BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki potensi yang besar dalam menaikan pendapatan asli daerah DKI Jakarta. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan pajak kendaraan bermotor menjadi pajak yang potensial, yaitu: 1. Tingginya tingkat jumlah Kendaraan Bermotor dan industri otomotif Produksi kendaraan bermotor yang terus meningkat dan Industri otomotif yang terus melakukan inovasi-inovasi dalam teknologi mesin membuat para konsumen ingin memiliki kendaraan bermotor tersebut. Dengan begitu tingkat pembelian kendaraan bermotor juga ikut meningkat. Sehingga dengan banyaknya pengguna kendaraan bermotor maka dapat dikatakan pajak kendaraan bermotor akan ikut terkena dampak yang positif. 2. Meningkatnya pendapatan per kapita penduduk Dengan meningkatnya pendapatan per kapita penduduk, menyebabkan timbulnya dorongan dalam dinamika masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi. Sehingga dinamika ini ikut mendorong meningkatnya potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor. 3. Fasilitas kredit kepemilikan kendaraan yang mudah DKI Jakarta adalah kota dengan jumlah kendaraan yang banyak. Hal ini disebabkan pengkreditan kendaraan bermotor yang mudah. Dengan tingkat uang muka yang terjangkau, tingkat bunga yang rendah, dan angsuran kredit yang tidak terlalu besar membuat para pengguna kendaraan bermotor banyak 45

2 melakukan kredit kendaraan bermotor. Dengan kemudahan kredit kendaraan bermotor maka jumlah subjek pajak kendaraan bermotor akan bertambah. Dengan begitu potensi penerimaan pajak kendaraan bermotorpun akan meningkat. 4. Sarana transportasi umum yang kurang memadai Dengan tingkat aktivitas yang tinggi yang terjadi di kota jakarta, maka dibutuhkan pula transportasi yang seharusnya memadai. Akan tetapi, DKI Jakarta sepertinya belum mampu untuk mewujudkan transportasi yang aman dan nyaman. Sehingga membuat para warga DKI Jakarta lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Dari faktor-faktor diatas dapat dilihat bahwa pajak kendaraan merupakan pajak yang potensial dalam penerimaan pendapatan asli daerah DKI Jakarta. Oleh karena itu, pajak kendaraan bermotor sangat berperan penting dalam pendapatan asli daerah maupun pajak daerah. 4.2 Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor DKI Jakarta Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Untuk mengetahui peranan pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah, sebelumnya kita harus mengetahui dahulu seberapa besar tingkat pertumbuhan asli daerah yang terjadi selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun Seperti grafik yang akan ditunjukan dibawah ini. 46

3 Grafik 4.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta Sumber : BPKD Grafik 4.1 diatas menunjukan perkembangan pendapatan asli daerah setiap tahunnya. Pada tahun 2008 menunjukan pendapatan asli daerah senilai Rp Pada tahun 2009 pendapatan asli daerah mengalami kenaikan menjadi Rp lalu pada tahun 2010 senilai Rp kemudian pada tahun 2011 dan 2012 tetap mengalami kenaikan menjadi Rp dan Rp Laju pertumbuhan pendapatan asli daerah dapat dilihat melalui tabel dibawah ini. 47

4 Tabel 4.1 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta NO. Tahun Realisasi Penerimaan (Rp) Pertumbuhan (Rp) Presentase Pertumbuhan (%) % % % % Rata-rata 21.23% Sumber: BPKD (Data diolah peneliti) Dari Tabel 4.1. Diatas kita dapat melihat laju pertumbuhan pendapatan asli daerah yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2009 pendapatan asli daerah hanya mengalami peeningkatan dari tahun sebelumnya 2008 sebesar 1.39%. kemudian ditahun 2010 mengalami kenaikan pendapatan asli daerah yang cukup tinggi yaitu menjadi 21.61%. lalu pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan yang tinggi diantara tahun-tahun sebelumnya yaitu 38.27% dan ditahun 2012 juga masih mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu 23.64%. Kenaikan pendapatan asli daerah ini disebabkan oleh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan kekayaan, dan Lain-lain PAD yang sah. Diantara semua hal tersebut, pajak daerah memberikan kontribusi yang paling besar terhadap pendapatan asli daerah. Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata tingkat pertumbuhan pendapatan asli daerah selama 48

5 tahun sebesar 21.23% rata-rata ini cukup bagus karena terdapat peningkatan pendapatan daerah setiap tahunnya Pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah, dimana pajak ini juga ikut memberi kontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Oleh karena itu kita perlu mengetahui realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor dari tahun , yang akan dapat dilihat dari grafik 2 dibawah ini Grafik 4.2. Realisasi Penerimaan PKB DKI Jakarta Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Dari Grafik diatas kita dapat melihat realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008, Penerimaan Pajak Kendaraan bermotor senilai Rp Pada tahun 2009 senilai Rp lalu pada tahun 2010 senilai Rp kemudian pada tahun 2011 senilai Rp dan pada tahun 2012 senilai 49

