BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran, analisis uji hipotesis dan pembahasan variabel penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara efektivitas yoga terhadap self-regulation pada ibu rumah tangga dengan tingkat signifikansi 0,000 (p<0,05). Efektivitas yoga memiliki sumbangan sebesar 5,5% terhadap self-regulation. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsistensi variabel self-regulation dapat diprediksi oleh variabel efektivitas yoga dan 94,5% lainnya ditentukan oleh faktor-faktor lain. Dan dari hasil yang diperoleh yaitu, ada perbedaan self-regulation antara ibu rumah tangga yang bekerja dan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Dimana ada perbedaan skor self-regulation yang signifikan sehingga hipotesis alternatif diterima dan hipotesis awal ditolak. Namun, tidak adanya perbedaan antara ibu rumah tangga yang mengikuti kelas yoga saja dengan ibu rumah tangga yang memiliki aktivitas selain yoga seperti mengikuti pengajian, dan mengikuti olah raga lainnya (zumba, gym, pilates, dll). Jadi, efektivitas yoga berpengaruh positif terhadap self-regulation ibu rumah tangga. Meskipun sumbangan efektivitas yang rendah yang dikarenakan banyak faktor lain yang dapat menentukan self-regulation. Salah satunya faktor pekerjaan yaitu ibu rumah tangga yang bekerja dengan yang tidak bekerja
memiliki self-regulation yang berbeda. Dalam penelitian ini, pada faktor aktivitas yang hanya mengikuti yoga dengan selain yoga, memiliki perbedaan selfregulation. 5.2. Diskusi Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas yoga berpengaruh terhadap self-regulation yang dimiliki ibu rumah tangga walaupun dengan sumbangan persentase yang rendah namun efektivitas yoga ini memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada self-regulation ibu rumah tangga. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti dalam penelitian ini. Adanya pengaruh positif yang signifikan antara efektivitas yoga terhadap self-regulation ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya, yaitu Santoso (1999) yang meneliti dengan judul Pengaruh Yoga Terhadap Stres Pada Wanita Karir. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara eksperimen yoga dengan tingkat stres, begitu pula dengan penelitian ini bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara efektivitas yoga terhadap selfregulation. Analisa yang digunakan menggunakan regresi linear sederhana dari variabel efektivitas yoga yang sebagai variabel independen dan variabel selfregulation sebagai variabel dependen, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan namun dengan pengaruh yang lemah dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 serta pengaruh positif dengan sumbangan sebesar 5,5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat efektivitas yoga maka semakin
meningkat pula self-regulation individu. Adanya pengaruh peningkatan tersebut sejalan dengan definisi self-regulation dari Moilanen (2006) dalam penelitiannya yang berjudul The Adolescent Self-Regulatory Inventory yaitu kemampuan untuk berperilaku aktif dengan fleksibel, memonitor, menyesuaikan perilaku seseorang, perhatian, emosi, dan strategi kognitif dalam menanggapi sesuatu rangsangan yang berasal dari lingkungan dan umpan balik dari orang lain, dengan upaya untuk mencapai pribadi yang memiliki tujuan yang relevan. Dan terbukti adanya pengaruh dari efektivitas yoga karena menurut Garfinkle dan Schumacher (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Yoga, menyatakan bahwa yoga dianggap sebagai pendekatan holistic untuk kesehatan yang tidak hanya meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, dan stamina tetapi juga menumbuhkan kesadaran diri, kestabilan emosi, dan ketenangan pikiran. Sedangkan rendahnya efektivitas yoga terhadap self-regulation pada ibu rumah tangga dikarenakan faktor lain yang mempengaruhi self-regulation seseorang. Dalam penelitian ini akan dijelaskannya satu per satu dari dua faktor yang dapat mempengaruhi self-regulation pada ibu rumah tangga. Dua faktor tersebut yaitu mengenai pekerjaan dan aktivitas rutin setiap minggunya yang dimiliki para ibu rumah tangga. Dalam faktor pekerjaan yang dibahas adalah perbedaan yang signifikan self-regulation ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan ibu rumah tangga yang bekerja. Sedangkan pada faktor kedua yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai aktivitas dimana adanya perbedaan yang signifikan self-regulation antara ibu rumah tangga yang hanya mengikuti yoga dengan ibu rumah tangga yang memiliki aktivitas selain yoga.
