BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun 2005, saat memenangkan sebuah penghargaan karya tulis untuk cerita pendek berjudul Kenzan Banshu. Kemudian, pada tahun yang sama pula, Hamuro Rin menerbitkan koleksi cerita pertamanya berjudul Pierce. Hamuro Rin telah banyak menghasilkan karya tulis dan beberapa diantaranya yang terkenal adalah Ginkan no Fu (Ode to the Milky Way), Inochi Narikeri (Such as Life), dan Higurashi no Ki (The Chronicle of Evening Cicadas) yang akan menjadi bahan utama Tugas Akhir penulis. Hamuro Rin telah beberapa kali memenangkan penghargaan untuk karya-karya fiksinya tersebut yang rata-rata berlatar belakang cerita di zaman samurai [1]. Higurashi no Ki merupakan salah satu karya Hamuro Rin yang pernah memenangkan penghargaan, yaitu Naoki Award [ 2 ] pada tahun 2011. Selain mendapat penghargaan, novel ini juga mendapat apresiasi dari masyarakat, sehingga diadaptasi ke layar lebar. [1] [2] Samurai merupakan sebutan untuk ksatria atau prajurit Jepang zaman dulu. Naoki Award atau Naoki Sanjugo Prize adalah sebuah ajang penghargaan karya tulis yang diadakan untuk mengenang seorang penulis bernama Naoki Sanjugo. 1
2 Pada umumnya, cerita yang terkandung dalam novel membahas persoalan kemanusiaan. Begitu pula novel Higurashi no Ki karangan Hamuro Rin. Novel ini mengangkat tema tentang kehidupan samurai dan seppuku [ 3 ]. Kisah ketulusan dan kesetiaan cinta dalam novel ini pun menjadi pelengkap cerita. Novel ini mengisahkan tentang seorang samurai bernama Danno Shouzaburo yang diutus oleh seorang perdana menteri bernama Nakane. Shouzaburo ditugaskan untuk mengawasi Toda Shukoku yang harus menjalani hukuman seppuku atas keterlibatannya dalam peristiwa pembunuhan yang terjadi 7 tahun silam. Akan tetapi, karena suatu hal Toda Shukoku masih diizinkan untuk tinggal bersama keluarganya selama 10 tahun menjelang hukuman tersebut dilaksanakan. Tiga tahun tersisa menjelang hukuman, Shouzaburo diperintahkan untuk pindah ke rumah Shukoku karena tugas yang diembannya. Demikian penggalan isi cerita dalam novel Higurashi no Ki tersebut, di mana di dalamnya banyak terdapat permasalahan hidup yang dialami oleh para tokoh dalam novel. Novel Higurashi no Ki merupakan novel yang memiliki daya tarik, sehingga novel ini telah diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama. Daya tarik tersebut didukung dengan adanya informasi budaya yang terdapat dalam isi cerita. Pengetahuan budaya, terutama budaya seppuku dalam kehidupan samurai menambah wawasan pembaca mengenai kerasnya disiplin para prajurit Jepang. Kerasnya kehidupan yang mereka jalani, membawa mereka pada nasib yang selalu berujung pada kematian, baik karena harus bunuh diri demi [3] Seppuku adalah bunuh diri secara hormat para samurai dengan menusuk lalu merobek perut menggunakan pedang.
3 mempertahankan kehormatan ataupun mati dalam pertempuran. Oleh karena itu, novel ini dipilih sebagai bahan utama terjemahan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Bagian novel yang akan diterjemahkan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah bab pertama dari 22 bab cerita yang ada dalam novel. Bab pertama novel tersebut menceritakan tentang pertemuan awal Shouzaburou dengan keluarga Shukoku. Hasil terjemahan cerita novel Higurashi no Ki ini diharapkan dapat menjadi bacaan yang mudah dipahami oleh pembaca, sehingga metode yang digunakan adalah metode terjemahan komunikatif. Alasan pemilihan metode komunikatif sebagai metode yang digunakan dalam proses menerjemahkan adalah karena metode ini merupakan cara untuk menghasilkan terjemahan dengan tetap mempertahankan kejelasan makna agar lebih mudah dipahami. Metode ini cocok jika digunakan untuk menerjemahkan suatu bahan bacaan yang mengandung unsur sejarah, di mana biasanya novel sejarah banyak mengandung kata-kata terkait dengan budaya. Jika kata-kata budaya tersebut langsung diterjemahkan tanpa mempertimbangkan penyesuaian kata dalam bahasa sasaran, maka terkadang akan menghasilkan makna yang berbeda atau bahkan sulit dipahami. Hal tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran terjemahan, sehingga menimbulkan beberapa kendala selama proses menerjemahkan. Kendala tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk lebih aktif berfikir dalam memecahkan masalah, terutama dalam hal penyusunan kata.