6 Rp dapat dikatakan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor sama seperti Pendapatan daerah yang selalu meningkat setiap tahunnya, berikut Tabel Laju pertumbuhan pajak kendaraan bermotor Tabel 4.2 Pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor DKI Jakarta Tahun Realisasi Penerimaan PKB (Rp) Pertumbuhan (Rp) Pertumbuhan (%) % % % % Rata-Rata 12.95% Sumber: Dinas Pelayanan Pajak (Data diolah peneliti) Dari Tabel 4.2 diatas kita dapat melihat peningkatan pertumbuhan pajak kendaraan bermotor yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2009 peningkatan pertumbuhan pajak kendaraan bermotor terlihat kurang signifikan dari tahun sebelumnya, tahun 2008 yaitu mengalami peningkatan pertumbuhan senilai 4.95%. lalu pada tahun 2010 mengalami kenaikan yang cukup baik senilai 15.37%. akan tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan pertumbuhan pajak kendaraan bermotor yang menjadi 12.90% kemudian pada tahun 2012 terjadi peningkatan kembali menjadi 18.57%. dari tingkat pertumbuhan pajak kendaraan bermotor dari tahun dapat dilihat rata-rata peningkatannya senilai 12.95%. rata-rata 50

7 peningkatan pertumbuhan pajak kendaraan bermotor dapat dibilang cukup baik untuk penerimaan pajak kendaraan bermotor DKI Jakarta Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah. Pajak ini juga ikut memberikan sumbangan terhadap pembangunan daerah. Untuk memaksimalkan pendapatan daerah maka setiap pajak daerah, setiap tahunnya selalu dilakukan pembuatan anggaran atau rencana penerimaan pajak daerah tersebut. Begitu pula dengan pajak kendaraan bermotor. Berikut tabel perbandingan antara rencana dan realisasi pajak kendaraan bermotor. Grafik 4.3. Perbandingan Realisasi dan Rencana PKB DKI Jakarta Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa dari tahun perbandingan antara realisasi dan rencana penerimaan pajak kendaraan bermotor tidak selalu tercapai. Dari tahun memperlihatkan realisasi dari 51

8 penerimaan pajak kendaraan bermotor melebihi target dari rencana yang telah ditentukan. Akan tetapi pada tahun 2012, realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor tidak sesuai dengan rencana yang ditentukan. Pada tahun 2012, realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor berada dibawah rencana anggaran yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor, rencana anggaran pajak kendaraan bermotor dan presentasenya, maka akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Perbandingan Rencana dan Realisasi PKB DKI Jakarta Pajak Kendaraan Bermotor Tahun Rencana (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi terhadap rencana PKB (%) % % % % % Rata-rata % Sumber: Dinas Pelayanan Pajak (Data diolah peneliti) Pada tabel diatas menjelaskan bahwa realisasi terhadap rencana pajak kendaraan bermotor pada tahun 2008 senilai %. lalu pada tahun 2009 realisasi terhadap rencana pajak kendaraan bermotor menjadi %. Pada tahun 2010 walaupun realisasi penerimaan tidak terlalu jauh berbeda dengan rencana anggaran akan tetapi realisasinya tetap melebihi rencana anggaran yaitu tingkat presentase 52

9 senilai %. kemudian realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun 2011 cukup baik karena melebihi rencana anggaran yang telah ditentukan, yang mana tingkat presentasenya senilai %. dan pada tahun 2012 penerimaan pajak kendaraan bermotor tidak terealisasi sesuai dengan rencana anggaran. Realisasinya hanya senilai 98.96%. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya penerimaan pajak pada tahun 2012 yaitu 1. Adanya mutasi kendaraan bermotor keluar daerah pada tahun 2012 yang jumlah dan nilai pajaknya lebih besar jika dibandingkan dengan mutasi kendaraan bermotor masuk daerah, dimana jumlah mutasi kendaraan bermotor keluar daerah mencapai unit dengan nilai pajak sebesar Rp sedangkan mutasi kendaraan bermotor masuk daerah hanya unit dengan nilai pajak sebesar Rp Akibat dari kondisi diatas, penerimaan pajak kendaraan bermotor mengalami potential loss sebesar Rp Adanya kendaraan yang belum daftar ulang (BDU) sebanyak kendaraan dengan jumlah pokok pajak sebesar Rp Tingkat pertumbuhan daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor tidak terlalu meningkat. Dapat kita lihat dalam tabel berikut Tabel 4.4 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor DKI Jakarta Tahun Tahun Jumlah KBM Pertumbuhan Presentase % % Sumber: Dinas Pelayanan Pajak (Data diolah peneliti) 53

10 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun jumlah kendaraan bermotor meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor mengalami penurunan. Pada tahun 2011 jumlah kendaraan bermotor meningkat menjadi atau 9.22% dari tahun sebelumnya, tahun Kemudian pada tahun 2012 pertumbuhan kendaraan bermotor mengalami penurunan senilai 5.85% atau jumlah kendaraan bermotor naik sebesar Hal ini yang membuat terjadinya penerimaan pajak kendaraan bermotor menurun atau tidak mencapai target rencana anggaran yang telah ditentukan. 4.3 Peranan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan kekayaan, dan Lain-lain PAD yang sah. Dari semua hal tersebut, pajak daerah memberikan kontribusi yang paling besar bagi pendapatan asli daerah. Dalam pajak daerah terdapat salah satu pajak yang juga ikut memberikan peran atas meningkatnya pendapatan asli daerah, yaitu pajak kendaraan bermotor. Pajak kendaraan bermotor ini merupakan pajak daerah yang menjadi primadona diantara pajak daerah yang lain. Dikarenakan pajak ini termasuk pajak yang bernilai besar. Untuk itu kita dapat melihat kontribusi yang diberikan oleh pajak kendaraan bermotor kepada pendapatan asli daerah seperti yang akan ditunjukan pada grafik dibawah ini 54

11 Grafik 4.4 Peranan PKB Terhadap Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta Sumber: BPKD dan Dinas Pelayanan Pajak Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Pajak Kendaraan Bermotor juga ikut turut serta dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Dapat dilihat dalam tabel berikut kontribusi yang diberikan oleh sektor pajak daerah khusunya pajak kendaraan bermotor. Berikut tabel nilai presentase kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan daerah. 55