Pada analisa perbedaan antara ibu rumah tangga yang tidak bekerja dengan ibu rumah tangga bekerja, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dimana melalui analisa uji t menghasilkan taraf signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini dinyatakan pula dengan hasil kategorisasi pada faktor pekerjaan yang menghasilkan skor self-regulation yang rendah dengan persentase 54,4% untuk ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan 51,9% memang tidak terlalu jauh berbeda untuk kategori yang rendah. Namun yang menarik adalah pada kategorisasi ibu rumah tangga yang tidak bekerja yaitu semakin tinggi kategorisasi pada skor self-regulation ini maka semakin kecil persentase yang memiliki skor yang tinggi. Berbeda dengan ibu rumah tangga yang bekerja yaitu sangat sedikit sekali ibu rumah tangga ini yang memiliki skor self-regulation pada tingkat sedang dengan persentase 19,8% tetapi untuk skor pada tingkat kategori self-regulation yang tinggi memiliki persentasi yang lebih besar yaitu 28,2%. Hal tersebut membuktikan bahwa adanya perbedaan self-regulation yang dimiliki ibu rumah tangga yang bekerja maupun tidak bekerja dimana faktor pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat self-regulation pada ibu rumah tangga. Perbedaan yang terjadi telah dikemukakan oleh Dwijayanti dalam Mumtahinnah (2007) yaitu karena ibu rumah tangga yang tidak bekerja ini memiliki waktu luang yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, mempersembahkan waktunya untuk keluarga, dimana ketika kejenuhan pola kehidupan sehari-hari terjadi maka menimbulkan perilaku emosional serta sulit berkonsentrasi untuk tetap fokus apa yang harus dikerjakannya. Dan sejalan dengan Pujiastuti dan Retnowati (2004) yang menyatakan bahwa tidak jarang
rutinitas yang menimbulkan kejenuhan dan rasa kesepian, terlebih lagi karena lingkup sosial yang terbatas yang mengakibatkan menjadi tergantung untuk mendapat dukungan financial, emosional, perhatian, serta bertukar pikiran. Sedangkan untuk ibu rumah tangga yang bekerja dijelaskan oleh Goldsmith yang menjelaskan bahwa kondisi kesehatan psikologis sesrta harga diri yang lebih baik dibanding ibu rumah tangga yang tidak bekerja (Pujiastuti & Retnowati, 2004). Hal tersebut dijelaskan oleh Pujiastuti dan Retnowati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Kepuasan Pernikahan Dengan Depresi Pada Kelompok Wanita Menikah Yang Bekerja Dan Yang Tidak Bekerja yang mengemukakan bahwa ibu rumah tangga yang bekerja pada umumnya merasa lebih bahagia dan puas terhadap pernikahannya, karena ia dapat melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan pada suami, mampu berpenghasilan sendiri (meski lebih kecil jumlahnya), serta memiliki lingkup pergaulan yang lebih luas dan bervariasi. Selain itu ia merasa lebih berarti dan memiliki harga diri yang lebih tinggi. Kemudian berdasarkan analisa perbedaan yang signifikan pada faktor aktivitas yang rutin diikuti ibu rumah tangga setiap minggunya, yaitu antara ibu rumah tangga yang hanya mengikuti yoga dengan ibu rumah tangga yang memiliki aktivitas selain yoga. Yang menghasilkan perbedaan yang signifikan dengan taraf 0,003 < 0,05 dimana ibu rumah tangga yang mengikuti yoga saja, memiliki self-regulation yang lebih baik dibandingkan dengan aktivitas selain yoga. Ini terjadi karena terlalu banyaknya aktivitas yang diikut sertakan para ibu rumah tangga setiap minggunya seperi mengikuti pengajian, Zumba, gym,pilates.
