PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII DI SMPN 13 PADANG Minda Erwina 1, Mulyati 2, Lince Meriko 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Mindaerwina01@gmail.com ABSTRACT The student are less active during the learning process of VIII class in SMP N 13 Padang. The teacher still use talkative method, catechizing, and group discussion which make the learning outcomes low and its effected to students score below standard of value (KKM 78). It can be done by discovery learning with media animation to break a way the problem. The purpose of this research is to knowing the aplication of discovery learning with media animation to the learning outcomes in VIII 1 class adn VIII 3 class. The instrument for affective part is the observation sheet of student attitude during the learning, cognitive instrument is validity test, reliabilyty test, distinguishing power, difficulty index quetion, and psikomotor instrumen based on students group discussion results. The analyisis of data use T-test. Based on the result of this research is affective part in experiment class gets 84,35 and control class get 51,66. The hypothesis get T hitung = 11,69 and T tabel =5,51 so it is acceptable. The result of psychomotor analysis research in experiment class get 3,75 (A) and for control class get 2,80 (B). The conclusion is the discovey learning with media animation can increase learning outcomes in biology subjectsi in class VIII SMP N 13 Padang. Keywords :The Result Of Biology Learning, Discovery Learning PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu proses yang komplek dari tidak mengerti menjadi mengerti dan membuat perubahan pada semua orang karena memperoleh pengalaman baru, baik secara formal maupun informal. Belajar dalam lingkungan formal dilakukan oleh guru dan siswa, peran guru dalam pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan kreatifitas siswa. Dan dalam proses pembelajaran seseorang dapat mengalami perubahan tingkah laku dalam dirinya. Belajar dapat membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun sikap (afektif). Agar pembelajaran dapat optimal maka diperlukan dua unsur yang 1
amat penting yaitu model dan media pembelajaran yang keduanya saling berkaitan. Kedua unsur tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru biologi pada tanggal 29 Desember 2016 di SMPN 13 Padang didapatkan bahwa selama proses pembelajaran berlangsung siswa kurang aktif. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran banyak siswa yang tidak memperhatikan, dan ketika guru bertanya siswa cenderung diam hanya beberapa siswa yang menjawab. Selain itu dalam penyampaian materi guru belum menggunakan media yang bervariasi. Kurangnya guru biologi menggunakan model pembelajaran serta media yang bervariasi sehingga masih banyak siswa kelas VIII yang belum termotivasi dalam pembelajaran biologi. Kurangnya motivasi dan minat belajar juga disebabkan karena masih banyak siswa yang beranggapan materi yang sulit dan banyak hafalan. Salah satu materi yang sulit dipahami adalah gerak pada tumbuhan. Dimana pada materi tersebut siswa sulit memahami bagaimana gerak yang terjadi pada tumbuhan. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar mengakibatkan nilai siswa banyak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII semester 2 SMPN 13 Padang tahun pelajaran 2015/2016 pada materi gerak pada tumbuhan dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 78 dengan rata-rata setiap kelas yaitu sebagai berikut: kelas VIII 1 (62,00), kelas VIII 2 (62,05), VIII 3 (66,93), VIII 4 (68,85), VIII 5 (70,05), VIII 6 (64,55), dan VIII 7 (65,55). Mengatasi permasalahan tersebut maka dituntut keaktifan guru dalam menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi aktif, termotivasi, serta minat dan hasil belajarnya meningkat. Salah satu model pembelajaran yang menuntut 2
keaktifan siswa dan kreativitas siswa adalah model pembelajaran Discovery Learning. Menurut Supardi (2013:204), model pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam model pembelajaran ini penyajian bahan pelajaran oleh guru tidak dalam bentuk final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan penggunaan teknik pendekatan pemecahan masalah. Agar proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning lebih baik maka perlu menggunakan media, salah satu media yang dapat digunakan adalah media animasi. Media animasi dalam pembelajaran yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah dipahami. Tujuan dari media animasi ini adalah untuk memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga materi yang diberikan lebih mudah ditangkap dan tidak membosankan. Berdasarkan uraian di atas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran discovery learning disertai media animasi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII semester 2 SMPN 13 Padang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan Rancangan penelitian Randomized Control Posted Only Design. dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Padang yang terdaftar pada tahun 2015/2016. Kelas eksperimen VIII 1 dan kelas kontrol VIII 3 yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan pada kompetensi sikap adalah berupa lembar observasi yang bertujuan untuk melihat sikap siswa selama proses pembelajaran. Kompetensi ketrampilan dapat dilihat dari laporan diskusi yang dibuat siswa. Analisis data dilakukan dengan uji-t, dengan kriteria t hitung >t tabel. Teknik analisi data untuk penilaian pengetahuan dengan rumus 3