12 Tabel 4.5 Peranan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta Tahun Realisasi PKB Pendapatan Asli Presentase (Rp) Daerah (Rp) % % % % % Rata-rata 22.35% Sumber: BPKD dan Dinas Pelayanan Pajak Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi pajak kendaraan bermotor pada tahun 2008 senilai 25.05% pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 26.10% lalu pada tahun 2010, dan 2011 mengalami penurunan menjadi 24.11% dan 20.56%. dan pada tahun 2012 kontribusi pajak kendaraan bermotor hanya senilai 18.63%. Dari lima tahun terakhir kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan daerah dapat dirata-ratakan menjadi 22.35%. dapat dikatakan peranan pajak daerah khususnya pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang cukup baik kepada pendapatan asli daerah. 56

13 4.4 Peranan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pajak Daerah Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang berguna untuk membangun saran dan prasarana daerah. Pajak daerah terbagi menjadi 2 yaitu pajak kabupaten/kota dan pajak propinsi. Pajak kabupaten/kota terdiri dari 11 jenis macam pajak. Sedangkan pajak propinsi terdiri dari 5 macam jenis pajak, yang mana salah satunya terdapat pajak kendaraan bermotor. Untuk mengetahui peranan pajak kendaraan bermotor terhadap pajak daerah dapat dilihat dalam grafik dibawah ini: Grafik 4.5. Peranan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pajak Daerah DKI Jakara Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Dari grafik 4.5 yang ditunjukan diatas kita dapat menlihat bahwa pajak kendaraan bermotor cukup memberikan peran dalam pertumbuhan pajak daerah. Untuk mengetahui nilai atau presentase yang diberikan oleh pajak kendaraan bermotor terhadap pajak daerah, dapat dilihat dalam tabel dibawah berikut : 57

14 Tabel 4.6 Peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah DKI Jakarta Tahun Realisasi PKB Realisasi Pajak Presentase (Rp) Daerah (Rp) ,92% ,32% ,90% ,07% ,18% Rata-rata 27.68% Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Tabel 4.6 menjelaskan tentang kontribusi yang diberikan pajak kendaraan bermotor terhadap pajak daerah. Pada tahun 2008, pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi 29.92% kepada pajak daerah. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 32.32% atau naik 2.40% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan pajak kendaraan bermotor yang mengalami peningkatan sedangkan pajak daerah mengalami penurunan. Lalu pada tahun 2010 mengalami penurunan senilai 28.90% atau turun 3.42% dari tahun Kemudian pada tahun 2011 kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap pajak daerah mengalami penurunan kembali menjadi 24.07% atau turun senilai 4.83%. Begitu pula pada tahun 2012 terjadi penurunan kembali senilai 23.18% atau turun 0.89%. Pada tahun peranan pajak kendaraan bermotor terhadap pajak daerah dapat dirata-ratakan senilai 27.68%. Selama lima tahun tersebut, terjadi kenaikan 58

15 kontribusi pajak kendaraan bermotor pada tahun Walaupun kenaikan hanya terjadi sekali, tetapi pajak kendaraan bermotor juga turut serta dalam peranan pajak daerah. Dapat dikatakan seperempat dari pajak daerah berasal dari pajak kendaraan bermotor. 4.5 Pajak Kendaraan Bermotor Pada SAMSAT Jakarta Pusat Setelah melihat peranan pajak kendaraan bemotor terhadap pendapatan daerah dan pajak daerah, penulis akan menjelaskan lebih detail bagaimana pajak kendaraan bermotor dapat menjadi pajak yang potensial bagi propinsi DKI Jakarta. Penulis mengambil penelitian didaerah Jakarta Pusat pada periode dikarenakan Jakarta Pusat merupakan salah satu wilayah di DKI Jakarta dengan penghasilan PKB yang terendah diantara wilayah jakarta yang lain. Hal ini dapat kita liat dengan jumlah kendaraan Jakarta Pusat yang paling sedikit diantara yang lain. Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Kendaraan Bermotor DKI Jakarta Tahun Wilayah Pusat Utara Barat Selatan Timur Total Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan Jakarta Pusat yang paling kecil setiap tahunnya. Untuk lebih meyakinkan bahwa Jakarta Pusat pajak kendaraan 59

16 bermotor paling rendah, maka kita dapat melihat peranan pajak kendaraan bermotor Jakarta Pusat terhadap pajak kendaraan bermotor se-dki Jakarta. Tabel 4.8 Peranan PKB Jakarta Pusat Terhadap PKB DKI Jakarta Tahun PKB Jakarta Pusat PKB DKI Jakarta Presentase (Rp) (Rp) % % Rata-rata 17.09% Sumber: BPKD dan DPP Dengan jumlah kendaraan yang sedikit dan peranan pajak kendaraan bermotor wilayah Jakarta Pusat terhadap DKI Jakarta yang pada tahun 2011 sebesar 16.94% dan pada tahun 2012 sebesar 17.23% maka dapat dikatakan Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan penerimaan pajak kendaraan bermotor yang terkecil di DKI Jakarta. Karena peranan Jakarta Pusat tidak sampai 20% kepada DKI Jakarta Mekanisme Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yaitu: Pelayanan pemungutan pada Samsat Jakarta pusat terdapat enam pelayanan 1. Pelayanan Pendaftaran Kendaraan Baru 2. Pelayanan Kendaraan Bermotor Tukar Nama 3. Pendaftaran Kendaran Bermotor Khusus 4. Pendaftaran Pengesahan STNK Setiap Tahun 60

