PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

P U T U S A N Nomor : 407 K/Pdt/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

P U T U S A N Nomor 100/Pdt.G/2013/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS PEMBAGIAN HARTA GONO-GINI. (Studi Kasus Pada Putusan Mahkmah Agung. Nomor: 1996 K/Pdt/2012)

P U T U S A N No. 26 K/PHI/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perselisihan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. formil. Sebutan hukum acara perdata lebih lazim dipakai daripada hukum

P U T U S A N NOMOR : 163 K/TUN/2004

P U T U S A N No. 83 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara

PUTUSAN NOMOR : 103 K/AG/2007

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N No. 237 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

LAPORAN HUKUM ACARA PERDATAA ANALISIS PUTUSAN TENTANG PERBUATAN MELAWAN HUKUM. Disusun Oleh : Nur Cholifah Wulan IV Sore A

P U T U S A N No. 483 K/TUN/2001

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat transportasi untuk mempermudah mobilisasi. Dari berbagai

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Hal 8 dari 8 hal. Put.No.390 K/AG/2005.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENUMPANG PESAWAT TERBANG TERHADAP KEHILANGAN BARANG BAGASI

P U T U S A N 322 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N No. 172 K/TUN/2000 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara

P U T U S A N NOMOR: 46 K/AG/2006

Hal. 2 dari 8 hal. Put. No. 194 K/AG/2007.

P U T U S A N 201 K/TUN/2001 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta

KAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK. MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

PUTUSAN NOMOR : 226 K/AG/2007 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Privat Law Vol. V No. 1 Januari-Juni

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

P U T U S A N No: 666 K / Pdt / 2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa pekara perdata dalam

P U T U S A N. Nomor : 175/B/2012/PT.TUN-MDN

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

P U T U S A N NOMOR : 80 K/TUN/2005

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N No. 24 K/PHI/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Perselisihan Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

P U T U S A N NOMOR : 41/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 84/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

A.Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PUTUSAN. Nomor 54/Pdt/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N Nomor 521/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

P U T U S A N NOMOR : 432/PDT/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

P U T U S A N. Nomor : 160/Pdt/2014/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA.Btn. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

PUTUSAN Nomor 44/Pdt.G/2015/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TANGGAL 18 JULI DALAM PERKARA NOMOR 3277 K/ Pdt/ 2000

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan apabila menghadapi masalah hukum. Class action merupakan contoh

PUTUSAN NOMOR : 322 K/AG/2007

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

P U T U S A N NOMOR : 90 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

PUTUSAN Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG.

P U T U S A N 463 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2014/PTA.Btn.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PUTUSAN NOMOR : 102 K/AG/2007

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

SALINAN P U T U S A N Nomor : 72/Pdt.G/2011/PTA.Bdg.

P U T U S A N. NOMOR 0000/Pdt.G/2016/PTA. BTN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

P U T U S A N Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 6 /Pdt.G/2011/PTA Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH MASKAPAI PENERBANGAN TERKAIT PEMBATALAN DAN KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN

P U T U S A N Nomor 0024/Pdt.G/2017/PTA.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 2030 K/Pdt/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam

PUTUSAN Nomor xxx/pdt.g/2017/pta.bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 274/Pdt/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PUTUSAN. Nomor : Pdt.G/2011/PTA.AB BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 820 K/PDT/2013) Oleh: Lina Liling Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAKSI Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji duduk perkara dalam sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013 dan pertimbangan hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013. Pengangkutan udara merupakan satu satunya alternatif alat pengangkutan yang efektif, efisien bagi pengangkutan antar pulau dan antar daerah, sehingga animo masyarakat terhadap jasa pengangkutan udara menjadi meningkat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Jasa pengangkutan udara yang digunakan salah satunya adalah dengan menggunakan bagasi tercatat, jika pengguna jasa akan menggunakan pengangkutan barang melalui bagasi tercatat maka pelaku usaha akan memberikan tiket kepada pengguna jasa. Tiket tersebut sebagai bukti untuk mengambil kembali barang bawaannya yang telah diangkut oleh pelaku usaha, sehingga jika pengguna jasa belum mengambil barang pada bagasi tercatat maka pelaku usaha berkewajiban menjaga barang agar aman dan tidak hilang. Kebanyakan pelaku usaha tidak menjalankan kewajibannya sehingga mengakibatkan kehilangan dan kerugian bagi pengguna jasa, jika hal tersebut terjadi maka pihak pelaku usaha seolah olah mengalihkan tanggung jawabnya dengan memberikan ganti rugi tidak sesuai dengan barang pengguna jasa yang hilang. Metode penelitian yang digunakan meliputi jenis penelitian yuridis normatif, penelitian ini bersifat deskriptif, alat pengumpulan data dengan studi pustaka dan penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini adalah bahwa dalam laporan yang diajukan oleh Robert Mangatas Silitonga kepada PT. Maskapai Lion Air, sebelumnya terlebih dahulu diselesaikan secara kekeluargaan tetapi tidak mendapatkan solusi. Sehingga pihak Penggugat yaitu Robert Mangatas Silitonga mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri yang ternyata dimenangkan oleh pihak Robert Mangatas Silitonga, atas putusan tersebut pihak Tergugat merasa keberatan dan kemudian pihak Tergugat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi. Namun dalam amar putusan Pengadilan Tinggi isinya yaitu menguatkan Putusan Pengadilan Negeri, sehingga pihak Tergugat mengajukan kasasi tetapi dalam pengajuan kasasi oleh Pemohon kasasi / Tergugat ditolak yang mengharuskan pihak Tergugat membayar ganti rugi materiil dan Immateriil sesuai dengan kerugian yang diderita Penggugat atas hilangnya 1 buah travel bag hitam merk polo dalam bagasi tercatat miliknya. Selain itu pihak Tergugat juga dihukum untuk membayar biaya perkara. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut atas bukti bukti tulisan yang diajukan oleh Penggugat dan pengakuan dari Tergugat yang menyatakan kesediaannya untuk membayar ganti rugi yang tidak sesuai dengan kerugian Penggugat. Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Tanggung Jawab Angkutan Udara 1

LATAR BELAKANG MASALAH Pengangkutan dewasa ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang jasa pengangkutan. Seiring berjalannya waktu dan semakin kompleksnya mobilitas orang maupun barang, maka pengangkutan udara merupakan satu satunya alternatif yang cepat, efisien dan ekonomis bagi pengangkutan antar pulau dan antar daerah terutama antar daerah terpencil di pulau pulau di luar jawa 1. Pengangkutan pada dasarnya merupakan pemindahan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain untuk menjangkau seluruh wilayah negara. Pihak pihak yang terlibat dalam sistem pengangkutan udara tersebut meliputi pengangkut sebagai pelaku usaha dan penumpang sebagai konsumen. Pelaku usaha dalam sistem pengangkutan udara akan memberikan pelayanan pengangkutan barang kepada penumpang diantaranya dengan menggunakan kargo, bagasi kabin maupun bagasi tercatat, jika penumpang menggunakan pelayanan pengangkutan barang dengan bagasi tercatat, maka pihak pelaku usaha akan memberikan tiket bagasi kepada penumpang. Tiket tersebut akan digunakan penumpang untuk mengambil kembali barang bawaannya yang telah diangkut oleh pelaku usaha. Tiket merupakan bukti tertulis telah terjadinya perjanjian antara konsumen dengan pelaku usaha yang akan menimbulkan hak dan kewajiban antara konsumen dengan pelaku usaha. Dalam prakteknya maskapai penerbangan yang dikelola oleh pihak swasta salah satunya yaitu Lion Air tidak menjalankan kewajibannya sebagai pelaku usaha untuk menjaga barang milik penumpang, khususnya pada bagasi tercatat sehingga mengakibatkan kerugian 1 E. Saefullah Wiradipradja. 1989. Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasional Dan Nasional. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. Hal. 1 2

