BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan laju modernisasi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Health Organization, 2015). Ciri-ciri bayi baru lahir yang sehat adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan klinik (clinical skills) pada profesi kedokteran merupakan hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Ujian selalu menjadi agenda penting dalam pendidikan ( Schuwirth dan

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat lubang ke dalam trakea dan memasukkan selang indwelling ke

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014).

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik

BAB I PENDAHULUAN. dilatih untuk mengajar, penilaian, tujuan evaluasi dan secara konsisten

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI UJIAN KETERAMPILAN KLINIK DASAR MODUL GASTROINTESTINAL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN I.A.

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Diploma III keperawatan berperan sebagai perawat. terampil dalam menyelesaikan masalah keperawatan secara mandiri dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

PETUNJUK PRAKTIKUM : KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

kedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan suatu keadaan, sehingga masa depan dapat diketahui dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadikan perawat sebagai satu-satunya profesi dengan intensitas

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

kurikulum yang baik adalah FLO himpunan dari SLO dan FLO sama evaluasi kurikulum yang berjalan diinstitusi terkait.

I Made Kariasa, SKp.,MM.,Mkep.,Sp.KMB.,PG.Cert

BAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

Standard Operating Procedure. PELAKSANAAN Objective Structured Clinical Examination (OSCE) NASIONAL

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pasien yang membutuhkan akses vaskuler (Gabriel, 2008). Lebih

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG NOMOR : / SK-RSUD PROV / X / 2016 T E N T A N G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

KOMITE NASIONAL UJI KOMPETENSI PERAWAT PPNI

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Profil Rumah Sakit Baptis Kediri. Baptis Kediri didirikan pada tahun 1957 oleh misionaris Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

ANALISIS KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP METODE OSCA PADA UJIAN AKHIR SEMESTER DI PRODI D III KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu syukur sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses pembentukan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasy eksperimental design

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Insomnia merupakan suatu kesulitan kronis dalam. memulai tidur, mempertahankan tidur / sering terbangun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4

BAB III METODE PENELITIAN. Mulia Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Hadi (2004), bahwa untuk. A. Identifikasi Variabel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan profesional termasuk perawat perlu memiliki kemampuan komprehensif yang meliputi tiga ranah, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor (Susanti, 2010). Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor akan didapatkan selama masa perkuliahan melalui berbagai pembelajaran termasuk keterampilan keperawatan. Keterampilan merupakan elemen yang penting pada kurikulum berbasis kompetensi (Suryadi, 2008). Sebagai suatu profesi, perawat memiliki standar kompetensi. Standar kompetensi perawat merefleksikan kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan profesional. Kompetensi yang dimiliki oleh perawat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Perawat yang kompeten akan memberikan pelayanan yang berkualitas dan terhindar dari kejadian nursing errors (adverse event) di rumah sakit. Adanya nursing errors mengakibatkan munculnya beberapa masalah, salah satunya adalah infeksi nosokomial (31%) (Lucero et al., 2010). Rata-rata 5-10% pasien rawat inap mengalami infeksi nosokomial. Salah satu infeksi tersebut didapat melalui infeksi luka operasi (Breathnach, 2013). Luka operasi sering terjadi di Indonesia, prevalensinya sekitar 2,3-18,3% (Putra et al., 2013). Infeksi yang terjadi pada luka operasi bisa disebabkan karena perawatan luka yang tidak memenuhi syarat aseptik (Nurkusuma, 2009). Hal yang disebutkan diatas menunjukkan bahwa salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh perawat di Indonesia adalah perawatan luka (PPNI, 1

2 AIPNI, & AIPDiKI, 2012). Perawatan luka merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka agar dapat mencegah terjadinya injury pada kulit membran mukosa jaringan lain (Bryant, 2007). Penatalaksanaan luka yang tidak tepat dapat menghambat penyembuhan luka (Arisanty, 2013). Komplikasi yang terjadi pada proses penyembuhan luka yaitu hemoragi, infeksi, dehisens, eviserasi, dan fistula (Potter & Perry, 2005). Gangguan pada luka dapat berupa infeksi yang muncul selama proses penyembuhan luka berlangsung (Arisanty, 2013). Metode perawatan luka telah mengalami perkembangan dari perawatan luka konvensional menjadi perawatan luka modern (evidance-based wound care). Beberapa perubahan dalam perawatan luka mulai muncul dengan ditemukannya penelitian-penelitian terbaru sesuai dengan konsep perawatan luka modern. Perawatan luka modern mempertahankan prinsip lembab yang seimbang pada luka (Arisanty, 2013). Berdasarkan penelitian Indaryati (2009) di RSUD Sleman Yogyakarta didapatkan hasil bahwa perawatan luka kronis menggunakan teknik modern lebih efektif dibandingkan dengan teknik konvensional, ditinjau dari kecepatan waktu terjadinya granulasi dan epitelisasi, sedikitnya frekuensi medikasi dan besarnya biaya bahan habis pakai. Penggunaan bio-cellulose dressing untuk penyembuhan luka dengan prinsip lembab (modern dressing) juga lebih menurunkan biaya perawatan dibandingkan dengan penggunaan tradisional dressing (Schmitz, 2014). Perawatan luka juga merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh mahasiswa keperawatan agar nantinya saat bekerja dapat memberikan pelayanan