17 5. Pendaftaran Perpanjangan STNK Setelah 5 Tahun 6. Pendaftaran Ranmor Pindah Keluar Daerah Secara garis besar pelayanan dalam melakukan pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor sama saja yang mebedakaannya yaitu setiap pelayanan memiliki persyaratan yang berbeda-beda. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana mekanisme pemungutan yang dilakukan Samsat Jakarta Pusat dapat dilihat pada bagan dibawah ini. Bagan 4.1. Mekanisme Pemungutan PKB dan BBN-KB Mulai Pemilik KBM atau WP Loket Penelitian Dokumen han Penyerahan STNK,SKPD, TNKB Komputer Pencatakan SSPD Penerbitan STNK Penetapan Pajak Penerbitan SKPD Kasir Validasi Prembayaran Koreksi Validasi Penetapan Dari bagan diatas dapat dilihat penjelasan dalam mekanisme pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor yaitu : 1. Pemilik kendaraan bermotor atau wajib pajak mengisi formulir dan membawa dokumen-dokumen persyaratan ke loket penelitian dokumen. 61

18 2. Dalam loket penelitian dokumen terdapat polisi yang melakukan pengecekan kelengkapan dan kesesuaian dokumen. 3. Setelah dokumen sudah lengkap, polisi mengeluarkan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) 4. Saast SSPD sudah dicetak, akan tertulis penetapan pajak yang ditentukan. Penetapan pajak dilakukan oleh orang pajak. 5. Kemudian orang pajak atau orang kas daerah (BPKD) mengkoreksi apakah penetapan pajak yang ditentukan sudah sesuai atau belum. 6. Setelah penetapan pajak sudah dikoreksi dan ditetapkan, maka wajib pajak melakukan pembayaran ke kasir dan nanti akan di validasi oleh orang kas daerah (BPKD). 7. Saat pembayaran pajak sudah dilaksanakan maka diterbitkanlah Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) oleh orang pajak. SKPD merupakan tanda bukti bahwa wajib pajak telah melakukan pembayaran pajak. 8. Setelah SKPD sudah siterbitkan, maka polisi akan menerbitkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). 9. Kemudian yang terakhir polisi melakukan penyerahan STNK, SKPD, TNKB kepada wajib pajak pemilik kendaraan bermotor Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Jakarta Pusat Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Jakarta Pusat dipengaruhi oleh jumlah kendaraan yang ada di Jakarta Pusat. Berikut data jumlah kendaraan Jakarta Pusat selama 5 tahun terakhir. 62

19 Tabel 4.9 Jumlah Kendaraan di Jakarta Pusat Tahun Jumlah Kendaraan Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Dari data diatas kita dapat melihat jumlah kendaraan yang terus meningkat setiap tahunnya. Dengan jumlah kendaraan yang meningkat setiap tahunnya akan menyebabkan kenaikan pajak kendaraan bermotor setiap tahunnya. Untuk itu kita perlu mengetahui penerimaan pajak kendaraan bermotor wilayah Jakarta Pusat setiap tahunnya. Data yang akan digunakan adalah data penerimaan tahun Berikut grafik yang akan menjelaskan penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun

20 Grafik 4.6. Penerimaan Pajak Kendaraan Bernotor Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2011 Sumber: SAMSAT Jakarta Pusat Dari grafik 4.6 dapat dikatakan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan-bulan awal realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor meningkat secara signifikan, bahkan melampaui rencana anggaran yang telah ditentukan. Akan tetapi pada bulan-bulan akhir, penerimaan yang diterima tidak meningkat seperti pada bulan-bulan awal dan realisasi penerimaannya belum dapat mencapai anggaran yang telah ditentukan. Untuk mengetahui nilai penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun 2011, berikut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini 64

21 Tabel 4.10 Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Jakarta Pusat 2011 Bulan Rencana (Rp) Realisasi (Rp) Presentase Januari % Februari % Maret % April % Mei % Juni % Juli % Agustus % September % Oktober % November % Desember % Total % Sumber: SAMSAT Jakarta Pusat Pada tabel 4.10 dijelaskan penerimaan setiap bulan pada tahun Pada tahun 2011 rencana anggaran penerimaan setiap bulan tidak selalu sama. Dinas Pelayanan Pajak biasanya menaikan rencana anggaran apabila penerimaan pajak meningkat terus menerus atau biasanya dilakukan pada pertengahan tahun. Hal itu dilakukan agar penerimaan pajak dapat lebih meningkat lagi. 65

22 Pada tahun 2011, realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor hanya terjadi sebesar 93.6% dari rencana yang telah ditetapkan. Berarti terjadi ketidak tercapaian target. Hal ini terjadi akibat adanya kurangnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Pada tahun 2011 banyak kendaraan yang belum daftar ulang sehingga menyebabkan realisasi penerimaan tidak tercapai target. Untuk kasus pajak kendaraan bermotor, kita tidak dapat menetapkan pada bulan apa saja pajak kendaraan bermotor akan tinggi atau akan rendah. Berbeda dengan penerimaan pajak yang lain, dimana kita dapat menetapkan bahwa pada bulan-bulan tertentu akan tinggi ataupun rendah. Contoh pajak penghasilan akan tinggi pada bulan maret/april karena pada bulan tersebut biasanya merupakan batas akhir melakukan lapor pajak. Pajak kendaraan bermotor Jakarta Pusat pada tahun 2011, penerimaan tertinggi terjadi pada bulan maret dikarenakan pada bulan ini banyak mobil-mobil yang mendaftar ulang. Hal ini dapat dilihat dalam tabel penerimaan samling, dimana pada bulan ini banyak kendaraan bermotor yang melakukan pembayaran pajak dan daftar ulang senilai 8.111kbm dengan nilai pajak Rp dari samling. Sedangkan yang terendah terjadi pada awal tahun yaitu bulan januari. Hal ini dapat disebabkan pada bulan ini merupakan awal tahun setelah terjadi liburan panjang akhir tahun, jadi banyak keperluan-keperluan yang dilakukan oleh wajib pajak sehingga kurangnya perhatian terhadap pembayaran pajak. Setelah penerimaan pada tahun 2011, kita akan melihat penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun Untuk mengetahui bagaimana penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun 2011 kita akan melihat grafik dibawah ini. 66

