I. PENDAHULUAN Status pengaduan pada periode Juni 2012 sebanyak 815 pengaduan, dengan total pengaduan sampai dengan periode Juni sebanyak 19.677 pengaduan. Pengaduan yang masuk pada periode Juni telah selesai 813 pengaduan dan yang masih proses sebanyak 2 pengaduan. Jumlah pengaduan informatif (saran,kritik dan pertanyaan) sebanyak 793 pengaduan (dan pengaduan masalah sebanyak 22 pengaduan (2,69%). Pengaduan selama periode triwulan ke-2 (April Juni) sebanyak 2.668 pengaduan, dengan pengaduan informatif sebanyak 2.610 pengaduan (97,82%) dan pengaduan masalah sebanyak 58 pengaduan (2,17%). Selama triwulan ke-2 pengaduan informatif yang paling dominan masih berupa pertanyaan sebanyak 1.893 pengaduan (72,52%) sedangkan pada pengaduan masalah yang lebih dominan pada pada jenis pengaduan pelanggaran mekanisme dan prosedur sebanyak 24 pengaduan (41,37%). Pengaduan penyimpangan dana yang pada periode sebelumnya banyak yang tidak terdapat nilai nominalnya/ rupiahnya dan setelah melakukan pengecheckan secara randomisasi, ditemukan masih terdapat pengaduan yang salah kategori di kategori penyimpangan dana sehingga tidak terdapat jumlah nilai rupiahnya. Pelaku penyimpangan dana yang merupakan konsultan berdasarkan hasil kebijakan dari Satker P2KP Pusat dalam rapat koordinasi KMP kedua pada bulan Mei 2012 menyebutkan bahwa pelaku penyimpangan dana dari konsultan harus diumumkan di website : P2KP.org untuk masuk daftar hitam (black list). Serta mendorong agar penyimpangan dana yang dilaporkan oleh masyarakat agar diperiksa oleh BPKP dan inspektorat. Sinyal dari Satker P2KP Pusat tersebut menanggapi penyimpangan dana yang kecenderungan banyak terjadi atau dilakukan oleh konsultan, baik faskel, asskot dan korkot selama kurun waktu 8 bulan terakhir ini. Sedangkan dana yang diselewengkan tersebut berasal dari dana fixed cost, pembuatan LPJ Proposal,pemotongan dana BLM dll. Hal tersebut memperparah kondisi di BKM dimana banyak anggota BKM yang tidak aktif dan terjadi pergantian anggota BKM baru. Anggota BKM yang baru dan tidak paham tentang program PNPM Mandiri Perkotaan bersama dengan fasilitator yang demotivasi dan post oriented akhirnya memunculkan peluang terjadinya penyimpangan dana yang dilakukan selama beberapa bulan terakhir ini. 1
II. PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah Tabel 1.1.Status Pengaduan Informatif dan Masalah (Periode April-Juni 2012) Propinsi Proses Selesai Grand NAD 192 192 SUMUT 315 315 SUMBAR 449 449 RIAU 85 85 JAMBI 17 17 SUMSEL 151 151 BENGKULU 11 11 LAMPUNG 1 80 81 BABEL 47 47 KEPRI 137 137 DKI 360 360 JABAR 1 432 433 BANTEN 118 118 KALBAR 272 272 Grand 2 2666 2668 Pengaduan informatif dan Masalah selama kurun waktu periode April Mei 2012 yang masih status proses sebanyak 2 pengaduan dari 2.666 pengaduan (99,92%). Pengaduan yang paling dominan terdapat di Propinsi Sumatra Barat dan Jawa Barat pada periode ini. Hanya jenis pengaduan di Propinsi Sumatra Barat lebih banyak