3 keperawatan dengan baik. Salah satu pembelajaran mengenai perawatan luka adalah keterampilan perawatan luka yang didapat melalui pembelajaran skills lab. Pembelajaran di skills lab merupakan suatu metode yang digunakan untuk mempelajari berbagai keterampilan klinik baik keterampilan dalam format pemeriksaan fisik, keterampilan prosedural, maupun keterampilan komunikasi dengan tatanan area klinik dan menggunakan berbagai alat, pasien simulasi maupun manekin dalam pembelajarannya (Hart, 2010; Soliman & Fouda, 2008). Keterampilan dalam skills lab diajarkan secara bertahap sesuai dengan kompetensi yang sudah ditetapkan oleh institusi pendidikan. Salah satu institusi pendidikan yang menerapkan pembelajaran keterampilan di skills lab adalah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Keterampilan perawatan luka di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada diajarkan pada blok 2.5 (sensasi dan integritas jaringan). Pencapaian kompetensi mahasiswa yang telah didapatkan melalui pembelajaran skills lab dievaluasi melalui sebuah penilaian yaitu Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Evaluasi dalam bentuk OSCE dilakukan setiap akhir semester (Panduan Akademik TA 2014/2015 PSIK FK UGM). OSCE adalah salah satu bentuk penilaian, digunakan baik sebagai penilaian formatif dan sumatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kriteria kinerja objektif untuk keterampilan klinis yang diujikan (Godson, 2012). OSCE diujikan secara objektif dan terstruktur dalam bentuk putaran station dengan waktu tertentu. Objektif karena semua mahasiswa diuji dengan ujian yang sama yaitu

4 OSCE. Terstruktur karena yang diuji keterampilan klinik tertentu dengan menggunakan lembar penilaian tertentu (HPEQ, 2011). Lembar penilaian yang digunakan untuk OSCE adalah checklist yang akan diisi oleh penguji sesuai keterampilan yang diujikan. Checklist merupakan salah satu jenis instrumen untuk metode observasi (Arikunto, 2013). Checklist OSCE harus mampu mengukur komponen dari ketiga domain pembelajaran yaitu domain kognitif, psikomotor, dan afektif (Cazzell & Howe, 2012). Sebagai suatu instrumen, checklist OSCE hendaknya valid dan reliabel. Sifat valid dan reliabel diperlihatkan oleh tingginya akurasi dan kecermatan hasil ukur (Azwar, 2013). Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan suatu instrumen (Arikunto, 2013). Reliabilitas berkaitan dengan hasil pengukuran dalam bentuk skor yang konsisten. Salah satu cara pengukuran terhadap reliabilitas suatu instrumen dapat menggunakan interrater reliability. Interrater reliability merupakan suatu metode untuk mengetahui reliabilitas suatu pengukuran yang dilakukan oleh 2 pemeriksa (raters) atau lebih terhadap objek yang sama (Gwet, 2014). Hasil systematic review yang dilakukan oleh Patricio et al. (2009) mengenai kegiatan OSCE didapatkan hasil bahwa dari 104 (63%) penelitian tidak menyajikan evidence mengenai reliabilitas pada OSCE, sementara 8,7% peneliti menyatakan bahwa OSCE yang dilakukannya reliabel namun tanpa memberikan evidence yang jelas. Hal ini memberikan gambaran bahwa publikasi tentang OSCE semakin banyak namun tidak diimbangi dengan penelitian tentang validitas, reliabilitas dan feasibility dari instrumen OSCE (Patricio et al., 2009).

