ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL 1. Pendahuluan Kabupaten Donggala merupakan produsen kakao utama untuk propinsi Sulawesi Tengah. Luas pertanaman kakao di Kabupaten Donggala kurang lebih 42.407 ha atau 54 % dari luas tanaman kakao di Sulawesi Tengah. (BPS, 2004). Tanaman kakao yang banyak dibudidayakan diperkebunan rakyat adalah jenis forastero yang sering disebut kakao lindak atau bulk cocoa. Salah satu ciri fisik yang menonjol dari jenis kakao tersebut adalah topografi permukaan kulit buah berlekuk lekuk sangat menonjol. Jika dibelah buah mempunyai kulit yang tebal dan berisi 30 40 biji yang terikat oleh hati (plasenta). Permukaan masing masing biji dilapisi oleh lendir berserat atau pulp berwarna putih (Mulato dan Widyotomo, 2003). Buah kakao terdiri atas 3 komponen utama yaitu kulit buah, biji dan plasenta. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao yaitu 70% dari berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya sekitar 27 29%, sedang sisanya adalah plasenta. (Widyotomo, dkk.2004) Biji kakao yang berasal dari buah yang matang mempunyai pulpa yang lunak dan terasa manis. Pulpa diketahui mengandung senyawa gula yang sangat penting sebagai media pembiakan bakteri selama proses fermentasi. Sebaliknya, buah muda mempunyai biji kakao dengan pulpa yang keras, masih terikat kuat pada permukaan bijinya dan senyawa gula belum terbentuk secara optimal akibatnya biji kakao muda tidak dapat difermentasi dengan baik. 2. Tahapan Pengolahan Kakao Tahapan pengolahan kakao dimulai dari pemanenan buah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat buah tepat matang dengan kulit buah kakao berwarna kuning atau oranye. Buah matang mempunyai kondisi fisiologis yang optimal dalam hal pembentukan senyawa menyusun lemak dalam biji. Sebaliknya panen buah yan terlalu tua sebaiknya dihindari untuk mencegah biji mulai berkecambah. Hal ini akan menurunkan rendemen lemak dan menambah persentase biji cacat. Panen buah muda juga menimbulkan hal 1
yang sama, rendemen lemak rendah, persentase biji pipih (flat bean) tinggi dan kadar kulit bijinya juga cenderung tinggi. Selain itu buah yang terlalu muda akan menghasilkan biji kako dengan cita rasa khas coklat tidak tidak maksimal. Setelah dilakukan penanaman buah sebaiknya dilakukan sortasi yaitu memisahkan buah kakao yang baik dengan yang rusak, terkena penyakit, busuk atau cacat sehingga biji yang dihasilkan bermutu baik. Pemecahan buah bertujuan untuk mengeluarkan dan memisakan biji kakao dari kulit buah dan plasentanya. Biji kakao kemudian ditampung di wadah yang bersih, sedangkan kulit buah dan plasentanya dapat dijadikan pupuk dan pakan ternak setelah diolah lebih lebih lanjut. Pengupasan buah sebaiknya dilakuan di kebun sehingga mekanisme pengangukatan dan biaya angkut lebih mudah dan murah dibandingkan mengangkut buah karena perbedaan berat yang besar dari keduanya. Setelah buah dipecahkan selanjutnya biji diambil dan dipisahkan dari plasentanya. Pada umumnya pemisahan biji dari plasentanya dilakukan petani denga cara manual menggunakan tangan. Cara tersebut dinilai kurang efektif karena palsenta tidak terbuang sempurna bahkan proses pemisahannya dilakukan sampai pada saat pengeringan. Hal ini sangat tidak efisien baik dari segi waktu maupun tenaga kerja. Untuk itu diperluakan suatu alat yang dapat memisahkan biji dengan plasentanya denga waktu yang relatif singkat, cepat, efisiensi pemisahannya tinggi dengan biaya yang rendah. Petani Desa Bonemarawa Kecamatan Rio Pakava, memiliki