang ada di kawasan Kecamatan Bantar Gebang sangat mempengaruhi tercapainya target penerimaan PBB selalu tercapai dengan baik. Karena tingkat kesadaran pembayaran pajak di kawasan industri sangat baik. Biasanya mereka selalu tepat waktu dalam pembayaran PBB dan jarang menunggak PBB kecuali untuk industri yang mengalami kebangkrutan. Sedangkan pada tahun 2010 tingkat pencapaiannya mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya karena jumlah SPPT pada tahun ini dikurangi, tidak sebesar tahun 2009. Adapun tunggakan pembayaran PBB pada tahun 2009 dibayarkan pada tahun 2010 sehingga realisasi atas targetnya bertambah dan meningkatkan pencapaian target. Oleh karena itu tingkat pencapaian PBB yang terealisasi lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dari 4 kelurahan untuk penagihan Buku I sampai Buku III terdapat 3 kelurahan yang warganya menerima dana kompensasi atas sampah dari Pemerintah DKI yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu. Dana ini sangat membantu wajib pajak dalam pembayaran PBB khususnya untuk warga perkampungan sekitar. Sehingga mereka tidak terlalu terbebani dengan pembayaran PBB karena terbantu dengan dana kompensasi tersebut. Sosialisasi yang dilakukan oleh Kecamatan Bantar Gebang dan kelurahankelurahan yang berada di wilayah sekitanya tidak jauh berbeda dengan wilayah Kecamatan lainnya. Hanya saja untuk wilayah Bantar Gebang dilakukan sosialisasi 64

melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah. Upaya camat dan lurah setempat juga sangat baik untuk dapat mempertahankan pencapaian target PBBnya. Seperti di Kelurahan Sumur Batu, petugas menyebarkan selembaran yang isinya untuk mengingatkan wajib pajak dalam pembayaran PBB, selembaran tersebut disebarkan ke warung-warung, kantor RW, Puskesmas, dan fasilitas masyarakat lainnya agar meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB. Untuk membayar pajaknya pun tidak perlu repot datang ke Bank, karena petugas penagih dari kelurahan maupun kecamatan melakukan pengeteman (keliling) setiap hari sabtu agar memudahkan wajib pajak dalam pembayaran PBB. Upaya lainnya yang dilakukan oleh Kecamatan Bantar Gebang yaitu dengan melakukan pengendalian pencapaian PBB melalui Daftar Himpunan Ketetapan Pajak dan Pembayaran (DHKP) yang SPPTnya langsung dipilah ke setiap RT atau RW setempat serta pemilahan untuk SPPT yang bermasalah yang kemudian akan dibuat laporan ke tingkat kecamatan dan kota sebagai evaluasi pencapaian PBBNya. Pada dasarnya selalu tercapainya target penerimaan PBB Kecamatan Bantar Gebang dipicu karena Kecamatan ini berada di wilayah yang sebagian besar merupakan kawasan industri yang tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar pajaknya baik, sehingga pembayaran PBB di wilayah ini selalu mencapai target dan berada di urutan 4 besar. IV.5.2 Tinjauan Target dan Realisasi Penerimaan PBB di Wilayah Kecamatan Jatiasih Pajak Bumi dan Bangunan memiliki peranan yang cukup dalam pendapatan negara untuk menyelenggarakan Pemerintahan dan Pembangunan. Setiap tahunnya Pemerintah telah menetapkan target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat 65

