TIM PENYUSUN. Penasehat Dr. HENDARTO, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang) Sekretaris KUSNADI, S.Sos

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012

Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun i

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

Juknis Operasional SPM

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN TRIWULAN I

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL DINAS KESEHATAN

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN DESA KELURAHAN DESA+KEL.

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

Tengah letaknya diapit oleh beberapa kabupaten dan kota antara lain Kabupaten. Temanggung, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonosobo,

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN

Transkripsi:

TIM PENYUSUN Penasehat Dr. HENDARTO, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang) Ketua TOTOK RUSWANTO, S.KM (Kepala UPT Pusat Informasi dan Manajemen Kesehatan) Sekretaris KUSNADI, S.Sos Koordinator Redaksi MOH ABU ALI RIDHO Anggota Redaksi DWI BUDI ISTIYONO ACHMAD TOHIR INDAH KUSNIYATI ZAINATUL MALIKAH.,S.ST AZIZAH GAMA TRISNAWATI.,S.KM LUDIARTO.,S.KM NUR FAUZIAH.,S.KM VERAWATI Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - ii

KATA PENGANTAR Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah kelanjutan dari profil-profil sebelumnya, diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan data bidang kesehatan secara rinci dan sebagai media untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Magelang berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Penyusunan profil ini mengacu pada Indonesia Health Profile 2006 by Ministry of Health, Republic of Indonesia dan Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota terbitan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan 2015. Data yang dikumpulkan pada profil ini bersumber dari berbagai sektor meliputi Dinas Kesehatan, rumah sakit umum maupun swasta, dan sebagainya. Pada kesempatan ini, Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan tertinggi kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 bermanfaat dan bisa menjawab kebutuhan data dan informasi kesehatan mutakhir dan memenuhi harapan kita semua. Magelang, 2016 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Dr. HENDARTO, M.Kes Pembina Utama Muda NIP. 19580523 198511 1 001 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - iii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i TIM PENYUSUN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR GRAFIK viii DAFTAR DIAGRAM x DAFTAR SINGKATAN xi RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 xii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 1.2.1 Tujuan Umum 2 1.2.2 Tujuan Khusus 2 1.3 Sistematika Penyajian 2 BAB II GAMBARAN UMUM 5 2.1 Keadaan Geografis 5 2.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan 6 2.3 Kondisi Demografi 7 2.3.1 Kepadatan Penduduk 7 2.3.2 Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 9 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 10 3.1 Angka Kematian 10 3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA) 11 3.1.2 Angka Kematian Ibu Maternal 24 3.2 Angka Kesakitan 27 3.2.1 Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) 27 3.2.2 Penyakit ISPA 28 3.2.3 Penyakit HIV/AIDS 30 3.2.4 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 30 3.2.5 Penyakit Diarrhe (Diare) 32 3.2.6 Penyakit Malaria 33 3.2.7 Penyakit Kusta 34 3.2.8 Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi 35 3.2.9 Penyakit Filariasis 36 3.3 Status Gizi 36 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - iv

BAB IV SITUASI PELAYANAN KESEHATAN 42 4.1 Pelayanan Kesehatan 42 4.1.1 Pelayanan Kesehatan Antenatal 42 4.1.2 Pertolongan Persalinan dan Pelayanan Ibu Nifas 45 4.1.3 Keluarga Berencana (KB) 47 4.1.4 Imunisasi 53 4.1.4.1 Desa UCI (Universal Child Immunization) 54 4.1.4.2 Cakupan Imunisasi pada Bayi 54 4.1.5 Cakupan Vitamin A Bagi Bayi 55 4.1.6 Cakupan Balita Gizi Buruk 56 4.1.7 Cakupan Tablet Fe untuk Ibu Hamil 58 4.1.8 Cakupan Vitamin A untuk Ibu Nifas 61 4.1.9 Cakupan Imunisasi TT untuk Ibu Hamil 62 4.1.10 Cakupan Bumil Risti/Komplikasi 63 4.1.11 Cakupan Neonatal Risti/Komplikasi 64 4.1.12 KLB (Kejadian Luar Biasa) 65 4.1.13 ASI Eksklusif 65 4.1.14 Garam Beryodium 68 4.2 Perilaku Hidup Masyarakat 68 4.2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 68 4.2.2 Posyandu 69 4.3 Keadaan Lingkungan 70 4.3.1 Rumah/Bangunan 71 4.3.2 Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) 73 4.3.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 75 BAB V SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN 77 5.1 Sarana Kesehatan 77 5.2 Tenaga Kesehatan 79 5.2.1 Tenaga Kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan lainnya 80 5.3 Pembiayaan Kesehatan 84 BAB VI KESIMPULAN 86 DAFTAR PUSTAKA 87 LAMPIRAN Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - v

DAFTAR TABEL Nomor Judul Tabel Halaman Tabel 3.1 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi, Anak Balita dan Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 3.2 Jumlah dan Angka Kematian Ibu Maternal per.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 3.3 Balita Penderita Pneumonia Ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 3.4 Diare Ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2015 32 Tabel 3.5 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 3.6 Cakupan Kunjungan Neonatus dan Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 3.7 Jumlah Bayi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 4.1 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 4.2 Neonatal Risti/Komplikasi yang Ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 5.1 Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 5.2 Jumlah Tenaga Medis Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Keperawatan Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Kefarmasian Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 5.5 Jumlah Tenaga Gizi Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Tabel 5.6 Sumber Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota di Kabupaten Magelang Tahun 2015 11 24 29 36 37 39 57 64 78 81 82 83 84 85 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - vi

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Gambar Halaman Gambar 1 Peta Kabupaten Magelang 5 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Peta Cakupan Gizi Buruk di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Peta Cakupan Anemia Ibu Hamil di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Peta Cakupan Asi Eksklusif di Kabupaten Magelang Tahun 2015 58 61 67 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - vii

DAFTAR GRAFIK Nomor Judul Grafik Halaman Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Grafik 3.10 Grafik 3.11 Grafik 3.12 Grafik 3.13 Grafik 3.14 Grafik 3.15 Grafik 3.16 Grafik 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Piramida Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Jumlah Kelahiran Hidup Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Jumlah Kelahiran Hidup dan Jumlah Seluruh Kelahiran (hidup+mati) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Jumlah Kelahiran Mati Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Angka Lahir Mati Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Angka Lahir Mati (laki-laki+perempuan) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Jumlah Kematian Anak Balita Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Angka Kematian Anak Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Jumlah Kematian Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Angka Kematian Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Angka Kematian Ibu Maternal per.000 Kelahiran Hidup Tahun 2013-2015 di Kabupaten Magelang Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Jumlah Penderita Diare Yang Ditangani Di Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Balita yang Ditimbang Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Status Gizi Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 6 7 8 9 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23 25 31 33 40 41 43 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - viii

Grafik 4.2 Grafik 4.3 Grafik 4.4 Grafik 4.5 Grafik 4.6 Grafik 4.7 Grafik 4.8 Grafik 4.9 Grafik 4.10 Grafik 4.11 Grafik 4.12 Grafik 4.13 Grafik 4.14 Grafik 4.15 Grafik 4.16 Grafik 4.17 Grafik 4.18 Grafik 4.19 Grafik 4.20 Grafik 4.21 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 Persentase Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Pelayanan Ibu Nifas Setiap Puskesmas Di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Menurut Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Peserta KB Baru Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Peserta KB Aktif Setiap Puskesma di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Peserta KB Aktif MKJP Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Cakupan Imunisasi Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Balita Yang Mendapat Vitamin A Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Fe1 Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Fe3 Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Vitamin A Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Status Imunisasi TT untuk ibu hamil di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Sarana Air Minum yang berkualitas Menurut Jenisnya di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Yang Diperiksa di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Persentase Desa yang Melaksanakan STBM di Kabupaten Magelang Tahun 2015 44 45 46 47 48 49 49 50 54 56 57 59 60 62 63 64 66 73 74 75 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - ix

DAFTAR DIAGRAM Nomor Judul Diagram Halaman Diagram 3.1 Persentase Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Diagram 3.2 Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Diagram 3.3 Persentase BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Diagram 4.1 Persentase Peserta KB Aktif di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Diagram 4.2 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Diagram 4.3 Persentase Peserta KB Baru di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Diagram 4.4 Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Diagram 4.5 Persentase Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Diagram 4.6 Persentase Rumah Sehat di Kabupaten Magelang Tahun 2015 17 26 38 51 51 52 52 70 71 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - x

DAFTAR SINGKATAN AFP : Acute Flacid Paralysis API : Annual Parasite Incidence BB : Berat Badan BBLR : Berat Badan Lahir Rendah BGM : Bawah Garis Merah CFR : Case Fatality Rate DBD : Demam Berdarah Dengue DO : Drop Out Fe : Suplemen zat besi Gakin : Keluarga Miskin HIV : Human Immunodeficiency Virus IMS : Infeksi Menular Seksual K-1 : Kunjungan pertama K-4 : Kunjungan keempat KB : Keluarga Berencana KLB : Kejadian Luar Biasa MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MOW : Medis Operatif Wanita MOP : Medis Operatif Pria MP-ASI : Makanan Pendamping-ASI Non MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Pendek PUS : Pasangan Usia Subur PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PAH : Penampungan Air Hujan RFT : Release From Treatment SPT : Sumur Pompa Tangan SGL : Sumur Galian TUPM : Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan UCI : Universal Child Immunization WUS : Wanita Usia Subur Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - xi

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 INDIKATOR ANGKA/NILAI GAMBARAN UMUM Luas Wilayah 1.086 Km 2 Jumlah Desa/Kelurahan 372 Desa/Kel Jumlah Penduduk 1.245.496 Jiwa Kepadatan Penduduk/Km 2 1.147 Jiwa/Km 2 Rasio Jenis Kelamin,72 DERAJAT KESEHATAN Angka Kematian Jumlah Lahir Hidup 17.956 Bayi Jumlah Bayi Mati 131 Bayi Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 8 per 1.000 KH Jumlah Balita Mati 70 Balita Angka Kematian Balita (dilaporkan) 4 per 1.000 KH Jumlah Kematian Ibu Maternal 10 Ibu Angka Kematian Ibu Maternal (dilaporkan) 55,69 per.000 KH Angka Kesakitan Pneumonia Balita Ditemukan dan Ditangani 12,17 % Jumlah Kasus Baru HIV 10 Kasus Persentase Diare ditemukan dan ditangani 53,1 % Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 17 % Incidence Rate DBD 32,8 Status Gizi Bayi baru lahir ditimbang 99,7 % Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 4,3 % Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - xii