23 Grafik 4.7. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2012 Sumber: SAMSAT Jakarta Pusat Dari grafik diatas kita dapat melihat penerimaan tahun 2012 terjadi secara berfluktuasi sama seperti tahun Tapi ada yang berbeda, yaitu penerimaan tertinggi terjadi pada bulan oktober. Untuk mengetahui nilai penerimaan pajak kendaraan bermotor pada Samsat Jakarta Pusat, kita akan melihat tabel berikut : 67

24 Tabel 4.11 Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Jakarta Pusat 2012 Bulan Rencana (Rp) Realisasi (Rp) Presentase Januari % Febuari % Maret % April % Mei % Juni % Juli % Agustus % September % Oktober % November % Desember % Total % Sumber: SAMSAT Jakarta Pusat Pada tahun 2012 penerimaan pajak kendaraan bermotor sama dengan tahun 2011 terjadi ketidaktercapaian target. Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor wilayah Jakarta Pusat hanya mencapai 97.5% dari target. Hal ini terjadi akibat banyaknya kendaraan yang mutasi keluar daerah. Seperti yang kita ketahui pada tahun 2012 memang pajak kendaraan bermotor DKI Jakarta tidak mencapai target dikarenakan banyaknya kendaraan bermotor yang melakukan mutasi keluar daerah dan itu juga dialami oleh wilayah Jakarta Pusat. 68

25 Ketidaktercapaian penerimaan pajak kendaraan bermotor bisa juga terjadi akibat ketidaksesuaian target yang ditetapkan. Seperti yang kita ketahui sebelumnya pada tahun 2011 target penerimaan dtetapkan senilai Rp akan tetapi target tersebut tidak tercapai. Kemudian pada tahun 2012 target yang ditetapkan senilai Rp dan terjadi ketidaktercapaian target lagi. Seharusnya target yang ditetapkan tidak terlalu jauh dari realisasi penerimaan tahun sebelumnya. Dengan begitu apabila target yang ditetapkan tidak terlalu jauh dari penerimaan sebelumnya, mungkin penerimaan pajak kendaraan bermotor akan tercapai sesuai target. Selain ketidaktercapaian target, persamaan penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun 2012 dengan 2011 adalah penerimaan pajak kendaraan bermotor yang terendah terjadi pada bulan januari. Pada bulan januari merupakan awal tahun dimana terdapat keperluan yang dilakukan wajib pajak sehingga terjadi kurangnya perhatian wajib pajak terhadap pembayaran pajak. Penerimaan tertinggi pada tahun 2012 terjadi pada bulan oktober, berbeda dengan tahun Pada bulan oktober merupakan pembayaran pajak kendaraan bermotor tertinggi, hal itu terjadi bisa disebabkan pada bulan tersebut merupakan bulan setelah hari raya idul fitri. Sehingga banyak wajib pajak yang mendapatkan tunjangan hari raya sehingga banyak yang membayar pajak pada bulan tersebut Hambatan Dalam Peningkatan Pajak Kendaraan Bermotor Dalam melakukan pungutan pajak tentunya akan terdapat hambatanhambatan dalam mencapai target yang diinginkan. Begitu pula dengan Samsat Jakarta Pusat dalam memungut pajak kendaraan bermotor. 69

26 Hambatan yang terjadi antara lain yaitu : 1. Kurangnya kepatuhan wajib pajak Dalam melakukan pemenuhan membayar pajak terkadang wajib pajak sangat sulit untuk melakukannya. Wajib pajak sering tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran, belum daftar ulang kendaraan yang dimiliki, atau menghindari pajak kendaraan yang telah dikenakan. Penyebab terjadinya kurangnya kepatuhan wajib pajak bisa jadi karena jarak yang jauh dalam melakukan pembayaran pajak sehingga membuat wajib pajak malas untuk melakukan pembayaran. Atau karena sanksi administrasi yang ditetapkan dianggap tidak terlalu besar sehingga membuat wajib pajak merasa masih mampu dalam membayar sanksi tersebut dan cenderung menyepelekan pembayaran pajak. 2. Penghindaraan tarif pajak progresif Tarif pajak progresif ditetapkan untuk setiap wajib pajak pribadi yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu dengan nama dan alamat yang sama. Penghindaraan tarif pajak progresif hampir dialami oleh semua Samsat. Dikarenakan wajib pajak apabila membeli kendaraan yang bukan baru jarang mengganti nama dan juga terkadang wajib pajak yang memiliki kendaraan lebih dari satu, sering tidak menggunakan namanya. Akan tetapi menggunakan nama anak/istrinya sehingga itu membuat kesulitan Samsat dalam melakukan pengenaan pajak progresif. Dinas pelayanan pajak pernah membuat wacana bahwa tarif pajak progresif dikenakan pada nama dan alamat yang sama, yang terdaftar dalam satu kartu keluarga. Akan tetapi wacana tersebut belum dapat disetujui. Karena sampai saat ini masih banyak orang yang sudah berkeluarga tapi masih belum mengganti kartu 70