suatu alat pemisah biji dan plasenta yang sangat sederhana yang diberi nama Osogan. ini berbentuk kotak dengan dimensi 150x100x15 cm, dimana alasnya berupa saringan terbuat dari anyaman bambu yang memiliki lubang berbentuk bujursangkar dengan luas 1,5 cm 2. ini telah digunakan oleh petani sejak 5 tahun yang lalu. ini sangat membantu petani dalam proses pasca panen kakao secara keseluruhan, selain dapat meningkatkan mutu (dalam hal kebersihan biji kakao), menghemat tenaga dan waktu, menggunakan bahan yang tidak menimbulkan kontaminasi, alat ini juga mudah dan murah untuk dibuat dan dioperasikan, ringan sehingga mudah dibawa ke dalam kebun. ini sangat cocok digunakan dan dikembangkan di daerah dimana kondisi petaninya memiliki keterbatasan modal. Sebagian besar petani kakao di Kabupaten Donggala merupakan petani miskin yang memiliki modal terbatas. Oleh karena itu perlu 2
dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui kinerja alat pemisan biji kakao sederhana 2. Tujuan dan Manfaat - Tujuan Mengetahui kapasitas dan kualitas hasil biji kakao - Manfaat Memudahkan dan mempercepat proses pemisahan biji kakao dan plasenta 3. Luaran - Diketahui kapasitas dan kualitas hasil biji kakao 4. Penerima manfaat dan peserta proyek - Kelompoktani kakao yang ada di Desa Lalundu, Kecamatan Rio Pakava. 5. Dampak Terjadi penghematan efisiensi kerja dan biaya proses pemisahan biji kako dari plasenta D. METODE Pengkajian dilakukan dengan menguji kinerja alat osogan yang dibandingkan dengan pemisahan secara manual tanpa menggunakan alat. Pengujian masing masing perlakuan dilakukan terhadap 10 orang petani dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Sebagai pembanding dilakukan juga pemisahan secara manual tanpa menggunakan alat pada pada petani yang sama dengan pengulangan 3 kali. Setiap ulangan menggunakan biji kakao yang talah dibelah sebanyak 50 kg. Parameter yang diamati berupa : Kapasitas alat, Efisiensi pemisahan alat (waktu pemisahan,) mutu biji (tingkat kebersihan) dan biaya proses pemisahan. Data dianalisis menggunakan statistik sederhana dan untuk menguji beda nyata dilakukan uji t. 3
E. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kinerja dan Efisensi Waktu Osogan. Dari hasil pengujian terhadap sepuluh petani diperoleh hasil kapasitas alat osogan dan kinerja pembersihan kakao secara manual seperti pada Tabel 1 Tabel 1. Kinerja Proses Pembersihan Kakao Petani Kinerja/Kapasitas Pembersihan Biji Kakao (Kg/jam) Dengan Tanpa 1 217,48 86,66 2 207,76 90,23 3 208,14 88,83 4 213,70 88,73 5 208,02 88,76 6 207,29 86,12 7 205,91 86,30 8 211,77 85,28 9 206,84 88,45 10 202,72 89,39 Rataan 208,96 87,88 Dari hasil t terdapat perbedaan yang sangat nyata antar dengan menggunakan alat dengan tidak menggunaka alat. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kapasitas alat osogan jauh lebih tinggi dari proses pembersihan yang dilakukan secara manual. Jika menggunakan alat dalam satu jam dapat dibersihkan biji kakao sebanyak 208,96 Kg atau dapat diartikan untuk membersihkan 1 Kg biji kakao hanya dibutuhkan waktu selama 17,22 detik sementara itu jika tidak menggunakan alat dalam stu jam hanya dapat membersihkan biji kakao sebanyak 87,88 Kg atau dapat dikatakan untuk membersihkan 1 Kg biji kakao membutuhkan waktu selama 40,97 detik sehingga terjadi efisiensi waktu sebesar 58,09% seperti terlihat dalam Tabel 2 4