tercapai atau bahkan dapat melebihi dari target yang ditentukan. Kecamatan Jatiasih merupakan wilayah yang sebagian besar daerah pemukiman dan wilayah ini masih banyak ditinggali oleh warga aslinya. Setiap tahun harga jual tanah di wilayah ini meningkat tinggi dipicu dengan adanya Tol JORR yang diresmikan pada tahun 2007 yang membuat akses untuk ke kawasan ini menjadi lebih mudah.. Sehingga banyak munculnya perumahan-perumahan di wilayah ini. Oleh sebab itu, Jatiasih memiliki potensi yang besar dalam pengembangan pembangunan Kota Bekasi. Diharapkan realisasi atas PBBnya pun dapat tercapai dengan baik. Untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi yang telah dicapai atas target, berikut ini adalah tabel-tabel target,realisasi dan tingkat pencapaian penerimaan PBB di Kecamatan Jatiasih tahun 2008 sampai dengan 2010: Tabel IV.12 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Kecamatan Jatiasih Tahun Anggaran 2008-2010 Tahun Target Realisasi Tingkat Pencapaian 2008 7.011.182.171 6.695.047.485 95,49% 2009 8.892.221.105 7.362.829.847 82,80% 2010 10.819.262.650 9.116.173.706 84,26% Sumber : Kecamatan Jatiasih, data diolah Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 target penerimaan PBB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun peningkatan target tersebut tidak terealisasi secara maksimal. Pada tahun 2008 tingkat pencapaian PBB sebesar 95,49%. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat pencapaiannya turun menjadi 82,80% dan pada tahun 2010 tingkat pencapaiannya naik menjadi 66

84,26%.. Dengan kata lain apabila dihitung rata-rata tingkat pencapaian PBB Kecamatan Jatiasih dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sebesar 87,51%. Dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 target yang telah ditetapkan belum tercapai sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena masih banyak di daerah sekitar Kecamatan Jatiasih masih daerah perkampungan sehingga kesadaran dan pemahaman wajib pajaknya terhadap PBB masih kurang. Selain itu karena adanya SPPT ganda yang mengakibatkan jumlah target yang tercapai semakin kecil. Di wilayah Kecamatan Jatiasih juga banyak perumahan-perumahan kosong karena ditinggalkan penghuninya. Penyebab lainnya juga akibat tanah yang bermasalah, banyak tanah yang tidak jelas kepemilikannya sehingga PBBnya tidak dapat ditagihkan. Di kawasan ini juga banyak rumah-rumah yang tanah mereka luas-luas, yang ditanami pepohonan tapi bukan untuk industri jadi PBBnya pun besar tapi mereka tidak mampu untuk membayar, sedangkan setiap tahun pajaknya semakin tinggi, hal ini juga menyebabkan kecilnya tingkat pencapaian penerimaan PBBnya. Dari faktor-faktor di atas sebenarnya didasarkan kepada kurangnya kesadaran Wajib Pajak itu sendiri terhadap pembayaran PBB. Kecamatan hanya bertugas melakukan penagihan PBB tanpa memiliki wewengan untuk bertindak lebih dari itu. Untuk wajib pajak yang menunggak PBB hanya diberikan surat teguran dan penagihan secara terus menerus oleh petugas penagih. Sehingga wajib pajak yang tidak membayar pajaknya juga tidak dikenakan sanksi apapun dari pihak Kecamatan. Kecamatan Jatiasih terdiri dari 6 kelurahan dimana untuk Buku I sampai Buku III yang jumlah PBBnya kurang dari Rp 2.000.000 ditagih oleh kelurahan sedangkan untuk Buku IV dan Buku V yang jumlah PBBnya diatas Rp 2.000.000 ditagih oleh 67

kecamatan. Setiap kelurahan memiliki target dan realisasi PBB yang berbeda. Berikut ini tabel target, realisasi, dan tingkat pencapaian penerimaan PBB Buku I sampai dengan Buku V Kecamatan Jatiasih dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010: Tabel IV.13 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Jatiasih Tahun Anggaran 2008 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Kec. Jatiasih* 2.266.213.764 1.827.873.127 80,66% 2 Kel. Jati Sari 670.525.651 694.714.293 103,61% 3 Kel. Jati Luhur 674.900.758 688.090.242 101,95% 4 Kel. Jati Rasa 749.885.756 758.355.483 101,13% 5 Kel. Jati Asih 868.835.610 871.483.300 100,30% 6 Kel. Jati Mekar 857.036.091 925.059.169 107,94% 7 Kel.Jati Kramat 923.784.541 929.471.871 100,62% Total 7.011.182.171 6.695.047.485 95,49% Sumber : Kecamatan Jatiasih, data diolah *) Buku IV dan V Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kecamatan Jatiasih pada tahun 2008 yang terbesar terdapat di Kecamatan Jatiasih, yaitu sebesar Rp 1.827.873.127, hal ini disebabkan karena Kecamatan Jatiasih melakukan penagihan untuk nominal PBB di atas Rp 2.000.000 sehingga penerimaan PBBnya pun besar. Sedangkan untuk penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kelurahan Jati Luhur, yaitu sebesar Rp 688.090.242. Namun jika dilihat dari hal pencapaian target, maka yang terbesar terdapat di Kecamatan Jati Mekar dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 857.036.091 dengan realisasi sebesar Rp 925.059.169. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai adalah sebesar Rp 107,94% dari target penerimaan. Sedangkan pencapaian target yang terkecil yaitu 68

