1 BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

2 BAB II 3 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 LANDASAN TEORI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II KERANGKA TEORETIS

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UMKM MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

DAFTAR PUSTAKA. Burnham, D. C. Productivity : An Overview, Handbook of Industrial Engeneering. New York : Jhon Willey & Son.

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. situasi yang menggambarkan bangkitnya kembali perekonomian yang telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Di CV CARI RASA Kota Bandung)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB II LANDASAN TEORI

serta saran bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya. BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

P11 AHP. A. Sidiq P.

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA PERMASALAHAN

Pengertian Metode AHP

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data

BAB II LANDASAN TEORI

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL

MODEL PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN PENDEKATAN RASIO OUTPUT PER INPUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, November Permasalahan Pengukuran Produktivitas 1.3 Tujuan Pengukuran Produktivitas

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI

Analytic Hierarchy Process

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang

BAB 3 METODE PENELITIAN

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian literatur induktif dan deduktif. Kajian induktif adalah kajian yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari penelitian - penelitian yang telah dilakukan, baik dari prosiding - prosiding dan jurnal - jurnal. Sedangkan kajian deduktif adalah kajian yang dilakukan untuk memperoleh informasi sebagai landasan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian yang dapat diperoleh dari buku - buku karangan seseorang. 1.1 Pengertian Produktivitas 1 Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) pada perusahaan, dapat diartikan sebagai rasio antara jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah input yang digunakan. Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai ukuran seberapa optimal sumber daya yang digunakan secara bersama - sama dalam sebuah perusahaan. Produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu : sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan jasa). Hubungan antara profitabilitas dan produktivitas adalah jika perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi sedangkan tingkat produktivitasnya rendah, maka yang akan terjadi adalah tingkat profitabilitas tidak akan berlanjut dalam jangka panjang, dalam jangka panjang produktivitas yang rendah akan menggerogoti keuntungan perusahaan. Profitabilitas merupakan konsep finansial yang diperoleh dengan mengurangi nilai penjualan dengan nilai biaya. Karena dinyatakan dalam nilai 1 Vincent Gaspersz. Manajemen Produktivitas Total. 2000 5

6 (rupiah) maka nilai profitabilitas sangat dipengaruhi oleh variabel harga. Pada umumnya faktor yang menentukan tingkat harga berada diluar kontrol perusahaan. misalnya, kalau dalam pasar barang terjadi perubahan permintaan terhadap suatu barang tertentu maka perusahaan yang membuat barang tersebut cenderung mengalami laba (windfall profit), kenaikan laba tadi disebabkan faktor eksternal perusahaan yang tidak dapat dikuasai oleh perusahaan sedangkan konsep produktivitas memfokuskan pada hubungan output dan input yang dipakai. Berdasarkan Piagam Produktivitas 2, antara lain: 1. Produktivitas adalah konsep yang universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang dengan menggunakan sumber daya yang sesedikit mungkin. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan, rencana, pengembangan, dan pelaksanaan cara - cara produktif, dengan menggunakan sumber daya secara efisien namun tetap mempertahankan kualitas. 2. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan keterampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber - sumber daya lainnya, untuk perbaikan mutu kehidupan yang baik bagi seluruh manusia, melalui pendekatan konsep produktivitas secara total. 3. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk : a. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan meningkat dengan menggunakan sumber daya (input) yang sama. b. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya (input) yang lebih sedikit. c. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya (input) yang relatif lebih kecil. 4. Sumber daya manusia memegang peranan yang utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia. Produktivitas merupakan suatu istilah yang seringkali disama artikan dengan kata produksi. Antara produktivitas dan produksi mempunyai arti yang berbeda karena pada saat produksi tinggi belum tentu produktivitasnya juga tinggi, bisa jadi produktivitasnya 2 Sinungan Muchdarsyah. Produktivitas Apa dan Bagaimana ed.2. 2005