Nilai Rata-Rata Nilai Rata-Rata uji T, kompetensi sikap dengan nilai modus, dan kompetensi keterampilan dengan nilai capaian optimum. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 13 Padang diperoleh data tentang hasil belajar siswa untuk ranah kognitif > T tabel dimana T t= 5,51 T h =11,69 maka hipotesis diterima. Dari data yang telah diperoleh, pembelajaran menggunakan model Discovery Learning disertai media animasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor dapat dilihat pada gambar 1,2, dan 3 berikut ini. 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 3,9 3,9 3,3 3,3 Rasa Ingin Tahu Bekerja Sama Gambar 1. Hasil Belajar Pada Kompetensi Sikap 90 80 70 60 50 40 30 84,35 51,66 Kelas Eksperi men Kelas Kontrol Kelas Eksperime n Kelas Kontrol 20 10 0 A B Gambar 2. Hasil Belajar Pada Kompetensi Pengetahuan 4
Nilai Rata-Rata 4 3 2 1 0 3,3 3,4 Kelengkapan laporan diskusi 2,4 2,5 Kerapian dan Kebersihan Laporan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 3. Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan PEMBAHASAN 1. Kompetensi Sikap Penilaian pada ranah afektif dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung setiap pertemuan. Berdasarkan hasil observasi, sikap dan aktivitas belajar siswa pada kompetensi ranah afektif kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Menurut Latisma (2011:192) hasil efektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya. Penilaian sikap yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol adalah rasa ingin tahu dan bekerja sama. Pada kelas eksperimen mendapatkan nilai predikat Sangat Baik dan kelas Kontrol mendapatkan nilai dengan predikat Baik, kelas eksperimen 3,90 (SB) dan pada kelas kontrol 3,30 (B). Berdasarkan indikator yang diamati, kedua indikator rasa ingin tahu dan bekerja sama memiliki predikat yang sama yaitu sangat baik (SB). Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen siswa dituntut untuk menganalisis media animasi secara individu dan mendiskusikan media animasi secara berkelompok yang mana satu kelompok terdiri atas 5 orang, pada kelas kontrol hanya beberapa siswa yang aktif sedangkan siswa yang lain hanya 5
menyalin yang dibuat oleh temannya. Kunandar (2013:100) menyatakan bahwa sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian indikator rasa ingin tahu pada kelas eksperimen 3,90 (SB) sedangkan kelas kontrol 3,30 (B). Rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal itu disebabkan siswa pada kelas eksperimen lebih aktif untuk mencari tahu sendiri jawaban dari pertanyaan yang ada dari berbagai buku sumber dan memperhatikan video animasi yang ditayangkan oleh guru dalam proses pembelajaran, serta siswa memiliki minat dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap materi yang dipelajari, sebab pada kelas eksperimen proses pembelajarannya menggunakan model Discovery Learning siswa dilatih untuk mencari tahu sendiri dan menemukan sendiri permasalahan yang ada dari video animasi yang ditayangkan. Dalam pembelajaran discovery learning siswa diberi keluasan untuk mencari dan menemukan sendiri, sehingga mereka memiliki rasa ingin tahu dan minat yang tinggi dengan pembelajaran yang sedang dipelajari. Pada indikator bekerja sama pada kelas eksperimen 3,90 (SB). Model pembelajaran discovery learning siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kelompok untuk menyatukan pendapat atau saling berbagi informasi, mendengarkan dan menanggapi pendapat teman dalam proses pembelajaran. Sebagaimana pendapat Bruner (dalam Kemendikbud, 2013b:4) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, 6