terdapat di Kecamatan Jatiasih, dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 2.266.213.764 dengan realisasi penerimaan sebesar Rp 1.827.873.127. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai hanya sebesar 80,66% atau dengan kata lain realisasi penerimaan PBB di Kecamatan Jatiasih tidak mencapai target. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tanah bermasalah dengan nilai PBB yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi tingkat pencapaian penerimaan PBBnya. Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Jatiasih pada tahun 2008 belum sepenuhnya mencapai target, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 95,49% dari target penerimaan PBB. Tabel IV.14 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Jatiasih Tahun Anggaran 2009 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Kec. Jatiasih* 3.130.037.036 2.521.981.047 80,57% 2 Kel. Jati Sari 844.314.456 716.643.383 84,88% 3 Kel. Jati Luhur 773.745.308 639.508.676 82,65% 4 Kel. Jati Rasa 953.394.812 795.341.606 83,42% 5 Kel. Jati Asih 1.037.347.032 863.621.440 83,25% 6 Kel. Jati Mekar 1.019.692.429 868.115.640 85,14% 7 Kel.Jati Kramat 1.133.690.032 957.618.055 84,47% Total 8.892.221.105 7.362.829.847 82,80% Sumber : Kecamatan Jatiasih, data diolah *)Buku IV dan V Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kecamatan Jatiasih pada tahun 2009 yang terbesar terdapat di Kecamatan Jatiasih, yaitu sebesar Rp 2.521.981.047. Sedangkan penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kecamatan Jati Luhur, yaitu sebesar Rp 639.508.676. Namun jika 69

dilihat dari pencapaian targetnya, maka yang terbesar terdapat di Kecamatan Jati Mekar, dimana target penerimaan PBBnya sebesar Rp 1.019.692.429 yang terealisasi sebesar Rp 868.115.640. Hal ini menunjukkkan bahwa realisasi penerimaan yang tercapai adalah sebesar 85,14% dari target penerimaan. Sedangkan pencapaian target terkecil yaitu terdapat di Kecamatan Jatiasih, dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 3.130.037.036 dengan realisasi penerimaan sebesar Rp 2.521.981.047. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan PBB yang tercapai adalah sebesar 80,57%, dengan kata lain realisasi penerimaan PBB di Kecamatan Jatiasih tidak mencapai target. Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Jatiasih pada tahun 2009 belum mencapai target, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 82,80% dari target penerimaan PBB. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008. Tabel IV.15 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Jatiasih Tahun Anggaran 2010 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Kec. Jatiasih* 3.901.037.562 2.857.245.383 73,24% 2 Kel. Jati Sari 1.019.376.083 921.638.443 90,41% 3 Kel. Jati Luhur 973.617.643 865.566.175 88,90% 4 Kel. Jati Rasa 1.084.569.500 991.544.461 91,42% 5 Kel. Jati Asih 1.267.893.090 1.132.835.626 89,35% 6 Kel. Jati Mekar 1.229.374.883 1.157.856.594 94,18% 7 Kel.Jati Kramat 1.343.393.889 1.189.487.024 88,54% Total 10.819.262.650 9.116.173.706 84,26% Sumber : Kecamatan Jatiasih, data diolah *)Buku IV dan V 70