pengaduan informatif dibandingkan dengan pengaduan masalah. Propinsi Kritik Pertanyaan Saran Grand NAD 34 137 21 192 SUMUT 109 152 54 315 SUMBAR 9 431 8 448 RIAU 25 55 5 85 JAMBI 5 7 1 13 SUMSEL 17 91 24 132 BENGKULU 4 4 8 LAMPUNG 13 61 6 80 BABEL 15 26 4 45 KEPRI 3 120 12 135 DKI 55 236 66 357 JABAR 79 289 47 415 BANTEN 22 75 16 113 KALBAR 34 209 29 272 Grand 424 1893 293 2610 Berdasarkan jenis pengaduan informatif nya Propinsi Jawa Barat lebih banyak pengaduan berupa pertanyaan 289 pengaduan (15,26%) dan Propinsi Sumatra Barat sebanyak 431 pengaduan (22,76%). Propinsi yang paling banyak kritiknya 2
terdapat di Propinsi sumatra Utara dengan109 pengaduan (25,70%) serta yang paling banyak berupa saran sebanyak 54 pengaduan (18,43%). Juga Propinsi DKI Jakarta sebanyak 66 pengaduan (22,52%). Selama kurun waktu triwulan ke-2 (April Juni ) pengaduan masalah paling dominan berkaitan dengan kesalahan mekanisme dan prosedur sebanyak 24 pengaduan (41,37%). Pengaduan yang sering terjadi dalam kurun waktu periode ini terjadi di Propinsi Sumatra Selatan (9 pengaduan) dan Jawa Barat (5 penga duan) Tabel 1.3.Status Pengaduan Masalah (Periode April-Juni 2012) Propinsi Force Majeur Intervensi Negatif Kode Etik Lainnya Mek. & Prosedur Penyimpanga n Dana Perubahan Kebijakan Grand SUMBAR 1 1 JAMBI 1 1 1 1 4 SUMSEL 1 3 2 4 9 19 BENGKULU 2 1 3 LAMPUNG 1 1 BABEL 2 2 KEPRI 2 2 DKI 1 1 1 3 JABAR 1 1 5 1 5 5 18 BANTEN 3 2 5 Grand 2 4 8 10 24 7 3 58 Sedangkan yang berkaitan dengan penyimpangan dana pada periode triwulan ke-2 ini sebanyak 7 pengaduan. Kasus penyimpangan paling dominan pada kurun waktu ini terdapat di Propinsi Jawa Barat (5 pengaduan). 2. Pengaduan Lingkup Administratif dan Keuangan Tabel 2.1.Status Pengaduan Lingkup Administrasi dan Keuangan (Periode April-Juni 2012 Propinsi Admin Admin Keu Proses Selesai Proses Selesai Keu Grand NAD 186 186 6 6 192 SUMUT 281 281 34 34 315 SUMBAR 379 379 70 70 449 RIAU 74 74 11 11 85 JAMBI 13 13 3 3 16 SUMSEL 144 144 3 3 147 BENGKULU 11 11 11 LAMPUNG 68 68 12 12 80 BABEL 46 46 1 1 47 KEPRI 82 82 53 53 135 DKI 275 275 84 84 359 JABAR 1 389 390 42 42 432 BANTEN 112 112 6 6 118 KALBAR 268 268 4 4 272 Grand 1 2328 2329 329 329 2658 3
Pengaduan lingkup keuangan dan administrasi pada periode April Juni 2012 terdapat pengaduan pada lingkup administrasi yang masih berstatus proses di Propinsi Jawa Barat. Pada lingkup keuangan status telah selesai semuanya. Pengaduan administratif lebih besar dibandingkan dengan pengaduan lingkup keuangan. Propinsi dengan pengaduan administratif lebih banyak terdapat di Propinsi Jawa Barat sebanyak 389 pengaduan (16,70%), disusul Propinsi Sumatra Utara dengan 379 pengaduan (16.28%). Pengaduan keuangan yang paling banyak terdapat di Propinsi DKI Jakarta sebanyak 84 pengaduan (25,53%) 3. Pengaduan Berdasarkan Derajat aduan Tabel.3.1. Pengaduan berdasarkan derajat aduan Propinsi Kelurahan Kecamatan Kabupaten /Kota Provinsi Pusat Grand NAD 188 3 1 