INDIKATOR ANGKA/NILAI UPAYA KESEHATAN Pelayanan Kesehatan Kunjungan Ibu Hamil (K1) % Kunjungan Ibu Hamil (K4) 91,8 % Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan 99,9 % Peserta KB Baru 8,2 % Peserta KB Aktif 81,2 % Desa/Kelurahan UCI % Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan % Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 91,24 % Bumil Risti/Komplikasi Ditangani 134,03 % Desa/Kel Terkena KLB Ditangani < 24 jam % Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif 79,05 % Keadaan Lingkungan Rumah Sehat 57,33 % Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak 97,55 % Penyelenggara air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan 76,32 % Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak 45,7 % Desa STBM 0,8 % Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat 38,8 % SUMBER DAYA KESEHATAN Sarana Kesehatan Jumlah Rumah Sakit Umum 4 Jumlah Rumah Sakit Khusus - Jumlah Puskesmas Perawatan 3 Jumlah Puskesmas non-perawatan 26 Jumlah Apotek 77 Jumlah Posyandu 2.345 Jumlah Desa Siaga 367 Jumlah Kelurahan Siaga 5 Jumlah Poskesdes 240 Tenaga Kesehatan Jumlah Dokter Spesialis 51 Orang Jumlah Dokter Umum 88 Orang Jumlah Dokter Gigi 38 Orang Jumlah Bidan 352 Orang Jumlah Perawat 461 Orang Jumlah Tenaga Kefarmasian 57 Orang Jumlah Tenaga Gizi 39 Orang Jumlah Tenaga Kesmas 20 Orang Jumlah Tenaga Sanitasi 37 Orang Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 - xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dan informasi kesehatan selama ini mempunyai peranan penting dan strategis, antara lain sebagai acuan dalam menyusun rencana pembangunan kesehatan daerah. Pengelolaan data dan informasi yang baik, yang dikemas dalam suatu sistem informasi, sangat menentukan dalam penyediaan data dan informasi kesehatan yang evidence based, yang pada gilirannya akan mampu menjadi alat manajemen kesehatan yang efektif, terutama menghasilkan perencanan kesehatan yang tepat sasaran. Oleh karena itu, setiap pemerintah daerah diharapkan mempunyai Sistem Informasi Kesehatan Daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, yang mampu menyediakan data dan informasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan Daerah merupakan penentu kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Salah satu produk yang dihasilkan Unit Pelaksana Teknis Pusat Informasi dan Manajemen Kesehatan (UPT PIMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk mendukung Sistem Informasi Kesehatan Nasional yaitu Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang 2015 merupakan salah satu dokumen yang berisi data tahunan dari hasil pembangunan kesehatan. Saat ini masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah terutama masalahmasalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka sendiri. Profil Kesehatan merupakan sarana informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan data dan informasi kesehatan, untuk itu penyusunannya dikemas secara baik, sederhana, informatif dan mudah dipahami. Kepedulian masyarakat terhadap data dan informasi kesehatan akan memberikan nilai positif dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Magelang. Informasi utama yang dapat diperoleh dari Profil ini adalah Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-1

angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat, Situasi Upaya Kesehatan dan Situasi Sumber Daya Kesehatan. Untuk kelancaran proses penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Magelang yang merupakan salah satu produk dari berhasilnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi di masa mendatang, maka strategi pertama yang perlu dilakukan adalah penguatan kebijakan dan perencanaan di bidang sistem informasi kesehatan. Penguatan kebijakan sistem informasi kesehatan dilakukan dengan menyusun aturan-aturan yang menjamin sistem informasi dapat diselenggarakan dengan baik. Pada pasal 168 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan telah diamanatkan bahwa penyelenggaraan sistem informasi kesehatan diatur dalam peraturan pemerintah. Hal ini berarti bahwa secara normatif sudah ada political will dari negara agar pemerintah dapat menyelenggarakan sistem informasi kesehatan secara baik. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Menyediakan data dan informasi pembangunan kesehatan di Kabupaten Magelang tahun 2015 sebagai dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan selanjutnya. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Memberikan informasi mengenai situasi derajat kesehatan di Kabupaten Magelang tahun 2015 2. Memberikan informasi mengenai situasi upaya kesehatan di Kabupaten Magelang tahun 2015 3. Memberikan informasi mengenai situasi sumber daya kesehatan di Kabupaten Magelang tahun 2015 1.3 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 mengacu pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-2

2015 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Adapun sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dan tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015. Selain itu juga diuraikan sistematika penyajian profil kesehatan tersebut. BAB II GAMBARAN UMUM Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Magelang yang meliputi uraian tentang letak geografis, administratif serta informasi pendukung lainnya. Selain itu bab ini juga membahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan, serta faktor penting lainnya meliputi kependudukan dan ekonomi. BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang indikator mengenai angka kematian (bayi, balita, ibu maternal), angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat di Kabupaten Magelang. BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan Kabupaten Magelang Tahun 2015. BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-3

BAB VI KESIMPULAN Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015. Selain keberhasilankeberhasilan yang perlu dicatat, pada bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam upaya mencapai visi dan misi pembangunan kesehatan. LAMPIRAN Pada lampiran ini berisi resume angka pencapaian Kabupaten Magelang tahun 2015 dan tabel Profil Kesehatan Kabupaten Magelang 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-4

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 KEADAAN GEOGRAFIS Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Magelang terletak diantara 110 o 01' - 51" Bujur Timur, 110 o 26' - 58" Bujur Timur, 7 o - 19' - 13" Lintang Selatan dan 7 o - 42' - 16" Lintang Selatan. Gambar 1. Peta Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang berbatasan dengan beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Selain berbatasan dengan 5 kabupaten dan Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-5

Ngluwar Muntilan Salam Tegalrejo Mungkid Ngablak Mertoyudan Bandongan Candimulyo Secang Tempuran Srumbung Dukun Borobudur Kaliangkrik Windusari Salaman Pakis Sawangan Grabag Kajoran 22,44 28,61 31,63 35,89 37,4 43,8 45,35 45,79 46,95 47,34 49,04 53,18 53,4 54,55 57,34 61,65 68,87 69,56 72,37 83,41 77,16 1 daerah istimewa di sebelah utara, selatan, timur dan barat Kabupaten Magelang juga berbatasan dengan Kota Magelang yang terletak ditengah-tengah (gambar 1). 2.2 WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN Kabupaten Magelang secara administratif dibagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 367 desa dan 5 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Magelang kurang lebih 1.085,73 km 2 (108.573 hektar) atau kurang lebih 3,34% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Magelang disajikan pada grafik 2.1 sebagai berikut (dalam km 2 ) : Grafik 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 1) Luas wilayah Kabupaten Magelang yang paling luas yaitu Kecamatan Kajoran sebesar 83,41 kilometer persegi atau 8.341 hektar. Sedangkan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu Kecamatan Ngluwar sebesar 22,44 kilometer persegi atau 2.244 hektar. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-6

Ngluwar Ngablak Dukun Salam Candimulyo Srumbung Tempuran Windusari Kajoran Pakis Kaliangkrik Sawangan Tegalrejo Bandongan Borobudur Salaman Mungkid Muntilan Secang Grabag Mertoyudan 30.995 38.738 45.205 46.723 47.919 47.926 48.938 49.262 52.871 53.913 54.790 56.551 56.636 57.103 58.140 69.283 73.344 78.763 80.413 85.237 112.746 2.3 KONDISI DEMOGRAFI 2.3.1 Kepadatan Penduduk Berdasarkan proyeksi laju pertumbuhan penduduk Tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 1.245.496 jiwa. Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Magelang disajikan pada grafik 2.2 sebagai berikut: Grafik 2.2 120.000 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015.000 80.000 60.000 40.000 20.000 - Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 1) Jumlah penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2015 paling banyak di kecamatan Mertoyudan sebesar 112.746 jiwa. Sedangkan yang paling sedikit di kecamatan Ngluwar sebesar 30.995 jiwa. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-7

Kajoran Pakis Sawangan Windusari Dukun Ngablak Srumbung Kaliangkrik Tempuran Salaman Candimulyo Borobudur Grabag Bandongan Ngluwar Salam Tegalrejo Secang Mungkid Mertoyudan Muntilan 634 775 781 799 847 884 901 956 998 6 1021 1066 1105 1247 1381 1477 1578 1699 1961 2753 2486 Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, maka kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 disajikan dalam grafik 2.3 sebagai berikut: Grafik 2.3 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 3000 2500 2000 1500 0 500 0 Sumber : BPS Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 1) Apabila dilihat dari penyebarannya, rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Magelang adalah 1.147 jiwa per kilo meter persegi. Kecamatan Muntilan merupakan wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lain sebesar 2.752 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan yang mempunyai kepadatan penduduk paling rendah yaitu Kecamatan Kajoran sebesar 633 jiwa per kilometer persegi. Meskipun memiliki jumlah penduduk dan luas wilayah paling rendah dibandingkan 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang, Kecamatan Ngluwar memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi sebesar 1.381 jiwa per kilometer persegi. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-8

2.3.2 Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Proporsi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2015 dapat dilihat pada diagram 2.1 sebagai berikut: Grafik 2.4 Piramida Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Magelang Tahun 2015 75+ 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 Perempuan Laki-Laki Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran Tabel 2) Berdasarkan grafik 2.4 dapat diketahui bahwa proporsi penduduk menurut jenis kelamin yaitu penduduk laki-laki lebih banyak yaitu sejumlah 624.973 jiwa (50,18%) dibandingkan penduduk perempuan yaitu sejumlah 620.523 jiwa (49,82%). Proporsi penduduk menurut kelompok umur tertinggi pada golongan umur 15 19 tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-9

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin dari angka morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bab ini derajat kesehatan Kabupaten Magelang digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit. Menurut H.L. Blum dalam Muninjaya (2004) derajat kesehatan individu / masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yang merupakan faktor determinan (penentu) timbulnya gangguan kesehatan pada seorang individu atau kelompok masyarakat. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku / gaya hidup (life style) individu atau kelompok masyarakat, faktor lingkungan (sosial, ekonomi, fisik politik), faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan, dan kualitasnya), dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain secara dinamis untuk mempengaruhi derajat kesehatan perorangan dan kelompok masyarakat. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi sektor lain seperti ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial dan lainlain. 3.1 ANGKA KEMATIAN Menurut Budi Utomo dalam Mantra Ida (2003), mati merupakan peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Dari definisi ini terlihat bahwa keadaan mati hanya bisa terjadi jika sudah terjadi kelahiran hidup. Dengan demikian keadaan mati selalu didahului oleh keadaan hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada jika tidak ada kehidupan. Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir hidup (live birth). Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya kematian penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-10

Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, dan AKI. 3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) Jumlah kelahiran dan kematian bayi, anak balita dan balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 tertulis dalam Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi, Anak Balita dan Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Lahir hidup Jumlah bayi Lahir mati Lahir hidup + Lahir Mati Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Anak Balita Jumlah Kematian Balita 17.956 85 18.041 131 24 70 Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 4 dan Tabel 5) Jumlah bayi lahir hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah 17.956 bayi. Bayi lahir hidup merupakan suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan tandatanda kehidupan misalnya bernafas, ada denyut jantung atau gerakan otot. Sedangkan jumlah bayi lahir mati adalah 85 bayi. Bayi lahir mati (still birth) merupakan kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim (berumur paling sedikit 28 minggu), tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Bayi mati atau kematian bayi (infant mortality) merupakan kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah 131 bayi. Sedangkan jumlah kematian balita yang merupakan kematian anak di bawah usia lima tahun adalah 70 balita. Jumlah kematian anak balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah 24 anak balita. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-11

Jumlah kelahiran hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.1 sebagai berikut: Grafik 3.1 Jumlah Kelahiran Hidup Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 9.800 9.600 9.400 9.591 9.402 9.523 9.200 9.140 9.130 9.000 8.800 8.826 8.600 8.400 2013 2014 2015 Laki-Laki Perempuan Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 4) Berdasarkan grafik 3.1 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang jumlah kelahiran hidup mengalami penurunan dibandingkan dengan Tahun 2013 dan 2014. Kelahiran hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 menurut jenis kelamin adalah laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Jumlah kelahiran hidup pada Tahun 2015 jenis kelamin laki-laki sebanyak 9.130 sedangkan perempuan sebanyak 8.826. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-12

Jumlah kelahiran hidup dan jumlah seluruh kelahiran (hidup+mati) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2015 ditunjukkan pada grafik 3.2 sebagai berikut: Grafik 3.2 Jumlah Kelahiran Hidup dan Jumlah Seluruh Kelahiran (hidup+mati) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 19.400 19.200 19.000 18.800 18.600 18.400 18.200 18.000 17.800 17.600 17.400 17.200 19.117 18.993 18.778 18.663 18.041 17.956 2013 2014 2015 Lahir Hidup Jumlah Kelahiran (Hidup+Mati) Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 4) Berdasarkan grafik 3.2 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang jumlah kelahiran dan lahir hidup mengalami penurunan dibandingkan dengan Tahun 2013 dan 2015. Selisih antara jumlah lahir hidup dan jumlah kelahiran menunjukkan jumlah lahir mati. Sejak Tahun 2013-2015 grafiknya selalu berjalan linear, hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan persalinan sudah baik sehingga dapat menekan jumlah lahir mati. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-13

Jumlah kelahiran mati di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.3 sebagai berikut: Grafik 3.3 Jumlah Kelahiran Mati Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 80 70 60 50 40 50 74 60 55 48 30 37 20 10 0 2013 2014 2015 Laki-Laki Perempuan Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 4) Berdasarkan grafik 3.3 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 jumlah kelahiran mati di Kabupaten Magelang mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2013 dan 2014. Berdasarkan jumlah kelahiran mati pada Tahun 2013-2015, bayi laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Pada Tahun 2015 jumlah kelahiran mati jenis kelamin laki-laki sebanyak 48 sedangkan perempuan sebanyak 37. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-14