4 1.2 Pokok Bahasan Pokok bahasan Tugas Akhir terjemahan cerita novel Higurashi no Ki ini adalah sebagai berikut. 1. Menghasilkan karya terjemahan dari bahasa sumber yaitu bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia agar mudah dipahami oleh pembaca. 2. Pemaparan kesulitan beserta solusi dalam menghadapi kesulitan yang dialami selama proses menerjemahkan dalam penulisan tugas akhir. 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam menerjemahkan cerita novel Higurashi no Ki karya Hamuro Rin sebagai Tugas Akhir penulis adalah sebagai berikut. 1. Menghasilkan suatu karya terjemahan dari bahasa sumber yaitu bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh pembaca. 2. Mengetahui kendala-kendala yang dialami selama proses menerjemahkan. 3. Memperoleh pengetahuan budaya, seperti bahasa dan gambaran mengenai kehidupan samurai yang dijumpai selama proses penerjemahan novel dalam penulisan Tugas Akhir.
5 1.4 Teori Terjemahan Menurut Widyamartaya (1989: 9) dalam bukunya yang berjudul Seni Menerjemahkan, mengungkapkan bahwa terjemahan sangat penting demi proses tukar menukar informasi. Sebelum menerjemahkan, seorang penerjemah harus memahami terlebih dahulu pengertian terjemahan. Ada banyak pengertian terjemahan menurut beberapa ahli. Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku The Theory and Practice of Translation, via Widyamartaya (1989: 11) menyebutkan bahwa: Translating consist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language massage, first in terms of meaning and secondly in terms of style. Definisi tersebut oleh Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto (2003: 12) dalam buku Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan di artikan sebagai berikut: Penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan padanan alami yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan kemungkinan gaya bahasanya. Nida dalam bukunya Towards a Science of Translating: With Special Reference to Principles and Procedures Involved in Bible Translating, via Widyamartaya (1989: 11-12) mengajarkan bahwa cara baru menerjemahkan haruslah berfokus pada respon penerima pesan. Cara tersebut menunjukkan bahwa terjemahan dapat dikatakan baik bila benar-benar dapat dipahami dan dinikmati oleh penerimanya. Makna dan gaya atau nada yang diungkapkan dalam bahasa
6 sasaran sebaiknya tidak menyimpang dari makna dan gaya atau nada yang diungkapkan dalam bahasa sumber (Widyamartaya, 1989 : 12). Selain Nida dan Taber, dalam buku A Linguitsic Theory of Translation, J.C. Catford melalui Widyamartaya (1989: 12) mendefinisikan terjemahan sebagai the replacement of textual material in one language (the source languange/sl) by equivalent textual in another language (the target language/tl), yang dapat diartikan sebagai penggantian bahan kenaskahan dalan satu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan bahan kenaskahan dalam bahasa lain (bahasa sasaran). Definisi-definisi mengenai terjemahan menurut para ahli tersebut secara keseluruhan memiliki kesamaan makna. Inti dari definisi terjemahan tersebut adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bertujuan untuk mengubah informasi baik secara tertulis maupun lisan dari bahasa asli ke dalam bahasa target agar dapat dipahami oleh penerima informasi tersebut. 1.5 Metode Terjemahan Melalui Hartono (2003: 82-85) dalam buku Belajar Menerjemahkan, Teori dan Praktek, Newmark (1987) menitikberatkan metode terjemahan pada penekanan terhadap bahasa sumber dan penekanan pada bahasa sasaran. Penekanan pada bahasa sumber dan sasaran, masing-masing melahirkan empat metode terjemahan, sehingga terdapat delapan metode terjemahan.
