BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. freezer selama 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari dapat dilihat pada table ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan)

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

PAPER BIOKIMIA PANGAN

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

Pertumbuhan Mikroorganisme

III. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

1 BAB I. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

Harryara Sitanggang

HASIL DAN PEMBAHASAN

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan olahan

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

Nur Rahmah Fithriyah

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. baik disebabkan oleh pengaruh cuaca, serangan serangga maupun mikroba

BAB I PENDAHULUAN. bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil perhitungasn jumlah bakteri pada ikan cakalang yang disimpan pada suhu freezer selama 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari dapat dilihat pada table ini. Tabel 4.1 Hasil Pengamatan dan Analisis Varians Jumlah Bakteri pada Ikan Cakalang Selama Penyimpanan Pada Suhu Freezer. Ulangan Lama Penyimpanan Hari Ke- 5 10 15 20 F Sig 10 3 10 5 10 3 10 5 10 3 10 5 10 3 10 5 I 3 0.03 0.51 0.0051 1.0 0.01 0.77 0.0077 II 14.0 0.14 0.42 0.0042 2.5 0.025 10 0.1 III 2.0 0.02 2.0 0.02 0.85 0.0085 3.0 0.03 1.047 0.423 Jumlah 19 0.19 2.93 0.0293 4.35 0.0435 13.77 0.1377 Rata- Rata 6.33 0.0633 0.97 0.0097 1.45 0.0145 4.59 0.0459 Dari tabel dapat dilihat bahwa, pada hari ke-5 jumlah bakteri yaitu 6.33x10 3 CFU/gr, pada hari ke-10 jumlah bakteri 0.97 x 10 3 CFU/gr, pada hari ke 15 jumlah bakteri yaitu 1.45 x 10 3 CFU/gr, sedangkan pada hari ke-20 jumlah bakteri yaitu 4.59 x 10 3 CFU/gr. Pada hari ke-20 terjadi peningkatan jumlah bakteri yang ada pada ikan menjadi 4.59 x 10 3 CFU/gr. Skema peningkatan jumlah bakteri dapat dilihat pada gambar 4.1. 37

6 5 4 Jumlah Bakteri 3 2 1 0 5 Hari 10 Hari 15 Hari 20 Hari Gambar 4.1 Diagram Rata-rata Jumlah bakteri Pada Ikan Cakalang Selama Masa Penyimpanan Pada Suhu Frezeer. Dari hasil perhitungan maka diperoleh nilai Fhitung = 1.047. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan Ftabel pada taraf signifikan α = 0,05 (10.13). Dengan demikian Fhitung < Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat pengaruh lama penyimpanan ikan cakalang pada suhu freezer terhadap jumlah bakteri, karena belum melebihi standar yang ditetapkan SNI yaitu 5x105 CFU/gr. Secara statistik dia tidak berpengaruh, namun berdasarkan kondisi fisik dari ikan tersebut tergolong tidak dapat dikonsumsi lagi untuk ikan yang berada pada penyimpanan hari ke-20. 38

4.2 Pembahasan Sebagai bahan pangan ikan mempunyai sifat yang mudah rusak, karena ikan memiliki kandungan protein yang banyak dibandingkan dengan bahan pangan yang lain. Dengan demikian ini yang menjadikan ikan merupakan media yang paling baik bagi pertumbuhan bakteri sehingga mudah mengalami kerusakan ataupun pembusukkan. Kerusakan ikan oleh bakteri terjadi karena bakteri masuk kedalam tubuh ikan sejak ikan masih berada dilaut maupun ikan yang sudah berada pada proses penyimpanan. Untuk itu dalam usaha mencegah kerusakan pada ikan yang disebabkan oleh aktifitas bakteri, maka dibutuhkan penanganan yang tepat untuk memperpanjang masa konsumsi ikan tersebut. Salah satunya yaitu dengan proses pendinginan, dimana ikan disimpan dalam lemari pendingin (freezer) dengan suhu beku dapat memperpanjang masa konsumsi ikan. Walaupun demikian, masa simpan ikan dalam freezer biasanya tidak layak konsumsi lagi selama 14-15 hari sejak penyimpanan. Menurut Effendi (2009) pengawetan ikan pada suhu rendah bertujuan untuk menghambat proses pertumbuhan mikroorganisme penyebab kebusukan dan kerusakan, namun tidak berarti pemakaian suhu rendah dapat menghambat pertumbuhannya saja. Proses ini mengakibatkan penurunan populasi mikroba, meskipun tetap dijumpai dalam jumlah kecil. Hal ini disebabkan terjadinya kerusakan protein pembangun sel mikroba atau terjadinya peningkatan konsentrasi larutan dalam sel. Meski tahan lama, produk pangan yang dibekukan tetap mempunyai batas waktu simpan atau daya simpan. Biasanya terjadi perubahan warna, rasa, tekstur, dan bentuknya. Didalam proses pembekuan pada dasarnya banyak aspek yang harus 39