27 keluarganya. Jadi penghindaraan tarif pajak progresif masih menjadi hambatan yang dialami oleh Samsat dalam melakukan pemungutan pajak kendaraan bermotor. 3. Kendaraan yang mutasi keluar daerah Hambatan-hambatan yang menjadi alasan tidak tercapainya salah satunya kendaraan yang mutasi keluar daerah. Kendaraan yang mutasi keluar daerah lebih banyak daripada kendaraan yang masuk daerah. Maksudnya banyak kendaraan yang sebelumnya berada di wilayah jakarta kemudian keluar dari daerah jakarta dan masuknya kendaraan luar daerah tidak sebesar dengan kendaraan yang keluar daerah. Dengan begitu penerimaan pajak kendaraan bermotor terjadi potential loss Upaya Dalam Peningkatan Pajak Kendaraan Bermotor Dalam meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor maka Dinas Pelayanan Pajak bersama Samsat Jakarta Pusat melakukan upaya-upaya yang antara lain yaitu : 1. Peningkatan Sistem Pelayanan Sistem pelayanan yang dibuat oleh Dinas Pelayanan Pajak ada 3 yaitu: A. Samsat Drive Thru Samsat drive thru adalah layanan pengesahan STNK, pembayaran pajak kendaraan bermotor dan SWDKLLJ (sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan) yang tempat pelaksanaannya di luar gedung kantor SAMSAT dan memungkin kan wajib pajak melakukan transaksi tanpa harus turun dari kendaraan bermotor yang dikendarainya. Tapi sistem layanan Samsat drive thru ini belum ada di 71

28 Samsat Jakarta Pusat karena Samsat Jakarta Pusat masih menumpang dengan Samsat Jakarta Utara. Jadi belum memiliki gedung sendiri. B. Gerai SAMSAT Layanan gerai Samsat merupakan unit pelayanan STNK yang bersinergi dengan pelayanan Kantor Bersama Samsat, yang melayani pengesahan STNK satu tahunan dan pembayaran pajak kendaraan bermotor dengan sistem banking bank guna mendekatkan pelayanan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat, pelayanan ini dilakukan di mall atau pertokoan. Gerai Samsat sudah dimiliki oleh Samsat Jakarta Pusat. Letaknya di mall thamrin city. Akan tetapi, gerai Samsat ini baru dilakukan pada tahun C. SAMLING SAMLING adalah pelayanan mobil Samsat keliling dalam rangka memberikan pelayanan kepada wajib pajak yang memiliki tingkat kesibukan yang tinggi sehingga memberikan kemudahan untuk melayani pengurusan pengesahan STNK/Pembayaran Pajak Kednaraan Bermotor 1 tahun. Samsat Jakarta Pusat membuka samling di dekat lapangan banteng. Samling sudah dilakukan sejak tahun Berikut laporan samling pada Samsat Jakarta Pusat tahun

29 Tabel 4.12 Laporan Penerimaan SAMLING Jakarta Pusat Tahun 2011 Bulan Jumlah KBM Pokok (Rp) Denda (Rp) Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber: SAMSAT Jakarta Pusat Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa penerimaan samling tertinggi terjadi pada bulan maret dan begitu juga pada penerimaan pajak kendaraan bermotor tahun 2011 tertinggi pada bulan maret. Berarti pada bulan maret pajak kendaraan bermotor dibantu oleh pelayanan samling. Untuk melihat lebih jelas peranan samling yang diberikan terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor Jakarta Pusat, kita akan melihat pada grafik dibawah ini 73

30 Grafik 4.8. Peranan SAMLING dan SAMSAT Terhadap Penerimaan PKB Jakarta Pusat Tahun 2011 Sumber: SAMSAT Jakarta Pusat Pada grafik diatas menunjukan bahwa pada tahun 2011 samling hanya mempunyai peranan sekitar 8% atas penerimaan pajak kendaraan bermotor Samsat Jakarta Pusat. Selebihnya pembayaran pajak lebih banyak dilakukan di Kantor Bersama Samsat. Selanjutnya kita akan melihat penerimaan SAMLING pada tahun 2012, pada tabel dibawah ini 74

31 Tabel 4.13 Laporan Penerimaan SAMLING Jakarta Pusat Tahun 2012 Bulan Jumlah KBM Pokok (Rp) Denda (Rp) Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber: SAMSAT Jakarta Pusat Pada tahun 2012 penerimaan samling terlihat lebih sedikit dari tahun Walaupun jumlah kendaraan tidak terlalu jauh akan tetapi pada tahun 2011 lebih banyak kendaraan yang memiliki cc tinggi dan kendaraan mewah yang membayar pajak di samling. Sehingga penerimaan samling tahun 2011 lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya kita akan melihat peranan sistem pelayanan samling tahun 2012 pada penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun 2012 pada garfik dibawah ini. 75