192 SUMUT 240 2 60 1 12 315 SUMBAR 446 1 1 1 449 RIAU 84 1 85 JAMBI 17 17 SUMSEL 113 4 30 4 151 BENGKULU 8 1 1 1 11 LAMPUNG 75 3 3 81 BABEL 40 7 47 KEPRI 135 1 1 137 DKI 196 2 79 78 5 360 JABAR 386 10 36 1 433 BANTEN 78 2 28 10 118 KALBAR 272 272 Grand 2278 31 241 89 29 2668 Pada derajat masalah di kurun waktu April Juni pengaduan di derajat kelurahan masih mendominasi sebanyak 2.278 pengaduan (85,38%). Pengaduan dominan pada derajat ini terdapat di Propinsi Sumatra Barat sebanyak 446 pengaduan (19,57%) disusul Propinsi Jawa Barat 386 pengaduan (16,94%). Pengaduan banyak kedua terdapat di derajat kota/kabupaten sebanyak 241 pengaduan (9,03%). Propinsi yang paling dominan pengaduan pada derajat ini terdapat di DKI Jakarta sebanyak 79 pengaduan (32.78%) dan Propinsi Sumatra Utara sebanyak 60 pengaduan (24.89%). 4. Pengaduan Berdasarkan Media Penyampaian. Pengaduan melalui Media tatap langsung masih menjadi pilihan utama dari masyarakat yang ingin menyampaikan pengaduannya baik berupa, pengaduan bersifat informatif dan pengaduan masalah. Pengaduan tatap langsung pada periode Mei 2012 telah mencapai jumlah 16.973 pengaduan (93%). Pengaduan 4
terbanyak kedua pada telephone 358 pengaduan, SMS sebanyak 353 pengaduan dan lainnya sebanyak 3 pengaduan. 5. Penyimpangan Dana Tabel 5.1. Penyimpangan Dana Periode April Juni 2012 Propinsi April Mei Juni Grand JAMBI 1 1 DKI 1 1 JABAR 1 1 3 5 Grand 3 1 3 7 Pengaduan yang berkaitan dengan penyimpangan dana selama periode April- Juni 2012 terdapat 7 pengaduan kategori penyimpangan dana. Penyimpangan dana dari April Juni 2012 Propinsi Jawa Barat paling dominan dengan aduan jumlah 5 pengaduan (71.42%). Penyimpangan dana hasil temuan BPKP dengan jumlah penyimpangan dana sebesar 1,57 Milliar telah kembali sebanyak 1,38 Milliar (47%). Sedangkan penyimpangan dana aduan masyarakat (Non BPKP) dengan jumlah penyimpangan dana sebesar 790 juta dan dana kembali sebanyak 398 juta (34%). Jumlah penyimpangan dana yang telah kembali sebanyak 1,7 Milliar dari total penyimpangan dana sebesar 2,36 Milliar. Sehingga tidak ada perubahan data kenaikan dana belum kembali atau pun penurunan jumlah dana kembali. (data detail terlampir) JENIS ADUAN Tabel 5.2. Status Penyimpangan Dana April - Juni 2012 PENYIMPANGAN DANA DANA KEMBALI BELUM KEMBALI NON BPKP 790.801.459 398.586.875 392.214.584 BPKP 1.574.900.359 1.386.370.779 188.529.580 JUMLAH 2.365.701.818 1.784.957.654 580.744.164 5
6. Pengaduan Pelaksanaan Siklus BLM Tabel 6.1. Aduan Siklus BLM No Propinsi Bid Ekonomi Bid Infra Bid Sosial 1 NAD 16 16 12 44 2 SUMUT 33 32 16 81 3 SUMBAR 38 80 31 149 4 RIAU 14 12 9 35 5 JAMBI 1 7 1 9 6 SUMSEL 21 47 0 68 7 BENGKULU 1 4 0 5 8 LAMPUNG 10 10 6 26 9 BABEL 8 10 0 18 10 KEPRI 17 32 7 56 11 DKI 8 18 5 31 12 JABAR 46 74 16 136 13 BANTEN 11 10 2 23 14 KALBAR 12 32 8 52 236 384 113 733 Pengaduan pada kegiatan pelaksanaan siklus pemanfaatan BLM antara pemanfaatan bidang kegiatan sosial, ekonomi, infrastruktur yang terbanyak pada pengaduan bidang infrastruktur sebanyak 384 pengaduan (52,39%).Propinsi dengan jumlah pengaduan infrastruktur terbanyak terdapat di Propinsi Sumatra Barat sebanyak 80 pengaduan. Sedangkan pengaduan yang terbanyak pada bidang ekonomi terdapat di propinsi Jawa Barat sebanyak 46 pengaduan dan Bidang sosial terdapat di propinsi Sumatra Barat sebanyak 31 pengaduan. 6