diperhatikan. Selama pembekuan, banyak sekali perubahan yang terjadi, baik perubahan fisika, kimia, maupun biologi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ikan cakalang dengan lama penyimpanan 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari pada suhu tetap yaitu suhu freezer 0 o C diperoleh bahwa jumlah total bakteri pada ikan selama 5 hari yaitu 6.33 x10 3 CFU/gr, pada hari ke-10 terjadi penurunan jumlah bakteri yaitu 0.97 x 10 3 CFU/gr, pada hari ke 15 jumlah bakteri yaitu 1.45 x 10 3 CFU/gr, sedangkan pada hari ke-20 terjadi peningkatan jumlah bakteri yaitu 4.59 x 10 3 CFU/gr. Pada penyimpanan selama 5 hari terjadi peningkatan jumlah bakteri disebabkan bakteri mengalami fase pertumbuhan logaritmik. Fase pertumbuhan logaritmik adalah fase dimana bakteri membelah dengan cepat dan konstan. Selanjtutnya pada perlakuan ikan cakalang yang disimpan selama 10 hari dan 15 hari terjadi penurunan jumlah bakteri, penurunan jumlah bakteri ini disebabkan karena bahan makanan atau nutrien yang terkandung didalam tubuh ikan sudah mulai berkurang dan adanya hasil-hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan bakteri itu sendiri. Selain itu juga penurunan jumlah bakteri ini disebakan karena persediaan air dalam tubuh ikan sudah mulai berkurang disebabkan air yang ada didalam tubuh ikan mengalami pengkristalan sehingga air tersebut tidak dapat diserap oleh bakteri, akhirnya bakteri tersebut kekurangan air sehingga menyebabkan penurunan jumlah bakteri. Namun pada perlakuan terakhir yaitu pada masa penyimpanan 20 hari terjadi peningkatan kembali jumlah bakteri pada ikan. Hal ini dikarenakan ada beberapa bakteri yang walaupun pada suhu dingin bakteri tersebut tidak mati, yaitu bakteri yang tergolong 40

bakteri psychrophilic, bakteri ini adalah bakteri yang hidup pada suhu rendah yaitu pada suhu 0 o C 30 o C. Jenis bakteri ini yang berperan terhadap pembusukkan ikan Pada suhu rendah bakteri masih bisa memperbanyak dirinya tetapi dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan suhu yang tepat, bilamana suhu pertumbuhan tertinggi bakteri telah dilalui, bakteri bisa bertahan hidup untuk sementara waktu sampai lambat laun terjadi kematian pada dirinya (Saksono: 2009). Walaupun terjadi penigkatan jumlah bakteri pada hari terakhir, jika berpatokan pada standar yang ditetapkan belum melebihi 5x10 5 CFU/gr, namun dilihat dari perubahan warna, rasa dan tekstur dagingnya mengalami perubahan. Dimana warna dagingnya berubah menjadi coklat gelap, rasanya menjadi sedikit lain dan jika dimakan lidah akan terasa gatal, tekstur dagingnya sudah mulai lembek dan tidak kenyal lagi. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Masyamsir (2001), bahwa ikan yang disimpan pada suhu 0 o C, hanya akan bertahan pada 14-15 hari. Hal ini sejalan dengan penelitian Kadir (2004), mengenai pengaruh suhu dan lama penyimpanan jumlah kandungan bakteri dan kualitas fisik ikan tongkol asap. Dimana semakin lama penyimpanan, maka jumlah bakteri semakin sedikit, karena mengalami fase pertumbuhan bakteri, yaitu fase lag (lambat), fase logaritma atau eksponensial, fase stationer dan fase kematian. Fase lag (lambat) adalah tidak ada pertumbuhan populasi karena sel mengalami perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri. Fase Logaritma adalah sel membela dengan laju yang konstans, massa menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan seimbang. Fase 41