Tabel 2. Efisiensi waktu pembersihan biji kakao akibat penggunakan alat osogan. Petani Waktu yang dibutuhkan untu membersihkan 50 Kg biji kakao (menit) Efisiensi waktu Dengan alat Tanpa 1 13,24 34,12 61,20 2 15,08 33,25 54,65 3 15,20 34,05 55,36 4 13,10 33,05 60,36 5 14,05 35,12 59,99 6 14,25 36,20 60,64 7 15,20 36,11 57,91 8 14,20 36,15 60,72 9 15,27 34,12 55,25 10 15,15 33,23 54,41 Rataan 14,47 34,54 58,09 Dengan adanya efisiensi waktu tersebut maka terjadi penghematan waktu petani yang seharusnya digunakan untuk pembersihan kakao dapat dialihkan kepada pekerjaan lain baik dalam bidang pertanian maupun diluar pertanain sehingga dapat membuka peluang untuk mencari sumber pendapatan baru. Selain itu dengan menggunakan alat osogan dapat mengurangi tingkat kelelahan petani karena pekerjaananya lebih mudah dan membutuhkan relatif singkat. Pada pembersihan secara manual dilakukan dengan menghaparkan biji kakao yang telah di belah pada suatu alas diatas tanah. Dengan posisi duduk berjongkok petani melakukan peamisahan antar biji yang bersih dengan plasenta dan biji rusak lainyya. Jika biji kakao yang akan dibersihkan sebanyak 50 Kg maka rata rata lamanya waktu pembersihan kakao adalah 34,54 menit. Dengan kondisi seperti itu tingkat kelelahan yang dialami petani cukup tinggi terutama pada pinggang. Dengan menggunakan alat osogan waktu yang dibutuhkan lebih singkat rata rata hanya 14,47 menit sehingga tingkat kelelahan dalam membersihkan lebih rendah. 2. Tingkat Kebersihan Biji Kakao Menurut Widyotomo, dkk. (2004) buah kakao terdiri atas 3 komponen utama yaitu kulit buah, biji dan plasenta. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao yaitu 70% dari berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya 5
sekitar 27 29%, sedang sisanya adalah plasenta. Setelah buah dipecah dan dipisahkan dari kulit buah, selanjutnya biji dipisahkan dari plasenta dan biji yang rusak. Persentase biji berkisar 90-96,7% sedangkan plasentanya berkisar 3,3-10%. Tingkat kebersihan hasil pemisahan menggunakan alat dan tanpa alat dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Tingkat Kebersihan Hasil Pemisahan Biji dengan dan Tanpa alat Persentase Biji Bersih Persentase Plasenta Persentase Biji Rusak Petani Dengan Tanpa Dengan Tanpa Dengan Tanpa 1 86,67 83,47 7,00 7,67 6,33 8,87 2 83,33 82,47 7,67 7,60 9,00 7,27 3 82,33 84,00 7,33 7,73 10,33 8,27 4 80,67 80,87 9,00 7,53 10,33 11,60 5 82,67 85,33 8,00 6,60 9,33 8,07 6 82,67 87,33 8,00 7,47 9,33 5,20 7 81,33 85,33 8,33 8,67 10,33 6,00 8 85,33 81,00 7,33 8,80 7,33 10,20 9 84,67 82,13 7,67 8,20 7,67 9,67 10 80,67 87,07 8,67 7,60 10,67 5,33 Rataan 83,03 83,90 7,90 7,79 9,07 8,05 Dari uji t terhadap biji bersih, plasenta yang telah terpisah dan persentase biji rusak yang telah terpisah tidak ada perbedaan antara menggunakan alat maupun tanpa menggunakan alat. Dari tabel persentase biji bersih rata-rata berkisar 83,03 83,9 %, plasenta 7,79-7,9 %. Selain untuk memisahkan antara biji bersih dengan plasenta pada proses pemisahan juga terjadi pemisahan bjii rusak akibat terserang PBK dari hasil pengamatan diperoleh 8,05-9,07%. 3. Analisis Biaya Pembuatan dan Operasional. Rincian kebutuhan bahan dan biaya untuk membuat satu unit alat osogan sebagai berikut : - Balok Kayu 5x7 in 2 batang @ Rp 25.000 = Rp. 50.000 - Bambu 1 batang @ Rp 10.000 = Rp. 10.000 - Paku 7 dan 10 in 0,25 Kg = Rp. 5.000 - Biaya Tenaga Kerja 1 orang = Rp. 25.000 - Keuntungan = Rp. 10.000 Total Haraga per unit = Rp.100.000 6