7 malah semakin rendah. Tinggi rendahnya suatu produktivitas berkaitan dengan efisiensi dari sumber - sumber daya (input) dalam menghasilkan suatu produk atau jasa (output). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang atau jasa). 1.2 Hubungan Produktivitas Dengan Efisiensi dan Efektivitas produktivitas 3 sebagai suatu ukuran atas penggunan sumber daya dalam organisasi biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Penjelasan tersebut mengutarakan produktivitas total atau secara keseluruhan, artinya keluaran yang dihasilkan diperoleh dari keseluruhan masukan yang ada dalam organisasi. Masukan (input) tersebut dinamakan faktor produksi, masukan atau faktor produksi dapat berupa tenaga kerja, material, teknologi dan energi. Salah satu masukan seperti tenaga kerja, dapat menghasilkan keluaran yang dikenal dengan produktivitas individu, yang dapat juga disebut sebagai produktivitas parsial. Efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik dan efisiensi berorientasi kepada input dan sering digunakan secara bersamaan, sehingga sering mengaburkan arti sesungguhnya. Beberapa definisi dari efektivitas dan efisiensi. Efektivitas adalah merupakan derajat pencapaian output dari sistem produksi dan efisiensi adalah ukuran yang menunjuk sejauh mana sumber - sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Jika efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik dan efisiensi berorientasi pada masukan (input), maka produktivitas berorientasi pada keduanya. Jika efektivitas membandingkan hasil yang dicapai, dan efisiensi membandingkan masukan sumber daya yang digunakan, maka produktivitas membandingkan hasil yang dicapai dan sumber daya yang digunakan, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 3 Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. 2001

8 1.3 Metode Pengukuran Produktivitas Perusahaan 4 Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output/input dan angka indeks. Langkah - langkah pengukuran produktivitas: 1. Menetapkan jumlah periode pengukuran dan memilih periode dasar. 2. Mengklasifikasi variabel pengukuran output dan input. 3. Mentabulasi data seluruh variabel selama periode yang telah ditetapkan. 4. Menghitung produktivitas total dan produktivitas parsial per periode. 5. Mengindekskan nilai produktivitas total dan produktivitas parsial masing - masing periode berdasarkan indeks produktivitas periode dasar. 6. Menginterpretasikan indeks produktivitas total dan parsial selama periode pengukuran. Siklus produktivitas (productivity cycle) untuk digunakan dalam peningkatan produktivitas terus menerus. Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap yaitu pengukuran, penilaian, perencanaan, dan peningkatan produktivitas. Pengukuran Produktivitas Peningkatan Produktivitas Penilaian Produktivitas Perencanaan Produktivitas Gambar 1.1 Siklus Produktivitas Dari gambar 2.1 tampak bahwa siklus produktivitas merupakan suatu proses yang kontiniu, yang melibatkan aspek - aspek pengukuran, penilaian, perencanaan dan 4 Sumanth D. J. Productivity Engineering and Management. 1984.

9 peningkatan produktivitas. Berdasarkan konsep siklus produktivitas, program peningkatan produktivitas harus dimulai dari pengukuran produktivitas dari sistem industri itu sendiri. Untuk keperluan ini berbagai teknik pengukuran dapat dipergunakan dan dikembangkan dari memilih indikator pengukuran yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Apabila produktivitas dari sistem industri itu telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual untuk dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas tersebut. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 1.4 Manfaat Pengukuran Produktivitas Suatu organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat produktivitas mana perusahaan itu beroperasi, agar dapat membandingkan produktivitas standard yang ditetapkan manajemen, mengukur tingkat produktivitas dari waktu ke waktu, dan membandingkan dengan produktivitas industri sejenis yang menghasilkan produk serupa. Hal ini penting agar perusahaan dapat membandingkan daya saing dari produk yang dihasilkannya di pasar global yang kompetitif. Manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain: 1. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas antara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur. 2. Perencanaan target tingkat produktivitas dimasa mendatang dapat dirubah kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas. 3. Perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun perencanaan jangka panjang. 4. Pengukuran tingkat produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi

10 perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global. 5. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas. Perusahaan dapat menilai efisiensi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber - sumber daya itu. 6. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan - tindakan kompetitif berupa upaya - upaya peningkatan produktivitas terus - menerus (continuous productivity improvement). Hasil pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi landasan dalam membuat kebijakan perbaikan produktivitas secara keseluruhan dalam proses bisnis, kondisi - kondisi berikut sangat diperlukan untuk mendukung pengukuran produktivitas yang valid. Beberapa kondisi itu adalah : 1. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program perbaikan produktivitas. Berbagai masalah yang berkaitan dengan produktivitas serta peluang untuk memperbaikinya harus dirumuskan secara jelas. 2. Pengukuran produktivitas dilakukan pada sistem industri. Fokus dari pengukuran produktivitas adalah sistem industri secara keseluruhan. 3. Pengukuran produktivitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam proses industri itu. Dengan demikian pengukuran produktivitas bersifat parsitipatif. 4. Pengukuran produktivitas seharusnya dapat memunculkan data, dimana nantinya data itu dapat ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta - peta, diagram - diagram, tabel - tabel, hasil - hasil perhitungan statistik dan lain - lain. 5. Perlu adanya komitmen secara menyeluruh dari manajemen dan karyawan untuk pengukuran produktivitas dan perbaikannya. 1.5 Syarat Pengukuran Produktivitas Syarat utama yang harus diikuti oleh setiap organisasi atau perusahaan dalam melakukan pengukuran produktivitas yang benar, yaitu :

11 1. Keabsahan (validity) Keabsahan (validity) yaitu ukuran yang dapat menggambarkan perubahan tingkat produktivitas yang sebenarnya secara tepat. 2. Kelengkapan (completeness) Keikutsertaan seluruh faktor yang berpengaruh baik dari segi masukan maupun keluaran akan memberikan ketelitian yang tinggi pada hasil pengukuran produktivitas. 3. Dapat dibandingkan (comparability) Syarat utama dalam pengukuran tingkat produktivitas adalah ketersediaan data dan data yang tersedia harus dapat dibandingkan. Perbandingan dilakukan terhadap hasil pengukuran produktivitas di dalam periode yang berbeda. 4. Ketermasukan (inclusiveness) Pengukuran tingkat produktivitas menyatukan banyak kegiatan dalam fungsi - fungsi organisasi perusahaan. 5. Efektivitas ongkos (cost effectiveness) Disamping manfaat yang diperoleh, pengukuran tingkat produktivitas juga memerlukan ongkos di luar ongkos produksi. Agar ongkos yang dikeluarkan untuk kegiatan pengukuran tingkat produktivitas tidak mengurangi nilai manfaat yang dihasilkan, perlu dilakukan analisis rugi dalam pengukuran ini. 6. Tepat waktu (timeliness) Agar informasi yang diperoleh dari pengukuran produktivitas tepat guna maka periode waktu pengukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. 1.6 Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Rasio Output dan Input Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio input dan output akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu produktivitas parsial, produktivitas total faktor dan produktivitas total. a. Produktivitas Parsial Produktivitas parsial sering juga disebut dengan produktivitas faktor tunggal (single factor productivity) yang merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran

12 produktivitas parsial bagi input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input tenaga kerja b. Produktivitas Total Faktor Produktivitas total faktor merupakan rasio dari output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net output) adalah hasil pengurangan total output dengan barang - barang dan jasa antara (input) yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan defenisi tersebut, maka jenis input yang dipergunakan dalam pengukuran produktivitas total faktor adalah hanya faktor modal dan tenaga kerja. c. Produktivitas Total Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total (semua input yang digunakan dalam proses produksi). Berdasarkan defenisi tersebut, tampak bahwa ukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersama dalam memproduksi output. Total output (tangible) diartikan sebagai semua output yang dihasilkan oleh perusahaan yang jumlahnya dapat diukur. Total output (tangible) = nilai produk jadi + nilai produk setengah jadi + bunga dari saham + pendapatan lain - lain. Sedangkan total input (tangible) terdiri dari : 1. Depresiasi mesin. 2. Material yang digunakan. 3. Tenaga kerja (karyawan). 4. Energi seperti listrik, air dan gas. 5. Maintenance mesin.