32 Grafik 4.9. Peranan SAMLING dan SAMSAT Terhadap Penerimaan PKB Jakarta Pusat Tahun 2012 Sumber: SAMSAT Jakarta Pusat Pada grafik 4.9 diatas menunjukan penerimaan samling terlihat menurun dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya aktivitas SAMLING di bulanjuni 2012 dialihkan ke Pekan Raya Jakarta Kemayoran selama 30 hari dan adanya libur hari raya keagamaan. Sehingga aktivitas samling kurang beroperasional lebih baik pada tahun Pada tahun ini sepertinya peranan samling tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya karena pada tahun ini peranan samling hanya 3.46% terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor Jakarta Pusat. Masyarakat lebih banyak membayar pajak pada Samsat. Akan tetapi walaupun peranan samling tidak terlalu besar, dapat dikatakan samling juga turut membantu penerimaan pajak kendaraan bermotor. Karena ada samling tingkat kesadaran masyarakat untuk bayar pajak lebih tinggi dan memudahkan para wajib pajak untuk membayar pajak. 76

33 2. Pemberian Surat Panggilan Wajib pajak yang telat membayar pajak ataupun menghindar untuk membayar pajak akan diberikan surat panggilan. Pertama kali akan diberikan surat pemberitahuan kemudian surat panggilan. Lalu apabila surat panggilan tersebut tidak ditanggapi maka diberikan surat teguran. Apabila wajib pajak tetap tidak memiliki kesadaran untuk membayar pajak maka akan dikenakan denda kepada wajib pajak tersebut. Contoh surat panggilan dapat dilihat pada lampiran. 3. Penagihan BDU Melakukan pengaihan terhadap kendaraan bermotor yang masih belum daftar ulang (BDU), khususnya kepada kendaraan-kendaraan yang memiliki potensi pajak kendaraan bermotor yang besar. 4. Pemberian Keringanan Denda Pada tahun 2012 berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 134 Tahun 2012 menerapkan pemberian pengurangan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan. Serta penghapusan sanksi administrasi selama 30 hari kalender terhitung sejak tanggal diundangkan (28 september oktober 2012). 5. Pemeriksaan Harian Untuk meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor maka Samsat Jakarta Pusat terus melakukan upaya-upaya dalam pencapaian penerimaan tersebut salah satunya yaitu pemeriksaan harian. Maksud dari pemeriksaan harian adalah dilakukan perhitungan setiap hari sebelum penyetoran sehingga tidak terjadi kecurangan ataupun penggelapan dana yang dilakukan oleh fiskus. 77

34 6. Pemberian Informasi Melalui Media Dengan berkembangnya tehnik penyebaran informasi melalui media cetak dan elektrik, para wajib pajak dapat dengan mudah mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan pajak, dan bisa mengugah kesadaran masyarakat membayarkan pajaknya untuk membangun negara ini. 78

Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat)

Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat) Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat) Viory Sabila Shifa, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Phone

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sejarah Singkat PEMDA DKI JAKARTA Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Kota tahun 1952 sementara Djakarta Raya Nomor 18/DK/tanggal 11 September

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor BAB IV PEMBAHASAN IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor Samsat Jakarta Barat. Bab ini akan dimulai dengan mekanisme pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Dinas Pendapatan Daerah Prop. DKI Jakarta 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan pelayanan yang berfokus pada masyarakat. Pelayanan yang berfokus pada pelanggan ini akan berhasil

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Defenisi Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat Pada bab ini akan dimulai dengan pembahasan pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) memegang peranan penting dalam rangka membiayai urusan rumah tangga daerah, baik dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENERBITAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH, SURAT KETETAPAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan kctentuan dalam Pasal 10

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA INSTANSI PEMUNGUT DAN INSTANSI/PENUNJANG LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DI BAWAH SATU ATAP (SAMSAT) DI KABUPATEN SABU RAIJUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DIBAWAH SATU ATAP KOTA DEPOK

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DIBAWAH SATU ATAP KOTA DEPOK BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DIBAWAH SATU ATAP KOTA DEPOK 3.1 Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap Kota Depok 3.1.1 Profil SAMSAT Kota Depok Kantor Bersama SAMSAT (Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor terpenting dalam setiap kegiatan organisasi. Organisasi boleh saja memiliki peralatan dan mesin serta sistem

Lebih terperinci

BAB III SETTING PENELITIAN

BAB III SETTING PENELITIAN BAB III SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Kantor Bersama Samsat Surabaya Selatan. Samsat adalah Sistem Administrasi manunggal satu atap. Kantor Bersama Samsat merupakan salah satu tempat pelayanan publik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dalam rangka melaksanakan Trilogi pembangunan, diperlukan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar dan sangat berpengaruh di Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor 26 BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

Lebih terperinci

Oleh Nama : Dede Bahrudin

Oleh Nama : Dede Bahrudin BAB III RUANG LINGKUP DPPKD PROVINSI BANTEN UPT PANDEGLANG 1.1 Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Banten di bentuk berdasarkan peraturan daerah Provinsi Banten nomor 3 tahun

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR PERATURAN BERSAMA GUBERNUR KEPALA KEPOLISIAN DAERAH DAN KEPALA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG NOMOR : 66 TAHUN 2008 NOMOR POL : NOMOR : TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR BERSAMA SISTIM ADMINISTRASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR PELAKSANAAN ADMINISTRASI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) & BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) PADA UPT. DINAS PENDAPATAN PROPINSI JAWA TIMUR JEMBER TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembagian pajak menurut pemungutnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembagian pajak menurut pemungutnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan kontribusi yang paling penting dalam pembangunan suatu negara. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar. Pembagian pajak menurut

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I. PENJELASAN UMUM NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berkualitas dan efektif khususnya

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), PAD (Pendapatan Asli Daerah), PD (Pajak Daerah).