7 bahasa sumber. Berikut adalah empat metode terjemahan pada penekanan terhadap a) Metode Terjemahan Kata Demi Kata Metode terjemahan kata demi kata sering digambarkan sebagai terjemahan interlinier. Urutan kata-kata bahasa sumber dipertahankan dan kosa katanya diterjemahkan apa adanya dengan menggunakan makna-makna yang paling umum (biasanya diambil dari makna kamus) dan terlepas dari konteksnya. Kata-kata budaya diterjemahkan secara literal. Kegunaan utama terjemahan ini adalah untuk memahami sistem dan struktur bahasa sumber atau untuk menganalisa teks yang sulit sebagai suatu proses awal terjemahan. b) Metode Terjemahan Kata Literal Metode ini mengubah struktur bahasa sumber ke dalam struktur tata bahasa sasaran, tetapi kata-kata leksikal masih tetap diterjemahkan apa adanya. Sebagai proses awal terjemahan, metode ini menunjukkan adanya permasalahan yang harus dipecahkan. c) Metode Terjemahan Setia Metode terjemahan setia berusaha menghasilkan makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber dalam batas-batas struktur tata bahasa sasaran. Metode ini menerjemahkan kata-kata budaya dan mempertahankan tingkat keabnormalan tata bahasa yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa sumber
8 dalam terjemahan. Terjemahan ini benar-benar setia pada tujuan dan realisasi teks bahasa sumber. d) Metode Terjemahan Semantik Metode ini menerjemahkan kata-kata budaya yang kurang penting dengan istilah-istilah yang secara budaya netral. Terjemahan semantik lebih bersifat fleksibel. Kemudian, berikut ini adalah empat metode terjemahan pada penekanan terhadap bahasa sasaran. a) Metode Terjemahan Saduran Metode terjemahan ini merupakan bentuk terjemahan yang paling bebas dan sering digunakan untuk menerjemahkan drama dan puisi. Metode ini mempertahankan tema cerita, karakter, dan alur cerita. Akan tetapi, budaya bahasa sumber diubah ke dalam budaya bahasa sasaran dan teks ditulis ulang. b) Metode Terjemahan Bebas Metode terjemahan bebas merupakan penceritaan kembali dan biasa disebut terjemahan intralingual. Metode ini menghasilkan isi pesan tanpa mengindahkan bentuk bahasa sumber, sehingga biasanya hasil terjemahannya akan lebih banyak daripada bahasa sumbernya.
9 c) Metode Terjemahan Idiomatik Metode terjemahan idiomatik cenderung menghasilkan isi pesan dengan mengubah nuansa-nuansa makna menggunakan idiom-idiom bahasa sasaran karena tidak ada dalam bahasa sumbernya. d) Metode Terjemahan Komunikatif Metode ini berusaha mempertahankan makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga baik isi maupun bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan. Dari delapan metode terjemahan yang diungkapkan oleh Peter Newmark, via Hartono (2003: 82-85), maka metode yang akan penulis gunakan dalam proses menerjemahkan adalah metode terjemahan komunikatif. Metode terjemahan komunikatif ini sesuai dengan tujuan utama penulis, yakni untuk menghasilkan karya terjemahan yang mudah dipahami dengan mengutamakan ketepatan makna.