Angka lahir mati adalah jumlah lahir mati terhadap 1.000 kelahiran (hidup+mati). Angka lahir mati di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.4 sebagai berikut: Grafik 3.4 Angka Lahir Mati Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 7,7 6,3 6 5,2 5,3 4,2 2013 2014 2015 Laki-Laki Perempuan Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 4) Berdasarkan grafik 3.4 dapat diketahui bahwa angka lahir mati di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka lahir mati Kabupaten Magelang Tahun 2015 dengan jenis kelamin laki-laki 5,2 per 1.000 kelahiran (hidup+mati) laki-laki. Sedangkan angka lahir mati Kabupaten Magelang dengan jenis kelamin perempuan sebesar 4,2 per 1.000 kelahiran (hidup+mati) perempuan. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-15

Sedangkan angka lahir mati (laki-laki+perempuan) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2015 ditunjukkan pada grafik 3.5 sebagai berikut: Grafik 3.5 Angka Lahir Mati (laki-laki+perempuan) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 7 6 5 4 3 2 1 6,5 6,1 4,7 0 2013 2014 2015 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 4) Berdasarkan grafik 3.5 dapat diketahui bahwa angka lahir mati di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka lahir mati Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 4,7 per 1.000 kelahiran (hidup+mati). Angka kematian bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB. Beberapa faktor dapat menyebabkan adanya penurunan maupun kenaikan AKB. Hal ini disebabkan AKB merupakan indikator yang sensitif dalam pelayanan kesehatan. Pada Tahun 2015, beberapa penyebab kematian bayi adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (34 kasus), Kelainan Kongenital (21 kasus), Asfiksia (18 kasus), Pneumonia (12 kasus), Kelainan Cerna (3 kasus), Diare (2 kasus), Sepsis (1 kasus), Kelainan Saraf (1 kasus), serta penyabab lainnya (39 kasus). Pemantauan kesehatan bayi sejak dalam kandungan sangat penting untuk dilakukan agar masalah Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-16

pada bayi dapat diketahui sejak dini sehingga dapat dilaksanakan penatalaksanaan yang tepat. Peningkatan kualitas kesehatan ibu hamil menjadi sangat penting dilakukan untuk menekan kasus ibu hamil dengan anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang memiliki kontribusi terhadap terjadinya kasus BBLR. Hal tersebut akan lebih memiliki daya ungkit jika disertai dengan peningkatan ketrampilan/skill petugas kesehatan dalam penatalaksanaan bayi dengan masalah kesehatan dan peningkatan sarana, pra sarana yang menunjang. Penyebab kematian bayi Tahun 2015 ditunjukkan pada diagram 3.1 sebagai berikut: Diagram 3.1 Persentase Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 0,76% 0,76% 1,53% 2,29% 29,77% 25,95% 9,16% 16,03% 13,74% Sepsis Kelainan Saraf Diare Kelainan Saluran Cerna Pneumonia Asfiksia Kelainan Kongenital BBLR Lain-lain Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 Berdasarkan diagram 3.1 dapat diketahui bahwa persentase penyebab kematian bayi Tahun 2015 yang paling banyak adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 25,95%. Penyebab lain-lain ini merupakan kumpulan dari bebarapa penyebab yang tidak terdapat dalam kasus yang tercantum di dalam grafik tersebut seperti kematian karena kecelakaan. Sedangkan yang paling sedikit disebabkan oleh sepsis dan kelainan saraf. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.6 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-17

Grafik 3.6 Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 85 76 71 67 64 55 2013 2014 2015 Laki-Laki Perempuan Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 5) Berdasarkan grafik 3.6 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang jumlah kematian bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Jumlah kematian bayi laki-laki sebanyak 76 sedangkan perempuan sebanyak 55. Jumlah kematian bayi mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2013 dan Tahun 2015. Angka kematian bayi berjenis kelamin laki-laki Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup bayi laki-laki, angka kematian bayi perempuan sebesar 7 per 1.000 kelahiran hidup bayi perempuan. Sedangkan angka kematian bayi di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2015 ditunjukkan pada grafik 3.7 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-18

Grafik 3.7 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 17 17 17 8 8 8 2013 2014 2015 Traget MDG's Angka Kematian Bayi Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 5) Berdasarkan grafik 3.7 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang angka kematian bayi cenderung sama dibandingkan dengan Tahun 2013 dan 2014. Angka kematian bayi Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 sebesar 8 dibawah target MDG s yaitu 17. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-19

Jumlah kematian anak balita di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.8 sebagai berikut: Grafik 3.8 Jumlah Kematian Anak Balita Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 16 14 12 10 8 6 14 9 10 10 10 7 4 2 0 2013 2014 2015 Laki-Laki Perempuan Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 5) Kematian anak balita adalah kematian yang terjadi pada anak umur 1-4 tahun. Berdasarkan grafik 3.8 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang jumlah kematian anak balita laki-laki dan perempuan sebanyak 24 anak balita. Jumlah kematian anak balita mengalami peningkatan bandingkan Tahun 2013 maupun Tahun 2014. Angka kematian anak balita laki-laki di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 1 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian anak balita perempuan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 2 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian anak balita (laki-laki dan perempuan) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 1 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian anak balita di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2015 ditunjukkan pada grafik 3.9 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-20

Grafik 3.9 Angka Kematian Anak Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 1,2 1 1 1 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 2013 2014 2015 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 5) Berdasarkan grafik 3.9 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang angka kematian anak balita cederung sama dibandingkan dengan Tahun 2013 dan 2014 yaitu 1 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian pada bayi dan juga pada anak sampai menjelang umur lima tahun relatif sangat tinggi seperti halnya mereka yang berusia lanjut. Menurut United Nation dalam Mantra Ida (2003), kematian bayi dan anak dibawah lima tahun digunakan sebagai indikator status kesehatan dan status sosial ekonomi penduduk. Banyak sekali faktor yang dapat dikaitkan dengan kematian bayi. Kematian bayi dibedakan menjadi dua jenis yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor anak yang dibawa sejak lahir, diwarisi oleh orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama kehamilan. Sedangkan kematian bayi eksogen adalah kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar. Dengan semakin meningkatnya usia, penyebab kematian endogen semakin berkurang dan penyebab kematian eksogen meningkat. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-21

Kematian bayi dan anak secara umum merupakan konsekuensi akhir dari perjalanan kumulatif dengan berbagai pengalaman morbiditas dan jarang karena serangan penyakit tunggal. Ini berarti bahwa reduksi kematian melalui programprogram kesehatan tidak hanya dengan memberantas penyakit-penyakit penyebab kematian tetapi harus memasukkan pula tindakan-tindakan yang mengarah kepada permasalahan yang lebih mendasar menyangkut proses morbiditas dan mortalitas secara keseluruhan misalnya faktor sosio-ekonomi. Penanganan masalah kematian bayi dan anak dibawah lima tahun menuntut adanya kerangka konseptual tentang faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi dan anak yaitu morbiditas dan mortalitas sebagai masalah pokok, dan faktor sosial ekonomi serta variabel antara sebagai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Termasuk dalam faktor sosial ekonomi ialah faktor-faktor yang ada dalam individu, keluarga dan masyarakat. Pengetahuan, kepercayaan, nilainilai, dan sumber ekonomi merupakan faktor individu dan keluarga, sedang suasana politik, ekonomi dan keamanan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas dalam masyarakat. Jumlah kematian balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada grafik 3.10 sebagai berikut: Grafik 3.10 Jumlah Kematian Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 80 60 80 74 74 95 40 20 37 33 0 2013 2014 2015 Laki-Laki Perempuan Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 5) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-22

Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada balita sebelum usia lima tahun (bayi + anak balita). Berdasarkan grafik 3.10 dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 di Kabupaten Magelang jumlah kematian balita Perempuan lebih banyak daripada Laki-laki. Jumlah kematian balita laki-laki sebanyak 33 sedangkan perempuan sebanyak 37. Angka kematian balita adalah hasil pembagian antara jumlah anak di bawah 5 tahun yang meninggal dengan jumlah kelahiran hidup dikalikan 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita laki-laki di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian balita perempuan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita (laki-laki dan perempuan) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian balita di Kabupaten Magelang pada Tahun 2013-2015 ditunjukkan pada grafik 3.11 sebagai berikut: Grafik 3.11 Angka Kematian Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 8 4 2013 2014 2015 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 5) Berdasarkan grafik 3.11 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang angka kematian balita mengalami penurunan dibandingkan dengan Tahun 2013 dan 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-23

Angka kematian balita merupakan salah satu target dalam tujuan dari MDGs ke 4 yaitu penurunan angka kematian anak dan juga merupakan salah satu indikator untuk mencapai target MDGs ke 5 yaitu menurunkan angka kematian balita (AKABA) sebesar dua-pertiganya dalam kurun waktu 1990-2015. Target angka kematian balita pada Tahun 2015 dalam MDGs yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup, hal ini berarti angka kematian balita Kabupaten Magelang Tahun 2015 dibawah target maksimal MDGs. 3.1.2 Angka Kematian Ibu Maternal Menurut Budi Utomo dalam Mantra Ida (2003), kematian ibu merupakan kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain. Tabel 3.2 menunjukkan kematian ibu maternal di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebagai berikut: Tabel 3.2 Jumlah dan Angka Kematian Ibu Maternal per.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Kematian Ibu hamil Jumlah kematian ibu maternal Kematian Ibu bersalin Kematian Ibu nifas Jumlah Angka Kematian Ibu Maternal 2 1 7 10 55,69 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 6) Jumlah kematian ibu maternal di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 10 kasus. Hal ini terjadi pada saat kehamilan (2 kasus), bersalin (1 kasus), dan nifas (7 kasus). Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu Angka kematian ibu juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan, dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas Angka kematian ibu terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-24

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Angka kematian ibu maternal (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dapat diperoleh melalui berbagai studi yang dilakukan secara khusus untuk mengetahui tingkat kematian ibu seperti survei di rumah sakit dan beberapa survei di masyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas. Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka kematian ibu untuk periode 5 tahun sebelum survei(2003-2007) sebesar 228 per.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu maternal di Kabupaten Magelang Tahun 2015 menunjukkan angka 56 hal ini berarti terdapat 56 kematian ibu maternal setiap.000 kelahiran hidup. Angka kematian Ibu di Kabupaten Magelang Tahun 2002-2015 ditunjukkan pada grafik 3.12 sebagai berikut: Grafik 3.12 Angka Kematian Ibu Maternal per.000 Kelahiran Hidup Tahun 2002-2015 di Kabupaten Magelang 140 120 102,45 102,34 121,01 110,27 109,8 80 60 76,56 72,88 62,87 59,82 59,2 65,5 57,9 75 56 40 20 0 Angka Kematian Ibu Target MDG's 2015 (102) Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 (Lampiran ; Tabel 6) Berdasarkan grafik 3.12 dapat diketahui bahwa angka kematian ibu maternal di Kabupaten Magelang Tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2013 dan 2014 yaitu mencapai 56 per.000 kelahiran hidup. Kematian Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-25

tersebut terjadi pada saat kehamilan (2 kasus), bersalin (1 kasus) dan nifas (7 kasus). Dibandingkan dengan target MDG s 2015 sebesar 102 per.000 kelahiran hidup Kabupaten Magelang sudah dapat memenuhi target pada Tahun 2015. Angka kematian ibu termasuk dalam tujuan MDGs ke 5 yaitu peningkatan kesehatan ibu dan anak. Selain itu angka kematian ibu juga merupakan target MDGs ke-6 yaitu menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015. Selain Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan, menjadi 307 per.000 kelahiran hidup pada Tahun 2002-2003, bila dibandingkan dengan angka Tahun 1994 yang mencapai 390 kematian per.000 kelahiran hidup. Tetapi akibat komplikasi kehamilan atau persalinan yang belum sepenuhnya dapat ditangani, masih terdapat 20.000 ibu yang meninggal setiap tahunnya. Dengan kondisi tersebut, pencapaian target MDGs untuk AKI akan sulit dicapai. BPS memproyeksikan bahwa pencapaian AKI baru mencapai angka 163 kematian ibu melahirkan per.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015, sedangkan target MDGs pada Tahun 2015 tersebut adalah 102. Angka kematian ibu Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 56 per.000 kelahiran hidup sudah berada di bawah target maksimal MDGs. Diagram 3.2 Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Magelang Tahun 2015 20% 10% 30% 40% Preeklamsi/eklamsi Perdarahan Infeksi Lain-lain Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kab. Magelang Tahun 2015 Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa penyebab kematian ibu di Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah pendarahan (30%, 3 kasus), pre eklamsi/eklamsi (40%; 4 kasus), infeksi (20%; 2 kasus), dan penyakit lainnya (10%, 1 kasus). Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-26