Hal tersebut membuat mereka kurang terfokus untuk mengikuti rutinitas tersebut. Dengan bukti penelitian yaitu aktivitas hanya yoga saja menghasilkan skor selfregulation dalam kategori rendah 39,4% yang artinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan skor self-regulation pada aktivitas lainnya. Pada kategori sedang menghasilkan persentase yang hampir sama, sedangkan untu kategori skor self-regulation tinggi aktivitas hanya yoga juga memiliki persentase yang lebih banyak yaitu 29% dan aktivitas selain yoga yaitu 11,4%. Adapun faktor-faktor lainnya yang menyebabkan seseorang kurang mampu untuk mengembangkan self-regulation seperti yang telah dijelaskan oleh Susanto (2006) dengan penelitiannya yang berjudul Mengembangkan Kemampuan Self-Regulation Untuk Meningkatkan Keberhasilan Akademik Siswa. Faktor-faktor tersebut yang pertama yaitu kurangnya pengalaman belajar bersosialisasi yang disebabkan karena tumbuh dalam lingkuungan keluarga yang tidak mengajarkan self-regulation seperti tidak diberikan reward. Yang kedua, bersumber pada diri sendiri yaitu bersikap apatis yang disebabkan karena kurang menggunakan teknik self-regulation yaitu seperti antisipasi, konsentrasi, dan usaha. Faktor yang ketiga adalah gangguan suasana hati, seperti mania dan gejala depsresi seperti individu yang depresi akan cenderung menyalahkan diri sendiri dan bersikap negatif. Dan faktor yang terakhir yaitu learning disabilities seperti kurang berkonsentrasi, mengingat, membaca, menulis.
5.3. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, maka peneliti akan memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain. 5.3.1. Saran Praktis Saran peneliti berikan bagi ibu rumah tangga yang mengkuti kelas yoga yaitu: 1. Olahraga, salah satunya berlatih yoga adalah salah satu cara untuk meningkatkan self-regulation yang ditanamkan pada diri individu. Berperilaku sesuai dengan keadaan lingkungan sosial dan pencapaian suatu tujuan, adalah sesuatu yang positif sehingga perilaku dapat dikendalikan dari sistem kognitif. Oleh karena hal tersebut, seseorang perlu menumbuhkan self-regulation, karena dengan self-regulation tersebut berhubungan dengan kualitas hidup dan harmonisasi hidup seseorang. Ibu rumah tangga menjadi salah satu individu yang perlu menumbuhkan selfregulation dengan melalui kegiatan, salah satunya yoga. Berlatih yoga dengan lebih fokus dan serius tentunya akan menghasilkan self-regulation yang lebih baik. 2. Bagi para ibu rumah tangga baik bekerja maupun tidak yang dimana banyak terdapat permasalahan berperilaku dan bersosialisasi, perlu mempertimbangkan olahraga salah satunya yoga sebagai salah satu metode untuk memiliki self-regulation yang lebih baik.
5.3.2. Saran Metodelogi Saran metodelogis untuk peneliti selanjutnya yaitu: 1. Lebih diperhatikannya pada tahap persiapan penelitian, terutama pada jumlah waktu serta dalam penyebaran kuesioner ke setiap tempat berlatih yoga. Sebaiknya pada peneliti selanjutnya, dapat lebih memperhatikan responden dalam pengarahan untuk mengisi kuesioner dan jumlah waktu yang telah diikuti oleh para reponden. 2. Peneliti selanjutnya dapat memperkaya faktor-faktor lain yang mempengaruhi self-regulation contohnya seperti suku atau budaya serta seberapa lama individu tersebut sudah berlatih yoga. 3. Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik mengenai efektivitas yoga maupun dengan topik self-regulation, disarankan meneliti aspek lainnya yang menjadi faktor-faktor penentu efektivitas yoga maupun selfregulation pada individu. Dan diusahakan menggunakan kuesioner untuk pretest dan post-test. 4. Penelitian selanjutnya dapat menyertakan analisis kualitatif yang lebih mendalam pada perilaku self-regulation.