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang berada di wilayah Kecamatan Jatiasih pada tahun 2010 yang terbesar adalah Kec. Jatiasih, yaitu sebesar Rp 2.857.245.383. Sedangkan penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kelurahan Jati Luhur, yaitu sebesar Rp 865.566.175. Namun jika dilihat dari hal pencapaian targetnya, maka yang terbesar terdapat Kelurahan Jati Mekar dimana target penerimaan PBBnya sebesar Rp 1.229.374.883 yang terealisasi sebesar Rp 1.157.856.594. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan PBB yang tercapai sebesar 94,18% dari target penerimaan PBB. Sedangkan pencapaian target yang terkecil yaitu terdapat di Kecamatan Jatiasih, dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 3.901.037.562 yang terealisasi sebesar Rp 2.857.245.383. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan yang tercapai adalah sebesar 73,24% lebih. Dengan kata lain, realisasi penerimaan PBB di Kecamatan Jatiasih tidak mencapai target. Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Jatiasih pada tahun 2010 belum mencapai target, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 84,36% dari target penerimaan PBB. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 dan 2009. Berikut ini di sajikan grafik untuk mengetahui tingkat pencapaian penerimaan PBB per kelurahan di Kecamatan Jatiasih secara keseluruhan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010: 71

Grafik IV.2 Tingkat Pencapaian Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Jatiasih Tahun Anggaran 2008 sampai 2010 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan penerimaan PBB mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 seluruh kelurahan di Kecamatan Jatiasih mencapai target bahkan lebih dari target yang direncanakan. Hal ini karena pada tahun 2008 jumlah perumahan masih sedikit sehingga jumlah target yang ingin dicapainya pun tidak besar. Namun pada Kecamatan Jatiasih belum mencapai target yang diinginkan karena banyaknya lahan kosong yang luas yang pemiliknya pun tidak jelas sehingga SPPT tidak sampai ke Wajib Pajaknya. Sedangkan pada tahun 2009 seluruh kelurahan di Kecamatan Jatiasih tidak mencapai target dengan maksimal, terjadi penurunan yang cukup besar dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh target PBB yang semakin tahun semakin meningkat sehingga untuk mencapai targetnya diperlukan usaha yang lebih keras. Sedangkan banyak SPPT yang salah penerbitannya baik dari luas tanah maupun 72

bangunan karena ada petugas verifikasi data PBB yang memeriksa dan ternyata data tersebut tidak valid. Penyebab lainnya yaitu masih terbitnya SPPT ganda, misalnya ada 1000m2 tanah warisan yang sudah dibagi-bagi kepemilikannya (sertifikatnya sudah terpisah-pisah) tapi KPPBB masih mencantumkan SPPT atas kepemilikan yang lama dan yang baru sehingga menimbulkan SPPT ganda. Banyak juga rumah-rumah kosong di kawasan sekitar Kecamatan Jatiasih karena adanya banjir akibat kali Bekasi yang meluap khususnya di daerah sekitar Kelurahan Jatirasa yang rawan banjir, sehingga pemiliknya meninggalkan rumah dan PBB tidak dapat ditagih. Pada tahun 2010 pencapaian target meningkat dari tahun 2009 walaupun masih belum mencapai target. Hal ini disebabkan karena masih ada SPPT ganda yang terbit, padahal tahun 2009 tidak dapat ditagih tapi SPPTnya muncul lagi pada tahun 2010. Di wilayah Kecamatan Jatiasih juga banyak jalanan rusak, khususnya di daerah Jati Luhur dan Jati Rasa yang rusak parah akibat banjir. Sehingga masyarakat daerah sekitar merasa dirugikan dan mereka tidak mau membayar PBB apabila pemerintah daerah setempat tidak menaggulangi banjir tersebut. Kepada wajib pajak yang tidak membayar pajaknya akan dilakukan penagihan secara terus menerus bahkan dilakukan sistem jemput bola oleh petugas penagih ke RW sekitar. Apabila pembayaran PBB belum dibayar pada saat jatuh tempo maka diberi himbauan berupa surat peringatan dan akan dilakukan panggilan apabila surat peringatannya tidak dihiraukan. Camat dan lurah setempat juga tidak henti-hentinya melakukan penyuluhan mengenai pentingnya membayar PBB baik secara langsung maupun tidak langsung kepada warganya, sehingga target yang direncanakan dapat dicapai untuk kepentingan bersama. Upaya lain yang dilakukan untuk mendorong wajib 73