Kematian Ibu banyak terjadi pada umur produktif (20 s/d 34 tahun) 70%, dan usia 35 tahun mencapai 30%. Sedemikian kompleknya permasalahan yang berkontribusi pada kematian ibu, memerlukan upaya yang cukup keras untuk menanggulanginya. Hal ini dimaksudkan agar pada usia produktif tersebut dapat dimanfaatkan oleh para ibu untuk berperan dalam masyarakat dan keluarganya. Informasi mengenai angka kematian ibu maternal akan bermanfaat untuk memacu perkembangan peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman dan bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran. Semua upaya tersebut bertujuan untuk lebih menurunkan angka kematian ibu maternal dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. 3.2 ANGKA KESAKITAN Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit serta mencegah terjadinya penyebaran penyakit menular. Selain itu juga untuk mengurangi dampak sosial sehingga tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Upaya tersebut diprioritaskan pada bayi, balita, ibu serta kelompok usia kerja. 3.2.1 Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) Tuberculosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG s. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-27

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah case detection rate (CDR), yaitu porposi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah 1. Menurunkan insidens TB Paru pada Tahun 2015 2. Menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setangahnya pada Tahun 2015 dibandingkan Tahun 1990 3. Sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotheraphy) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Minum/Menelan Obat (PMO) 4. Sedikitnya 85% tercapai succes rate DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses penyembuhan TB Paru dapat berlangsung secara cepat. DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB Paru agar menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dapat mencapai 95%. Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB Paru. 3.2.2 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Pneumonia merupakan penyebab kematian balita peringkat pertama pada Surkenas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita yang merupakan penyakit akut dan perlu penatalaksanaan tepat. Balita penderita Pneuomonia di Kabupaten Magelang terdapat pada tabel 3.3 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-28

Tabel 3.3 Balita Penderita Pneumonia ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Jumlah Balita Perkiraan Kasus Pneumonia Balita Balita Pneumonia Ditemukan/Ditangani % Balita Pneumonia Ditemukan/Ditangani 91.861 9.186 1.118 12.17 Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 10) Perkiraan kasus Pneumonia balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebanyak 9.186 kasus. Jumlah balita Pneumonia yang ditemukan/ditangani sebanyak 1.118 (12.17%). Hasil survey mortalitas subdit ISPA pada Tahun 2005 di 10 provinsi di Indonesia diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia, sebanyak 22,3% dari seluruh kematian bayi. Survei yang sama juga menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada anak balita yaitu 23,6%. Studi mortalitas Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi (post neonatal) karena pneumonia sebesar 23% dan pada anak balita sebesar 15,5%. Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini adalah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik. Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus pneumonia juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-29

3.2.3 Penyakit HIV/AIDS HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui. Menurut Tuti Parwati (1996), AIDS didefinisikan sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Kasus HIV di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 adalah 10 orang yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan HIV/AIDS disamping ditunjukkan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti wanita penjaja seks, penyalahguna obat dengan suntikan (IDU s), penghuni Lapas atau sesekali dilakukan penelitian kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah window periods, yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan, yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut. 3.2.4 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Penderita DBD merupakan seseorang yang mengalami demam tinggi mendadak terus-menerus berlangsung 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-30

Kajoran II Grabag II Salaman II Sawangan I Kajoran I Windusari Ngablak Kaliangkrik Pakis Ngluwar Sawangan II Srumbung Salaman I Dukun Bandongan Candimulyo Salam Secang II Kota Mungkid Grabag I Secang I Tempuran Tegalrejo Muntilan I Muntilan II Mertoyudan II Borobudur Mertoyudan I Mungkid perdarahan dari atau pembesaran hati, serta hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan positif DBD. Pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang ditemukan 408 kasus DBD. Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 mempunyai jumlah kasus DBD yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan pada grafik 3.13 sebagai berikut: Grafik 3.13 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 60 56 50 40 30 41 34 29 25 25 20 10 0 0 0 1 1 1 1 3 5 5 7 7 13 13 14 14 15 16 16 17 17 10 11 11 Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 21) Dari seluruh puskesmas (29 puskesmas) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 puskesmas Mungkid ditemukan paling banyak kasus DBD sebesar 56 kasus. Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Upaya pemberantasan DBD terdiri dari 3 hal antara lain: 1. Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor 2. Diagnosis dini dan pengobatan dini 3. Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-31

Upaya pemberantasan vektor ini yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemeriksaan jentik berkala. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Metode yang tepat guna untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak. ABJ sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat merupakan salah satu alternatif pendekatan baru. Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (Jumantik/Kamantik). Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. 3.2.5 Penyakit Diarrhe (Diare) Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang masih ditemukan beberapa kasus diare yang ditunjukkan pada tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Diare Ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Jumlah Perkiraan Kasus Diare Jumlah Kasus Diare Ditangani % Diare Ditangani 26.654 14.357 53,9 Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 13) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-32

Candimulyo Pakis Ngablak Kajoran I Kajoran II Secang II Kaliangkrik Sawangan II Sawangan I Kota Mungkid Tempuran Secang I Srumbung Muntilan II Mertoyudan I Windusari Tegalrejo Mertoyudan II Ngluwar Borobudur Grabag I Grabag II Salaman II Salam Dukun Muntilan I Mungkid Bandongan Salaman I 35 54 112 140 199 257 324 343 365 396 400 405 418 444 470 471 487 508 511 517 525 525 530 623 683 785 834 879 2117 Perkiraan kasus diare pada Tahun 2015 sebanyak 26.654. Jumlah kasus diare yang ditangani sebanyak 14.36 (53,9%). Peningkatan cakupan penemuan penderita diare penting adanya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya penemuan cakupan berarti semakin banyak kasus diare ditemukan sehingga diharapkan mengurangi kasus kematian akibat terlambatnya penanganan kasus diare. Jumlah kasus penderita diare yang ditangani di setiap puskesmas Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 3.14 sebagai berikut: Grafik 3.14 Jumlah Penderita Diare Yang Ditangani Di Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 2500 2000 1500 0 500 0 Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 13) Berdasarkan grafik 3.14 dapat diketahui penyebaran kasus diare yang dapat ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2015. 3.2.6 Penyakit Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDG s). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-33

Pada Tahun 2015 penderita malaria dengan pemeriksaan sedian darah (positif) sebanyak 166. Semua kasus malaria tersebut tidak ada kematian sehingga Case Fatality Rate (CFR) adalah 0. Di Indonesia meningkatnya jumlah penderita malaria dan terjadinya kejadian luar biasa malaria sangat berkaitan erat dengan beberapa hal sebagai berikut: 1. Adanya perubahan lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan nyamuk penular malaria. 2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi. 3. Perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari musim kemarau 4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan dampak pada daerahdaerah tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga lebih rentan untuk terserang malaria 5. Tidak efektifnya pengobatan karena terjadi Plasmodium falciparum resisten klorokuin dan meluasnya daerah resisten 6. Menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya penanggulangan malaria secara terpadu Pemberantasan malaria digalakkan melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak Malaria telah dicetuskan pada Tahun 2000. Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan Ayo Berantas Malaria Pengendalian malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 29 April 2009 tentang eliminasi malaria di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai Tahun 2030. Pulau jawa merupakan salah satu sasaran wilayah eliminasi yang akan dilaksanakan pada Tahun 2015. 3.2.7 Penyakit Kusta Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-34

menjadi progresif, kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Diagnosa kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut: a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif) Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 terdapat kasus kusta yang tercatat antara lain 15 kasus penyakit kusta MB. Sedangkan pada Tahun 2015 Kabupaten Magelang penderita kusta (MB) yang telah selesai berobat sebanyak 17 orang. 3.2.8 Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio, Hepatitis B. Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya denga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai denga munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku leher dan sakit di tungkai dan lengan. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan di tabel 3.5 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-35

Tabel 3.5 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Difteri Pertusis Tetanus Jumlah Kasus PD3I Tetanus Campak Polio Hepatitis B neonatorum 0 0 0 0 0 0 0 Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 19-20) Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa ada beberapa penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu defteri, pertusis, tetanus, tetanus neonatarum, campak, polio dan hepatitis B. Dari beberapa penyakit menular tersebut, di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 tidak ditemukan kasus PD3I. 3.2.9 Penyakit Filariasis Penyakit filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari Wucheria brancrofi, Brugia malayi, Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyababkan pembengkakan di lengan dan organ genital. Pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang terdapat 3 kasus filariasis, yang terjadi pada laki-laki 2 orang dan perempuan 1 orang. 3.3 STATUS GIZI Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan penduduk di Kabupaten Magelang. Pemantauan status gizi mulai dilaksanakan sejak bayi. Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam 48 jam setelah lahir; pada hari ke 3 7 hari, dan hari ke 8 28 hari. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-36

Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi), pemberian vitamin K, Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM), dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatus dan bayi di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 ditunjukkan pada tabel 3.6 sebagai berikut: Tabel 3.6 Cakupan Kunjungan Neonatus dan Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 KN1 % KN1 KN3 (Lengkap) % KN3 (Lengkap) Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali) % Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali) 17.928 99,8 17.663 98,4 17.740 98,8 Sumber: Bidang YANKES Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 38 dan 40) Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa kunjungan neonatus 1 (KN1) sebanyak 17.928 kunjungan. Persentase kunjungan neonatus 1 merupakan perbandingan KN1 dengan jumlah bayi lahir hidup. Persentase KN1 pada Tahun 2015 di Kabupaten Magelang sebesar 99,8%. KN1 laki-laki sebanyak 9.157 kunjungan (%), sedangkan perempuan sebanyak 8.771 kunjungan (99,4%). Kunjungan neonatus lengkap (KN3) sebanyak 17.663 kunjungan (98,4%). KN3 lakilaki sebanyak 8.960 kunjungan (98,1%), KN3 perempuan sebanyak 8.703 kunjungan (98,6%). Sedangkan kunjungan bayi (minimal 4 kali) sebanyak 17.740 kunjungan (98,8%). Cakupan kunjungan bayi tersebut di atas target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan pada Tahun 2010 sebesar 90%. Kunjungan bayi laki-laki sebanyak 9.121 kunjungan (99,9%), sedangkan perempuan sebanyak 8.619 kunjungan (98%). Bayi lahir dengan berat badan rendah yaitu kurang dari 2500 gram (BBLR) perlu mendapatkan penanganan serius. Hal ini disebabkan karena pada kondisi Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-37

tersebut bayi akan menghadapi berbagai resiko yang dapat mengakibatkan kematian. Terjadinya BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) biasanya disebabkan karena lahir prematur atau kurangnya supply gizi pada waktu dalam kandungan. Persentase BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada diagram 3.3 sebagai berikut: Diagram 3.3 Persentase BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 4,33% 95,67% BBLR Bukan BBLR Sumber : Bidang Yankes Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 37) Berdasarkan diagram 3.3 dapat diketahui bahwa cakupan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 sebanyak 4,33%. Sedangkan 95,67% merupakan bukan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Kondisi tersebut harus disertai dengan pengawasan dan penatalaksanaan secara komprehensif dan paripurna sehingga kondisi bayi dengan BBLR tidak mengalami komplikasi yang berujung pada kematian bayi. Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan masyarakat tentang perawatan bayi dengan BBLR memiliki kontribusi terhadap keberhasilan penanganan BBLR di tingkat masyarakat. Jumlah bayi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) yang di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada tabel 3.7 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-38

Tabel 3.7 Jumlah Bayi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 BBLR (Laki-laki) % BBLR (Laki-laki) BBLR Perempuan % BBLR Perempuan 394 4,3 381 4,3 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 37) Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa jumlah BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kabupaten Magelang pada Tahun 2015 laki-laki sebanyak 394 (4,3%) dan perempuan sebanyak 381 (4,3%). Cakupan penimbangan balita di posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan penimbangan balita, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan secara nasional cakupan penimbangan balita (anak pernah ditimbang di posyandu sekurang-kurangnya satu kali selama sebulan terakhir) di posyandu sebesar 74,5%. Frekuensi kunjungan balita ke posyandu semakin berkurang dengan semakin meningkatnya umur anak. Sebagai gambaran proporsi anak 6-11 bulan yang ditimbang di posyandu 91,3% pada anak usia 12-23 bulan turun menjadi 83,6%, dan pada usia 24-35 bulan turun menjadi 73,3%. Perkembangan keadaan gizi masyarakat yang dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan (RR) program gizi. Laporan hasil penimbangan balita di posyandu dapat mencerminkan tingkat status gizi masyarakat Kabupaten Magelang Tahun 2015. Persentase cakupan balita yang ditimbang di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 3.15 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-39

Sawangan I Mertoyudan II Sawangan II Pakis Kajoran I Secang I Grabag I Candimulyo Kaliangkrik Secang II Bandongan Dukun Muntilan II Ngluwar Windusari Ngablak Grabag II Muntilan I Mungkid Tegalrejo Salaman I Salam Kajoran II Borobudur Mertoyudan I Tempuran Srumbung Kota Mungkid Salaman II 73,8 76,2 77,2 78,1 78,1 80,1 80,2 80,7 81,4 82,0 82,0 82,3 82,8 83,0 83,3 83,7 84,3 84,4 84,7 85,4 85,8 85,9 86,3 86,4 86,4 87,2 88,4 89,1 90,7 Grafik 3.15 Persentase Balita yang Ditimbang Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 47) Berdasarkan grafik 3.15 diketahui bahwa persentase balita yang ditimbang di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 83,1 % dari jumlah balita yang ada. Balita yang tidak ditimbang kemungkinan pada saat penimbangan, balita tersebut tidak berada ditempat atau sedang sakit sehingga tidak dibawa ke tempat penimbangan. Masalah yang berkaitan dengan kunjungan posyandu antara lain: dana operasinal dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita. Status gizi balita dipantau melalui kegiatan pemantauan status gizi (PSG) di posyandu yang dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan setiap tahun sekali. Persentase status gizi balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 3.16 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-40

Grafik 3.16 Persentase Status Gizi Balita di Kabupaten Magelang Tahun 2015 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 BB Naik 83,1 BGM 0,9 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 47) Berdasarkan grafik 3.16 diketahui bahwa jumlah balita yang berat badan naik sebanyak 76.299 (83,1%), BGM (Bawah Garis Merah) sebanyak 668 (0,9%). BGM (Bawah Garis Merah) merupakan hasil penimbangan di mana berat badan balita di bawah garis merah pada KMS. Jumlah balita BGM (Bawah Garis Merah) di Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah 668 (0,9%). Upaya pemerintah untuk menekan jumlah BGM (Bawah Garis Merah) dan gizi buruk melalui program perbaikan gizi masyarakat yang kegiatannya berupa pelacakan balita gizi buruk, rujukan dan perawatan balita gizi buruk, pemberian paket makanan tambahan (PMT) kepada balita gizi buruk dan kurang dari keluarga miskin, yang didukung pula oleh peningkatan penyuluhan gizi dan pemberdayaan posyandu. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-41

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1 PELAYANAN KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. 4.1.1 Pelayanan Kesehatan Antenatal Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan, dan perawat. Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin atau khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan. Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-42

Kota Mungkid Sawangan II Kajoran II Sawangan I Ngluwar Salaman II Muntilan I Grabag II Secang II Kajoran I Ngablak Dukun Salam Salaman I Srumbung Muntilan II Pakis Mertoyudan II Candimulyo Windusari Tegalrejo Tempuran Kaliangkrik Mertoyudan I Mungkid Secang I Bandongan Borobudur Grabag I Kabupaten Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk penghitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk penghitungan indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) merupakan Indikator yang digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Persentase cakupan kunjungan K1 Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah %. Persentase cakupan K1 setiap puskesmas di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.1 sebagai berikut: Grafik 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 29) Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa persentase cakupan kunjungan K1 Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah %. Sedangkan melalui Cakupan K4 sebagai indikator dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-43

Grabag II Pakis Ngluwar Kajoran I Tempuran Salaman I Srumbung Secang II Mertoyudan II Salam Bandongan Sawangan II Dukun Salaman II Kaliangkrik Muntilan II Borobudur Kota Mungkid Secang I Candimulyo Kajoran II Mertoyudan I Muntilan I Tegalrejo Windusari Mungkid Grabag I Sawangan I Ngablak Kabupaten 77,1 79,2 79,7 84,1 84,4 84,5 86,0 86,7 87,5 87,6 88,1 88,9 90,2 90,3 90,3 91,6 92,4 92,9 93,6 94,4 94,6 94,8 95,9 96,0 96,3 98,8 102,0 107,8 91,8 138,6 suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Persentase cakupan K4 setiap puskesmas di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.2 sebagai berikut: Grafik 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 140,0 120,0,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 29) Berdasarkan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa dari cakupan kunjungan ibu hamil (K4) Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah 91,8%. Sedangkan cakupan K4 yang paling tinggi yaitu Puskesmas Ngablak 138,6%. Hasil cakupan kunjungan keempat ibu hamil (K4) Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 91,8% jika dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan sebesar 95% dibawah target. Hal tersebut berkaitan dengan masih terdapat selisih/ drop out antara cakupan K1 dan K4 sebesar 8,2%. Artinya ibu hamil di Kabupaten Magelang belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai standar yang berdampak pada kualitas kesehatan ibu hamil belum cukup baik hal ini ditandai dengan tingginya kejadian abortus, dan kelahiran prematur yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) di Kabupaten Magelang pada tahun 2013-2015 ditunjukkan pada grafik 4.3 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-44

Grafik 4.3 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kabupaten Magelang Tahun 2013-2015 102 98 96 97,4 94 92 90 88 89,3 88,1 91,8 K1 K2 86 84 82 2013 2014 2015 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 29) Berdasarkan grafik 4.3 persentase cakupan kunjungan pertama ibu hamil (K1) di Kabupaten Magelang tahun 2015 adalah %. Sedangkan persentase cakupan kunjungan keempat (K4) di Kabupaten Magelang tahun 2015 adalah 91,8%. Cakupan K1 memiliki kesamaan dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar %. Sedangkan cakupan K4 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 sebesar 88,1%. 4.1.2 Pertolongan Persalinan dan Pelayanan Ibu Nifas Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Maternal Mortality: who, when, where, and why; Lancet 2006). Sedangkan dalam target MDG s salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per.000 per kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada tahun 2015 dari 40,7% pada Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-45

Ngablak Secang II Grabag I Sawangan I Kajoran I Borobudur Salaman I Salaman II Ngluwar Salam Srumbung Dukun Sawangan II Muntilan I Muntilan II Mungkid Mertoyudan I Mertoyudan II Kota Mungkid Tempuran Kajoran II Kaliangkrik Bandongan Candimulyo Pakis Grabag II Tegalrejo Secang I Windusari Kabupaten 98,9 99,3 99,6 99,8 99,8 99,9 99,9 tahun 1992 (BPS). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter, perawat dan bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan setiap puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.4 sebagai berikut: Grafik 4.4 Persentase Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015,0 99,8 99,6 99,4 99,2 99,0 98,8 98,6 98,4 98,2 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 29) Berdasarkan grafik 4.4 dapat diketahui bahwa persentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Magelang tahun 2015 sebanyak 99,9. Hal ini berarti telah melebihi target yang telah ditetapkan dalam SPM Bidang Kesehatan dan target MDG s sebesar 90%. Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu: kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari, kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan dan Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-46

Ngablak Secang II Grabag I Sawangan I Kajoran I Borobudur Salaman I Salaman II Ngluwar Salam Srumbung Dukun Sawangan II Muntilan I Muntilan II Mungkid Mertoyudan I Mertoyudan II Kota Mungkid Tempuran Kajoran II Kaliangkrik Bandongan Candimulyo Pakis Grabag II Tegalrejo Secang I Windusari Kabupaten 98,9 99,3 99,6 99,8 99,8 99,9 99,9 kunjungan nifas ke 3 (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan posyandu dan dilakukan bersamaan dengan kunjungan bayi. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali (2 x 24 jam), dan pelayanan KB pasca persalinan. Persentase pelayanan ibu nifas setiap puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 disajikan pada grafik 4.5 sebagai berikut: Grafik 4.5 Persentase Pelayanan Ibu Nifas Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015,0 99,8 99,6 99,4 99,2 99,0 98,8 98,6 98,4 98,2 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 29) Persentase pelayanan ibu nifas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah 99,9%. Hal ini telah memenuhi target sebesar 90%. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa cakupan Puskesmas Ngablak paling rendah yaitu 98,9%. 4.1.3 Keluarga Berencana (KB) Meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan merupakan tujuan yang akan dicapai dalam MDG s Goal 5a, perlu dukungan dengan meningkatkan universal akses kesehatan reproduksi yang tertuang pada Goal s 5b yang meliputi cakupan kesertaan KB aktif. Untuk menurunkan kejadian kematian ibu, kehamilan perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kondisi yang beresiko tinggi terutama Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-47

Kota Mungkid Sawangan II Kajoran II Salaman II Grabag II Muntilan I Secang II Ngluwar Kajoran I Sawangan I Salaman I Muntilan II Ngablak Salam Dukun Srumbung Mertoyudan II Tempuran Candimulyo Mertoyudan I Secang I Windusari Tegalrejo Bandongan Borobudur Mungkid Kaliangkrik Pakis Grabag I 3.209 4.111 4.611 4.638 4.658 4.838 5.080 5.261 5.658 6.251 7.093 7.139 7.437 7.610 7.769 8.089 8.131 8.155 8.213 8.448 8.575 8.660 9.278 9.413 10.075 10.910 11.186 11.550 11.757 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak dan terlalu tua). Dalam konteks inilah Program Pelayanan Keluarga Berencana memiliki peran penting. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan aseptor. Jumlah pasangan usia subur (PUS) setiap puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 disajikan pada grafik 4.6 sebagai berikut: Grafik 4.6 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Menurut Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 36) Berdasarkan grafik 4.6 dapat diketahui bahwa julah PUS yang paling banyak di wilayah kerja Puskesmas Grabag I sebanyak 11.757. Sedangkan yang paling sedikit di Puskesmas Kota Mungkid sebanyak 3.209. Persentase peserta KB baru setiap puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.7 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-48

Pakis Windusari Mertoyudan II Salam Grabag I Kaliangkrik Kajoran II Mertoyudan I Muntilan II Grabag II Borobudur Sawangan I Tempuran Mungkid Muntilan I Tegalrejo Salaman I Ngluwar Kota Mungkid Candimulyo Salaman II Secang I Bandongan Kajoran I Secang II Srumbung Dukun Ngablak Sawangan II Kabupaten 73,3 74,5 74,9 75,7 76,0 77,1 77,1 77,2 77,3 77,6 77,9 78,1 78,5 79,1 79,4 80,1 80,2 80,5 81,1 81,2 82,2 84,3 84,3 88,7 89,4 89,5 92,9 98,6 118,7 81,2 Muntilan I Kota Mungkid Muntilan II Mertoyudan II Secang I Mertoyudan I Dukun Salaman II Tegalrejo Windusari Salam Grabag II Pakis Secang II Salaman I Sawangan II Mungkid Sawangan I Tempuran Srumbung Candimulyo Kajoran I Borobudur Grabag I Kajoran II Bandongan Ngluwar Kaliangkrik Ngablak Kabupaten 1,3 4,3 4,4 5,5 5,5 5,6 6,6 6,7 6,8 6,9 7,0 7,6 7,9 8,1 8,2 8,5 8,6 8,6 8,8 8,9 9,0 9,2 9,5 10,0 10,1 8,2 11,3 11,3 11,5 13,7 Grafik 4.7 Persentase Peserta KB Baru Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 36) Berdasarkan grafik 4.7 dapat diketahui bahwa persentase peserta KB baru di Kabupaten Magelang pada tahun 2015 yang paling tinggi adalah Puskesmas Ngablak sebesar 13,7% sedangkan yang paling sedikit adalah Puskesmas Muntilan I sebesar 1,3%. Persentase peserta KB aktif setiap puskesmas ditunjukkan pada grafik 4.8 sebagai berikut: Grafik 4.8 Persentase Peserta KB Aktif Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 120,0,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 36) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-49

Tempuran Salaman I Muntilan I Grabag I Bandongan Borobudur Salaman II Mertoyudan I Mungkid Mertoyudan II Muntilan II Candimulyo Ngluwar Tegalrejo Secang I Kajoran II Secang II Kota Mungkid Kajoran I Srumbung Salam Dukun Grabag II Windusari Kaliangkrik Sawangan I Sawangan II Pakis Ngablak Kabupaten 20,5 22,8 25,4 25,8 26,2 27,1 27,2 28,2 28,4 28,8 30,0 30,9 32,0 32,7 32,9 34,3 35,5 36,4 37,7 38,1 41,2 41,6 42,8 46,5 48,8 50,0 50,0 51,7 60,6 35,8 Berdasarkan grafik 4.8 dapat diketahui bahwa persentase peserta KB aktif paling rendah di Puskesmas Pakis sebesar 73,3%. Sedangkan yang paling tinggi peserta KB aktif adalah Puskesmas Sawangan II sebesar 118,7%. Persentase peserta KB aktif Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 81,2%. Persentase peserta KB aktif Kabupaten Magelang Tahun 2015 jika dibandingkan dengan target SPM Bidang Kesehatan sebesar 70% pada tahun 2010 sudah memenuhi target. Metode kontrasepsi dalam KB ada dua macam yaitu MKJP dan non MKJP. MKJP merupakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang meliputi IUD, MOP/MOW, implant. Sedangkan non MKJP merupakan metode kontrasepsi jangka pendek yang meliputi suntik, pil, kondom, dan obat vagina. Prosentase pemakaian MKJP peserta KB Aktif tampak pada grafik 4.9, menunjukkan bahwa pemakaian MKJP pada tahun 2015 mencapai 35,8% dan telah mencapai target nasional 27,50%. Jenis MKJP yang banyak digunakan adalah Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 17,6%, Implant 12%, dan MOW 5,7%. Penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang memberikan perlindungan yang lebih efektif terhadap kehamilan yang tentu saja memperkecil resiko tinggi dan komplikasi selama kehamilan. Grafik 4.9 Persentase Peserta KB Aktif MKJP Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 34) Pada diagram 4.1 ditunjukkan persentase peserta KB aktif di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-50

Diagram 4.1 Persentase Peserta KB Aktif di Kabupaten Magelang Tahun 2015 35,8 64,2 MJKP Non MJKP Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 34) Berdasarkan diagram 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta KB aktif di Kabupaten Magelang Tahun 2015 paling banyak menggunakan KB non MKJP (64,2%). Pada diagram 4.2 ditunjukkan persentase peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebagai berikut: Diagram 4.2 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 50,5 0,5 2,1 5,7 11,6 17,6 12 MOP KONDOM MOW PIL IMPLAN IUD SUNTIK Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 34) Berdasarkan diagram 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta KB aktif di Kabupaten Magelang tahun 2015 paling banyak menggunakan KB suntik Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-51

(50,5%) dan yang paling sedikit menggunakan KB MOP (0,5%). Kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas sektor terkait perlu dioptimalkan guna meningkatkan minat masyarakat khususnya Pasangan Usia Subur untuk menggunakan MKJP. Pada diagram 4.3 ditunjukkan pesentase peserta KB baru di Kabupaten Magelang sebagai berikut: Diagram 4.3 Persentase Peserta KB Baru di Kabupaten Magelang Tahun 2015 31,9 68,1 MJKP Non MJKP Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 35) Berdasarkan diagram 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta KB baru di Kabupaten Magelang Tahun 2015 paling banyak menggunakan KB non MKJP (68,1%). Pada diagram 4.4 ditunjukkan persentase peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebagai berikut: Diagram 4.4 Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 56,9 0,1 3,9 2,7 7,3 15,8 13,2 MOP KONDOM MOW PIL IMPLAN IUD SUNTIK Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 35) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-52

Berdasarkan diagram 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta KB baru di Kabupaten Magelang tahun 2015 menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 56,9%. Sedangkan yang paling sedikit peserta KB baru menggunakan MOP yaitu sebesar 0,1%. 4.1.4 Imunisasi Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti difteri, tetanus, hepatitis B, typhus, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi. Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksi tubuh akan membuat zat yang disebut antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai pengalaman. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibosi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal. Imunisasi ada dua macam, yatu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan Campak. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-53

4.1.4.1 Desa UCI (universal child immunization) Desa UCI (universal child immunization) merupakan desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Pada tahun 2015 ini Kabupaten Magelang persentase cakupan desa UCI sebesar %. Jika dibandingkan dengan target SPM Bidang Kesehatan tahun 2010 sebesar %, hasil pencapaian tahun 2015 ini sudah memenuhi target. 4.1.4.2 Cakupan Imunisasi pada Bayi Pemberian imunisasi dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi misalnya TB Paru, Difteria, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis B. Bayi merupakan makhluk yang rentan terkena penyakit, sehingga harus mendapatkan imunisasi lengkap. Cakupan imunisasi pada bayi di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.10 sebagai berikut: Grafik 4.10 Cakupan Imunisasi Bayi di Kabupaten Magelang Tahun 2015 18.000 17.950 17.900 17.850 17.800 17.750 17.700 17.650 17.600 17.550 17.500 17.677 17.975 17.746 17.757 17.993 Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 42 dan 43) Berdasarkan grafik 4.10 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Magelang tahun 2015 cakupan imunisasi HB<7hari pada bayi sebanyak (98%). Cakupan imunisasi DPT3+HB3 pada bayi sebanyak (99%). Cakupan imunisasi campak pada Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-54

bayi sebanyak (%). Cakupan imunisasi BCG pada bayi sebanyak (%). Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi sebanyak (99%). 4.1.5 Cakupan Vitamin A Bagi Bayi Dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik, salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan adalah vitamin A yang harus diberikan sejak post natal. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab kebutaan. Oleh karena itu dalam rangka program penanggulangan KVA (Kurang Vitamin A) diadakan suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada balita dan ibu nifas. Program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi mulai umur 6-11 bulan dan balita umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A biru dengan dosis.000 IU yang diberikan pada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A merah dengan dosis 200.000 IU yang diberikan pada balita (12-59 bulan). Kapsul vitamin A tersebut diberikan pada bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya. Persentase bayi (6-11 bulan) yang mendapat vitamin A di Kabupaten Magelang Tahun 2015 yaitu 57,76%. Hal ini berarti pada tahun 2015 belum semua bayi di Kabupaten Magelang mendapatkan vitamin A. Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat apabila cakupannya tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peran vitamin A dalam menurunkan secara bermakna angka kematian anak, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya pemberian vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang mendapat cukup vitamin A, bila terkena diare, campak, atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Balita memerlukan asupan zat gizi yang cukup, salah satunya yaitu vitamin A. Hal ini dikarenakan anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Persentase balita (12-59 bulan) mendapat vitamin A kali setiap Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-55

99 puskesmas di Kabupaten Magelang pada tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.11 sebagai berikut: Grafik 4.11 Persentase Balita Yang Mendapat Vitamin A Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 99 99 99 99 99 98 98 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 44) Berdasarkan grafik 4.11 dapat diketahui bahwa balita (12-59 bulan) di Kabupaten Magelang yang mendapatkan vitamin A (99,97%). Hal ini berarti pada tahun 2015 hampir semua balita di Kabupaten Magelang mendapatkan vitamin A. 4.1.6 Cakupan Balita Gizi Buruk Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rentan rawan gizi dan penyakit. Kelompok ini merupakan kelompok umur yang paling rentan menderita Kurang Energi Protein (KEP). Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain: a. Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa b. Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh sehingga perhatian ibu sudah berkurang c. Anak balita sudah mulai beraktifitas di luar rumah, sehingga lebih mudah terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-56

d. Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih makanan. Di lain pihak ibunya sudah tidak begitu memperhatikan lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah dapat makan sendiri. Supaya anak balita tidak mengalami gizi buruk maka orang tua harus memperhatikan gizi dan kesehatan anaknya. Jika sampai terjadi gizi buruk pada anak balitanya, orang tua harus segera memberikan perawatan terhadap balitanya. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten Magelang pada tahun 2015 ditunjukkan pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Balita Gizi Buruk Jumlah Mendapat Perawatan % 30 30 Sumber : Bidang YANKES Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 48) Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa semua balita gizi buruk di Kabupaten Magelang Tahun 2015 telah mendapatkan perawatan (%). Hal ini berarti pada tahun 2015 untuk cakupan balita gizi buruk mendapatkan perawatan Kabupaten Magelang telah sesuai dengan target yang telah ditentukan di dalam SPM Bidang Kesehatan sebesar % pada tahun 2010. Jumlah balita gizi buruk pada tahun 2015 di Kabupaten Magelang dapat diketahui pada grafik 4.12 sebagai berikut: Grafik 4.12 Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Magelang Tahun 2015 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 6 8 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 48) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-57

Berdasarkan grafik 4.12 dapat diketahui jumlah balita gizi buruk pada tahun 2015 di Kabupaten Magelang yang paling banyak di wilayah kerja Puskesmas Secang I sebanyak 8 kasus. Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui cakupan gizi buruk di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebagai berikut: Gambar 4.1 Peta Cakupan Gizi Buruk di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 48) Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa terdapat puskesmas yang menjadi prioritas 1 dalam program penanganan gizi buruk di Kabupaten Magelang Tahun 2015 yaitu Puskesmas Secang I. 4.1.7 Cakupan Tablet Fe untuk Ibu Hamil Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rentan masalah gizi terutama anemia gizi besi. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-58

82 85 91 92 98 98 98 98 99 99 101 101 101 101 102 102 104 104 104 105 106 107 121 148 prevalensi ibu hamil sebesar 40,1% dan pada tahun 2007 turun menjadi 24,5% (Riskesdas 2007). Namun demikian keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya. Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilan tersebut. Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan ini maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi pada ibu hamil juga memerlukan peningkatan suplai vitamin terutama thiamin, riboflavin, vitamin A dan D. Kebutuhan berbagai mineral, khususnya Fe dan kalsium juga meningkat. Oleh karena itu setiap wanita hamil harus mendapatkan tablet Fe baik tablet Fe1 maupun Fe3. Persentase cakupan tablet Fe1 untuk ibu hamil setiap puskesmas di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.13 sebagai berikut: Grafik 4.13 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Fe1 Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 160 140 120 80 60 40 20 0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 32) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-59

77,1 78,2 81,0 81,6 81,6 82,3 85,6 85,8 86,4 86,7 88,5 89,3 90,2 91,3 91,6 91,8 93,6 94,0 94,1 94,2 95,0 95,8 96,3 96,5 96,5 98,3 99,0 107,2 91,2 127,7 Berdasarkan grafik 4.13 dapat diketahui bahwa persentase cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe1 Kabupaten Magelang tahun 2015 adalah %. Persentase cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 paling sedikit di Puskesmas Secang I sebesar 82%. Persentase cakupan tablet Fe3 untuk ibu hamil setiap puskesmas di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.14 sebagai berikut: Grafik 4.14 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Fe3 Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 140,0 120,0,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 32) Berdasarkan grafik 4.14 dapat diketahui bahwa persentase cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe3 di Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 91,24%. Persentase cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe3 paling sedikit di Puskesmas Ngluwar sebesar 77,07%. Cakupan pemberian tablet tambah darah terkait erat dengan antenatal care (ANC). Pemberian tablet Fe1 dan Fe3 pada ibu hamil terkait erat dengan cakupan anemia di Kabupaten Magelang Tahun 2015. Cakupan anemia ibu hamil di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada gambar 4.2 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-60

Gambar 4.2 Peta Cakupan Anemia Ibu Hamil di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa terdapat dua puskesmas yang menjadi prioritas 1 dengan cakupan anemia ibu hamil tergolong tinggi dibandingkan dengan puskesmas yang lain antara lain Puskesmas Ngablak dan Puskesmas Ngluwar. 4.1.8 Cakupan Vitamin A untuk Ibu Nifas Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Namun dapat pula diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas tersebut belum mendapatkan vitamin A. Persentase cakupan ibu nifas yang mendapat vitamin A setiap puskesmas di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.15 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-61

89,3 93,3 93,6 94,9 95,4 96,7 97,4 97,5 97,7 98,3 99,6 99,9 99,9 99,9,1,2,2,5,5,7,9 101,1 101,2 101,4 101,6 103,7 106,5 107,9 114,9 99,6 Grafik 4.15 Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Vitamin A Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 120,0,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 29) Berdasarkan grafik 4.15 dapat diketahui bahwa 99,6% ibu nifas di Kabupaten Magelang pada tahun 2015 mendapatkan vitamin A. Persentase ibu nifas yang mendapatkan vitamin A paling rendah yaitu Puskesmas Sawangan II sebesar 89,3%. 4.1.9 Cakupan Imunisasi TT untuk Ibu Hamil Imunisasi TT pada ibu hamil merupakan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Imunisasi TT diberikan sebanyak 5 dosis. Selang waktu pemberian imunisasi TT2 minimal 4 minggu setelah pemberian imunisasi TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun. Selang waktu pemberian imunisasi TT3 minimal 6 minggu setelah pemberian imunisasi TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun. Selang waktu pemberian imunisasi TT4 minimal 1 tahun setelah pemberian imunisasi TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun. Selang waktu pemberian imunisasi TT5 minimal 1 tahun setelah pemberian imunisasi TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun. Pemberian imunisasi TT2+ merupakan imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-62

kali saat kehamilan (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan). Status imunisasi TT untuk ibu hamil di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.16 sebagai berikut: Grafik 4.16 Persentase Status Imunisasi TT untuk ibu hamil di Kabupaten Magelang Tahun 2015 120,0,0 101 80,0 68,8 67,5 60,0 40,0 20,0 0,0 22,5 7,6 4,2 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 30) Berdasarkan grafik 4.16 dapat diketahui status ibu hamil dengan imunisasi TT. Cakupan imunisasi TT1 sebanyak (68,8%). Cakupan imunisasi TT2 sebanyak (67,5%), TT3 sebanyak (22,5%). Sedangkan untuk TT4 sebanyak (7,6%), TT5 sebanyak (4,2%) dan TT2+ sebanyak (101%). 4.1.10 Cakupan Bumil Risti/Komplikasi Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani. Cakupan ibu hamil (bumil) dengan risti/komplikasi kebidanan ditangani di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.17 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-63

54 68 86 91 93 109 110 114 114 128 129 132 137 139 142 143 144 148 151 153 171 174 177 177 186 186 202 206 134 303 Grafik 4.17 Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 350 300 250 200 150 50 0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 33) Berdasarkan grafik 4.17 dapat diketahui bahwa persentase penanganan komplikasi kebidanan Kabupaten Magelang Tahun 2015 sebesar 134% dan telah memenuhi target dalam SPM Bidang Kesehatan dengan target sebesar 80% pada tahun 2015. Penanganan kompllikasi kebidanan yang paling tinggi pada Puskesmas Ngablak sebesar 134%. Sedangkan yang paling rendah adalah Puskesmas Muntilan II sebesar 54%. 4.1.11 Cakupan Neonatal Risti/Komplikasi Cakupan neonatal risti/komplikasi yang ditangani di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Neonatal Risti/Komplikasi yang Ditangani di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Perkiraan Neonatal Risti/Komplikasi Jumlah Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani % Jumlah Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani 2.693 1.501 55.7% Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 33) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-64

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah neonatal risti/komplikasi sebanyak 2.693 Sedangkan neonatal risti/komplikasi yang ditangani sebanyak 1.501 (55,7%).Hal ini berarti cakupan neonatal risti/komplikasi yang ditangani telah mencapai target dalam SPM Bidang Kesehatan dengan target 80% pada tahun 2010. 4.1.12 KLB (Kejadian Luar Biasa) Pada tahun 2015 terjadi KLB di 3 Wilayah Puskesmas dari 29 Puskesmas yang ada di Kabupaten Magelang. Semua kasus KLB (%) ini semua dapat ditangani kurang dari 24 jam. Cakupan tersebut sesuai dengan target SPM Bidang Kesehatan dengan target % pada tahun 2015. Salah satu upaya untuk mengantisipasi agar tidak terjadi KLB di tahuntahun mendatang yaitu dengan mengaktifkan laporan mingguan penyakit potensial wabah yang biasa disebut laporan W2 puskesmas. Penyakit yang harus dilaporkan antara lain diare, campak, hepatitis, thypoid, disentri dan sebagainya. Dari hasil analisa laporan tersebut dapat diketahui kemungkinan terjadinya KLB sehingga dapat dicegah maupun ditanggulangi sendini mungkin. 4.1.13 ASI Eksklusif Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi akan optimal apabila ASI diberikan sampai dengan usia 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun. Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.18 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-65

39,2 39,9 59,0 59,4 60,4 63,8 66,9 69,6 71,0 75,4 75,7 78,9 79,6 80,8 81,6 83,1 84,9 87,1 89,3 91,6 92,0 92,1 92,9 93,4 97,9,8 102,6 113,7 118,4 Grafik 4.18 Persentase Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Setiap Puskesmas di Kabupaten Magelang Tahun 2015 120,0,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 39) Berdasarkan grafik 4.18 dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 di Kabupaten Magelang 79,05% bayi diberi ASI eksklusif. Puskesmas yang persentase bayi yang diberi ASI ekslusif paling banyak sebesar 118,4% adalah Puskesmas Sawangan II. Cakupan ASI eksklusif Kabupaten Magelang masih tergolong bagus namun masih perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif. Selain itu juga antisipasi adanya promosi dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula yang kadang sulit untuk dikendalikan. Kebanyakan rumah sakit (RS) juga belum mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif, yang dapat ditandai dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya, dan belum atau masih rendahnya melakukan inisiasi menyusui dini (IMD). Selain itu juga bisa dikarenakan kesehatan ibu yang tidak memungkinkan untuk menyusui dikarenakan kesehatannya atau tidak lancarnya ASI yang keluar. Ada 1 puskesmas yang ada di Kabupaten Magelang yang masuk menjadi prioritas program ASI eksklusif pada tahun 2015 ditunjukkan pada gambar 4.3 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-66

Gambar 4.3 Peta Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa Puskesmas Sawangan I dan Puskesmas Pakis merupakan prioritas 1 untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Upaya terobosan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif antara lain melalui upaya peningkatan pengetahuan petugas tentang manfaat ASI eksklusif, penyediaan fasilitas menyusui di tempat kerja, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu, peningkatan dukungan keluarga dan masyarakat serta upaya untuk mengendalikan pemasaran susu formula. Selain itu juga perlu penerapan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM) di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang melakukan kegiatan persalinan. Sepuluh langkah tersebut meliputi: 1. Membuat kebijakan tentang menyusui 2. Melatih staf pelayanan kesehatan 3. KIE kepada ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui 4. Membantu ibu untuk IMD dalam 60 menit pertama persalinan 5. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya 6. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis 7. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-67

8. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi 9. Tidak memberi dot kepada bayi 10. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan kesehatan 4.1.14 Garam Beryodium Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena seseorang kurang unsur iodium secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Kekurangan iodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kretinisme saja, tetapi ternyata kekurangan iodium berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan. Pemasyarakatan garam beryodium merupakan salah satu upaya penanggulangan GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium). Pemantauan kualitas garam beryodium dilakukan dengan menggunakan yodina test untuk mengetahui kadar yodium dalam garam. Hal ini sangat mudah dilakukan tanpa harus mempunyai ketrampilan khusus. Persentase cakupan desa/kelurahan dengan garam beryodium baik di Kabupaten Magelang tahun 2015 sebesar 73,39%. Hal ini berarti kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan garam beryodium sebagai upaya pencegahan GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium). Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan garam beryodium maka diperlukan upaya sosialisasi dari berbagai pihak mulai dari kader, ibu-ibu PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama maupun pemerintah yang tergabung dalam Tim Penanggulangan GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium) Kabupaten Magelang. 4.2 Perilaku Hidup Masyarakat 4.2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan teori H.L. Blum, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah faktor perilaku. Adanya perwujudan perilaku yang sehat, diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit serta Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-68

angka kematian ibu dan anak yang diakibatkan keterlambatan atau kurangnya kesadaran untuk mengunjungi sarana pelayanan kesehatan. 4.2.2 Posyandu Posyandu adalah salah satu UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) yang merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan di bidang kesehatan. Sebagai unit pelayanan berbasis masyarakat, posyandu perlu mendapat dukungan luas dari masyarakat melalui peran sertanya. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan posyandu dapat berkelanjutan dan jangkauannya meluas sesuai kebutuhan kelompok sasaran yang dilayani. Posyandu merupakan suatu wadah/bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dan berfungsi sebagai forum pertemuan antara masyarakat dan pemerintah. Pada hakikatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama masyarakat disekitarnya. Ada 5 kegiatan pokok posyandu antara lain KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Salah satu tujuan penyelenggaraan posyandu adalah menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu hamil, angka kematian ibu melahirkan, angka kematian ibu nifas. Mengingat pentingnya keberadaan posyandu di masyarakat perlu adanya dukungan dana dari pemerintah Kabupaten Magelang secara rutin melalui APBD Kabupaten yang digunakan untuk revitalisasi posyandu. Tahun 2015 di Kabupaten Magelang jumlah posyandunya sebanyak 2.345 posyandu yang terdiri dari posyandu strata pratama, madya, purnama dan mandiri. Posyandu pratama merupakan posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan jumlah kader masih terbatas. Posyandu madya adalah posyandu dengan kegiatan lebih teratur dibandingkan posyandu pratama dan jumlah kader 5 orang. Posyandu purnama adalah posyandu yang frekuensi kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya yaitu KB, KIA, Gizi dan Imunisasi lebih dari 50% serta sudah ada program tambahan. Posyandu mandiri merupakan posyandu yang melakukan kegiatan secara Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-69

teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau 50% KK. Persentase posyandu menurut strata di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ditunjukkan pada diagram 4.5 sebagai berikut: Diagram 4.5 Persentase Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Magelang Tahun 2015 30,19 6,91 24,52 PRATAMA MADYA PURNAMA 38,38 MANDIRI Sumber : Bidang KPK Dinas Kesehatan Kabupate n Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 69) Berdasarkan diagram 4.5 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015 posyandu di Kabupaten Magelang paling banyak berstrata purnama (38,38%) dan yang paling sedikit pratama (6,91%). 4.3 Keadaan Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Menurut H.L. Blum (1974) lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, penyediaan air Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-70

bersih, pembuangan kotoran manusia (tinja), pembuangan sampah dan air limbah. Profil kesehatan Kabupaten Magelang ini membahas tentang ruang lingkup kesehatan lingkungan rumah/bangunan, penyediaan air bersih, sanitasi dasar dan TUPM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan). 4.3.1 Rumah/Bangunan Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian serta sebagai sarana dalam membina rumah tangga. Oleh sebab itu rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat terlindungi kesehatannya sehingga dapat berkarya guna meningkatkan produktivitasnya. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit. Oleh karena itu kondisi rumah dan lingkungan harus memenuhi syarat kesehatan. Rumah dapat dikatakan sehat apabila bahan bangunan (lantai, dinding, atap genteng, lainlain), ventilasi, cahaya, luas bangunan rumah, dan fasilitas-fasilitas lain memenuhi persyaratan kesehatan. Persentase rumah sehat yang diperiksa di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada diagram 4.6 sebagai berikut: Diagram 4.6 Persentase Rumah Sehat di Kabupaten Magelang Tahun 2015 42,67 57,33 RUMAH MEMENUHI SYARAT (RUMAH SEHAT) RUMAH BELUM MEMENUHI SYARAT Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 58) Berdasarkan diagram 4.6 diketahui bahwa rumah yang diperiksa di Kabupaten Magelang tahun 2015 merupakan rumah sehat yaitu sebesar 57,33%. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-71

Sedangkan sisanya merupakan rumah belum sehat sebesar 42,67%. Cakupan rumah sehat di Kabupaten Magelang Tahun 2015 masih terus ditingkatkan. Hal ini dengan lebih ditingkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya rumah sehat bagi kesehatan. Secara umum rumah dikatakan sehat apabila telah memenuhi kriteria tertentu antara lain bebas jentik nyamuk aedes aegypti yang merupakan pembawa penyakit demam berdarah. Nyamuk aedes aegypti berkembang biak di tempattempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti bak mandi/wc, tempat minuman burung, air tandon, air tempayan/gentong, kaleng bekas, dan sebagainya. Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks anatara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di negara-negara berkembang termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Persentase yang penduduk mempunyai akses air minum di Kabupaten Magelang tahun 2015 adalah sebesar 97,55%. Ada beberapa macam akses air minum berkulaitas di wilayah Kabupaten Magelang pada tahun 2015 antara lain Perpipaan (PDAM), SGL (Sumur Galian), Mata air, serta mata air terlindung. Persentase cakupan sarana air minum yang berkualitas (layak) dibandingkan dengan jumlah sarana yang ada menurut jenisnya di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.19 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-72

Grafik 4.19 Persentase Sarana Air Minum yang berkualitas Menurut Jenisnya di Kabupaten Magelang Tahun 2015,00 99,42,00,00 80,00 60,00 50,38 40,00 20,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 59) Berdasarkan grafik 4.19 dapat diketahui bahwa beberapa sarana air minum yang digunakan oleh penduduk belum kesemuanya memenuhi syarat diantaranya sumur gali terlindung dan sumur gali dengan pompa dimana masing masing baru 50,38% dan 99,42% yang telah memenuhi syarat. Sedangkan untuk jenis sarana air minum yang lainnya telah memenuhi syarat (%). 4.3.2 Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. Pengelolaan makanan merupakan suatu bangunan menetap dengan segala karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat dan menjual makanan bagi konsumen, yang meliputi restoran, rumah makan, kantin, warung kopi, snack bar, tempat penjualan minuman dingin serta pabrik makanan minuman sederhana. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-73

Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial, sarana/panti sosial, sarana pendidikan dan sarana kesehatan. Sarana wisata meliputi hotel, losmen, salon, usaha rekreasi, hiburan umum, dan gedung pertemuan/gedung pertunjukan. Sarana ibadah meliputi meliputi masjid/mushola, gereja, klenteng, pura dan wihara. Sarana transportasi meliputi terminal. Sarana sosial dan ekonomi meliputi pasar, pusat pembelanjaan, apotek. Tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) yang sehat di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada grafik 4.20 sebagai berikut: Grafik 4.20 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Yang Diperiksa di Kabupaten Magelang Tahun 2015 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 37 63 0 3 6 0 0,6 2 2 1,5 14 71 Memenuhi Syarat Kesehatan Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 63&64) Berdasarkan grafik 4.20 dapat diketahui bahwa dari hotel yang diperiksa di Kabupaten Magelang Tahun 2015 % tergolong sehat. Restoran/R-Makan yang diperiksa di Kabupaten Magelang Tahun 2015 75% tergolong sehat. Makanan Jajanan yang diperiksa di Kabupaten Magelang Tahun 2015 16,60% tergolong sehat. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-74

Sawangan II Muntilan I Muntilan II Mertoyudan I Tegalrejo Secang I Pakis Salam Mertoyudan II Srumbung Candimulyo Kajoran II Secang II Salaman I Grabag II Grabag I Bandongan Kajoran I Tempuran Mungkid Kota Mungkid Kaliangkrik Ngablak Salaman II Borobudur Windusari Dukun Sawangan I Ngluwar Kabupaten 0 0 0 0 0 0 10,0 16,7 16,7 17,6 21,1 21,4 22,2 30,0 30,0 33,3 35,7 40,0 46,7 50,0 50,0 55,0 56,3 60,0 60,0 60,0 66,7 75,0 37,6 4.3.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Upaya peningkatan perilaku higiene dan peningkatan akses sanitasi terus dikembangkan, salah satunya dengan stategi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) hal ini dimaksudkan agar adanya upaya pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) memiliki lima pilar utama yaitu: 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS) 2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 3. Pengamanan Air Minum Rumah Tangga (PAM RT) 4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 5. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Pemicuan STBM diarahkan untuk memberikan kemampuan merencanakan perubahan perilaku, memantau terjadinya perubahan perilaku dan mengevaluasi hasil perubahan perilaku. Program STBM ini perlu diketahui dan didukung oleh semua lapisan masyarakat Desa yang telah melaksanakan STBM di Kabupaten Magelang tahun 2015 dapat dilihat pada grafik 4.21 berikut : Grafik 4.21 Persentase Desa yang Melaksanakan STBM di Kabupaten Magelang Tahun 2015 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 62) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-75

Dari grafik 4.21 tersebut dapat dilihat bahwa desa yang telah melaksanakan STBM di Kabupaten Magelang tahun 2015 sebanyak 37,6% dari total 372 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Magelang, cakupan desa STBM tertinggi berada di wilayah Puskesmas Ngluwar sebanyak %. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-76

BAB V SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 5.1 Sarana Kesehatan Pengertian sarana kesehatan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 81/MENKES/SK/I/2004 adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Magelang hingga tahun 2015 ini terdiri dari berbagai macam fasilitas kesehatan. Masyarakat Kabupaten Magelang dapat memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang telah tersedia baik milik pemerintah maupun swasta. Sarana kesehatan tersebut meliputi rumah sakit umum, puskesmas rawat inap, puskesmas non rawat inap, puskesmas pembantu, posyandu, polindes, Pos Kesehatan Desa, klinik, apotek, toko obat, Instalasi Farmasi Kesehatan, optik, laboratorium, dan lain sebagainya. Pusat Kesehatan Masyarakat atau biasa disebut puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan, inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas mempunyai fungsi antara lain: 1. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan 2. Pusat pemberdayaan masyarakat 3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer 4. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per.000 penduduk. Pada tahun 2015 Kabupaten Magelang mempunyai 29 puskesmas yang terdiri dari 26 puskesmas non perawatan dan 3 puskesmas perawatan. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-77

Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada tabel 5.1 sebagai berikut: Tabel 5.1 Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015 PEMILIKAN/PENGELOLA FASILITAS NO KESEHATAN PEM. PEM. TNI/ KEMENKES BUMN SWASTA JUMLAH PROV KAB/KOTA POLRI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RUMAH SAKIT 1 RUMAH SAKIT UMUM - - 1 - - 3 4 2 RUMAH SAKIT KHUSUS - - - - - - - PUSKESMAS DAN JARINGANNYA 1 2 3 4 PUSKESMAS RAWAT INAP - JUMLAH TEMPAT TIDUR PUSKESMAS NON RAWAT INAP PUSKESMAS KELILING PUSKESMAS PEMBANTU SARANA PELAYANAN LAIN - - 3 - - - 3 - - 135 - - - 135 - - 26 - - - 26 - - 29 - - - 29 - - 65 - - - 65 1 RUMAH BERSALIN - - - - - - - 2 3 4 5 6 7 BALAI PENGOBATAN/KLINIK PRAKTIK DOKTER BERSAMA PRAKTIK DOKTER PERORANGAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL BANK DARAH RUMAH SAKIT UNIT TRANSFUSI DARAH SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN - - - 1-24 25 - - - - - 2 2 - - - - - 194 194 - - - - - 23 23 - - - - - - - - - 1 - - - 1 1 INDUSTRI FARMASI - - - - - - - 2 3 4 5 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL PRODUKSI ALAT KESEHATAN PEDAGANG BESAR FARMASI - - - - - 1 1 - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - 1 1 6 APOTEK - - - - - 77 775 7 TOKO OBAT - - - - - 3 3 PENYALUR ALAT 8 - - - - - 2 2 KESEHATAN Sumber: Bidang SDK Dinas Kesehatan Kab Magelang Tahun 2015 (Lampiran: Tabel 67) Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-78

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Magelang pada tahun 2015. Rumah sakit umum di Kabupaten Magelang ada 4 yaitu rumah sakit umum pemerintah (1) dan swasta (3). Puskesmas yang ada di Kabupaten Magelang pada tahun 2015 ada puskesmas rawat inap (3 puskesmas), puskesmas non rawat inap (26 puskesmas), dan puskesmas pembantu (63 puskesmas). UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) di Kabupaten Magelang ini ada beberapa macam, yaitu Puskesmas pembantu (63 Pustu), Puskesmas keliling (29 pusling). Selain rumah sakit, puskesmas dan UKBM masih banyak fasilitas kesehatan di Kabupaten Magelang, seperti 25 klinik, 77 apotek, 3 toko obat, 1 GFK/Instalasi Farmasi Kesehatan, 194 praktek dokter perorangan, dan 1 Pedagang Besar Farmasi (PBF). Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan pengembangan masyarakat. Langkah tersebut tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan penyediaan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, dengan kata lain salah satu wujud upaya untuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans perilaku berisiko, lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan poskesdes juga mencakup tempat pertolongan persalinan dan pelayanan KIA. Poskesdes merupakan salah satu indikator sebuah desa disebut desa siaga. 5.2 Tenaga Kesehatan Mengacu kepada penjabaran Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, ditetapkan bahwa kesehatan merupakan bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan Kota. Hal ini perlu dipersiapkan dan Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-79

secara optimal dilaksanakan agar seluruh potensi dari sektor-sektor pembangunan dapat memberi dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat. Keberhasilan pembangunan di daerah khususnya di Kabupaten dan Kota sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan peran aktif masyarakat sebagai pelaku pembangunan tersebut. Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan merupakan seseorang yang bekerja secara aktif dibidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Pengertian tenaga kesehatan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 81/MENKES/SK/I/2004 adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Selain itu tenaga kesehatan merupakan pelaksana pelayanan kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Tenaga kesehatan di Kabupaten Magelang meliputi dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, gizi, sanitasi, kesehatan masyarakat, dan teknisi medis. 5.2.1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan lainnya Jumlah tenaga medis di seluruh puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada tabel 5.2 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-80

Tabel 5.2 Jumlah Tenaga Medis Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Sumber : Sekretariat Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 72) Keterangan : a termasuk S3 Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa di seluruh puskesmas se- Kabupaten Magelang pada tahun 2015 tenaga medisnya terdiri dari 1 orang dokter spesialis, 55 orang dokter umum, 33 orang dokter gigi. Tenaga medis di rumah sakit pemerintahan (RSUD Muntilan) antara lain 24 orang dokter spesialis, 12 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi dan 1 orang dokter gigi spesialis. Jumlah tenaga keperawatan di seluruh puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada tabel 5.3 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-81 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2013 81

Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Keperawatan Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Sumber : Sekretariat Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 73) Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa di seluruh puskesmas se- Kabupaten Magelang pada tahun 2015 tenaga keperawatan terdiri dari 312 orang bidan, 164 orang perawat dan 30 orang perawat gigi. Tenaga keperawatan di rumah sakit pemerintahan (RSUD Muntilan) antara lain 24 orang bidan, 207 orang perawat dan 4 orang perawat gigi. Jumlah tenaga kefarmasian di seluruh puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Magelang tahun 2015 ditunjukkan pada tabel 5.4 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-82 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2013 82

Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Kefarmasian Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Sumber : Sekretariat Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 74) Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa di seluruh puskesmas se- Kabupaten Magelang pada tahun 2015 tenaga kefarmasian terdiri dari 31 orang tenaga teknik kefarmasian dan 2 orang apoteker. Tenaga kefarmasian di rumah sakit pemerintahan (RSUD Muntilan) antara lain 18 tenaga teknik kefarmasian, dan 3 orang apoteker. Jumlah tenaga gizi di seluruh puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Magelang tahun 2014 ditunjukkan pada tabel 5.5 sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-83 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2013 83

Tabel 5.5 Jumlah Tenaga Gizi Menurut Sarana Kesehatan di Kabupaten Magelang Tahun 2015 Sumber : Sekretariat Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Tahun 2015 (Lampiran : Tabel 76) Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa di seluruh puskesmas se- Kabupaten Magelang pada tahun 2015 tenaga gizi terdiri dari 29 orang tenaga gizi. Tenaga gizi di rumah sakit pemerintahan (RSUD Muntilan) antara lain 8 tenaga gizi. 5.3 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan dari berbagai sumber (pemerintah, masyarakat, swasta, dunia usaha dan bantuan luar negeri) secara terpadu dan saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pelayanan kesehatan di Kabupaten Magelang. Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2015-84 Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2013 84