Abstrak. Kata kunci : PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), PAD (Pendapatan Asli Daerah), PD (Pajak Daerah). Upaya Optimalisasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Periode 2003-2007 (studi Kasus di Kantor Samsat Jakarta Barat) Abstrak Pajak Kendaraan Bermotor merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pemerintah Republik Indonesia mencanangkan suatu gerakan yaitu pembangunan nasional. Menurut Tap MPR Nomor IV/MPR/1999

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) merupakan suatu sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi pemerintah dalam satu gedung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pembagian struktur pemerintahan di Indonesia terbagi menjadi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dimana yang bertujuan agar masing-masing pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penurunan Kemacetan di

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penurunan Kemacetan di BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penurunan Kemacetan di Provinsi DKI Jakarta Dalam upaya mengatasi kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 13 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencargencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa Retribusi Parkir di Tepi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG 408 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS KAB. CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 20/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Rochmat Soemitro dalam Siti Resmi (2011: 1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 74 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 61 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1.1.1 Sejarah Kantor Bersama SAMSAT Kota Bogor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), atau dalam Bahasa Inggris One Roof System, adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat, untuk itu pembangunan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dikembangkan untuk memahami kepatuhan wajib pajak dalam membayar

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dikembangkan untuk memahami kepatuhan wajib pajak dalam membayar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak terutama pada pajak kendaraan bermotor sebagai akibat adanya pemberlakuan tarif

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH - 1 - PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah

BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1 Sejarah Dinas Pendapatan daerah Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat menangani

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pajak berikut : Menurut Rochmat Sumitro (2005:1) pengertian pajak sebagai berikut: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa Pajak Parkir merupakan satu sumber Pendapatan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004 tentang Pajak Daerah

Lebih terperinci

G U B E R N U R L A M P U N G

G U B E R N U R L A M P U N G G U B E R N U R L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 009 TAHUN 2002 TENTANG SUMBANGAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG LAMPUNG KEPADA PEMERINTAH PROPINSI LAMPUNG DARI PEMUNGUTAN SUMBANGAN WAJIB

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua (sepeda

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua (sepeda I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua (sepeda motor) maupun roda empat (mobil) di Indonesia kian pesat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan kendaraan

Lebih terperinci

Analisis Perhitungan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dispenda Provinsi Kepulauan Riau

Analisis Perhitungan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dispenda Provinsi Kepulauan Riau Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 1, No. 2, December 2013, 147-154 p-issn: 2337-7887 Article History Received October, 2013 Accepted November, 2013 Analisis Perhitungan Pajak Pengambilan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI B NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peranan serta wajib pajak untuk secara langsung dan sama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang di perlukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 18 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 18 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 18 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu Negara sangat bergantung kepada sektor pajaknya. Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu Negara sangat bergantung kepada sektor pajaknya. Pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu Negara sangat bergantung kepada sektor pajaknya. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan perundang-undangan yang bersifat paksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. infrastruktur negara yang lebih baik, membuat kelestarian lingkungan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. infrastruktur negara yang lebih baik, membuat kelestarian lingkungan hidup dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya untuk membangun suatu bangsa dan negara pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk kelangsungan pembangunan negara tersebut agar warga negara atau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Mekanisme Pemungutan Restoran di DKI Jakarta. Tahap-tahap mekanisme pemungutan dari pajak restoran antara lain:

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Mekanisme Pemungutan Restoran di DKI Jakarta. Tahap-tahap mekanisme pemungutan dari pajak restoran antara lain: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Mekanisme Pemungutan Restoran di DKI Jakarta Mekanisme pemungutan pajak restoran diatur sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 22

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang) 9 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang) Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara pada mulanya

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan bertambahnya kemajuan hidup yang disertai semakin padatnya

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan bertambahnya kemajuan hidup yang disertai semakin padatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkenaan dengan bertambahnya kemajuan hidup yang disertai semakin padatnya penggunaan kendaraan bermotor untuk beraktivitas, maka bertambah pula jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Pemerintah dalam penerapan otonomi daerah, memberikan kewenangan kepada daerah untuk dapat mengurus dan mengatur sendiri urusan di daerahnya. Otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya terbagi dalam Provinsi, Kabupaten dan Kota. Dewasa ini perbincangan tentang otonomi yang diterapkan

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 14, 2015 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 107 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 107 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 107 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK PEMERINTAH DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2011 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN WALIKOTA PALANGKA RAYA NOMOR 04 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Malang Dinas Pendapatan Kota Malang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 4/U tanggal 1 Januari 1970.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR V 3 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR V 3 TAHUN 2017 TENTANG D GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR V 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBEBASAN POKOK PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BESERTA SANKSI ADMINISTRASI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI KASUS SAMSAT KOTA MANADO PERIODE )

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI KASUS SAMSAT KOTA MANADO PERIODE ) EVALUASI PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI KASUS SAMSAT KOTA MANADO PERIODE 2012-2014) Rilovingri Lenri, Hanggoro Pamungkas Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 47 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 47 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 47 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS Menimbang : a. bahwa untuk menindaklanjuti Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan yang utama dan juga sebagai alat pengatur. Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan membawa dampak positif bagi perusahaan begitu juga sebaliknya apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. akan membawa dampak positif bagi perusahaan begitu juga sebaliknya apabila BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan merupakan faktor penting bagi setiap perusahaan. Pelayanan yang baik akan membawa dampak positif bagi perusahaan begitu juga sebaliknya apabila perusahaan

Lebih terperinci

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 U R A I A N TARGET JUMLAH PERUBAHAN 2015 S/D BULAN INI % ( Rp ) ( Rp ) 1 2 3 4 PENDAPATAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa pesatnya perkembangan kota- kota di Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci