ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

Dairi merupakan salah satu daerah

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah. Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L.

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

OPTIMASI PEMISAHAN KULIT DAN NIB KAKAO PASCA PENYANGRAIAN DENGAN MESIN PEMISAH TIPE PISAU PUTAR (Rotary Cutter) SKRIPSI

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya

Penangan Pascapanen Kakao di Desa Tarobok Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

PENGOLAHAN BUAH LADA

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I NYOMAN WATA APHP Ahli Muda, Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

UJI JARAK ROTOR DAN VARIASI BENTUK MATA PISAU PADA ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS SILINDER TUNGGAL

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK SELEKSI BIJI PEPAYA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI KAKAO DI DESA SUROBALI KABUPATEN KEPAHYANG

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat Fermentasi

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai


BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar

KERAGAAN USAHATANI COKLAT RAKYAT (Studi Kasus di Propinsi Sulawesi Tenggara)

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

MUTU BIJI KAKAO LINDAK PADA BERBAGAI LAMA WAKTU FERMENTASI

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Penanganan Hasil Pertanian

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

BAB I PENDAHULUAN. familiar, selain familiar dodol juga terasa enak dan banyak macamnya. Di

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen. Tujuan Intruksional Khusus:

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

Mesin pemecah buah dan pemisah biji kakao - Syarat mutu dan metode uji

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian.

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

Transkripsi:

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL 1. Pendahuluan Kabupaten Donggala merupakan produsen kakao utama untuk propinsi Sulawesi Tengah. Luas pertanaman kakao di Kabupaten Donggala kurang lebih 42.407 ha atau 54 % dari luas tanaman kakao di Sulawesi Tengah. (BPS, 2004). Tanaman kakao yang banyak dibudidayakan diperkebunan rakyat adalah jenis forastero yang sering disebut kakao lindak atau bulk cocoa. Salah satu ciri fisik yang menonjol dari jenis kakao tersebut adalah topografi permukaan kulit buah berlekuk lekuk sangat menonjol. Jika dibelah buah mempunyai kulit yang tebal dan berisi 30 40 biji yang terikat oleh hati (plasenta). Permukaan masing masing biji dilapisi oleh lendir berserat atau pulp berwarna putih (Mulato dan Widyotomo, 2003). Buah kakao terdiri atas 3 komponen utama yaitu kulit buah, biji dan plasenta. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao yaitu 70% dari berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya sekitar 27 29%, sedang sisanya adalah plasenta. (Widyotomo, dkk.2004) Biji kakao yang berasal dari buah yang matang mempunyai pulpa yang lunak dan terasa manis. Pulpa diketahui mengandung senyawa gula yang sangat penting sebagai media pembiakan bakteri selama proses fermentasi. Sebaliknya, buah muda mempunyai biji kakao dengan pulpa yang keras, masih terikat kuat pada permukaan bijinya dan senyawa gula belum terbentuk secara optimal akibatnya biji kakao muda tidak dapat difermentasi dengan baik. 2. Tahapan Pengolahan Kakao Tahapan pengolahan kakao dimulai dari pemanenan buah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat buah tepat matang dengan kulit buah kakao berwarna kuning atau oranye. Buah matang mempunyai kondisi fisiologis yang optimal dalam hal pembentukan senyawa menyusun lemak dalam biji. Sebaliknya panen buah yan terlalu tua sebaiknya dihindari untuk mencegah biji mulai berkecambah. Hal ini akan menurunkan rendemen lemak dan menambah persentase biji cacat. Panen buah muda juga menimbulkan hal 1

yang sama, rendemen lemak rendah, persentase biji pipih (flat bean) tinggi dan kadar kulit bijinya juga cenderung tinggi. Selain itu buah yang terlalu muda akan menghasilkan biji kako dengan cita rasa khas coklat tidak tidak maksimal. Setelah dilakukan penanaman buah sebaiknya dilakukan sortasi yaitu memisahkan buah kakao yang baik dengan yang rusak, terkena penyakit, busuk atau cacat sehingga biji yang dihasilkan bermutu baik. Pemecahan buah bertujuan untuk mengeluarkan dan memisakan biji kakao dari kulit buah dan plasentanya. Biji kakao kemudian ditampung di wadah yang bersih, sedangkan kulit buah dan plasentanya dapat dijadikan pupuk dan pakan ternak setelah diolah lebih lebih lanjut. Pengupasan buah sebaiknya dilakuan di kebun sehingga mekanisme pengangukatan dan biaya angkut lebih mudah dan murah dibandingkan mengangkut buah karena perbedaan berat yang besar dari keduanya. Setelah buah dipecahkan selanjutnya biji diambil dan dipisahkan dari plasentanya. Pada umumnya pemisahan biji dari plasentanya dilakukan petani denga cara manual menggunakan tangan. Cara tersebut dinilai kurang efektif karena palsenta tidak terbuang sempurna bahkan proses pemisahannya dilakukan sampai pada saat pengeringan. Hal ini sangat tidak efisien baik dari segi waktu maupun tenaga kerja. Untuk itu diperluakan suatu alat yang dapat memisahkan biji dengan plasentanya denga waktu yang relatif singkat, cepat, efisiensi pemisahannya tinggi dengan biaya yang rendah. Petani Desa Bonemarawa Kecamatan Rio Pakava, memiliki suatu alat pemisah biji dan plasenta yang sangat sederhana yang diberi nama Osogan. ini berbentuk kotak dengan dimensi 150x100x15 cm, dimana alasnya berupa saringan terbuat dari anyaman bambu yang memiliki lubang berbentuk bujursangkar dengan luas 1,5 cm 2. ini telah digunakan oleh petani sejak 5 tahun yang lalu. ini sangat membantu petani dalam proses pasca panen kakao secara keseluruhan, selain dapat meningkatkan mutu (dalam hal kebersihan biji kakao), menghemat tenaga dan waktu, menggunakan bahan yang tidak menimbulkan kontaminasi, alat ini juga mudah dan murah untuk dibuat dan dioperasikan, ringan sehingga mudah dibawa ke dalam kebun. ini sangat cocok digunakan dan dikembangkan di daerah dimana kondisi petaninya memiliki keterbatasan modal. Sebagian besar petani kakao di Kabupaten Donggala merupakan petani miskin yang memiliki modal terbatas. Oleh karena itu perlu 2

dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui kinerja alat pemisan biji kakao sederhana 2. Tujuan dan Manfaat - Tujuan Mengetahui kapasitas dan kualitas hasil biji kakao - Manfaat Memudahkan dan mempercepat proses pemisahan biji kakao dan plasenta 3. Luaran - Diketahui kapasitas dan kualitas hasil biji kakao 4. Penerima manfaat dan peserta proyek - Kelompoktani kakao yang ada di Desa Lalundu, Kecamatan Rio Pakava. 5. Dampak Terjadi penghematan efisiensi kerja dan biaya proses pemisahan biji kako dari plasenta D. METODE Pengkajian dilakukan dengan menguji kinerja alat osogan yang dibandingkan dengan pemisahan secara manual tanpa menggunakan alat. Pengujian masing masing perlakuan dilakukan terhadap 10 orang petani dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Sebagai pembanding dilakukan juga pemisahan secara manual tanpa menggunakan alat pada pada petani yang sama dengan pengulangan 3 kali. Setiap ulangan menggunakan biji kakao yang talah dibelah sebanyak 50 kg. Parameter yang diamati berupa : Kapasitas alat, Efisiensi pemisahan alat (waktu pemisahan,) mutu biji (tingkat kebersihan) dan biaya proses pemisahan. Data dianalisis menggunakan statistik sederhana dan untuk menguji beda nyata dilakukan uji t. 3

E. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kinerja dan Efisensi Waktu Osogan. Dari hasil pengujian terhadap sepuluh petani diperoleh hasil kapasitas alat osogan dan kinerja pembersihan kakao secara manual seperti pada Tabel 1 Tabel 1. Kinerja Proses Pembersihan Kakao Petani Kinerja/Kapasitas Pembersihan Biji Kakao (Kg/jam) Dengan Tanpa 1 217,48 86,66 2 207,76 90,23 3 208,14 88,83 4 213,70 88,73 5 208,02 88,76 6 207,29 86,12 7 205,91 86,30 8 211,77 85,28 9 206,84 88,45 10 202,72 89,39 Rataan 208,96 87,88 Dari hasil t terdapat perbedaan yang sangat nyata antar dengan menggunakan alat dengan tidak menggunaka alat. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kapasitas alat osogan jauh lebih tinggi dari proses pembersihan yang dilakukan secara manual. Jika menggunakan alat dalam satu jam dapat dibersihkan biji kakao sebanyak 208,96 Kg atau dapat diartikan untuk membersihkan 1 Kg biji kakao hanya dibutuhkan waktu selama 17,22 detik sementara itu jika tidak menggunakan alat dalam stu jam hanya dapat membersihkan biji kakao sebanyak 87,88 Kg atau dapat dikatakan untuk membersihkan 1 Kg biji kakao membutuhkan waktu selama 40,97 detik sehingga terjadi efisiensi waktu sebesar 58,09% seperti terlihat dalam Tabel 2 4