pajak membayar PBB yaitu dengan menyertakan bukti pembayaran PBB sebagai salah satu syarat untuk mendapat pelayanan di kecamatan atau dikelurahan. IV.5.3 Tinjauan Target dan Realisasi Penerimaan PBB di Wilayah Kecamatan Bekasi Utara Besarnya kesadaran pembayaran PBB di wilayah yang mayoritas pemukiman harus lebih ditingkatkan untuk pengembangan dan pembangunan daerah. Hal ini dilakukan karena masih minimnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Lain halnya dengan wilayah yang mayoritas industri, perkantoran, dan pertokoan yang lebih taat membayar pajak. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya membayar pajak khususnya untuk masyarakat menengah ke bawah yang pengetahuannya masih kurang. Faktor ekonomi juga menjadi salah satu penyebab ketidakmampuan mereka dalam membayar pajak, sehingga perlunya pemerintah untuk memikirkan solusi yang terbaik agar penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dapat diupayakan dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah Kecamatan Bekasi Utara, yang wilayahnya didominasi oleh pemukiman, wilayah ini juga masih banyak perkampungan yang warganya merupakan masyarakat menengah ke bawah. Apakah target yang direncanakan dapat terealisasi dengan baik atau bahkan tidak terealisasikan? Untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi PBB yang telah dicapai atas target, berikut ini adalah tabel-tabel target,realisasi dan tingkat pencapaian penerimaan PBB di Kecamatan Gebang tahun 2008 sampai dengan 2010: 74

Tabel IV.16 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Kecamatan Bekasi Utara Tahun Anggaran 2008-2010 Tahun Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 2008 7.310.091.760 7.512.429.151 102,77% 2009 9.292.896.674 8.227.748.451 88,54% 2010 9.636.552.716 10.215.680.960 106,01% Sumber : Kecamatan Bekasi Utara, data diolah Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 target penerimaan PBB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun peningkatan target tersebut tidak terealisasi secara maksimal. Pada tahun 2008 tingkat pencapaian PBB sebesar 102,77%. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat pencapaiannya turun menjadi 88,54% dan pada tahun 2010 tingkat pencapaiannya naik cukup tinggi menjadi 106,01%. Dengan kata lain apabila dihitung rata-rata tingkat pencapaian PBB Kecamatan Bekasi Utara dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sebesar 99,11%. Dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa tahun 2009 terjadi penurunan yang cukup drastis dibandingkan pada tahun 2008. Sehingga tidak dapat mencapai target yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena banyak SPPT yang tidak sampai ke tangan Wajib Pajak, sehingga pembayaran PBBnya pun terhambat. Adapun penyebab lainnya yaitu banyak Wajib Pajak yang dengan sengaja menunda pembayaran mereka dengan alasan akan dibayarkan sekaligus pada tahun 2010 karena biasanya pajak terutangnya kecil sekitar Rp 100.000 per rumah, sehingga mereka malas untuk membayar pajaknya karena jumlahnya tidak begitu besar. Masih adanya SPPT yang tidak jelas alamatnya, dan juga masih ada SPPT yang sudah berpindah nama tetapi SPPT lamanya masih. 75

Sehingga terjadi penggandaan SPPT. Koordinasi petugas pajak dengan para RW dan RT di Kecamatan Bekasi Utara sangat baik sehingga penerimaan pajaknya pun baik. Kecamatan Bekasi Utara terdiri dari 6 kelurahan dimana untuk Buku I sampai Buku III yang jumlah PBBnya kurang dari Rp 2.000.000 ditagih oleh kelurahan sedangkan untuk Buku IV dan Buku V yang jumlah PBBnya diatas Rp 2.000.000 ditagih oleh kecamatan. Setiap kelurahan memiliki target dan realisasi PBB yang berbeda. Berikut ini tabel target, realisasi, dan tingkat pencapaian penerimaan PBB Buku I sampai dengan Buku V Kecamatan Bekasi Utara dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010: Tabel IV.17 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara Tahun Anggaran 2008 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Kec. Bekasi Utara* 3.317.875.763 3.417.049.889 102,99% 2 Kel. Marga Mulya 355.119.049 368.443.737 103,75% 3 Kel. Harapan Baru 326.488.165 340.196.418 104,20% 4 Kel. Teluk Pucung 846.121.083 859.502.102 101,58% 5 Kel. Perwira 383.265.341 390.117.509 101,79% 6 Kel. Harapan Jaya 1.069.061.776 1.104.212.390 103,29% 7 Kel. Kaliabang Tengah 1.012.160.583 1.032.907.106 102,05% Total 7.310.091.760 7.512.429.151 102,77% Sumber : Kantor Kecamatan Bekasi Utara, data diolah *)Buku IV dan V Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kecamatan Bekasi Utara pada tahun 2008 yang terbesar terdapat di Kecamatan Bekasi Utara, yaitu sebesar Rp 3.417.049.889. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Bekasi Utara melakukan penagihan untuk nominal PBB di atas Rp 2.000.000 76