bagi konsumen. Permasalahan hilangnya bagasi tercatat merupakan masalah yang sering terjadi dalam pesawat Lion Air terkait ganti rugi terhadap barang bawaan milik penumpang. 2 Bagasi tercatat menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, merupakan barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawat udara yang sama, dan barang yang diangkut tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengangkut sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 92 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. Pihak pengangkut sebagai pelaku usaha yang tidak menjalankan kewajibannya untuk menjaga barang bawaan konsumen pada bagasi tercatat hingga mengakibatkan kehilangan, akan dimintakan pertanggungjawabannya atas perbuatan tersebut. Pelaksanaan pertanggungjawaban diberikan dalam jangka waktu selama 14 (empat belas) hari setelah pelaporan dari pihak konsumen. Namun pada kenyataannya sampai dengan batas waktu 14 (empat belas) hari setelah pelaporan tidak ada tindak lanjut mengenai masalah yang dialami pihak konsumen dari pelaku usaha, dan setelah melewati batas waktu yang ditentukan ternyata pihak maskapai menyatakan akan bertanggungjawab terhadap hilangnya bagasi tercatat milik penumpang, namun dengan jumlah yang tidak sesuai dengan besarnya kerugian yang diderita pihak konsumen. Padahal, jika ditelaah lebih lanjut di dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, telah jelas mengatur mengenai hak dan kewajiban antara konsumen dengan pelaku usaha. Dengan demikian telah jelas bahwasanya pelaku usaha harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kerugian yang diderita konsumen, jika pelaku usaha tidak menjalankan kewajibannya hanya dengan memberikan ganti rugi yang tidak sesuai dengan besarnya 2 Http://beritagar.id/artikel/berita/kisah-lion-air-yang-dirundung-masalah. Diakses pada Hari Selasa Tanggal 13 Desember 2016 Pukul 11:00 WIB 3

kerugian tersebut maka secara otomatis konsumen akan merasa keberatan. Keberatan yang diajukan oleh pihak konsumen akan menimbulkan sengketa konsumen bagi kedua belah pihak. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan sengketa secara adil sebagai upaya penegakan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah duduk perkara dalam sengketa hilangnya bagasi tercatat antara konsumen dengan pelaku usaha dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013? 2. Bagaimanakah pertimbangan hakim mengenai Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013? TUJUAN PENELITIAN a. Mengkaji duduk perkara dalam sengketa hilangnya bagasi tercatat antara konsumen dengan pelaku usaha dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013. b. Mengkaji pertimbangan hakim mengenai Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengenai penyelesaian sengketa klaim atas hilangnya bagasi tercatat antara konsumen dengan pelaku usaha (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013). Penelitian yang dilakukan ialah untuk mengkaji duduk perkara dan pertimbangan hakim dalam sengketa hilangnya bagasi tercatat antara konsumen dengan pelaku usaha dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013 sehingga penelitian ini bersifat yuridis normatif. Dikatakan yuridis, karena penelitian ini mengkaji terjadinya sengketa klaim atas hilangnya bagasi tercatat antara konsumen dengan pelaku usaha. Penelitian ini dikatakan normatif, karena orientasi pengkajiannya mengenai pertimbangan hakim dalam memutus 4

sengketa klaim atas hilangnya bagasi tercatat. Analisis data menggunakan data kualitatif yang merupakan bagian menentukan dalam metode ilmiah dalam memecahkan masalah penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Duduk Perkara Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013 Perkara dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013 merupakan putusan mengenai sengketa hilangnya bagasi tercatat, dengan Pihak Penggugat yaitu Robert Mangatas Silitonga dan Pihak Tergugat yaitu PT. Maskapai Lion Air Jakarta. Robert Mangatas Silitonga mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Semarang atas hilangnya bagasi tercatat milik istrinya (Ruth Erlin Pujiati). Peristiwa terjadi pada tanggal 12 Juli 2011 ketika Robert Mangatas Silitonga dan istrinya Ruth Erlin Pujiati melakukan perjalanan pulang dari Medan menuju Semarang dengan menggunakan Fligh JT387 yang seharusnya berangkat pukul 14:00 WIB dari medan, namun delay selama 2 jam dan transit di Jakarta, kemudian pindah pesawat Lion Air ke Semarang. Bahwa setelah sampai di Bandara A. Yani Semarang 1 (satu) buah travel bag hitam merk polo dengan nomor bagasi 0990 JT 321743 tidak ditemukan, tetapi bagasi 2 (dua) lainnya dengan nomor bagasi 0990 JT321744 dan 0990 JT321742 dapat ditemukan, setelah melihat kejadian tersebut Robert kemudian melaporkan kepetugas Lion Air di Bandara A. Yani Semarang dan oleh Sdr. Arwan dibuatkan bukti kehilangan barang yang kemudian pelaporan tersebut di tindak lanjuti oleh Manager Lion Air Bandara A. Yani yaitu Sdr. Yusuf Nurul Hadi. Bahwa sampai jangka waktu 1 bulan setelah pelaporan, belum juga ada titik terang atas pengajuan klaim hilangnya bagasi tercatat Robert Mangatas Silitonga. Pengajuan klaim Robert atas hilangnya bagasi tercatat miliknya sebesar Rp 19.115.000,00 (Sembilan belas juta seratus lima belas ribu rupiah). Tanggal 19 Juli 2011 pihak Robert menyampaikan surat kepada PT. Maskapai Lion Air (Tergugat), dengan maksud untuk mencarai solusi dan penyelesaian masalah secara kekeluargaan atas kehilangan bagasi 5