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Pada kelas kontrol saat proses pembelajaran siswa kurang memiliki rasa ingin tahu dan minat belajar masih rendah hanya beberapa siswa yang memiliki keingin tahuan yang tinggi hal ini dapat terlihat pada saat guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok siswa kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan. Sedangkan pada kelas kontrol memiliki indikator 3,30 (B) kurang bersemangatnya siswa dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan kerja sama antar siswa pun tidak terbentuk, hal tersebut terjadi karena hanya beberapa siswa yang aktif dan siswa yang lain cendrung diam pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2013: 57) minat yang besar berpengaruh terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada ketertarikkan baginya. 2. Kompetensi Pengetahuan Penilaian pada ranah kognitif dilakukan pada akhir penelitian yang diambil dari tes akhir penelitian dengan jumlah soal 36 dalam bentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan model pembelajaran Discovery Learning disertai media animasi memiliki dampak positif terhadap hasil belajar biologi siswa, dampak positif tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pada kelas eksperimen adalah 84,35 sedangkan kelas kontrol 51,66. Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning disertai media animasi membuat siswa aktif dan bersemangat. Karena siswa dalam model pembelajaran discovery learning dibagi kedalam beberapa kelompok. Pengelompokkannya dibagi secara heterogen yaitu siswa 7
dibagi berdasarkan kemampuan akademisnya. Siswa yang berkemampuan lebih akan membantu siswa yang kurang mampu dalam belajar sehingga dengan kelompok heterogen ini akan menciptakan kompetisi sehat dikelas. Lie (2010 : 43) menyatakan bahwa pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender. Terakhir kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan asisten untuk setiap tiga orang. Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning disertai media animasi siswa dituntut untuk menemukan sendiri permasalahan dari media animasi yang ditampilkan dengan model pembelajaran discovery learning, siswa sudah bisa membuat hipotesis atas pertanyaan yang telah dikemukakannya. Dengan membuat hipotesis sendiri siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami hasil temuan yang telah dikemukan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dan berpikir siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Supardi (2013: 204), yang menyatakan bahwa dengan strategi discovery pengetahuan kecakapan siswa akan lebih berkembang serta dapat menumbuhkan motivasi intrinsik, karena siswa merasa puas atas usahanya menggali permasalahan dan mencari pemecahannya sendiri. Pada kelas eksperimen ini setiap siswa membuat sebuah pertanyaan yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Siswa membuat sebuah pertanyaan ini dapat membantu semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, membuat siswa berani dalam mengeluarkan pendapatnya dan mengemukakan hasil penemuan yang telah mereka temukan, selain itu siswa juga bertanggung jawab memecahkan permasalahan dalam kelompoknya. Kesulitan dalam menemukan permasalahan hal ini 8
karena siswa telah terbiasa dengan metode ceramah. Sebagaimana pendapat Uno (2011: 76), yaitu keterlibatan aktif dengan objekobjek pembelajaran dapat mendorong motivasi siswa untuk dapat berfikir, menganalisa, menyimpulkan dan menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Kelas eksperimen menggunakan media animasi. Penggunaan media animasi pada materi gerak pada tumbuhan siswa lebih termotivasi untuk belajar dan lebih mudah memahami materi yang dijelaskan guru karena prinsip dari media animasi adalah mewujudkan ilusi bagi pergerakkan dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak sehingga kelihatan hidup. Menurut Utami (2007:2) animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat. Sementara pada kelas kontrol proses pembelajarannya tidak disertai dengan media animasi, siswa hanya mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan anggota kelompoknya, sehingga siswa kurang aktif dan kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini didukung dengan pendapat Lufri (2007 : 112) bahwa tanpa media, penyajian materi pelajaran menjadi kurang menarik, bahkan materi menjadi sulit diapahami dan membosankan. Pada kelas kontrol proses pembelajarannya menggunakan metode diskusi kelompok dan tanya jawab. Dengan metode diskusi dan tanya jawab ini siswa hanya berdiskusi dalam kelompok yang homogennya. Pada kelas kontrol kebanyakan siswa jarang dan tidak berani bertanya kepada guru meskipun ada materi yang tidak diapahaminya. Kelemahan pembelajaran dikelas kontrol yaitu 9