13 Beberapa metode pengukuran produktivitas menggabungkan ketiga konsep tersebut, seperti : a) Model produktivitas 5 Model ini dikembangkan untuk ruang lingkup perusahaan dengan mempertimbangkan seluruh faktor input dan faktor output. Model ini dapat digunakan untuk mengukur produktivitas total, produktivitas total faktor, dan produktivitas parsial. b) Model Produktivitas 6 Posisi dari perubahan produktivitas perusahaan dicapai dari pengukuran dan penganalisisan indeks total produktivitas dengan produktivitas parsial. 1.7 Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Angka Indeks 7 Angka indeks adalah suatu bilangan atau angka yang secara statistik dapat menunjukkan perubahan atau perbedaan harga dari suatu atau beberapa macam barang tertentu. Pada dasarnya angka indeks merupakan suatu besaran yang menunjukkan variasi perubahan dalam waktu atau ruang mengenai suatu hal tertentu. Penggunaan angka indeks yang telah umum dilakukan terutama dalam bidang ekonomi adalah indeks harga dan indeks produksi yang biasanya dipergunakan untuk mengukur perubahan harga atau perubahan produksi sepanjang waktu tertentu. Agar dapat mengukur laju perubahan itu, sederet angka harga atau produksi dibakukan berdasarkan periode tahun dasar dengan demikian angka indeks yang diperoleh dapat diperbandingkan terhadap keadaan periode dasar itu. Disini akan terlihat apakah perubahan bersifat meningkat, tetap atau menurun. Angka indeks merupakan sebuah alat angka matematik yang digunakan untuk menyatakan tingkat harga, volume perniagaan dan sebagainya dalam periode tertentu, dibandingkan dengan tingkat harga, volume perniagaan suatu periode dasar, yang nilainya dinyatakan dengan 100. Dalam menghitung angka indeks, waktu atau tahun yang lalu disebut sebagai tahun dasar (base periods), yaitu waktu atau tahun yang dijadikan dasar untuk menentukan perkembangan suatu harga atau berfungsi sebagai 5 Sumanth D. J. Productivity Engineering and Management. 1984. 6 Universitas Mercu Buana - Teknik Industri. Analisa Produktivitas. 2013 7 Winardi. Azas azas Manajemen. 2000.

14 waktu atau tahun pembanding. Penentuan tahun dasar untuk menghitung angka indeks perlu memperhatikan tiga faktor, yaitu: 1. Tahun dasar hendaknya dipilih pada waktu kondisi perekonomian relatif stabil. 2. Jarak antara tahun dasar dengan tahun sekarang tidak terlalu jauh. 3. Penentuan tahun dasar hendaknya memperhatikan kejadian - kejadian penting, misalnya tahun pada saat terjadinya kenaikan harga BBM, kenaikan tarif dasar listrik dan lain - lain. 1.8 Evaluasi Produktivitas Tujuan dari evaluasi produktivitas adalah untuk mendapatkan gambaran sejauh mana program produktivitas mencapai sasaran perbaikan yang telah ditetapkan dan bagi perusahaan yang baru mulai melaksanakan program produktivitas. Evaluasi produktivitas merupakan fase kedua dalam siklus produktivitas. Evaluasi produktivitas pada dasarnya suatu proses mencari sumber - sumber penyebab yang membawa perubahan tingkat produktivitas. Evaluasi terhadap produktivitas perusahaan harus mampu menjawab apa yang mendorong peningkatan produktivitas dan apa yang menjadi akar penyebab penurunan produktivitas perusahaan. 1.9 Perencanaan Strategi Peningkatan Produktivitas Perencanaan strategi peningkatan produktivitas adalah suatu usaha untuk mengatasi penghambat produktivitas dan untuk meningkatkan produktivitas melalui penggunaan suatu teknik atau metode tertentu. Perencanaan peningkatan produktivitas harus bersifat spesifik, terukur, dapat dicapai, bukan angan - angan, dapat diambil tindakan dan memiliki jadwal waktu spesifik untuk implementasi program peningkatan produktivitas. Strategi peningkatan produktivitas dirancang berdasarkan identifikasi penyebab timbulnya produktivitas yang rendah sebagaimana telah diperoleh melalui analisis sebab akibat. Strategi - strategi harus dirancang berdasarkan informasi yang diperoleh dan analisis situasi yang telah dilakukan. Dalam perancangan strategi ini harus diusahakan agar perencanaan - perencanaan yang ditetapkan melibatkan semua pihak dalam organisasi. Berbagai jalan alternatif untuk mencapai sasaran peningkatan produktivitas perlu diidentifikasi dan kemudian memilih prioritas mana yang akan dilaksanakan.

15 Perencanaan produktivitas dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu perencanaan jangka panjang dan perncanaan jangkan pendek. Perencanaan produktivitas jangka panjang digunakan untuk merencanakan produktivitas dalam jangka waktu satu tahun ke depan atau lebih. Sedangkan perencanaan jangka pendek meliputi perencanaan dengan jangka waktu kurang dari satu tahun. Peningkatan produktivitas baru akan bisa dilakukan, apabila hubungan antara output dan input menunjukkan perubahan - perubahan, sebagai berikut : 1. Output meningkat dengan input sama. 2. Output sama, input berkurang. 3. Output menurun lebih kecil, dibanding penurunan input. 4. Output meningkat, input menurun. 5. Output meningkat lebih tinggi, dibanding peningkatan input. Paling sedikit terdapat lima cara untuk meningkatkan produktivitas 8 perusahaan, yaitu : 1. Menerapkan program reduksi biaya Reduksi biaya berarti dalam menghasilkan output dengan kuantitas yang sama digunakan input dalam jumlah yang lebih sedikit. Dengan melaksanakan program reduksi biaya tidak berarti bahwa semua komponen biaya harus dikurangi. Program reduksi biaya mengacu pada menghilangkan biaya - biaya yang dikeluarkan pada aktifitas - aktifitas yang tidak perlu. Dalam situasi perekonomian dengan tingkat kompetensi yang ketat, upaya peningkatan produktivitas melalui program reduksi biaya akan sangat efektif, karena kita mampu menekan biaya per unit output sehingga mampu meningkatkan daya kompetisi melalui penetapan harga yang kompetitif. Perusahaan juga akan mampu memuaskan konsumen karena produk - produk berkualitas yang dihasilkan pada tingkat biaya produksi yang rendah. 2. Mengelola pertumbuhan Peningkatan produktivitas melalui mengelola pertumbuhan berarti meningkatkan output dalam kuantitas yang lebih besar melalui peningkatan penggunaan input dalam kuantitas yang lebih kecil. Dalam pendekatan peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan, suatu investasi atau tambahan biaya yang 8 Universitas Mercu Buana - Psikologi. Seminar Psikologi Terapan. 2013

16 dikeluarkan akan menghasilkan lebih banyak output dari investasi itu sehingga angka rasio output terhadap input akan meningkat. Peningkatan penggunaan teknologi, desain ulang sistem produksi, meningkatkan aktivitas pelatihan dan pengembangan organisasi merupakan aktivitas nyata dalam mengelola pertumbuhan. 3. Bekerja lebih tangkas Peningkatan produktivitas dengan cara ini dilakukan melalui jumlah input yang sama. Meningkatkan arus perputaran inventori dan memperbaiki desain produk merupakan aktivitas nyata dari cara ini. 4. Mengurangi aktifitas Dalam situasi perekonomian yang sulit seperti resesi ekonomi, tingkat inflasi tinggi, penerapan cara ini akan efektif. Peningkatan produktivitas perusahaan dilakukan melalui pengurangan aktivitas yang tidak produktif. 5. Bekerja lebih efektif Dengan cara ini akan didapatkan output yang lebih banyak dengan menggunakan input yang lebih sedikit. 1.10 Metode Objective Matrix (OMAX) 9 OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objektif). OMAX menggabungkan kriteria - kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari bawahan sampai atasan. Objective Matrix dilandasi dengan pernyataan bahwa produktivitas adalah fungsi dari faktor - faktor performance, dimana masing - masing unit memiliki dimensi khusus yang berbeda - beda, dan cara untuk mengukur produktivitas adalah dengan mengukur faktor yang mempengaruhinya. Objective Matrix (OMAX) dapat digunakan untuk mengukur unit - unit kerja baik dalam sekala kecil maupun untuk keseluruhan perusahaan. Tetapi hasil pengukuran 9 Richard E Kopelman. Managing Productivity nn Organization, A Practical People Oriented Perspektive. 1996.

17 performasi dari unit - unit tidak dapat dikaitkan secara adiktif untuk mempresentasikan performasi dari induk unit - unit tersebut. Untuk mengukur seluruhan organisasi harus dilakukan proses pembobotan unit - unit yang terkait. 1.10.1 Kelebihan dan Kekurangan Objective Matrix Objective Matrix mempunyai kelebihan - kelebihan sebagai berikut: Relatif sederhana dan mudah dipahami Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus. Merupakan kombinasi dan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Satuan kritertia produktivitas yang berbeda dapat dijadikan satu satuan baku. Dapat digunakan untuk mengukur semua aspek kenerja atau kriteria produktivitas yang dipertimbangkan dalam unit kerja yang terkait. Indikator kerja untuk setiap masukan dan keluaran dapat terdefinisi dengan jelas. Lebih fleksibel karena memasukkan pertimbangan menejemen dalam penentuan bobot. Perhitungan indikator kinerja cukup sederhana. Selain kelebihan - kelebihan diatas, Objective Matrix (OMAX) juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut: Subjektifitas terkadang dilakukan dalam menentukan level indikator kerja Untuk mendapatkan indeks kinerja yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu pengukuran yang kontinu dan terstandar 1.10.2 Bentuk dan Susunan Objective Matrix Pengukuran dengan OMAX dilakukan pada sebuah matrix objektif yang terdiri dari 3 kelompok (blok). Bentuk matrix tersebut adalah sebagai berikut:

18 A PRODUCTIVITY CRITERIA PERFORMANCE 10 9 8 7 6 B 5 SCORES 4 3 2 1 0 C Score Weight Value CURRENT PREVIOUS 300 INDEX % Gambar 1.2 Struktur Model OMAX Keterangan : A. Blok Pendifinisian 1. Kriteria Produktivitas, yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktifitas pada bagian departemen yang akan akan diukur produktivitasnya. Misalnya, untuk departemen produksi yang menjadi kriteria adalah

19 output/jam, scrap/100 unit, dan lain - lain. kriteria ini sebaiknya lebih dari satu. 2. Performasi Sekarang, merupakan nilai pencapaian sekarang yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan pengukuran terakhir. B. Blok Kuantifikasi Yaitu badan matrik yang terdiri dari skala atau angka - angka yang menunjukan tingkat performasi dari pengukuran tiap kriteria produktivitas. Skala tersebut memiliki sebelas level atau bagian dari 0 sampai dengan 10. Semakin besar skala, semakin baik produktivitasnya. Kesebelas skala tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Level 0, yaitu nilai produktivitas yang terburuk yang mungkin terjadi. b. Level 3, yaitu nilai produktifitas performasi sekarang c. Level 10, yaitu nilai produktivitas yang diharapan sampai periode tertentu. Sedangkan untuk kenaikan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi sebagai berikut: Kenaikan level 1 dan 2 level 3 - level 0 3-0 Kenaikan level 4 sampai dengan 9 level10 - level 3 10-3 C. Blok Penilaian Produktivitas Pada blok penilaian produktivitas terdiri dari : 1. Skor Yaitu nilai level dimana level pengukuran produktivitas berada. Misalnya jika output jam = 100 terletak pada level 4, maka skor untuk pengukuran itu adalah 4. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat sesuai dengan angka (decimal) pada matrix, maka dilakukan pembulatan ke bawah yang artinya pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi diri sendiri (internal), serta pembulatan ke atas jika pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi penilaian orang luar (eksternal).