tercatat milik Penggugat, kemudian Tergugat pada tanggal 3 Agustus 2011 memberikan jawabannya terhadap surat yang disampaikan oleh Penggugat tanggal 19 Juli 2011 dengan menyatakan kesanggupannya untuk membayar ganti rugi, namun penggantian yang dibayarkan hanya sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah). Besarnya ganti rugi tersebut didasarkan pada Pasal 5 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. Hal ini tentu tidak sepadan dengan kerugian yang diderita oleh Penggugat. Namun tergugat berdalih tanggung jawab atas hilangnya bagasi tercatat milik penumpang tersebut atas dasar Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. Berdasarkan dengan asas hukum yang berlaku yaitu Lex Superior Derogat Legi Inferior bahwa peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah. Dalam hal ini Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara telah bertentangan dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jika dikaitkan dengan asas hukum Lex Superior Derogat Legi Inferior maka Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara perlu dilakukan uji materiil. Berdasarkan uraian tersebut, maka pihak Pengggat mengajukan gugatannya ke Pengadilan Negeri, dan dalam gugatannya tersebut telah dimenangkan oleh Penggugat dengan amar Putusan Nomor 304/Pdt.G/2011/PN.G. Setelah pihak Tergugat menerima salinan Putusan tersebut maka pihak Tergugat mengajukan banding atas Putusan Pengadilan Negeri, hal ini dikarenakan putusan tersebut mengharuskan pihak Tergugat untuk membayar biaya ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh pihak Penggugat. Dalam perkara ini Tergugat sebagai pihak yang kalah dan merasa tidak terima dengan Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 304/Pdt.G/2011/PN.SMG mengajukan Banding ke 6

Pengadilan Tinggi Semarang. Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 254/PDT/2012/PT.Smg tanggal 24 Oktober 2012 menyatakan bahwa menguatkan terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang 304/Pdt.G/2011/PN.SMG. Tergugat / Pembanding dengan perantara kuasanya mengajukan kasasi secara lisan pada tanggal 22 November 2012 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 304/Pdt.G/2011/PN.Smg. jo Nomor 62/Pdt.K/2012/PN.Smg yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Semarang, permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang memuat alasan alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 5 Desember 2012. Setelah itu oleh Penggugat / Terbanding yang pada tanggal 10 Desember 2012 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Tergugat / Pembanding dan Penggugat / Terbanding mengajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Semarang pada tanggal 21 Desember 2012. Memperhatikan alasan alasan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi / Tergugat, Mahkamah Agung RI berpendapat bahwa alasan alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan dan Judex Facti Pengadilan Tinggi Semarang tidak salah dalam menerapkan hukum. B. Pertimbangan Hakim Mengenai Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013. Pertimbangan hakim merupakan salah satu hal yang harus dilakukan sebelum memutuskan suatu perkara dalam persidangan, baik dalam tingkat pertama (Pengadilan Negeri), tingkat banding (Pengadilan Tinggi) maupun tingkat kasasi (Mahkamah Agung). Pertimbangan pertimbangan hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013 adalah sebagai berikut : 7