Tabel 2. Efisiensi waktu pembersihan biji kakao akibat penggunakan alat osogan. Petani Waktu yang dibutuhkan untu membersihkan 50 Kg biji kakao (menit) Efisiensi waktu Dengan alat Tanpa 1 13,24 34,12 61,20 2 15,08 33,25 54,65 3 15,20 34,05 55,36 4 13,10 33,05 60,36 5 14,05 35,12 59,99 6 14,25 36,20 60,64 7 15,20 36,11 57,91 8 14,20 36,15 60,72 9 15,27 34,12 55,25 10 15,15 33,23 54,41 Rataan 14,47 34,54 58,09 Dengan adanya efisiensi waktu tersebut maka terjadi penghematan waktu petani yang seharusnya digunakan untuk pembersihan kakao dapat dialihkan kepada pekerjaan lain baik dalam bidang pertanian maupun diluar pertanain sehingga dapat membuka peluang untuk mencari sumber pendapatan baru. Selain itu dengan menggunakan alat osogan dapat mengurangi tingkat kelelahan petani karena pekerjaananya lebih mudah dan membutuhkan relatif singkat. Pada pembersihan secara manual dilakukan dengan menghaparkan biji kakao yang telah di belah pada suatu alas diatas tanah. Dengan posisi duduk berjongkok petani melakukan peamisahan antar biji yang bersih dengan plasenta dan biji rusak lainyya. Jika biji kakao yang akan dibersihkan sebanyak 50 Kg maka rata rata lamanya waktu pembersihan kakao adalah 34,54 menit. Dengan kondisi seperti itu tingkat kelelahan yang dialami petani cukup tinggi terutama pada pinggang. Dengan menggunakan alat osogan waktu yang dibutuhkan lebih singkat rata rata hanya 14,47 menit sehingga tingkat kelelahan dalam membersihkan lebih rendah. 2. Tingkat Kebersihan Biji Kakao Menurut Widyotomo, dkk. (2004) buah kakao terdiri atas 3 komponen utama yaitu kulit buah, biji dan plasenta. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao yaitu 70% dari berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya 5

sekitar 27 29%, sedang sisanya adalah plasenta. Setelah buah dipecah dan dipisahkan dari kulit buah, selanjutnya biji dipisahkan dari plasenta dan biji yang rusak. Persentase biji berkisar 90-96,7% sedangkan plasentanya berkisar 3,3-10%. Tingkat kebersihan hasil pemisahan menggunakan alat dan tanpa alat dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Tingkat Kebersihan Hasil Pemisahan Biji dengan dan Tanpa alat Persentase Biji Bersih Persentase Plasenta Persentase Biji Rusak Petani Dengan Tanpa Dengan Tanpa Dengan Tanpa 1 86,67 83,47 7,00 7,67 6,33 8,87 2 83,33 82,47 7,67 7,60 9,00 7,27 3 82,33 84,00 7,33 7,73 10,33 8,27 4 80,67 80,87 9,00 7,53 10,33 11,60 5 82,67 85,33 8,00 6,60 9,33 8,07 6 82,67 87,33 8,00 7,47 9,33 5,20 7 81,33 85,33 8,33 8,67 10,33 6,00 8 85,33 81,00 7,33 8,80 7,33 10,20 9 84,67 82,13 7,67 8,20 7,67 9,67 10 80,67 87,07 8,67 7,60 10,67 5,33 Rataan 83,03 83,90 7,90 7,79 9,07 8,05 Dari uji t terhadap biji bersih, plasenta yang telah terpisah dan persentase biji rusak yang telah terpisah tidak ada perbedaan antara menggunakan alat maupun tanpa menggunakan alat. Dari tabel persentase biji bersih rata-rata berkisar 83,03 83,9 %, plasenta 7,79-7,9 %. Selain untuk memisahkan antara biji bersih dengan plasenta pada proses pemisahan juga terjadi pemisahan bjii rusak akibat terserang PBK dari hasil pengamatan diperoleh 8,05-9,07%. 3. Analisis Biaya Pembuatan dan Operasional. Rincian kebutuhan bahan dan biaya untuk membuat satu unit alat osogan sebagai berikut : - Balok Kayu 5x7 in 2 batang @ Rp 25.000 = Rp. 50.000 - Bambu 1 batang @ Rp 10.000 = Rp. 10.000 - Paku 7 dan 10 in 0,25 Kg = Rp. 5.000 - Biaya Tenaga Kerja 1 orang = Rp. 25.000 - Keuntungan = Rp. 10.000 Total Haraga per unit = Rp.100.000 6