20 2. Bobot Yaitu besarnya bobot dari tiap kriteria produktivitas terhadap total produktivitas. Tiap - tiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh yang berbeda - beda terhadap tingkat unit yang diukur. Untuk itu perlu dicantumkan bobot yang menyatakan derajat kepentingan (dalam presentase) yang menunjukan pengaruh relatif kriteria tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur. Jumlah seluruh bobot kriteria adalah 100. 3. Nilai Nilai merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya 4. Indikator Produktivitas Indikator produktivitas merupakan jumlah dari tiap nilai Indeks Produktivitas (IP), maka dihitung sebagai presentase kenaikan atau penurunan terhadap performansi sekarang. Performasi sekarang 300 karena semua indikator mendapat skor tiga pada saat matrik mulai dioperasikan, maka indeks produktivitas adalah: 1.10.3 Penyusunan Matrix Dalam peyusunan matrix maka langkah - langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Kriteria Produktivitas Langkah pertama ini adalah mengidentifikasi kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini dilaksanakan. 2. Identifikasi kriteria Setelah kriteria produktivitas teridentifikasi dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kriteria tersebut secara terperinci. 3. Menentukan nilai pencapaian mula - mula (skor 3) Pencapaian mula - mula diletakan pada skor 3 dari skala 1 sampai 10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan daripada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya diletakkan pada tingkat yang lebih rendah lagi agar memungkinkan terjadinya

21 pertukaran dan memberi kelonggaran apabila sekali - sekali terjadi kemunduran. 4. Menetapkan Sasaran (skor 10) Skala skor 10 ini berkenaan dengan sasaran yang ingin kita capai dalam dua atau tiga tahun mendatang sesuai dengan lamanya pengukuran ini akan dilakukan dan karenanya harus berkesan optimis tetapi juga realistis. 5. Menentukan derajat kepentingan (bobot) Semua kriteria tidaklah memiliki pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria harus diberi bobot. Pembobotan biasanya dilakukan oleh pihak pengambil keputusan dan dapat pula dilakukan oleh orang - orang yang terpilih karena dianggap paham akan kondisi unit kerja yang akan diukur. 6. Pengoperasian matriks Pengoperasian Matriks baru dapat dilakukan apabila semua butir diatas telah dipenuhi. Setelah itu dapat diukur indeks produktivitas dari unit kerja yang diukur. 1.11 Proses Hierarki Analitik 10 Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan meggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandiangan berpasangan (pairwise), menjadi suatu himpunan bilangan yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif. 10 Saaty T. L. Decision Making for Leaders : The Analycal Hierarchy Process for Decission in Complex World. 1983.

22 1.12 Prinsip Kerja AHP Ide dasar prinsip kerja Analytical Hierarchy Process adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan Hierarki Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.1 Penilaian Kriteria dan Alternatif Nilai Keterangan 1 Kriteria/Alternatif A Penting dengan kriteria/alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu ragu antara dua nilaiyang berdekatan 3. Penentuan Prioritas Ada beberapa cara untuk menentukan vektor prioritas dari matriks Pairwise Comparison. Berikut ini adalah salah satu rumus yang digunakan untuk menentukan prioritas. Synthesized matrix for experience = baris pertama : kolom pertama pada pairwise comparison matrix. Priority Vector (Bobot Wi) = Nilai ajj : ajj Weighted Sum Vector = (Bobot Wi x Baris pertama pada pairwise comparison matrix) Consistency Vector = Nilai Weighted SumVector : Nilai Bobot Wi λ maks = Consistency Vector : Jumlah Elemen perbandingan berpasangan Consistency Indeks (CI) = (λ maks n)/(n 1) Consistency Random (CR) = CI/RI