Dalil dalil Gugatan yang diajukan oleh Penggugat berdasarkan dengan Putusan Mahkam Agung Nomor 820 K/PDT/2013 memuat duduk perkara sengketa hilangnya bagasi tercatat disertai bukti bukti yaitu : tulisan seperti tiket tanda pengenal bagasi, Surat Tanda Bukti Lapor (STBL), Surat dari Penggugat, Surat jawaban dari Tergugat untuk Penggugat, selain itu juga memuat petitum (tuntutan) yang diminta Penggugat. Pengakuan dari Tergugat atas kesediaannya untuk mengganti rugi hilangnya bagasi tercatat milik Penggugat. Dalil dalil Eksepsi dari Tergugat yang menyatakan bahwa Tergugat menolak secara tegas seluruh dalil yang diajukan Penggugat kecuali apa yang secara tegas diakui oleh Tergugat dengan mengajukan bukti bukti, seperti : Penggugat tidak punya hak atau kapasitas untuk menggugat bahwa sebelumnya Tergugat mohon akta Penggugat dalam perkara a quo hanyalah Robert Mangatas Silitonga, tidak ada subyek hukum lain selain atau diluar Robert Mangatas Silitonga bahwa ternyata yang kehilangan bagasi (quod non) adalah istri Penggugat Ruth Erlin Pujiati, namun bukan istri Penggugat yang mengajukan Gugatan sebagai Penggugat, seharusnya Ruth Erlin Pujiati yang mempunyai kapasitas untuk mengajukan Gugatan ini. Gugatan Kurang Pihak : bahwa sebelumnya Tergugat mohon akta Penggugat dalam perkara a quo hanyalah Robert Mangatas Silitonga, padahal bagasi tercatat yang hilang yaitu milik istrinya (Ruth Erlin Pujiati). Namun istri Penggugat tidak ikut atau diikutkan sebagai pihak dalam gugatan Penggugat, misalnya sebagai Penggugat II atau dengan kata lain, gugatan Penggugat kurang pihak. Identitas Tergugat Salah Atau Error In Persona : Gugatan Penggugat kurang pihak serta error in persona, dalam dunia masakapai penerbangan di Indonesia tidak ada perusahaan dengan nama PT. Maskapai Lion Air, yang ada adalah PT. Lion Mentari Airlines maka adalah sangat beralasan jika Tergugat mohon agar gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima. 8

Amar Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 304/Pdt.G/2011/PN.SMG, bahwa Putusan Pengadilan Negeri Semarang tersebut menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi material kepada Penggugat sebesar Rp 19.115.000,00 (sembilan belas juta seratus lima belas ribu rupiah) dan ganti rugi immaterial sebesar Rp 19.115.000,00 (sembilan belas juta seratus lima belas ribu rupiah) serta menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 511.000,00 (Lima ratus sebelas ribu rupiah). Amar Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 254/PDT/2012/PT.Smg menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sehingga penerapan hukum ini sudah tepat dan benar. Tergugat harus membayar ganti rugi sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 304/Pdt.G/2011/PN.SMG, karena pada dasarnya putusan Pengadilan Tinggi Semarang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Semarang. Memori kasasi dari Tergugat / Pembanding dengan akta permohonan kasasi Nomor 304/Pdt.G/2011/PN.Smg jo Nomor 62/Pdt.K/2012/PN.Smg tersebut memuat alasan alasan keberatan Tergugat / Pembanding mengenai putusan Pengadilan Tinggi Semarang yang pada intinya adalah : bahwa adanya pertimbangan hukum yang salah dan keliru, karena Judex Facti (Pengadilan Negeri Semarang dan Pengadilan Tinggi Semarang) telah salah dalam menerapkan hukum atau lalai dalam menerapkan hukum sebagaimana mestinya. bahwa setelah membaca dengan teliti pertimbangan hukum Judex Facti ternyata Judex Facti sama sekali tidak memberikan pendapat sendiri, tapi Judex Facti mengambil alih pertimbangan hukum pengadilan tingkat pertama. Bahwa Putusan Judex Facti (Pengadilan Negeri Semarang dan Pengadilan Tinggi Semarang) yang telah menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar ganti kerugian material sebesar Rp19.115.000,00 (sembilan belas juta seratus lima belas ribu rupiah) dan kerugian 9