IV. Isue-issue Strategis Issue strategis yang terjadi selama kurun waktu periode sampai Juni 2012 yaitu 1) Pelaksana fasilitasi pengelolaan pengaduan dan penanganan masalah dilakukan oleh asskot CD pada tingkat kota/kabupaten dan faskel CD untuk di tingkat kelurahan. 2) Penyimpangan dana fixed cost atau dana pelatihan masyarakat pelaku penyimpangan dana tersebut sudah mulai bergeser dari masyarakat/ KSM/ BKM menjadi faskel, asskot dan Korkot. Penyimpangan dana yang dilaporkan oleh masyarakat berkaitan dengan penggunaan dana BLM dan fixed cost perlu ada pengawasan khusus dari seluruh pihak stakeholder. 3) Pengaduan yang berkaitan dengan penyimpangan dana telah bergeser dari pelakunya anggota BKM, KSM atau masyarakat menjadi fasilitator, asskot dan Korkot. 4) Unit Pengelola pengaduan baik di tingkat kelurahan, kota/kabupaten maupun propinsi belum berjalan optimal dan cenderung kurang aktif di dalam merespon permasalahan dan informasi yang disampaikan oleh masyarakat. 5) Sosialisasi media pengaduan dan unit pengelola pengaduan belum terdistribusi meluas di kalangan masyarakat maupun pemerintah sehingga keberadaan UPM belum diketahui oleh masyarakat. 6) Masyarakat lebih cenderung menggunakan media pengaduan melalui tatap langsung dan masyarakat sering menyampaikan pertanyaanpertanyaan tentang program langsung kepada pihak konsultan sehingga ada kecenderungan media tatap langsung/ pertemuan lebih memudahkan masyarakat di dalam mendapatkan respon yang cepat. 7) Respon terhadap pengaduan baik di tingkat KMW (propinsi),korkot (kota/kabupaten) kurang tanggap dan cepat di dalam penanganan masalah sehingga penyampaian respon ini terlambat disampaikan kembali kepada pengadu atau mediator pengaduan. 7
III. Rekomendasi Kecenderungan meningkatnya penyimpangan dana yang diadukan oleh masyarakat dan semakin meningkatnya jumlah pelaku penyimpangan dana oleh konsultan sehingga perlu pembenahan terhadap system recruitmen dan pelatihan/ peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas lebih didorong pada kepedulian dan rasa emphatic seluruh jajaran konsultan terhadap kelompok marginal dengan model pelatihan langsung di lingkungan kelompok tersebut. Perlu adanya sistem kaderisasi anggota BKM di dalam mengantisipasi lemahnya pemahaman anggota BKM terhadap program serta terjadinya diorientasi dan motivasi anggota BKM di dalam mengelola program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Demikian laporan progress pengaduan masyarakat ini disampaikan. Mohon saran dan masukan dalam perbaikan laporan ini sangat diharapkan. 8