5 Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh penulis, belum terdapat satupun publikasi penelitian mengenai interrater reliability dari checklist keterampilan perawatan luka yang dimiliki oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Selain itu, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara terhadap bagian skills lab Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai uji reliabilitas terhadap checklist keterampilan perawatan luka di institusi tersebut sejak digunakan sebagai instrumen OSCE (Zuli Aslam, komunikasi personal, 28 Mei 2015). Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa dosen penguji keterampilan dalam ujian OSCE bisa berganti-ganti tidak sesuai dengan dosen yang sudah dijadwalkan sebelumnya apabila berhalangan hadir. Berdasarkan keterangan diatas, kebutuhan akan pengukuran reliabilitas instrumen dirasa penting untuk segera dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai interrater reliability dari checklist keterampilan perawatan luka yang ada di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas evaluasi proses pembelajaran di institusi tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Berapa nilai interrater reliability dari checklist

keterampilan perawatan luka di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada? 6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan interrater reliability dari checklist keterampilan perawatan luka di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan memperkaya konsep mengenai interrater reliability dari checklist keterampilan perawatan luka. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan mengenai interrater reliability dari checklist keterampilan perawatan luka dan mengasah kemampuan meneliti. b. Bagi Peneliti Lain Menjadi acuan sumber referensi untuk penelitian-penelitian lain mengenai interrater reliability pada checklist, terutama pada checklist keterampilan perawatan luka.

7 c. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk penilaian kegiatan evaluasi pembelajaran skills lab yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bagian dari peningkatan mutu pendidikan. E. Keaslian Penelitian Peneliti belum pernah menemukan penelitian terkait interrater reliability dari checklist keterampilan perawatan luka dalam kegiatan OSCE di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Beberapa penelitian yang telah meneliti mengenai relilabilitas suatu checklist keterampilan dalam OSCE yaitu: 1. Safaa Hassanein et al. (2013) tentang Validity and Reliability of Checklist Used for Objective Structured Clinical Examination: Piloting Modified Tools. Tujuan penelitian ini untuk menguji validitas dan reliabilitas 10 checklist pada OSCE yang terkait kompetensi pada perawatan medikal bedah di Fakultas Keperawatan Cairo University selama periode (2010-2011 dan 2011-2012). Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa tingkat kedua di fakultas tersebut. Metode dalam penelitian ini menggunakan salah satu jenis uji reliabilitas yaitu test-retest, dan menerapkan six sigma dalam prosedur penelitian ini dengan langkah define-measure-analyze-improve-control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 checklist tersebut valid. Tujuh checklist reliabel yaitu checklist pengkajian keseimbangan cairan, injeksi intramuscular, injeksi intravena, surgical scrub, gloving, wound dressing, dan wound drain. Dua checklist yang

8 tidak reliabel yaitu checklist injeksi subkutan dan penarikan obat vial, dan 1 checklist yaitu surgical gown masih dipertanyakan reliabilitasnya. Persamaan penelitian ini adalah uji reliabilitas pada checklist OSCE terkait kompetensi pada perawatan medikal bedah yaitu wound dressing. Perbedaan penelitian ini adalah jenis uji reliabilitas dan jumlah jenis checklist keterampilan. 2. Mary Cazzell & Carol Howe (2012), penelitiannya berjudul Using Objective Structured Clinical Evaluation for Simulation Evaluation: Checklist Considerations for Interrater Reliability. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur interrater reliability pada checklist pemberian obat pada anak. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan semester 1 berjumlah 207 mahasiswa. Metode penelitian ini adalah dua orang rater yang menilai 207 mahasiswa yang melakukan keterampilan pemberian obat pada anak dan sudah direkam dalam bentuk videotaped. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan uji statistik kappa (k) dan intraclass correlation coefficient (ICC). Hasil penelitian menunjukkan interrater reliability dari 6 item pada domain kognitif dan psikomotor adekuat, sedangkan pada 4 domain afektif tidak adekuat. Persamaan penelitian ini adalah mengenai uji interrater reliability pada checklist OSCE dan penggunaan uji statistik yang sama yaitu kappa (k). Perbedaan penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan dan subjek penelitian. 3. Sarah E. Peyre et al. (2010) tentang Reliability of a Procedural Checklist as a High-Stakes Measurement of Advanced Technical Skill. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui reliabilitas dari checklist keterampilan prosedural laparoscopic nissen fundoplication. Penelitian ini melibatkan 5 dokter bedah yang

9 menggunakan 65 checklist prosedural untuk mengevaluasi keterampilan prosedural laparoscopic nissen fundoplication yang dilakukan oleh expert surgeon. Uji statistik menggunakan Fleiss kappa coefficients dan percent agreement. Hasil penelitian menunjukkan percent agreement dan kappa coefficients memperlihatkan tingkat reliabilitas yang tinggi (>0,80). Persamaan penelitian ini adalah mengenai uji interrater reliability pada checklist keterampilan prosedural dan uji statistik yang digunakan yaitu uji kappa dan percent agreement. Perbedaan penelitian ini adalah jenis checklist keterampilan dan subjek penelitian.