siswa kurang aktif, hanya siswa yang berkemampuan tinggi saja yang berkeinginan untuk belajar serius, interaksi siswa dengan guru kurang, siswa hanya memperhatiakn guru. Pada saat berdiskusi yang tidak saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya sehingga proses pembelajaran kurang terlaksana dengan baik. Adapun menurut Lie (2010 : 34) keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. 3. Kompetensi Ketrampilan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan didapatkan kompetensi keterampilan kelas eksperimen berada pada predikat A - (3,63) Sedangkan pada kelas kontrol berada pada predikat B - (3,28) meningkatnya penilaian keterampilan pada kelas eksperimen sudah menunjukkan sikap bekerja sama yang tinggi sehingga siswa sudah membuat laporan hasil diskusi yang lengkap. Siswa saling bekerja sama sehingga jawaban yang dibuat pada laporan hasil diskusi lebih bersih dan tulisan pun menjadi lebih rapi. Sementara pada kelas kontrol kurang bekerja sama antara siswa, sehingga jawaban yang dibuat tidak lengkap, memiliki banyak coretan, laporan hasil diskusi kurang bersih dan tulisan pun menjadi kurang rapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugono (2009:23) bahwa teknik penulisan dikatakan baik apabila suatu penulisan itu mudah dipahami sesuai dengan topik yang dibicarakan dan ditata rapi. Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua indikator yang diamati, maka penilaian psikomotor pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Dimana penilaian psikomotor pada kelas eksperimen berada pada predikat sangat baik sedangkan kelas kontrol pada predikat baik, pada kelas kontrol belajar dengan menggunakan buku panduan membuat siswa kesulitan dalam memfokuskan materi yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Siswa juga merasa 10
kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari buku yang ada, sehingga siswa hanya mengandalkan teman kelompok yang lebih pintar saja. Meningkatnya penilaian kompetensi keterampilan pada kelas eksperimen disebabkan karena siswa sudah mampu menyesuaikan permasalahan dengan tujuan pembelajaran serta siswa mampu menyelesaiakan permasalahan tersebut dengan benar melalui buku sumber yang ada. Selain itu siswa sudah mulai menunjukkan keseriusan dalam belajar. Penilaian kompetensi keterampilan ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mereka memahami kompetensi sikap dan pengetahuan. Rendahnya kompetensi keterampilan pada kelas kontrol disebabkan karena siswa belum mampu menyesuaikan permasalahan dengan tujuan pembelajaran serta jawaban dari permasalahan mereka masih belum tepat. Ditinjau dari ketiga kompetensi penilaian siswa maka didapatkan bahwa penilaian kompetensi sikap dapat mempengaruhi kompetensi penilaian pengetahuan. Jika dalam proses pembelajaran penilaian sikap siswa dapat merespon pembelajaran maka siswa akan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga didapatkan hasil belajar yang memuaskan. Apabila penilaian sikap dan penilaian pengetahuan siswa tercapai maka penilaian keterampilan siswa akan menonjol, karena adanya respon positif dan kemauan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila nilai efektif seorang tinggi maka nilai kognitif dan psikomotor juga tinggi. Hal ini diperkuat lagi oleh Sudjana ( 2014: 29) bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang tersebut memiliki penguasaan kognitif yang tinggi. Penilaian pada ketiga ranah yaitu afektif, kognitif, dan ranah psikomotor pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Dari analisis data yang diperoleh siswa yang memiliki nilai tes akhir yang tinggi umumnya memiliki 11
predikat sangat baik dan ranah afektif dan psikomotor. Nilai afektif, kognitif, dan psikomotor saling mempengaruhi satu sama lainnya. Menurut Aunurrahman (2010: 54) bahwa hasil belajar dari ketiga ranah bukan merupakan bagian-bagian yang terpisah, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat di simpulkan bahwa 1. Penerapan model Discovery Learning disertai dengan media animasi dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah afektif kelas VIII 1 SMPN 13 Padang. 2. Penerapan model Discovery Learning disertai dengan media animasi dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah kognitif kelas VIII 1 SMPN 13 Padang. 3. Penerapan model Discovery Learning disertai dengan media animasi dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah psikomotor kelas VIII 1 SMPN 13 Padang. DAFTAR PUSTAKA Annurahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Alfabeta. Kemendikbud. 2014. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai Contoh. Jakarta: Rajawali Press. Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang: Unp Press Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Lufri, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: Universitas Negeri Padang. Sudjana, Nana.2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Sugono. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pusat Utama 12
Supardi. 2013. Sekolah Eefektif Konsep Dasar dan Pratiknya. Jakarta : Raja Grafindo. Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Utami,D. 2007. Animasi dalam pembelajaran (online). Ebookbrows.com/animasimultimedia-pembelajaranpdf-d39656778. Diakses 1 maret 2017 Uno, H. B. & Muhammad, N. 2011. Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta : Bumi Aksara Zalfendi. 2011. Pembelajaran Aktif. Bandung : Remaja Rosdakarya 13