sehingga penerimaan PBBnya pun besar. Sedangkan untuk penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kelurahan Harapan Baru, yaitu sebesar Rp 340.196.418. Namun jika dilihat dari hal pencapaian target, justru yang terbesar terdapat di Kelurahan Harapan Baru dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 326.488.165. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai adalah sebesar 104,20% dari target penerimaan. Sedangkan pencapaian target yang terkecil yaitu terdapat di Kelurahan Teluk Pucung, dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 846.121.083 dengan realisasi sebesar Rp 859.502.102. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai sebesar 101,58%. Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2008 sepenuhnya mencapai target, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 102,77% dari target penerimaan PBB. Tabel IV.18 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara Tahun Anggaran 2009 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian 1 Kec. Bekasi Utara* 4.062.420.378 3.663.883.860 90,19% 2 Kel. Marga Mulya 467.706.961 412.380.674 88,17% 3 Kel. Harapan Baru 515.449.734 458.699.375 88,99% 4 Kel. Teluk Pucung 1.060.257.647 919.914.286 86,76% 5 Kel. Perwira 499.602.753 435.851.252 87,24% 6 Kel. Harapan Jaya 1.314.565.480 1.135.529.853 86,38% 7 Kel. Kaliabang Tengah 1.372.893.721 1.201.489.151 87,52% Total 9.292.896.674 8.227.748.451 88,54% Sumber : Kecamatan Bekasi Utara, data diolah *) Buku IV dan V Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kecamatan Bekasi Utara pada tahun 2009 yang terbesar terdapat 77

di Kecamatan Bekasi Utara, yaitu sebesar Rp 3663.883.860. Sedan0gkan untuk penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kelurahan Marga Mulya, yaitu sebesar Rp 412.380.674. Namun jika dilihat dari hal pencapaian target, yang terbesar juga terdapat di Kecamatan Bekasi Utara dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 4.062.420.378. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai adalah sebesar 90,19% dari target penerimaan. Sedangkan pencapaian target yang terkecil yaitu terdapat di Kelurahan Harapan Jaya, dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp1.314.565.480 dengan realisasi sebesar Rp 859.502.102. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai sebesar 86,38% Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2009 tidak mencapai mencapai target, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 88,54% dari target penerimaan PBB. Tabel IV.19 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara Tahun Anggaran 2010 No. Kecamatan/Kelurahan Target PBB Realisasi PBB Tingkat Pencapaian Kec. Bekasi Utara* 4.402.482.948 4.790.591.900 108,82% 2 Kel. Marga Mulya 459.616.138 476.946.373 103,77% 3 Kel. Harapan Baru 524.763.930 549.381.992 104,69% 4 Kel. Teluk Pucung 1.040.156.866 1.080.221.772 103,85% 5 Kel. Perwira 514.921.928 536.795.022 104,25% 6 Kel. Harapan Jaya 1.318.988.176 1.350.880.204 102,42% 7 Kel. Kaliabang Tengah 1.375.622.730 1.430.863.697 104,02% Total 9.636.552.716 10.215.680.960 106,01% Sumber : Kecamatan Bekasi Utara, data diolah *)Buku IV dan V 78

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kecamatan Bekasi Utara pada tahun 2010 yang terbesar terdapat di Kecamatan Bekasi Utara, yaitu sebesar Rp 4.790.591.900 Sedangkan untuk penerimaan PBB yang terkecil terdapat di Kelurahan Marga Mulya, yaitu sebesar Rp 476.946.373. Namun jika dilihat dari hal pencapaian target, yang terbesar juga terdapat di Kecamatan Bekasi Utara dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 4.402.482.948. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai adalah sebesar 108,82% dari target penerimaan. Sedangkan pencapaian target yang terkecil yaitu terdapat di Kelurahan Harapan Jaya, dimana target penerimaan PBB adalah sebesar Rp 1.318.988.176 dengan realisasi sebesar Rp 1.350.880.204.. Ini berarti realisasi penerimaan yang tercapai sebesar 102,42% Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 2010 mencapai mencapai target, dimana realisasi penerimaan PBBnya sebesar 106,01% dari target penerimaan PBB. Meningkat dibandingkan tahun 2008 dan 2009. Berikut ini di sajikan grafik untuk mengetahui tingkat pencapaian penerimaan PBB per kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara secara keseluruhan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010: 79

Grafik IV.3 Tingkat Pencapaian Penerimaan PBB Per Kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara Tahun Anggaran 2008 sampai 2010 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan penerimaan PBB setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 seluruh kelurahan di Kecamatan Bantar Gebang mencapai target bahkan lebih dari target yang direncanakan. Pada tahun 2009 terjadi penurunan pencapaian target yang cukup besar, hal ini disebabkan karena target yang diberikan pemerintah meningkat cukup besar sehingga target yang ingin dicapai juga meningkat, padahal SPPT yang dapat ditagih di Kecamatan ini tidak sebanyak yang ditargetkan, ini membuat Kecamatan Bekasi Utara kewalahan untuk mencapai target tersebut. Dan juga banyaknya SPPT yang tidak sampai ke tangan wajib pajak karena alamat yang tidak jelas sehingga terjadi penundaan pembayaran pajak pada tahun 2009. Banyak juga Wajib Pajak yang dengan sengaja menunda pembayaran mereka dengan alasan ingin dibayarkan sekaligus pada tahun berikutnya karena biasanya pajak terutangnya kecil sekitar 100.000 per rumah, sehingga mereka malas untuk membayar pajaknya karena jumlahnya tidak begitu besar. 80

Sedangkan pada tahun 2010 tingkat pencapaiannya mengalami kenaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh banyaknya wajib pajak yang melakukan pembayaran PBB untuk periode 2009, sehingga target yang dicapai pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan tahun 2008 dan 2009. Dan juga penurunan besarnya target memicu tercapainya target PBB pada tahun 2010. Hal ini dilakukan karena pemerintah Kecamatan Bekasi Utara melaporkan permasalahan yang terjadi pada tahun sebelumnya untuk dapat dievaluasi oleh pihak kantor pajak setempat untuk menjadi pertimbangan penurunan targetnya. Banyak berdirinya perumahan-perumahan di Bekasi Utara juga menjadi pemicu khususnya di kawasan Kelurahan Harapan baru yang membuat semakin berkembangnya Bekasi Utara sehingga harga jual tanahnya pun menjadi tinggi yang menyebabkan jumlah realisasi PBBnya menjadi lebih besar. Oleh karena itu tingkat pencapaian PBB yang terealisasi lebih baik dibandingkan tahun lalu. Setiap kelurahan memiliki upaya-upaya dalam melakukan penagihan PBB, antara lain yaitu dengan pemberian motivasi kepada petugas penagih maupun kepada pihak RW, misalnya setiap petugas penagih ditargetkan menagih 10 Wajib Pajak, apabila dari kesepuluh Wajib Pajak tersebut dapat tertagih, maka petugas itu akan diberikan bonus. Pihak RW juga senantiasa diminta bantuannya oleh kelurahan, apabila RW bisa mengumpulkan pembayaran PBB warganya dengan baik, maka akan diberikan hadiah dari Lurah setempat contohnya televisi. Upaya yang kedua yaitu pelayanan timbal balik, bagi warga yang hendak meminta pelayanan dikelurahan apapun bentuknya, mereka harus membawa Tanda Lunas SPPT. Sehingga warga menjadi semangat untuk membayar PBBnya dan Pembayaran PBBnya juga selalu tepat waktu. 81