stationer adalah terjadinya pemupukan rajun akibat metabolism sel dan kandungan nutrient mulai habis, akibatnya terjadi kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh, jumlah sel menjadi konstan. Fase death atau kematian adalah sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya nutrient, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami penurunan jumlah sel secara eksponensial (Hargono: 2009). Selama penyimpanan ikan beku dapat mengalami beberapa perubahan yang dapat menyebabkan kerusakan pada ikan beku, diantaranya adalah perubahan Protein. Protein ikan berubah secara permanen selama pembekuan da penyimpanan. Kecepatan perubahan itu lebih banyak bergantung pada suhu. Pada suhu tidak jauh dari titik beku, misalnya pada -20C, perubahan protein terjadi dengan cepat. Bahkan pada -100C perubahan itu berlangsung sedemikian cepat sehingga produk yang semula baik menjadi rusak dalam beberapa minggu (Murniyati dan Sunarman:2000,dalam Lobura: 2009). Selama penyimpanan, ikan juga mengalami perubahan Lemak. Lemak ikan berubah menjadi tengik selama penyimpanan. Pada ikan lemak mudah tercampur dengan oksigen, mereka bereaksi karena dipengaruhi enzim. Reaksi ini menyebabkan perubahan bau, rasa, dan warna ikan sehingga daging menjadi tengik. Warnanya berubah menjadi kuning atau cokelat dan mengerak (Murniyati dan Sunarman:2000,dalam Lobura: 2009). Perubahan warna juga mempengaruhi mutu ikan, sering dinilai dari penampilannya. Oleh karena itu, perubahan warna dapat menimbulkan penurunan mutu ikan. Perubahan di dalam daging ikan merupakan penyebab perubahan warna tersebut (Murniyati dan Sunarman:2000,dalam Lobura: 2009). 42

Selama pembekuan ikan mengalami dehidrasi hebat, permukaannya menjadi kering, putih pucat dan lembek berlubang-lubang seperti spons. Makin lama keadaan ini akan merembet juga ke dalam daging hingga akhirnya ikan tampak seperti serat dan menjadi ringan (Murniyati dan Sunarman:2000,dalam Lobura: 2009). Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa ikan yang disimpan didalam suhu freezer meskipun jumlah bakteri belum melebihi santar maksimum cemaran mikroba, namun sudak tidak layak untuk dikonsumsi lagi., namun tidak bisa dipungkiri ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi ikan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi lagi, baik dari faktor fisika maupun kimia. Faktor fisikanya meliputi kondisi fisik dari ikan tersebut seperti perubahan warna daging yang menjadi coklat gelap serta tekstur daging yang sudak tidak kenyal lagi, sedangkan untuk perubahan kimia yaitu terjadi perubahan protein,perubahan lemak dan dehidrasi. Penyimpanan ikan pada suhu rendah proses pembusukan pada bakteri terhenti. Akan tetapi, proses seperti biokimia, kimia, dan fisis, masih berlangsung terus-menerus. Proses-proses tersebut dapat menyebabkan kemunduran mutu. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui lama penyimpanan ikan dari aspek fisika dan kimia serta uji organoleptik (rasa, warna, bau dan tektur), karena berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor biologi yaitu jumlah bakteri tidak mempengaruhi daya simpan ikan segar pada suhu frezeer. 43