Biaya operasional satu unit alat terdiri dari biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja. Jika umur ekonomis alat adalah 3 tahun dan nilai akhir alat adalah Rp. 0 maka biaya penyusutan sebesar Rp 33.333/tahun. Jumlah jam kerja pertahun tergantung dari jumlah biji kakao yang dipanen dan kapasitas alat. Jika petani memiliki lahan 1 ha dengan jumlah produksi sebesar 2,2 ton/tahun dan kapasitas alat 208,96 Kg/jam maka jam kerja alat adalah 10,5 jam/tahun sehingga biaya penyusutan adalah Rp 3.333/jam. Sementara itu biaya tenaga kerja per hari (7 jam/hari) adalah Rp. 30.000 maka biaya tenaga kerja per jam adalah Rp. 4.286. Sehingga biaya operasional satu unit alat adalah Rp. 7.619/jam. Perbandingan biaya operasional pemisahan dengan menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat dengan luasan kebun kakao 1 ha selama satu tahun (jumlah tenaga kerja 1 orang) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan Biaya Operasional pembersihan kakao dengan alat dan tanpa alat selama 1 tahun dengan luas kebun 1 ha Bulan Panen Produksi (Kg/Ha) Kapasitas alat (Kg/jam) Kinerja pemisahan manual (Kg/jam) Biaya Penyusustan (Rp/jam) Biaya Tenaga Kerja (Rp / jam / Orang) Biaya operasional (Rp) Dengan alat Tanpa alat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (2)/(3)* (2)/(4)* (5)+(6) (6) 1 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 2 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 3 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 4 600 208,96 87,88 3.333 4.286 13.856 29.263 5 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 6 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 7 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 8 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 9 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 10 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 11 600 208,96 87,88 3.333 4.286 13.856 29.263 12 100 208,96 87,88 3.333 4.286 5.881 4.877 Total Biaya (Rp/tahun) 86.523 107.296 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa biaya operasional pemisahan biji dengan menggunakan alat lebih rendah dibandingkan tanpa menggunakan alat, terdapat perbedaan biaya sebesar Rp. 20.773/tahun 7
F. KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan yang sangat nyata anatara kapasitas alat osogan dengan kinerja pembersihan biji kako secara manual dengan besarnya masing masing 208,96 Kg/jam dan 87,88 Kg/jam 2. Tidak ada perbedaanya yang nyata terhadap persentase biji bersih, plasenta dan biji rusak antara dengan menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat. 3. Besarnya biaya pembuatan alat sebesar Rp 100.000/unit dengan umur ekonomis 3 tahun. 4. Dengan menggunakan alat bantu osogan dalam proses pemisahan biji kakao sangat membantu petani dari segi efisiensi waktu sebesar 58,09% dan penghematan biaya sebesar Rp. 20.773/tahun untuk produksi kakao 2,2 ton/ha/tahun serta dalam hal mengurangi tingkat kelelahan dalam pemisahan dan pembersihan biji kakao DAFTAR PUSTAKA BPS, 2004. Statistik dalam Angka Tahun 2004. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Mulato, S dan Widyotomo, S. 2003. Teknik Budidaya dan Pengolahan Hasil Tanaman Kakao, Proses Pengolahan Baku Biji Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Widyotomo, S., Mulato, S, dan Edi S, 2004. Pemecahan Buah dan Pemisahan Biji Kakao secra Mekanis dalam Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Vol 20, No. 3, Jember 8
LAMPIRAN Gambar 1. Pembersih Pulpa Kakao Rekayasa Kelompok Tani Sela Indah, Desa Rio Mukti, Kec. Rio Pakava, Kabupaten Donggala Gambar 2. Pembersih Pulpa Kakao Telah di Sosialisasikan pada Kegiatan Temu Lapang di Kelompok tani di Se-kecamatan Rio Pakava 9