Biaya operasional satu unit alat terdiri dari biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja. Jika umur ekonomis alat adalah 3 tahun dan nilai akhir alat adalah Rp. 0 maka biaya penyusutan sebesar Rp 33.333/tahun. Jumlah jam kerja pertahun tergantung dari jumlah biji kakao yang dipanen dan kapasitas alat. Jika petani memiliki lahan 1 ha dengan jumlah produksi sebesar 2,2 ton/tahun dan kapasitas alat 208,96 Kg/jam maka jam kerja alat adalah 10,5 jam/tahun sehingga biaya penyusutan adalah Rp 3.333/jam. Sementara itu biaya tenaga kerja per hari (7 jam/hari) adalah Rp. 30.000 maka biaya tenaga kerja per jam adalah Rp. 4.286. Sehingga biaya operasional satu unit alat adalah Rp. 7.619/jam. Perbandingan biaya operasional pemisahan dengan menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat dengan luasan kebun kakao 1 ha selama satu tahun (jumlah tenaga kerja 1 orang) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan Biaya Operasional pembersihan kakao dengan alat dan tanpa alat selama 1 tahun dengan luas kebun 1 ha Bulan Panen Produksi (Kg/Ha) Kapasitas alat (Kg/jam) Kinerja pemisahan manual (Kg/jam) Biaya Penyusustan (Rp/jam) Biaya Tenaga Kerja (Rp / jam / Orang) Biaya operasional (Rp) Dengan alat Tanpa alat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (2)/(3)* (2)/(4)* (5)+(6) (6) 1 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 2 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 3 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 4 600 208,96 87,88 3.333 4.286 13.856 29.263 5 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 6 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 7 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 8 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 9 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 10 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 11 600 208,96 87,88 3.333 4.286 13.856 29.263 12 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 Total Biaya (Rp/tahun) 86.523 107.296 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa biaya operasional pemisahan biji dengan menggunakan alat lebih rendah dibandingkan tanpa menggunakan alat, terdapat perbedaan biaya sebesar Rp. 20.773/tahun 7

F. KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan yang sangat nyata anatara kapasitas alat osogan dengan kinerja pembersihan biji kako secara manual dengan besarnya masing masing 208,96 Kg/jam dan 87,88 Kg/jam 2. Tidak ada perbedaanya yang nyata terhadap persentase biji bersih, plasenta dan biji rusak antara dengan menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat. 3. Besarnya biaya pembuatan alat sebesar Rp 100.000/unit dengan umur ekonomis 3 tahun. 4. Dengan menggunakan alat bantu osogan dalam proses pemisahan biji kakao sangat membantu petani dari segi efisiensi waktu sebesar 58,09% dan penghematan biaya sebesar Rp. 20.773/tahun untuk produksi kakao 2,2 ton/ha/tahun serta dalam hal mengurangi tingkat kelelahan dalam pemisahan dan pembersihan biji kakao DAFTAR PUSTAKA BPS, 2004. Statistik dalam Angka Tahun 2004. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Mulato, S dan Widyotomo, S. 2003. Teknik Budidaya dan Pengolahan Hasil Tanaman Kakao, Proses Pengolahan Baku Biji Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Widyotomo, S., Mulato, S, dan Edi S, 2004. Pemecahan Buah dan Pemisahan Biji Kakao secra Mekanis dalam Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Vol 20, No. 3, Jember 8

LAMPIRAN Gambar 1. Pembersih Pulpa Kakao Rekayasa Kelompok Tani Sela Indah, Desa Rio Mukti, Kec. Rio Pakava, Kabupaten Donggala Gambar 2. Pembersih Pulpa Kakao Telah di Sosialisasikan pada Kegiatan Temu Lapang di Kelompok tani di Se-kecamatan Rio Pakava 9