immaterial sebesar Rp19.115.000,00 (sembilan belas juta seratus lima belas ribu rupiah) kepada Termohon Kasasi/Penggugat adalah bertentangan dengan Pasal 5 ayat (1) huruf (a) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. Dengan demikian terbukti Judex Facti telah melanggar hukum atau tidak menerapkan hukum sebagaimana mestinya. Putusan Judex Facti (Pengadilan Negeri Semarang dan Pengadilan Tinggi Semarang) yang telah menyebutkan nama Pemohon Kasasi adalah PT. Maskapai Lion Air Jakarta, juga telah bertentangan dengan : Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Judex Facti juga telah keliru dalam memutus perkara ini, karena amar putusannya tidak memuat tentang Eksepsi, karena Tergugat/Pemohon Kasasi telah mengajukan Eksepsi dalam perkara ini, akan tetapi Judex Facti dalam amar putusannya tidak memuat tentang Eksepsi, dengan demikian terbukti Judex Facti sangat keliru dalam menerapkan hukum, dan karenanya putusan Judex Facti haruslah dibatalkan dalam tingkat kasasi ini. Judex Facti juga telah melanggar hukum acara, karena pada saat pemeriksaan bukti-bukti yang diajukan oleh Penggugat / Termohon Kasasi tanpa kehadiran Pemohon Kasasi/Kuasa hukum Pemohon Kasasi, seharusnya Judex Facti menolaknya atau memberitahukan Pemohon Kasasi/Tergugat tentang acara pemeriksaan bukti dari Penggugat, akan tetapi Judex Facti tidak pernah memberitahukan kepada Tergugat / Pemohon Kasasi tentang acara pembuktian. Putusan Judex Facti juga sangat keliru karena perkara ini adalah perkara wanprestasi bukan perbuatan melawan hukum. Jawaban memori Kasasi dari Penggugat / Terbanding mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan dari pihak Tergugat / Pembanding tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi 10

syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang undangan yang mengancam kelalaian, tetapi dalam hal ini hakim telah tepat dan benar dalam menerapkan hukum. Pendapat Mahkamah Agung sendiri mengenai alasan alasan yang dikemukakan dalam memori kasasi Tergugat / Pembanding. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 820 K/PDT/2013, Mahkamah Agung berpendapat bahwa Pengadilan Tinggi Semarang dapat mengambil alih pertimbangan Pengadilan Negeri Semarang sebagai pertimbangannya sendiri. Putusan Pengadilan Tinggi yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri yang pada dasarnya menyetujui pertimbangan Pengadilan Negeri mengenai besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak Tergugat serta menghukum Tergugat membayar biaya perkara sebesar Rp500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah). KESIMPULAN 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gugatan yang diajukan oleh Robert Mangatas Silitonga merupakan gugatan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Semarang setelah kedua belah pihak tidak mendapat solusi untuk menyelesaikan sengketa atas hilangnya bagasi tercatat miliknya secara kekeluargaan. Sengketa antara Robert Mangatas Silitonga dengan PT. Maskapai Lion Air, yang diperiksa dan diadili oleh Pengadilan Negeri Semarang dimenangkan oleh Robert Mangatas Silitonga sebagai Penggugat. Dalam Putusan Pengadilan Negeri Semarang pihak Tergugat merasa keberatan dan mengajukan ke Pengadilan Tinggi Semarang, tetapi dalam putusan Pengadilan Tinggi Semarang telah dimenangkan kembali oleh pihak Penggugat. Setelah pihak Tergugat menerima salinan putusan dari Pengadilan Tinggi Semarang maka pihak Tergugat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, namun dalam putusan Mahkamah Agung kasasi yang diajukan tersebut ditolak dan pihak Tergugat harus membayar ganti rugi 11