10 1.6 Langkah-Langkah Menerjemahkan Upaya-upaya yang penulis lakukan dalam proses penerjemahan novel sebagai bagian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Pembacaan naskah Sebelum menerjemahkan, penulis membaca secara keseluruhan naskah asli novel yang menjadi bahan utama untuk diterjemahkan. Tujuan pembacaan naskah adalah agar penulis mendapat gambaran latar belakang cerita dan kronologi cerita secara garis besar yang dimaksudkan oleh pengarang. Hal tersebut merupakan bagian dari upaya pemahaman cerita agar mempermudah proses penerjemahan yang dilakukan. 2. Mencari arti kosakata Selama proses membaca tidak menutup kemungkinan seorang penerjemah menemukan beberapa kosakata baru atau istilah yang belum diketahui artinya, begitu pula dengan penulis. Selama proses pembacaan naskah, penulis sering menjumpai beberapa kosakata yang ditulis dengan kanji [ 4 ] rumit dan bahkan tidak diketemukan cara baca dan artinya. Oleh sebab itu, selama penulis melakukan proses penerjemahan ini sangat diperlukan berbagai jenis kamus, baik kamus kosakata elektronik dan non-elektronik, maupun kamus kanji elektronik dan non-elektronik. Selain media kamus, media internet pun dapat digunakan, [4] Kanji : huruf Jepang yang berasal dari Cina dan mulai dipakai pada abad-abad pertama Masehi, tiap huruf menggambarkan simbol dari arti suatu kata ataupun huruf itu sendiri.
11 sebab saat ini banyak situs-situs internet yang menyediakan media untuk belajar bahasa Jepang. 3. Proses Penerjemahan perkalimat Setelah mengetahui arti setiap kata dalam naskah yang dibaca, hal yang dilakukan selanjutnya oleh penulis adalah menguraikan kata demi kata. Upaya tersebut dapat membantu memahami isi cerita secara lebih rinci. Dalam hal ini, yang penulis lakukan adalah membaca kembali naskah, kemudian mengartikannya perkalimat dengan menggabungkan kosakata-kosakata dalam naskah asli yang telah dicari arti dan maknanya. 4. Proses Penerjemahan Keseluruhan Setelah didapatkan hasil terjemahan perkalimat, kalimat-kalimat tersebut harus digabungkan menjadi satu kesatuan teks, sehingga langkah ini disebut sebagai penerjemahan keseluruhan. Proses ini penting untuk menghasilkan teks terjemahan yang enak dibaca. Hasil terjemahan perkalimat bila langsung digabungkan menjadi satu kesatuan paragraf akan terkesan kaku. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa penyesuaian untuk mendapatkan terjemahan yang jelas dan komunikatif. 5. Pemeriksaan Ulang Hasil Terjemahan Proses pemeriksaan kembali naskah hasil terjemahan menjadi proses yang paling penting setelah langkah penerjemahan keseluruhan. Proses ini dilakukan dengan pembacaan ulang naskah hasil terjemahan setelah melalui
12 proses penggabungan ke dalam bentuk paragraf. Meskipun sebelumnya telah dilakukan penyesuaian terhadap kalimat, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa di dalam naskah hasil terjemahan tersebut tidak ditemukan kalimat yang rancu atau masih tidak beraturan. Oleh karena itu, diperlukan proses pembacaan ulang naskah dengan maksud memeriksa kembali hasil terjemahan. Proses ini akan lebih baik jika dilakukan oleh orang lain. Tujuannya adalah untuk membandingkan dan mencocokkan penggunaan bahasa yang digunakan penerjemah dengan si pembaca, apakah naskah hasil terjemahan tersebut dapat dipahami atau tidak. 6. Melakukan diskusi Diskusi dengan pihak-pihak yang ahli dalam bahasa Jepang dan bidang penerjemahan sangat dibutuhkan untuk membantu kelancaran pembuatan tugas akhir. Hal ini dimaksudkan untuk memberi masukan atau saran, serta kritik menyangkut isi tulisan ataupun bahasa hasil terjemahan yang penulis gunakan. 1.7 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir ini tersusun atas tiga bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang memuat beberapa sub bab, yaitu latar belakang penulisan, pokok bahasan, tujuan penulisan, teori terjemahan, metode terjemahan, langkah-langkah menerjemahkan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi pengenalan tokoh beserta latar cerita dalam novel, proses terjemahan perkalimat, hasil terjemahan teks secara keseluruhan, dan pemaparan mengenai kesulitan-
13 kesulitan yang dialami penulis selama proses menerjemahkan. Kemudian, dilanjutkan dengan penutup pada bab ketiga.