kepada pihak Penggugat sesuai dengan besarnya kerugian atas hilangnya bagasi tercatat. 2. Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013 tersebut terdapat beberapa pertimbangan yaitu : mengenai dalil dalil gugatan yang diajukan oleh Penggugat berupa bukti bukti tulisan dan Pengakuan, dalil dalil eksepsi oleh Tergugat yaitu Penggugat tidak punya hak atau kapasitas untuk menggugat, gugatan kurang pihak dan identitas Tergugat salah atau error in persona, amar putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 304/Pdt.G/2011/PN.SMG yang pada dasarnya menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi material kepada Penggugat sebesar Rp 19.115.000,00 (sembilan belas juta seratus lima belas ribu rupiah) dan ganti rugi immaterial sebesar Rp 19.115.000,00 (sembilan belas juta seratus lima belas ribu rupiah) serta menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 511.000,00 (Lima ratus sebelas ribu rupiah), amar Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 254/Pdt/2012/PT.SMG yang isi putusannya menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Semarang 304/Pdt.G/2011/PN.Smg, memori kasasi dari Tergugat / Pembanding dengan akta permohonan kasasi Nomor 304/Pdt.G/2011/PN.Smg jo Nomor 62/Pdt.K/2012/PN.Smg, bahwa adanya pertimbangan hukum yang salah dan keliru, jawaban Memori Kasasi dari Penggugat / Terbanding terkait dengan penerapan hukum judex facti telah benar dan tepat, serta pendapat Mahkamah Agung sendiri mengenai alasan alasan yang dikemukakan dalam memori kasasi Tergugat / Pembanding bahwa kesimpulan Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam memutus perkara ini sudah tepat dan benar, sehingga pertimbangan pertimbangan hukum tersebut dapat disetujui dan diambil alih oleh Majelis Hakim Tingkat Banding sebagai alasan dan pendapatnya sendiri juga dalam menjatuhkan putusan ini di tingkat banding. 12

DAFTAR PUSTAKA A. Buku Buku Abdulkadir Muhammad. 1998. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Abdulkadir Muhammad. 1998. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. Celina Tri Siwi Kristiyanti. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Malang : Sinar Grafika. H. K. Martono. 2010. Hukum Angkutan Udara Cet. Ke-1. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Janus Sidabalok. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Medan : PT. Citra Aditya Bakti Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Subekti. 1977. Hukum Acara Perdata. Jakarta : Bina Cipta Subekti. 1985. Hukum Perjanjian. Jakarta : Intermasa. Sudikno Mertokusumo. 1988. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta : Liberty Wirjono Prodjodikoro. 1981. Asas asas Perjanjian. Bandung : Sumur. Wirjono Prodjodikoro. 1988. Hukum Acara Perdata di Indonesia. Bandung : Sumur. B. Jurnal 1. Che Musa dan Hassan. 2010. Tanggung Jawab Pengangkut Udara Terhadap Penumpang. Jakarta : Mimbar Hukum, Volume 22 No. 2 Tahun 2010. 13

2. Ridwan Khairandy. 2006. Tanggung Jawab Pengangkut dan Asuransi Tanggung Jawab Sebagai Instrumen Perlindungan konsumenn Angkutan Udara. Jakarta : Jurnal Hukum Bisnis, Volume 25 No.1 Tahun 2006. 3. Saefullah Wiradipradja. 2006. Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Penumpang Menurut Hukum Udara Indonesia. Jakarta : Jurnal Hukum Bisnis, Volume 25 No. 1 Tahun 2006. 4. St. Remy Sjahdeini. 2006. Tanggung Jawab Pengangkut Udara Terhadap Konsumen. Jurnal Hukum Bisnis, Volume 25 No.1 Tahun 2006. 5. Tuti Rastuti. 2006. Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Konsumen dalam Perspektif Hukum Perdata. Jakarta : Jurnal Hukum Bisnis, Volume 25 No.1 Tahun 2006. C. Peraturan Perundang Undangan 1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata 2. Kitab Undang Undang Hukum Dagang 3. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 4. Undang Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan jo Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 92 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara 6. Putusan Mahkamah Agung Nomor 820 K/PDT/2013 D. Website Http://beritagar.id/artikel/berita/kisah-lion-air-yang-dirundung-masalah. Diakses pada Hari Selasa Tanggal 13 Desember 2016 Pukul 11:00 WIB 14